Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 10 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rusmin
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2005
S31351
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Tumanggor, Rusmin
"Pemilihan judul ini dilatarbelakangi oleh pandangan bahwa kesehatan termasuk kebutuhan pokok. Hal yang menarik, mengapa pengobatan tradisional lewat racikan langsung unsur-unsur alam "natural" bersama upacara religi "supernatural" atau ramuan tradisional yang secara lokal disebut dengan pulungan roha-roha/pulungan hutahuta" masih diminati masyarakat Barus, di saat dunia mengalami kemajuan pesat dibidang pengobatan modern. Komunikasi relatif terbuka ke dunia luar. Buktinya agama-agama besar dapat menjadi anutan mayoritas masyarakatnya. Kristen, Islam disamping agama lokal Sipele Begu. Pranata pengobatan modern: Puskesmas, klinik-klinik pribadi dokter, bidan dan mantri hadir disini. Berada kota yang berpeluang bagi perubahan. Apalagi hampir di setiap desa terdapat warga masyarakat yang memiliki pesawat TV dengan parabolanya.
Dari itu yang menjadi permasalahan dalam disertasi ini adalah eksistensi pengobatan tradisional masih sangat kuat di kalangan masyarakat Barus di tengah-tengah era pembangunan kesehatan modern hingga sekarang. Karena itu pertanyaan penelitian ialah mengapa pengobatan tradisional masih dominan di kalangan masyarakat Barus? Mengapa mereka memilih model penggunaan ramuan tradisional seperti itu? Kepercayaan apa yang terdapat di baliknya? Bagaimana agama-agama yang dianut masyarakat bisa permisif terhadap model pengobatan setempat? Seberapa dalam keterkaitannya dengan nilai-nilai kebudayaan yang berlaku pada masyarakat tersebut? Atas rangkaian itu, penulis berhipotesa bahwa pengetahuan masyarakat Barus tentang kosmologi yang bersumber dari penafasiran mereka atas lintas berbagai agama dan kepercayaan yang diyakininya membawa kerukunan dan kedamaian hidup, menjadi pedoman umum mereka dalam melakukan interpretasi dan kegiatan pengobatan tradisional.
Tujuan yang ingin dicapai adalah substansi kebudayaan berupa pengetahuan dan kepercayaan yang mendorong praktek penggunaan ramuan tradisional dalam sistem pengobatan tradisional warga masyarakat Barus, sebagai kajian teoritis. Sementara signifikansinya berguna dalam memahami makna keragaman kebudayaan berkaitan dengan masalah biologi, psikologi dan sosial dalam pengobatan serta perencanaan SKN (Sistem Kesehatan Nasional) untuk kepentingan terapan.
Kerangka teori. Dalam pengembangan kerangka teori, dimulai dengan kajian atas tulisan para ahli tentang sistem kebudayaan yang meliputi ide sebagai intinya, aktivitas dan benda-benda kebudayaan berupa hasilnya. Dilanjutkan dengan analisa terhadap berbagai tulisan tentang sistem kepercayaan (belief system) yang meliputi kosmologi, makrokosmos dengan kekuatan gaibnya , dan mikrokosmos dalam kaitannya dengan pandangan mengenai kesehatan, penyakit dan penyembuhannya. Juga dikaji bagaimana hal itu berproses menjadi nilai kebudayaan kesehatan dalam masyarakat.
Karena data temuan memperlihatkan bahwa masyarakat Barus menggunakan ramuan tradisional tumbuh-tumbuhan, hewan, benda, diiringi dengan mantra dan jampi (tab's dart tonggo) Berta unit (kusuk) untuk hampir semua jenis penyakit maka teori yang relevan dikaji dalam penelitian ini adalah teori pengobatan lewat cairan "Hurnoral Medicine Theory" yang dikembangkan Hippocrates 460-357 SM dan teori pengobatan lewat manipulasi kekuatan gaib dan pemujaan secara agama 'Magico-Religious Medicine Theory" yang diketengahkan oleh Rivers 1864-1972 . Seberapa jauh faham ini berlaku atau menyimpang di Barus. Dengan kata lain kemungkinan bahwa di Barus memiliki teori tersendiri.
Untuk mengetahui bagaimana proses terjadinya kemapanan, penyerapan dan perubahan dalam pengobatan tradisional, juga dikaji teori perubahan kebudayaan dari Spradley, Boehisantoso, Suparlan, Kalangie dan Bodhihartono yang intinya sebuah kebudayaan akan mengalami perubahan jika ada: keharusan untuk adaptasi; inovasi; difusi dan terterima oleh masyarakat pendukungnya.
Pendekatan. Sesuai dengan data yang dibutuhkan adalah sistem kepercayaan dan pengobatan tradisional masyarakat yang mengacu pada pandangan mereka sendiri tentang dunianya maka pendekatan yang digunakan adalah "emik". Karena gejala perilaku kesehatan ini tidak akan dapat menjawab dirinya sendiri seutuhnya tanpa melihat kaitannya dengan gejala lainnya dalam satu sistem kebudayaan, dimana harus dilihat hubungannya dengan sistem kepercayaan dan unsur kebudayaan lainnya secara menyeluruh, maka pendekatan dalam pengumpulan data dilakukan secara "halistik" dan "sistemik".
Metode. Sesuai pendekatan tersebut maka metode yang digunakan bersifat kualitatif. Sehiugga yang dituju tersentral pada data yang sifatnya esensial dan substansial. Dan itu dalam pengumpulan data dilakukan lewat wawancara, diiringi observasi terlibat dengan frekuensi tinggi dan intensif, ditambah dengan photografi. Sementara informan terdiri dari para data 'dukun', pasien dan keluarganya, petugas pengobatan modern, orang tua-tua, pimpinan formal dan informal yang terdapat di Barus."
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1999
D446
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tumanggor, Rusmin
"ABSTRAK
Pemilihan judul ini dilatarbelakangi oleh pandangan bahwa kesehatan termasuk kebutulian pokok. Hal yang menarik, mengapa pengobatan tradisional lewat racikan langsung unsur-unsur alam "natural" bersama upacara religi "supernatural" atau ramuan tradisional yang secara lokal disebut dengan pulungan roha-roha/pulungan hutahuta" masih diminati masyarakat Barus, di saat dunia mengalami kemajuan pesat dibidang pengobatan modern. Komunikasi relatif terbxika ke dunia luar. Buktinya agama-agama besar dapat menjadi anutan mayoritas masyarakatnya. Kristen, Islam disamping agama lokal Sipele Begu. Pranata pengobatan modern: Puskesmas, klinilc-klinik pribadi dokter, bidan dan mantri badir disim. Berarti kota yang berpeluang bagi perubahan. Apalagi hampir di setiap desa terdapat warga masyarakat yang memiliki pesawat TV dengan parabolanya.
