Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nisha Virginia
"Kepatuhan penggunaan terapi imatinib mesilat (IM) jangka panjang menjadi faktor utama dalam tercapainya efektivitas terapi pada pasien Leukemia Granulositik Kronik (LGK). Faktor kualitas hidup diketahui memengaruhi tingkat kepatuhan terapi IM. Namun, faktor-faktor yang memengaruhi tingkat kepatuhan menunjukkan inkonsistensi data dalam berbagai penelitian dan juga belum diketahui lebih dalam di Indonesia. Pasien LGK berumur lebih dari 18 tahun dengan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) di Rumah Sakit Kanker Dharmais (RSKD) Jakarta yang menggunakan IM setidaknya satu bulan dilakukan pengukuran menggunakan kuisioner Medication Adherence Questionnaire (MAQ) dan European Organization for Research and Treatment of Cancer Quality of Life Questionnaire C30 (EORTC QLQ-C30) selama periode Maret – April 2020. Sebanyak 50 pasien LGK diikutsertakan dalam penelitian (rasio laki-laki : perempuan = 1,08 : 1,00) memiliki skor median skor kesehatan global/ QoL, skala fungsi dan skala gejala baik, kecuali skala gejala kelelahan yang didominasi kategori bergejala hingga bergejala berat (median: 33,33; persentil 25 – persentil 75: 11,11 – 44,44). Tingkat kepatuhan pasien didominasi dengan pasien tidak patuh (20/50; 40,00%). Analisis bivariat mengungkapkan hanya skala gejala mual dan muntah (referensi: bergejala dan bergejala berat) diketahui sebagai faktor yang memiliki hubungan bermakna secara signifikan terhadap risiko ketidakpatuhan (p = 0,007; Interval Kepercayaan (IK) 95% = 1,985 – 4,535; Odds Ratio (OR) = 3,000). Namun, hubungan tersebut tidak dapat dibuktikan dalam analisis multivariat. Penelitian ini mengungkapkan sebanyak dua dari lima pasien tidak patuh terhadap regimen pengobatan. Kejadian yang Tidak Diinginkan (KTD), khususnya gejala mual dan muntah merupakan faktor yang memengaruhi kepatuhan penggunaan IM pada pasien LGK.

Adherence to long-term Imatinib Mesylate (IM) therapy is a major factor in achieving therapeutic effects in patients with Chronic Myeloid Leukemia (CML). Quality of life is known to influence adherence to IM therapy. However, the data on factors influencing adherence is inconsistent in various studies and is also not fully understood yet in Indonesia. CML patients above 18 years old with National Health Insurance (JKN) at the Dharmais Cancer Hospital (RSKD) Jakarta who used IM for at least one month were tested using the Medication Adherence Questionnaire (MAQ) and the European Organization for Research and Treatment of Cancer Quality of Life Questionnaire C30 (EORTC QLQ-C30) during the period March to April 2020. A total of 50 CML patients enrolled in the study (male: female ratio = 1.08 : 1), had a good median global health status (QoL) score, the function scale and the symptom scale were good, except for the fatigue symptom scale which was dominated by the symptomatic to severe symptoms category (median: 33.33; 25th percentile – 75th percentile = 11.11 - 44.44). The patient adherence rate was dominated by nonadherent patients (20/50; 40.00%). Bivariate analysis revealed that the nausea and vomiting symptom scale (reference: symptomatic and severe symptom) was known to have a significant relationship with the risk of nonadherence (p = 0.007; 95% Confidence Interval (CI) = 1.985 – 4.535; Odds Ratio (OR) = 3.000). However, this relationship could not be proved in multivariate analysis. This study showed that the two-fifth of patients were considered to be nonadherent. Adverse Events (AE), especially symptoms of nausea and vomiting, are factors that influence IM adherence in patients with CML."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nisha Virginia
"Mual dan muntah akibat kemoterapi merupakan salah satu efek samping yang dapat menurunkan kualitas hidup pasien. Antagonis reseptor 5-HT3 seperti ondansetron telah digunakan dalam mengontrol mual dan muntah akibat kemoterapi emetogenik moderat. Perbedaan biaya obat antara ondansetron generik berlogo dan bermerek dagang diketahui cukup signifikan. Metode analisis efektivitas-biaya (AEB) dilakukan untuk mengukur dan membandingkan efektivitas serta biaya antara kedua pengobatan.
Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan pengambilan data secara retrospektif. Pengambilan sampel dilakukan secara total sampling. Data primer dan sekunder didapatkan melalui catatan rekam medik, sistem informasi rumah sakit, dan wawancara. Pasien wanita dengan kanker payudara yang menggunakan kemoterapi emetogenik moderat untuk pertama kalinya di RS Kanker Dharmais pada tahun 2012 diikutsertakan dalam penelitian. Sampel yang dilibatkan dalam analisis sebanyak 21 pasien, yaitu 12 pasien ondansetron generik berlogo dan 9 pasien ondansetron generik bermerek dagang. Efektivitas pengobatan diukur berdasarkan proporsi pasien yang terbebas dari mual dan muntah akut. Biaya didapatkan dari median total biaya pengobatan, meliputi biaya obat, alat kesehatan, rawat singkat, dan jasa dokter.
Berdasarkan hasil penelitian, efektivitas ondansetron generik bermerek dagang lebih besar (0,444) dibandingkan ondansetron generik berlogo (0,250). Median total biaya pengobatan ondansetron generik bermerek dagang lebih mahal (Rp 468.649,00) dibandingkan ondansetron generik berlogo (Rp 405.022,00). Hasil akhir menunjukkan bahwa ondansetron generik bermerek dagang (REB: Rp 1.055.515,77) lebih cost-effective dibandingkan ondansetron generik berlogo (REB: Rp 1.620.088,00). Perpindahan pengobatan dari ondansetron generik berlogo ke bermerek dagang membutuhkan biaya tambahan sebesar Rp 327.974,23 agar terbebas resiko mual dan muntah akut akibat kemoterapi emetogenik moderat.

Chemotherapy-induced nausea and vomiting (CINV) is one of the side effects that can reduce the quality of life. A 5-HT3 receptor antagonist like ondansetron has been used to control moderately emetogenic chemotherapy induced-nausea and vomiting. Difference in drug costs between ondansetron generics and brand names appear significantly. Cost-effectiveness analysis (CEA) were conducted to measure and compare the effectiveness and cost of the treatment.
A observasional study was done using total sampling method from retrospective data. Primary and secondary data collected from medical records, hopital information systems, and interviews. Female patients with breast cancer who were prescribed moderately emetogenic chemotherapy for the first time in 2012 were included in this research. The number of samples were 21 patients, which included 12 patients with generics ondansetron and 9 patients with brand names ondansetron. The effectiveness is measured by the proportion of patients free of acute nausea and vomiting. The cost is median of the total cost, summed from the cost of drugs, medical devices, hospitalization, and physician.
Based on the results of this study, the effectiveness of brand names ondansetron (0.444) is greater than generics ondansetron (0.250). Median total cost of brand names ondansetron is more expensive (Rp 468,649.00) than generics ondansetron (Rp 405,022.00). The final result showed that brand names ondansetron (CER: Rp 1,055,515.77) is more cost-effective than generics ondansetron (CER: Rp 1,620,088.00). Change of medication from generics to brand names ondansetron require extra cost Rp 327,974.23 for controlling acute nausea and vomiting due to moderately emetogenic chemotherapy.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2013
S46238
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library