Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Reza Fadillah Achmad
"Profesi apoteker memegang peranan penting dalam pekerjaan kefarmasian. Salah satu hal penting yang harus dilakukan untuk menjadi apoteker profesional adalah terlibat langsung dalam praktik kefarmasian. Oleh karena itu, calon apoteker harus menjalani praktik profesi sebagai syarat dan pengalaman untuk memahami peran apoteker dan mengembangkan kompetensi sebelum memasuki dunia kerja. Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA) dilaksanakan di Rumah Sakit Fatmawati pada bulan Januari 2022 sampai dengan Februari 2022 dan di Apotek Kimia Farma Bendungan Hilir pada bulan Mei 2022. Melalui proses PKPA di rumah sakit dan apotek tersebut, diharapkan sebagai calon apoteker dapat memperoleh wawasan, pengetahuan, keterampilan dan pengalaman yang sesuai untuk berkarir di bidang kefarmasian.

The pharmacist profession plays an important role in pharmacy work. One of the important things that must be done to become a professional pharmacist is to be directly involved in the practice of pharmacy. Therefore, prospective pharmacists must undergo professional practice as a condition and experience to understand the role of pharmacists and develop competencies before entering the world of work. The Pharmacist Professional Work Practice is held at Fatmawati Hospital in January 2022 to February 2022 and at Kimia Farma Bendungan Hilir Pharmacy in May 2022. Through the activities carried out in hospitals and pharmacies, it is hoped that prospective pharmacists can gain insight, knowledge, appropriate skills and experience for a career in pharmacy."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Reza Fadillah Achmad
"Telefarmasi merupakan salah satu bentuk lebih luas dari telemedicine yang didefinisikan sebagai pelayanan kefarmasian melalui penggunaan teknologi telekomunikasi dan informasi kepada pasien dalam jarak jauh sehingga tidak memerlukan tatap muka. Swamedikasi merupakan pelayanan telefarmasi yang sering dilakukan, dimana konsumen memiliki kebebasan dalam memilih obat sesuai dengan keinginan dan kebutuhan. Penelitian ini bertujuan memberi gambaran mengenai pelayanan swamedikasi secara telefarmasi serta mengevaluasi implementasi pelayanan telefarmasi berdasarkan data kepuasan pasien yang mengacu kepada enam dimensi mutu kualitas pelayanan menurut WHO. Penelitian dilakukan menggunakan metode penelitian deskriptif analitik dengan desain peneltian cross sectional. Pengumpulan data dilakukan secara restrospektif menggunakan data primer yang diperoleh dari kuesioner yang disebarkan secara online. Kuesioner pada penelitian ini telah dinyatakan valid karena telah lolos uji validitas dan reliabilitas. Jumlah responden yang mengisi kuesioner berjumlah 194 orang tetapi hanya 120 responden yang sesuai kriteria. Sebagian besar responden (33%) melakukan swamedikasi secara telefarmasi di Jakarta dengan media yang paling banyak digunakan adalah Halodoc/GoMed. Hasil penelitian menunjukkan, pasien puas dengan penggunaan telefarmasi dengan persentase pada dimensi efektif (76,7%), efisien (63,3%), aksesibilitas (84,2%), berpusat pada pasien (57,5%), adil (81,7%), dan aman (91,7%). Uji beda rerata menunjukkan terdapat perbedaan bermakna pada kategori usia, tingkat pendidikan, dan tingkat penghasilan karena memiliki nilai signifikansi <0,05. Berdasasrkan hasil analisis dapat disimpulkan 75,8% responden merasa puas dan 24,2% merasa cukup puas terhadap pelayanan swamedikasi secara telefarmasi yang digunakan dimana dimensi berpusat pada pasien memiliki tingkat kepuasaan paling rendah sehigga diperlukan peningkatan mutu pelayanan.

Telepharmacy is a broader form of telemedicine which is defined as pharmaceutical services by telecommunications and information technology to remote patients so that they don’t require face-to-face contact. Self-medication is a telepharmacy service that is often used, where consumers have the freedom to choose drugs according to their wishes and needs. This study aims to provide an overview of self-medication services by telepharmacy and evaluate the implementation of telepharmacy services based on patient satisfaction data that refers to the six dimensions of service quality according to WHO. This research was conducted using descriptive analytic research method with a cross sectional research design. Data collection was carried out retrospectively using primary data obtained from questionnaires distributed online. The questionnaire in this study has been declared valid because it has passed the validity and reliability test. The number of respondents who filled out the questionnaire was 194 people but only 120 respondents met the inclusion criteria. Most respondents (33%) self-medicate via telepharmacy in Jakarta with the most widely used media being Halodoc/GoMed. The results showed that patients were satisfied using telepharmacy with a percentage on the dimensions of effective (76.7%), efficient (63.3%), accessible (84.2%), patient-centered (57.5%), equitable (81.7%), and safe (91.7%). The mean difference test showed that there were significant differences in the categories of age, education level, and income level because it had a significance value of <0.05. Based on the results of the analysis, it can be concluded that 75.8% of respondents are satisfied and 24.2% are quite satisfied with the telepharmacy self-medication service used where the patient-centered dimension has the lowest level of satisfaction so that it needs to be done to improve service quality. "
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library