Dan itu yang menjadi permasalahan dalam disertasi ini adalah eksistensi pengobatan tradisional masih sangat kuat di kalangan masyarakat Barus di tengah-tengah era pembangunan kesehatan modern hingga sekarang.
Karena itu pertanyaan penelitian ialah mengapa pengobatan tradisional masih dominstn di kalangan masyarakat Barus? Mengapa mereka memilih model penggunaan ramuan tradisional seperti itu? Kepercayaan apa yang terdapat di baliknya? Bagaimana agama-agama yang di anut masyarakat bisa permisif terhadap model pengobatan setempat? Seberapa dalam keterkaitannya dengan nilai-nilai kebudayaan yang berlaku pada masyarakat tersebut?
Atas rangkaian itu, penuhs berhipotesa bahwa pengetahuan niasyarakat Barus tentang kosmologi yang bersumber dari penafsiran mereka atas lintas berbagai agama dan kepercayaan yang diyakininya membawa kerukvinan dan kedamaian hidup, menjadi pedoman umum mereka dalam melakukan interpretasi dan kegiatan pengobatan tradisional.
Tujuan yang ingin dicapai adalah substansi kebudayaan berupa pengetahuan dan kepercayaan yang mendorong praktek penggunaan ramuan tradisional dalam sistem pengobatan tradisional warga masyarakat Barus, sebagai kajian teoritis. Sementara sifnifikansinya berguna dalam memahami makna keragaman kebudayaan berkaitan dengan masalah biologi, psitologi dan sosial dalam pengobatan serta perencanaan SKN (Sistem Kesehatan Nasional) untuk kepentingan terapan.
Kerangka teori. Dalam pengembangan kerangka teori, dimnlai dengan kajian atas tuliean para ahli tentang sistem kebudayaan yang meliputi idea sebagai intinya, aktivitas dan benda-benda kebudayaan berupa hasilnya. Dilanjutkan dengan analisa terhadap berbagai tvdisan tentang sistem kepercayaan (belief system) yang meliputi kosmologi, makrokosmos dengan kekuatan gaibnya , dan mikrokosmos dalam kaitannya dengan pandangan mengenai kesehatan, penyakit dan penyembuhannya. Juga dikaji bagaimana hal itu berproses menjadi nilai kebudayaan kesehatan dalam masyarakat.
Karena data temuan memperhhatkan bahwa masyarakat Barus menggimakan ramuan tradisional tumbuh-tumbuhan, hewan, benda, diiringi dengan mantra dan jampi (tahas dan tonggo) serta urut (kusuk) untuk hampir semua jenis penyakit, maka teori yang relevan dikaji dalam penehtian ini adalah teori pengobatan lewat cairan "Humoral Medicine Theory" yang dikembangkan Hippocrates 460-357 sM dan teori pengobatan lewat manipulasi kekuatan gaib dan pemujaan secara agama "Magico-Religious Medicine Theory" yang diketengahkan oleh Rivers 1864-1972 . Seberapa jauh faham ini berlaku atau menyimpang di Barus.
Dengan kata lain kemungkinan bahwa di Barus memiliki teori tersendiri. Untuk mengetahui bagaimana proses terjadinya kemapanan, penyerapan dan perubahan dalam pengobatan tradisional, juga dikaji teori perubahan kebudayaan dari Spradley, Boehisantoso, Suparlan, Kalangie dan Bodhihartono yang intinya sebuah kebudayaan a lean mengalami perubahan jika ada: keharusan untuk adaptasi; inovasi; dihisi dan terterima oleh masyarakat pendukungnya. Pendekatan. Sesuai dengan data yang dibutuhkan adalah sistem kepercayaan dan pengobatan tradisional masyarakat yang mengacu pada pandangan mereka sendiri tentang dunianya, maka pendekatan yang digunakan adalah "emik". Karena gejala perilaku kesehatan ini tidak akan dapat menjawab dinnya sendiri seutuhnya tanpa melihat kaitannya dengan gejala lainnya dalam satu sistem kebudayaan, dimana harus dilihat hubungannya dengan sistem kepercayaan dan unsur kebudayaan lainnya secara menyeluruh, maka pendekatan dalam pengumpulan data dilakukan secara "hohstik" dan "sistemik".
Metode. Sesuai pendekatan tersebut, maka metode yang digunakan bersifat kuahtatif. Sehingga yang dituju tersentral pada data yang siffltnya esensial dan substansial. Dari itu dalam pengumpulan data dilakiikan lewat wawancara, diiringi observasi terhbat dengan frekuensi tinggi dan intensif, ditambah dengan photografi. Sementara informan terdiri dari para datu dukun', pasien dan keluarganya, petugas pengobatan modern, orang tua-tua, pimpinan formal dan informal yang terdapat di Barus.
Wilayah dan kehidupan masyarakat Barus. Wilayah Barus memiliki kekayaan flora dan fauna dan sumberdaya laut dan potensi hidrogen. Semua ini menjadi dasar mata pencaharian penduduk. Kaya dengan simpanan situs kepurbakalaan Tiongkok, Persia/Timur Tengah dan India maupun artefak karya putra Barus sendiri. Dalam lintasan sejarah, Barus terkenal dengan ke-bahari-an, j^QQ^aritiman, perdagangan, kota penuh misteri, mitos dan legendaris. Diperkirakan 6000 Tabun sM telah ada kehidupan manusia di Barus.
Sewaktu penulis melakukan penelitian tahun 1995 , di Desa Lobu Tua sedang diadakan Perayaan Peringatan Lobu Tua 5000 tahun yang dihadiri oleh Penganut dan Pemuka Agama Islam, Kristen dan Sipele begu setempat dan Pemda Tk. II. Demikian diyakini masyarakat Barus sekahpun tidak semua di dukung oleh data akurat dilihat dari pendekatan ilmiah yang selama ini digunakan untuk Barus.
Dari sudut perdagangan, dari Barus sangat terkenal kapur barus (getah/kristal sejenis kayu) asH dari Barus yang bernama hayu hapur, kemenyan dengan nama haminjon, dll. Khusus kapur barus dari wilayah inilah berkembang ke seluruh dunia. Hal ini penulis yakini dengan melihat nama kapur barus terpakai di negara manapun dalam rangka menyebutkan kapur barus yaitu dasar kapxir dan penuhs hubungkan dengan proposisi Boedhisantoso el."Perkembangan kebudayaan di suatu masyarakat tidak satupun yang lepas dari pengaruh kebuadayaan lainnya karena keterbatasan setempat." Dengan kata lain "Tidak akan lahir satu kosa kata sesuatu bahasa masyarakat di suatu wilayah pendukung kebudayaan, jika disitu tidak terdapat sumberdaya 'resources.
Dari segi keagamaan, di Barus telah lama hidup agama lokal yaitu Sipele Begu (pembauran animisme, dinamisme dan pohteisme). Kemudian dipengaruhi kosmologi Tionghoa kuno agama RU hingga Prasejarah yang belakangan berwujud agama seperti Taoisme dan Konfusionisme oleh Tsyou dan Kong Fu Tse dengan adanya kepercayaan Shang Ti (dapat kesaktian dari Tuhan) dan Hong (Raja Setan) pada masyarakat Barus. Kemudian dipengaruhi agama Hindu dan Budha dari India tetapi tidak utuh dan tak bertahan lama. Selanjutnya masuk agama Yahudi kalau tidak dan masa Nabi Musa dengan kitabnya Taurat atauprm setidaknya dari masa Nabi Daud dengan kitabnya Zabur.
Terakhir masuk Islam dan Kristen pembawa ajaran Monoteisme. Kecuah Kristen, semua mi tergambar pada kosmologi dan kedukunan Barus. Dari Barus ini terkenal dua ulama dan ilmuan besar dizamannya yaitu Hamzah Fansuri dan Abdurrauf Al-fansuri. Keduanya pernah mengajar di Banda Aceh/Kutaradja-lama, sekitar abad 17 dan Abdurrauf Alfansuri diabadikan namanya pada Perguruan Tinggi Negeri terkenal di Banda Aceh dengan mengambil nama tempat pemukimannya yaitu Universitas (Tengku/Kiyai/Ulama-pen) Syiah Kuala Darussalam. Adapun keorganisasian sosial yang hidup hanyalah keagamaan dan oTTii kopGrasx luar d-o-lzhQii/ tlcl tolu sGcaxa informal dan infGnsl^* Transportasi SGtampat, ada dangan jalan kaki, kuda, SGpada, rakit, motor dan mobil angkutan antar kocamatan dan Ibu kota. SomGntara kesenian adalab gondang, opara, sikambang, tarian-tarian malayu, ukirukiran dan ornaman. Bahasa adalah bahasa Tapanuli, Malajm/Pasisir dan Pakpak Dairi.
Palayanan kesehatan modarn tardiri dari Puskesmas dan Balai Kesahatan, Klinik pribadi dangan tanaga para doktar, mantri/parawat dan bidan. Adapun jumlah doktar 4 orang, bararti 1: 19.018 panduduk. Bidan 19 orang, bararti 1: 782 KK dan parawat 45 orang, bararti 1; 1690 panduduk. Sadangkan jumlah datu kasaluruhannya (kacuali 8 dasa yang tidak mangirimkan nama datunya), 242 orang dangan parincian 186 di Barus 56 di Manduamas. Bararti satu datu untuk 314 pandudiik. Satiap Dasa mamiliki ± 5 datu.
Dari sagi pemerintahan, di Dasa Lobu Tua ditamukan sabuah bantang yang diperkirakan abad ke 8 - 12, tempat raja dsin keluarganya yaitu orang Arab. Ada juga yang mangatakan pada abad ka 10 (929 M) Barus sabagai Ibu kota Sriwijaya. Kamudian pada abad ka 11 s/d 16 Barus dikuasai raja-raja Acah. Abad ka 17 Balanda masuk dan juga rajaraja Minangkabau hingga abad ka 19. Sahingga raja-raja lokal dibawah jajahan itu. Abad ka 20 Jepang dan Sakutu masuk, dan parang kamardakaan olah rakyat. !Merah putih barkibar, raformasi barjalan, Barus tinggal kanangan dan nyaris tarlupakan.
Kehidupan Ma^yarakat Barus dapat dilihat dari babarapa sudut. Mata pancaharian pada umumnya adalah tani sawah, nalayan dan tukang secara musiman. Jika dilihat dari tingkat pandapatan penduduk, kuahtas pariimahan masyarakat, pamilikan lahan, transportasi dan tarnak, Barus targolong miskin dan sangat miskin. Pandangan hidup dan keteraturan dalam kehidupan. Adapun paiidangan hidup "world view"/"Weltanschauung" masyarakat Barus yakni gigih maraih kahormatan, kakayaan dan katurunan yang manyabar. Tujuan akhir yang ingin dicapai dari sini, pada tingkat personal dapat hidup sampuma. Semantara di tingkat sosial dimilikinya horas 'keutuhan' sabagai centra dari core culture masyarakat Barus. Tempat mawujudkannya adalah melalui pranata keorganisasian sosial dalihan na tolu 'tiga tungku' yang tardiri dari saudara samarga, pihak marga pamberi wanita dan pihak marga panarima wanita. Disini terjadi penggalangan potensi setiap adanya kewajiban dan hak dalam menghadapi suka d\ika dalam hidup kekerabatan, termasuk soal kesehatan dan pengobatan. Semua ini diyakini sesuai yang dicontohkan Tiihan dan arwah leluhur.
Masyarakat pesisir menghubimgkannya dengan jaringan "sumando": orang tua, mertua, anak menantu, abang ipar, adek ipar, cucu, dll. Dikaitkan pula dengan nilai-nilai budi pekerti ajaran Islam. Kosmologi asli masyarakat Barus terdapat pada Pustaha 'kumpulan ilmu' Batak, yang terbuat dari kulit ka5ni. Isinya meUputi: tumbaga huling 'dinding baja' yang mencakup; keagamaan, kerajaan dan adatistiadat. Satu lagi adalah sura agong 'pikiran dalam kegelapan', yang mencakup: paperangan, pekerjaan dan kedukunan, Semua ini adalab sesuatu yang masib gelap untuk diasumsikan dan diprediksi. Melalui pembabasan dalam sura agong inilab akan terang jalan keluarnya. Penganut Sipele Begu menganggap ini sebagai kitab suci. Sementara ummat Islam dan Kristen yang memilikinya memandang sebagai kitab pusaka yang mengandung tuab atau kesaktian "mana". Baik untuk memabami tumbaga huling maupun untiik sura agong, ablinya adalab datu.
Adapun isi kosmologi mebputi kebidupan di dunia macrokosmos yaitu tempatnya berbagai kekuatan supernatural dengan alam gaibnya. Tempat ini terdiri dari dunia atas dan dunia bawab. Ada pula kebidupan di Dunia Tengab atau mikrokosmos sebagai natural tempat tinggalnya manusia, tmnbub-tumbuban, bewan, benda-benda dengan rob serta kesaktian "mana" masing-masing. Manusia adalab anak cucu dari Tuban yaitu dari anak Tuban yang pertama turun ke Bumi "Boru Deak Parujar dan Raja Odap-odap" di kaki gunung "Pusxik Bubit" di pinggiran Danau Toba. Lokasi inilab yang disebut "Batakna" yaitu areal perumaban cucunya Tuban Pencipta. Inilab dasar kata "Batak".
Sementara yang beragama Islam dan Kristen nama-nama Tubannya berubab, akan tetapi makbluk gaib lainnya dan manusia, tetap sama. Baik eksistensi maupun fungsinya. Warga masyarakat Barus juga mempunyai sistem kategorisasi dan keteraturan hidup. Alam supernatural dan natural adalab tempat pencipta dan ciptaannya. Alam juga memiliki jenis, sifat berpasangpasangan, bertentangan maupun netral. Ada Tuban Pencipta, Tuban- Tuban Ciptaan-Nya, Anak-Anak Tuban, Pembantu, setan (di udara, darat, laut dan pelimbaban), jin (di laut), rob (manusia, bewan, tumbubtumbuban dfjn benda). Alam natural terdiri dari benda bumi (dengan kandungan besi, air, tanab, udara/angin), bulan (yang melabirkan ikbm sejuk), mata bari (yang melabirkan ikbm panas), dan bintang (pemberi tanda dan arab).
Keteraturan hidup dapat dicapai lewat manjalankan bak dan kewajiban antara diri dengan lainnya. Jika tidak terjadilab gangguan bidup berupa ketidak barmonisan. Diantara akibatnya adalab terserang penyakit wabah "epidemi" secara massal, penyakit akut atau kronis maunpun beresiko kematian keluarga serta pribadi.
Konsepsi tentang kesehatan. Konsepsi masyarakat Barus tentang sehat, yaitu: sehat badan, jiwa dan roh. Badan bisa menikmati makan dan mengeluarkan sisanya tanpa kelainan perasaan dari kenikmatan biasa. Mampu berketurunan, bersih, dapat melakukan tugas sehari-hari. Mwa dapat berpikir lurus, perasaan gembira, beribadah sesuai perintah Tuhan. Tidak mudah dimasuki makhluk halus. Rohnya sanggup memikul beban yang ditimbulkan oleh kegiatan phisik dan jiwa.
Sumber kesehatan dapat diperoleh dari perlindungan, usaha diri sendiri dan tidak ada pengguna black-magic yang mengganggu. Konsepsi masyarakat Barus tentang sakit adalah kebalikan dari keadaan di atas tadi yang intinya dapat melakukan tugas sehari-hari. Warga masyarakat juga melakukan kategorisasi penyakit. Sakit badan meHputi penyimpangan dari segi bobot, bentuk, dan rasa. Sakit jiwa mehputi keturiman, setan/jin dan perbuatan sendiri. Sementara itu sumber penyakit ada yang dari Tuhan, makhluk halus, manusia dan berbagai kekuatan alam.
Masyarakat Barus juga mempunyai konsep tentang penyembuhan yaitu prinsip penyembuhan kembah kepada penyebab peny^t tadi.
BabV
Penyembuh tradisional "Datu" dalatn masyarakat. Orang-orang yang dipercayai imtuk menganalisa pengobatan lewat penggimasin ramuan tradisional yang diirmgi sejumlah aktivitas ritual dan seremonial kepercayaan tertentu, disebut datu.
Datu terdin dari beberapa hategori. Berguru dan bukan berguru tetapi lewat kemasukan, mimpi maupim bisikan hati. Kategori yang disebut terakhir mi umumnya tidak mau disebut datu. Alasannya datu yang berguru cendrung melekat pada dirinya kemampuan mengobati dan membuat penyakit sementara mereka tidak. Datu terdiri dari datu bolon 'dukun besar' dan datu gelleng 'dukun kecil'. Ada juga yang disebut datu parangas-angas, menguasai banyak atau hanya satu ilmu pengobatan, tetapi sangat telaten atau beken.
Motivasi jadi datu mehputi; pewarisan budaya, perhndungan, sosial kemanusiaan, keamanan, ekonomi, dan bakat. Khusus yang berguru, proses belajar mengajar antara guru dengan murid berlangsung secara rabasia (esoterik) dan umumnya satu persatu. Murid melihat cara datu berpraktek, mencatat nama-nama obat, mantra dan jampi yang digunakan untuk setiap jenis penyakit serta menghafalnya.
Sesudah jadi datu, tidak boleh sombong, tidak materiahs, penyabar, dan makanan pemberian pasien tidak boleh dikonsumsi sendiri tetapi dibagi-bagikan kepada kerabat, tetangga, disamping dengan pasien sGndixi. B©rarti ada nilai psmbinaan. kButuhan tsritorial..
Selanjutnya terlihat pula historis dan huhungan antara Datu dengan Pasien dan Keluarganya dan dengan Masyarakatnya. Hubungan datu, pasien dan kelurganya sangat akrab. Pengobatan selalu diawali dengan tarombo 'membuka silsilah kekerabatan dan hubungan kemargaan'. Adapun acuan pedotnan kegiatan hadatuon meliputi. Pustaha yang isinya berupa Hmu-ilmu Batak yang dipengaruhi pula oleh berbagai sumber yakni kosmologi dan sistem kepercayaan Tiongkok kuno (dengan adanya tertera di Pustaha konsep shang ti 'kesaktian yang dititiskan penguasa langit terhadap seseseorang'. Selanjutnya oleh agama Yahudi, kalaupun tidak dimulai dari agama yang dibawa Nabi Musa dengan kitabnya Tairrat seminimalnya dari agama yang dibawa Nabi Baud dengan kitabnya Zabur (dengan tercantumnya di Pustaha pernyataan "Debata Batara Guru mertua dua Raja Sulaiman"lp\itra. Nabi Daud).
Seterusnya adalah dari Qur 'an dan Hadits (Islam), Tajul Muluk (Taj Al Mulk) oleh Ulama-ulama Islam, Rangkaian ritual dan do'a -do'a mujarrabat oleh 'ulama-ulama Islam, mantra dan jampi serta ramuan lewat mimpi, mantra dan jampi serta ramuan seketika dari bisikan hati, do'a dan ramuan dari kemasukan. Terakhir adalah kumpulan catatan datu-datu . Ada yang dari kosmologi dan sistem kepercayaan Tiongkok kuno (dengan adanya mantra dan jampi yang diawah dengan Hong! (Raja Setan! menurut para datu) yang dalam kosmologi dan teologi Tionghoa kuno bernama "Kwang Khong" dibaca "Kwan Hong" (Dewa Neraka). Selebihnya adalah mantra dan jampi rekayasa berupa inovasi dari para datu itu sendiri lewat berbagai pedoman di atas.
Bab VI
Penggunaan ramuan tradisional dalam pelestarian kehidupan dan upaya penyembuhan. Masyarakat menyatakan ini semua sebagai pengobatan "parubaton". Dalam pelestarian kehidupan, ramuan tradisional digunakan untuk: pengembangan (konstruktif) bagi kesehatan,. antara lain uras jabu 'membersihkan rumah' dan partahanan pamatang 'menyegarkan badan'; mengatasi berbagai masalah berupa pencegahan (preventif) pribadi seperti, terkena darah sial, keluarga seperti memindahkan kubiuran anggota keluarga sesuai mimpi kerabat, masyarakat seperti, penentuan waktu turun ke sawah.
Bagi penyembuhan (kuratif) mehputi: Penyakit alami "na somal/angin" seperti perubahan cuaca, ± 93 macam penyakit. Penyakit rekayasa manusia "pambaenan ni halak" /"black-magic" ± 12 macam seperti hona rasun. Kemudian penyakit intervensi makhluk gaib/supernatural "sahit sian ginjang/alogo" yang mehputi dari arwah leliihur, setan, jin atau Tuhan pencipta ± 13 macam seperti, na denggan basa/na elok baso/bunga.
Penggunaan ramuan tersebut dilatarbelakangi oleh pengetahuan mereka tentang kandungan ramuan tradisional yang bersumber dari pandangan teologi, konsep-konsep natural/sekuler serta pengetahuan pelaksana pengobatan modern yang ada di Barus.
Kandungan pada ramuan tradisional meniurut masyarakat: zat penambah, pengurang, pengimbang, pembunuh bakteri, makna simboHs, pembujukan, pengusiran penyakit atau sumbernya. Dari 129 species, 128 genus serta 74 family tumbuh-tumbuhan yang telah teridentifikasi khasiatnya menurut pengobatan modern, 51 species (39,5%), 60 genus (46,8%), 25 family (33,7%) terdapat persamaan pandangan dengan pengobatan tradisional, disamping berbagai perbedaan. Seperti, bulung ni sia (Adenostemma lavenia) sama-sama dinyatakan bisa mengobati penyakit mata, demam, diare, batuk Han penyakit perut.
Datu juga mempxmyai tehnik diagnosa dan pengobatan lewat ramuan tradisional. Prosedure dan peralatan diagnosa dilakukan dengain: menatap wajah dan tubuh pasien saja; memakai kunjdt; menggnnakan geleta atau stoples; gerakan beliung; menabiar beras; kemasan sirih; jeruk purut atau jeruk nipis; kemasukan; mimpi; bisikan/gerakan hati. Mengiringi ramuan tradisional adalah ritual dan seremonial dari magik-religi. Ritual dimaksud adalah upacara yang bersifat tatacara pemujaan, persembahan dan peribadatan. Seremonial, adalah upacara yang bersifat perayaan.
Prinsipnya, ritual dan seremonial dari magik-reHgi mesti dirangkaikan kepada setiap penggunaan ramuan tradisional. Alasannya, disatu sisi, alam memihki kekuatan dahsyat yang tersembun5d diluar kenyataan sehari-hari. Dari itu magik saat diperlukan dapat dimanfaatkan. Di sisi lain, difahami bersama, semua alam datang dari Maha Pencipta. Bahkan seluruh datu dan bukan saja datu penganut agama Sipele Begu tetapi sebahagian datu (Islam dan Kristen) menyatakan kitapun bahagian dari Tuhan. Oleh karena itu kita mesti minta kepada Tuhan atas penggunaan semua ciptaannya imtuk obat supaya dapat keberkahan. Permintaan itu dilakukan dalam bentuk tabas (jampi) dan tonggo (mantra) dengan konsentrasi tinggi "haripat". atau makrifat. Kalau haripat-nya tinggi, yang berbicara itu bukan lagi kita (datu) tetapi sudah Tuhan. Jadi "kata-kata itulah Tuhan dan Tuhan adalah kata-kata itu" (Hata i Do Debata, Debata do hatai/Keccek kito tu anyo Tuhan,Tuhan anyo keccektu). Nampaknya pernyataan ini ada hubungan dengan ajar an Sipele Begu disatu sisi, faham tasauf "Wahdatul Wujud" Hamzah Fansuri di sisi lain. Sehingga menggambarkan berpengaruhnya kedua faham tersebut ke dunia hadatuon di Barus. Adapun model tahas dan tonggo meliputi: bujukan, kemarahan dan rajukan serta pengusiran. Sebagai contoh:"... Binsumirloh dirahaman dirahamin... rangkaian jampi dan mantra.. sah" (keluarlah).
Lebih lanjut dapat pula kita ketahui adanya persentuhan sistem pengobatan tradisional dengan sistem pengobatan modern dalam keyakinan dan praktek pengobatan masyarakat Barus. Adapnn sejumlah alasan yang melatarbelakangi kepercayaan warga masyarakat terhadap efektifitas pengobatan tradisional, sbb: Karen a badan manusia terdiri dari isi (zat) alam, dan isi alam dan Tuhan, dimana manusia juga pimya hubungan dengan kekuatankekuatan gaib lainnya selain Tuhan, maka ramuan tradisional yang asalnya dari bumi dan juga ciptaan Tuhan, pasti ramuan tradisional tersebut sesuai dengan kesehatan manusia. Ramuan tradisional ini gabimgan dari isi/zat pada alam diperkuat dengan mantra dan jampi termasuk do'a, diiringi dengan urut badan pasien sebagai syarat sampainya ramuan ke tubiih dan jiwa pasien lewat mediator yaitu datu. Adapun kemudahan ramuan tradisional menurut masyarakat Barus, obatnya mudah didapat di sekitar rumah sendiri, tetangga, desa, desa lainnya atau hutan sekeliling wilayah Kecamatan. Kunjimgan ke datu, hubungannya penuh keakraban dan biaya terjangkau. Sekahpun bahan ramuannya terkadang agak mahal, tapi sasaran pengobatannya lebih meyakinkan dibandingkan dengan pengobatan modern. Di sisi lain, menyangkut sistem pengobatan modern dalam kehidupan masyarakat. Pertama, pengobatan modern telah masuk sejak 1920-an. Namun hingga tahun 1960-an warga masyarakat jarang sekah yang mau berobat ke Puskesmas Balai Kesehatan , mantri maupun bidan.
Pada tahun 1970-an untuk sejumlah jenis penyakit dalam kasus sangat terdesak sudah banyak yang mulai ke Puskesmas, mantri atau bidan. Tahun 1980-an berkembangnya Puskesmas dan Program KKB, warga masyarakat semakin dekat dengan jasa pengobatan modern. Diakui ada sejumlah kemudahan pelayanan sistem pengobatan modern. Obat-obatnya telah dikemas, tidak perlu dicari lagi. Sejumlah penyakit cepat dapat disembuhkan seperti mencret, demam karena influensa, menghentikan pendarahan waktu luka.
Kelemahan pada sistem pengobatan modern menurut masyarakat mehputi: obat-obatnya sering agak usang dan cepat cair berderai; sejumlah penyakit black-magik dan supernatural, tidak dapat disembuhkan pengobatan modern; pelaksana pengobatan modern masih banyak yang tidak mau kompromi penuh kesombongan. Namim demikian menurut para datu dan sejumlah pasien, prospek hubungan pengobatan modern dengan pengobatan tradisional, sudah terlihat akan ada titik terang. Buktinya akhir-akhir ini sejumlah penyakit yang tidak tertanggulangi oleh pelaksana pengobatan modern, diserahkan dan setidaknya ada juga yang sekedar dianjurkan ke datu. Dengan demikian sekalipun masih banyak hal dan wilayah di tanah air yang mesti distudikan, akan tetapi jika contoh ini terpolakan, langkah ke arah kerjasama, menimjukkan kegembiraan sesuai harapan Sistem Kesehatan Nasional (SE[N).
Bab VIII
Akhirnya dapat diketahm pertalian: pandangan hidup, kosmologi, sistem-sistem kepercayaan dan sistem pengobatan tradisional pada masyarakat Barus. Kebudayaan dan kepercayaan berfungsi terhadap penggunaan ramuan tradisional. Kebudayaan telah memberikan persingkat berupa model-model pengetahuan sebagai pedoman kehidupan umum. Sementara kepercayaan memberi kajian keyakinan tentang hubrmgan dunia nyata dengan nirnyata lewat hak dan kewajiban yang tertuang dalam ritual dan seremonial. Salah satu unsur terkait dengannya adalah soal kesehatan, penyakit dan penyembuhan.
Core culture masyarakat Barus adalah haras 'keutuhan hidup' yang akan tercapai hanya dengan sarimatua 'kesempirrnaan hidup' lewat perolehan kehormatan, kekayaan, dan keturunan yang menyebar dan inovatif.
Untuk kesempurnaan hidup perlu dibina kehangatan hubimgan makhluk hidup di diuna tengah dengan Tuhan di dunia atas dan dengan roh-roh orang yang telah mati di dunia bawah. Ketiga dunia ini diikat oleh satu pohon besar. Disinilah perlunya upacara yang bersifat ritual dan seremonial beserta pengorbanannya.
Kaitannya terhadap penggunaan ramuan tradisional tumbuh dari pandangan bahwa semua yang ada di bumi adalah ciptaan Tuhan untuk menghidupi manusia. Dan semua kehidupan diikat dengan tumbuhan sebagai landasan filosofis kehidupan dan pengobatan masyarakat Barus. Ketidak^eimbangan semua unsru melahirkan penyakit pada manusia. Oleh karena itu, dalam upaya penyembuhan harus juga menggunakan ramuan tradisional. Karena semua punya roh, roh ramuan perlu dibujiik dan dimohon keizinan pemanfaatannya. Dari itu perlu rangkaian tabas 'mantra' dan tonggo 'jampi'.
Dari uraia tadi dapat pula kita deskripsi teori sistem pengobatan tradisional yang berlaku pada masyarakat Barus yang mendukung hipotesis dalam disertasi ini. Hipotesis yang berbunjd pengetahuan masyarakat Barus tentang kosmologi yang bersumber dari penafsiran mereka atas lintas berbagai agama dan kepercayaan yang diyakininya membawa kerukunan dan J^^danxaian hidup^ mcnjadv psdanxan^ "LLtnum m^j^cka daLatn m^IfakiLkan interpretasi dan kegiatan pengobatan tradisional, terbukti dalam penelitian ini. Yaitu, sistem pengobatan tradisional pada masyarakat Barns merupakan likwidasi kepercayaan tentang huknm alam (natural) dengan kepercayaan religi (supernatural) secara ganda dan sinkretis kedalam idea hingga aktivitas pengobatan dan pembuatan obat. Berarti keran^a teori pada Bab I terbukti dalam penelitian, dengan beberapa perubaban yaitu, rob manusia, tumbuban, bewan, benda, ikut mempengarubi kondisi kesebatan, penyakit dan penyembuban yang tadinya tidak terpikirkan oleb penxdis. Kerangka teori finalnya terlibat
Halam Bab VIII.
Oleb karena terdapatnya kepercayaan antar lintas dari penganut rebgi (Islam, Kristen, Sipele Begu) dalam penggunaan mantra dan jampi untuk pengobatan, dimana masyarakat pengguna dan para datu mengakm keberadaan eksistensi Tuban antar penganut Agama dan dapat digunakan imtuk menolong dalam upaya pengobatan lewat mantra dan jampi kepada Tuban penganut agama lain itu sebagai tetangga Tubannya, disamping dipercayai ada xmsur alam yang berpengarxib terbadap kesebatan yang berpangkal dari alam tumbub-tumbuban, hewan dan benda sertamerta robnya, maka teori pengobatan tradisional yang berlaku di Barus adalab "henotheism-natural medicine theory" atau "teori pengobatan lintas kepercayaan dan alamiah". Berarti penggabungan konsep teori Hippocrates dan Rivers.Menyinggang teori perubahan dari Spradley, Boedhisantoso, Suparlan, Kalangie dan Boedhihapitoao, dari konsep horas, terjadi penyerapan keyakinan religi terhadap pengobatan. Metode pengembang agama-agama besar yang masuk ke Barus yang lebih bersifat sosiologis ketimbang teologis, membuat sinkretisme agama-agama termasuk pengarunya terhadap memahami upaya pengobatan. Sulitnya warga masyarakat menerima pengobatan modern, karena konsepnya sangat jauh dari sistem kepecayaan masyarakat. Karena itu umur penggobatan tradisional ini masih sangat lama.
Bab IX
Kesimpulan. Dalam berbagai penubsan teori pengobatan tradisional sebelumnya rasanya belum pernab ada yang mengetengabkan teori ini. Demikianlab ringkasan sebagai pengantar untuk mengetabui irraian lebib rinci dalam sembUan bab disertasi ini. Semoga ada manfaatnya."
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1999
D406
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tumanggor, Rusmin
Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010
300 RUS i
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Dimas Saputra Rusmin
"ABSTRAK
Tesis ini berfokus pada Nota Kesepahaman antara Kementerian ESDM dan Kementerian Kehutanan. Tujuan penelitian ini adalah untuk memahami implementasi pengelolaan energi panas bumi. Tesis ini menggunakan tipe penelitian yuridis normatif, yang menggunakan data sekunder atau data kepustakaan dan melakukan analisis terhadap nota kesepahaman.
Hasil penelitian penulis temukan adalah bahwa pengelolaan panas bumi dalam implementasinya mengalami hambatan dari ketentuan perundang-undangan khususnya pasal 38 Undang-undang Kehutanan yang menyebutkan bahwa penggunaan kawasan hutan untuk kepentingan pembangunan di luar kegiatan kehutanan hanya dapat dilakukan di dalam kawasan hutan produksi dan kawasan hutan lindung.
Konsekuensinya, pada kawasan hutan konservasi tidak boleh dilakukan pertambangan panas bumi. Selain itu pada kawasan hutang lindung tidak boleh dilakukan penambangan dengan pola pertambangan terbuka. Akibatnya, optimalisasi produksi dan penggunaan energi panas bumi sebagai daya alam atau sumber energi yang dapat diperbarui menjadi terhambat. Untuk mengatasi hambatan tersebut dilakukan beberapa upaya yaitu perubahan peruntukan kawasan hutan dari kawasan hutan menjadi bukan kawasan hutan dan dilakukan perubahan fungsi kawasan hutan baik atas sebagian atau atas seluruh kawasan hutan dalam satu atau beberapa kelompok hutan menjadi fungsi kawasan hutan yang lain. Nota Kesepahaman merupakan upaya strategis dalam mempercepat implementasi pengelolaan panas bumi namun tetap menunggu perangkat hukum yang pasti.
Penulis menyarankan kepada Pemerintah dan Dewan Perwakilan Rakyat untuk melakukan revisi terhadap Undang-undang Panas Bumi terkait dengan istilah kegiatan pertambangan atau penambangan supaya diubah menjadi kegiatan usaha pemanfataan panas bumi dan tidak masuk kategori kegiatan pertambangan. Penulis menyarankan supaya pemerintah diberi hak untuk melakukan penunjukan langsung tanpa prosedur lelang bagi penambangan panas bumi skala kecil untuk memenuhi kebutuhan listrik daerah terpencil. Kepada Kementerian ESDM disarankan agar terus mengoptimalkan pemanfaatan panas bumi dengan mempersiapkan langkah-langkah dan instrumen-instrumen hukum yang bersifat teknis dengan tetap memperhatikan prinsip-prinsip konservasi.

ABSTRACT
The focus of this study is the Memorandum of Understanding between the Ministry of Energy and Mineral Resources and the Ministry of Forestry. The purpose of this study is to understand the implementation of management of geothermal energy. This thesis uses normative juridical type of research which use secondary or library data and also analyze the Memorandum of Understanding between the Ministry of Energy and Mineral Resources and the Ministry of Forestry.
As the result, the author finds that the implementation of geothermal energy finds obstacles especially by Article 38 of Law Number 41 Year 1999 regarding forestry, which only allow the usage of production forest and protection forest for the sake of development which is not related to forestry activities.
Consequently, it is forbidden for mining activities in conservative forest. Besides, in the protection forest, it is forbidden to conduct open geothermal mining. This regulation obstruct the production and consumption geothermal energy as renewable energy. To overcome the obstacles in the implementation of the management geothermal energy especially in conservation energy, the forrest area is changed to non forest area and change the function. It also change the the function for the part or entire of the forrest area to become the different function.
Besides, the Memorandum of Understanding between the Ministry of Energy and Mineral Resources and the Ministry of Forrestry is a strategic effort in accelerate the implementation of geothermal management, but the effort should perceive the principles of natural resouces and keep on waiting for the definite rule instruments."
2012
T31734
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Rusmin
"Globalization era gives changing on 5c which is country, costs, customer. competitor and company Changing it charge hospital to increase service quality to patient and its family. Changing that also give impact on emulation that progressively tight deep grab potential market compartment The other impact is felt is increasing total bed so utilisasi is hospital that menurun can and can also increase. This condition of gets to be seen on case study at two swasta's hospitals that is at Makassafs city which is hospital Stella Maris and (`mestelina?s hospital hits utilisasi service nurses to lodge VIP'S class on year 2009. On year 2007 2008 RSG?S houses note GIMLET number services to nurse VIP?S class lodge just 53 % and 54 %, meanwhile RSSM is even greater which is 76 % and 74 %.
This research constitute research with quantitative approaching and kualitatitl Its aim wants to know determinant that is engaged utilisasi and quality picture services swasta's hospital. Observational data as data of primary which is acquired quantitative data with method surveys to utilize kuesioner where sample in observational it as much 200 respondents, one that its amount established by sampling tech slratzfied random is sampling with allocation method proportional. For kualitatifs data by methodics visceral interview on to amount to informan. There is data even its secondary is gotten by undertaking studies document.
Result observationaling to point out that no relationship among predisposing'S factor, enabling's factor and need's factor with utilisasi services to nurse VIP'S class lodge on RSG and RSSM 2009. Quality picture services hospital on RSSM better compared with by RSG. Picture services doctor on the two hospital with better. Appreciative picture services and RSSM'S rate less expensive and better than RSG. Therefore Stella Maris's hospital party and Grestelina's hospital needs to shortly notice utilisasi's determinant and increases hospital service quality, quality services doctor, point services hospital and mengkaji is rate that at establishes.

Era globalisasi memberikan perubahan pada 5C yaitu country, costs. customer, competitor dan company. Perubahan ini menuntut rumah sakit untuk meningkatkan kualitas pelayanan kepada pasien dan keluarganya. Perubahan tersebut juga memberikan dampak pada persaingan yang semakin ketat dalam merebut pangsa pasar potensial. Dampak yang lain dirasakan adalah peningkatan jumlah tempat tidur sehingga utilisasi rumah sakit dapat menurun dan juga dapat rneningkat. Kondisi ini dapat dilihat pada studi kasus di dua rumah sakit swasta yang ada di kota Makassar yaitu rumah sakit Stella Maris dan rumah sakit Grestelina mengenai utilisasi layanan rawat inap kelas VIP pada tahun 2009. Pada tahun 2007-2008 rumah RSG mencatat angka BOR layanan rawat inap kelas VIP hanya 53 % dan 54 %, sedangkan RSSM lcbih besar yaitu 76 % dan 74 %.
Penelitian ini merupakan pcnclitian dengan pendekatan kuantitatif dan kualitati Tujuannya ingin mengetahui determinan yang berhubungan dengan utilisasi serta gambaran kualitas layanan rumah Sakit Swasta. Data penelitian berupa data primer yaitu data kuantitatif yang diperoleh dengan metode survei menggunalcan kuesioner dimana sampel dalam penelitian ini sebanyak 200 responders, yang jumlahnya ditetapkan dengan teknik sampling stratified random sampling dcngan metode alokasi proporsional. Untuk data kualitatif dengan metode wawancara mendalam pada sejumlah informan. Adapun data sekundemya diperoleh dengan mclakukan telaah dokumen.
Hasil penelitian mcnunjukka.n bahwa tidak ada hubungan antara faktor predisposing, faktor enabling dan faktor need dengan utilisasi Iayanan rawat inap kelas VIP pada RSG dan RSSM tahun. Gambaran kualitas layanan rumah sakit pada RSSM Iebih baik dibandingkan dengan RSG. Gambaran layanan dokter pada kedua rumah sakit sama baiknya. Gambaran nilai layanan dan tarif RSSM lebih murah dan lebih baik dibandingkan RSG. Oleh karenanya pihak rumah sakit Stella Maris dan rumah Sakit Grestelina perlu untuk segera memperhatikan determinan utiilisasi dan meningkatkan kualitas layanan rumah sakit, kualitas layanan dokter, nilai layanan rumah sakit dan mengkaji tarif yang di tetapkan."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2009
T32069
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Jaka Martian Rusmin
"ABSTRAK
Skripsi ini bertujuan untuk menjelaskan pengaruh kondisi lingkungan terhadap kondisi fisik antiquariat di Pusat Perpustakaan dan Penyebaran Teknologi Pertanian Bogor (PUSTAKA BOGOR). Koleksi antiquariat adalah koleksi yang memiliki umur lebih dari 50 tahun dan mempunyai nilai sejarah yang berhubungan dengan ilmu pengetahuan dan perkembangan budaya bangsa. Oleh sebab itu koleksi antiquariat masih dipertahankan dan dijaga oleh PUSTAKA dari laju kerusakan yang mungkin akan terjadi pada koleksi tersebut. Kondisi lingkungan yang kurang baik dapat mengakibatkan kerusakan pada kondisi fisik koleksi antiquariat. Suhu ruangan dan kelembaban ideal bagi bahan pustaka adalah 20o - 24oC dan 45 - 60% RH. Oleh sebab itu keadaan ruang koleksi harus dijaga dalam keadaan yang ideal. Fluktuasi temperatur dan kelembaban suhu disebabkan oleh kadar intensitas cahaya yang masuk ke dalam ruangan. Kondisi ruang koleksi selalu terang pada saat siang hari sedangkan redup pada saat pagi dan sore hari. Dalam upaya menjaga kondisi ruang yang ideal, PUSTAKA melakukan pengadaan dehumidifier, namun dalam pelaksanaannya mengalami banyak kendala. Kendala yang terjadi adalah belum adanya kebijakan penggunaan alat dehumidifier. Pada hakikatnya, penyusunan kebijakan adalah salah satu faktor utama dalam menjalankan aktifitas pelestarian. Penyusunan kebijakan masuk ke dalam proses preventive conservation yang wajib dimiliki oleh setiap perpustakaan. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pandangan tentang keadaan kondisi fisik koleksi antiquariat yang disebabkan oleh kondisi lingkungan ruang koleksi. Korelasi antara kondisi lingkungan dan kondisi fisik koleksi antiquariat akan dijabarkan sehingga dapat dijadikan acuan dalam penyusunan kebijakan penggunaan dehumidifier di PUSTAKA.

ABSTRACT
This thesis aims to explain the effect of environmental conditions on the physical condition Antiquariat in Pusat Perpustakaan dan Penyebaran Teknologi Pertanian Bogor (PUSTAKA Bogor). Antiquariat collection is a collection that has a lifespan of over 50 years and has a value associated with the history of science and the development of national culture. Therefore Antiquariat collection is maintained and preserved by PUSTAKA of the rate of damage that might occur in the collection. Unfavorable environmental conditions can result in damage to the physical condition Antiquariat collection. Indoor temperature and humidity ideal for library materials is 20o - 24oC and 45-60% RH. Therefore, the state of the collection chamber should be maintained in an ideal state. Fluctuations in temperature and humidity caused by the levels of intensity of light coming into the room. The condition of the collection chamber always bright during the daytime while the dim during the morning and afternoon. In order to maintain the ideal conditions of space, PUSTAKA buying some of dehumidifier, but in practice has many obstacles. Constraints that happens is not have the policy of to using a dehumidifier. In essence, the policy-making is one of the major factors in running preservation and conservation activities. the policy-making process is part of preventive conservation that must be owned by each library. This thesis is expected to provide a view of the state of the physical condition of the collection Antiquariat caused by environmental conditions the collection chamber. The correlation between environmental conditions and physical conditions Antiquariat collection will be explained so that it can be used as a reference in policy making use of a dehumidifier in PUSTAKA.
"
[, ], 2015
S61511
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Oktovianus Rusmin
"The environmental degradation was a major problem for people who living in the coastal area of Paojepe village. Some previous efforts to address this problem were not successful due to top-down approach and lack of community participation. Learning from the experience, a partnership between University of Indonesia, an NGO, and local community was established to address coastal abrasion by replanting mangrove. Local institutions such as kinship relations and patron-client relationship (Punggawa-Sawi) were functioned as capital in implementing the program. Awareness rising on coastal rehabilitation through local institutions can encourage people to undertake mangrove conservation."
2005
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Tumanggor, Rusmin
"Influence of religions in traditional medication of people in Barus, Tapanuli Tengah, Sumatera Utara."
Depok: Komunitas Bambu, 2017
362.109 TUM g
Buku Teks  Universitas Indonesia Library