Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Netty Suryanti
"Salah satu aspek di Rumah Sakit yang paling mendatangkan keluhan pasien adalah menunggu. Departemen Penerimaan Pasien (Admission Department) mempunyai peranan penting bagi Rumah Sakit, karena departemen ini merupakan tempat pertama kali pasien datang ke Rumah Sakit.
Pada Departemen Penerimaan Pasien Rawat Inap di RSPI, tempat tersebut merupakan tempat pendaftaran pasien rawat inap, rawat jalan dan informasi. Departemen ini dikeluhkan karena waktu proses pendaftaran rawat inapnya lama. Penghitungan awal waktu proses penyelesaian administrasi pendaftaran rawat inap yang dilakukan pada tanggal 6 - 11 Agustus 2001 pada 20 pasien di dapat waktu rata-ratanya adalah 30 menit (pasien belum diantar ke ruangan).
Waktu proses pendaftaran pasien rawat inap ini, kalau menurut hasil studi yang dilakukan bulan Mei 1993 dl oleh NAHAM (National Association of Health care Access Management) adalah 10,57 menit/pasien.
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran lamanya proses pendaftaran pasien masuk rawat inap di RSPI, serta faktor-faktor apa yang ada hubungannya dengan lamanya waktu proses tersebut. Metode penelitian yang dipakai pada penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan kualitatif dan kuantitatif, dilakukan dengan cara pengamatan (observasi), yaitu melihat dan mencatat jumlah dan taraf aktifitas tertentu, serta mencatat jumlah waktu yang dibutuhkan untuk penyelesaian setiap tahapan proses pendaftaran pasien rawat inap.
Penelitian dilakukan selama 22 hari, dengan jumlah sampel 131 pasien yang mendaftar rawat inap di RSPI (yang bukan dari emergency). Pengambilan sampel dengan metoda proposional random sampling berdasarkan jenis pembayaran yang berlaku di RSPI, yaitu Cash (69%), Asuransi (16%) dan Kerjasama Perusahaan (15%).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa untuk pendaftaran rawat inap mempunyai alur proses yang berbeda antara pasien yang melakukan pembayaran rawat inapnya dengan cash, asuransi atau kerjasama perusahaan. Rata-rata lamanya waktu proses pendaftaran pasien masuk rawat inap di RSPI adalah 32 menit 7 detik.
Untuk melihat ada tidaknya hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat, maka dilakukan uji Chi-Square, maka hasil didapat dari 8 variabel bebas yang diteliti ada 4 variabel yang mempunyai hubungan bermakna dengan lamanya waktu penyelesaian proses pendaftaran pasien rawat inap (variabel terikat), yaitu kesiapan ruang rawat dalam menerima pasien, kesiapan pasien untuk diantar ke ruang rawat, mencari bed (alokasi bed) dan pemberian tanda kunjungan dan tanda parkir.
Dengan teridentifikasinya rata-rata lama waktu proses pendaftaran pasien rawat inap dan faktor-faktor penghambatnya, diharapkan hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan untuk memperbaiki prosedur penyelesaian pendaftaran pasien rawat inap agar lebih singkat lagi.

Factors Influencing the Administration Processing Time for In-Patients Admitted at Rumah Sakit Pondok Indah (RSPI) (2002)One of the common aspects in hospital that complained by patients is "waiting time?. The admission department in hospital plays an important role as the initial point for patient to obtain various hospital services.
The admission department in Rumah Sakit Pondok Indah (RSPI) is the location where patients make inquiries and do their admission to be treated as in-patient out-patient. The department has been complained due to its long administration processing time, particularly for in-patients.
A survey conducted on 6 - 11 august 2001 to 20 samplers showed the average administration processing time for in-patients admitted in RSPI was 30 minutes/patient, prior to their admission.
Meanwhile, according to study carded out by NAHAM (National Association of Healthcare Access Management) in May 1993, the ideal time of administration process for in-patients are 10.57 minutes/patient.
The objective of this thesis is to find out the length of administration processing time for in-patients in RSPI; and to identify factors influencing the processing time. The method adopted on this study is descriptive by qualitative and quantitative approach through in-depth observation to the activities involved in the admission process.
The field study was performed in RSPI for 22 days to 131 samples, excluding the emergency-unit patients. The sampling method carried out is a proportional random sampling based on the type of payment in RSPI, which covers cash (69%), insurance (16%) and company cooperation (15%). The study indicates that different types of payment have different admission process, with the average processing time of 32.07 minutes/patient
To find out the correlation between `dependent variables' and 'independent variables', Chi-Square method is applied. The study reveals that 3 out of 8 independent variables observed have direct correlation to the length of administration processing time (as the dependent variable). These three in depended variables are: room/bed preparation, room/bed allocation, patient preparation and issuing the visitor badge & parking ticket.
By identifying the average length of administration processing time for inpatients and the impediment factors, it is expected that the processing time can be reduced in order to increase patient's satisfaction.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2002
T10781
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Netty Suryanti
"

 

Prevalensi karies gigi remaja di Indonesia masih tinggi. Salah satunya karena perilaku kesehatan gigi yang masih buruk. Perilaku remaja yang tidak stabil secara emosional dapat mempengaruhi perawatan kesehatan giginya. Keadaan kesehatan gigi yang buruk akan berdampak pada kepercayaan diri dalam hubungan sosialnya. Oleh karena itu diperlukan evaluasi penilaian determinan kesehatan gigi remaja. Alat ukur yang sesuai dengan karakteristik remaja, sampai saat ini belum tersedia. Tujuan penelitian adalah membuat alat ukur untuk mengukur perilaku kesehatan gigi remaja dan menguji model perilaku kesehatan gigi remaja berdasarkan theory of planned behavior serta menentukan determinannya. Penelitian ini menggunakan studi deskriptif eksploratif dengan desain cross sectional. Sejumlah 723 siswa SMP berusia 13-15 tahun adalah siswa SMP di Kota Bandung menjadi subjek penelitian. Sampel dipilih dengan metoda probability proportional to size (PPS) menggunakan random group methods. Penelitian terdiri dari: (1) membuat alat ukur dan memvalidasinya; (2) menilai perilaku kesehatan gigi remaja dan plak skor (3) menguji model determinan perilaku kesehatan gigi remaja. Hasil penelitian menunjukkan, alat ukur perilaku kesehatan gigi remaja (oral hygiene, dietary habits, dental attendance) berdasarkan theory of planned behavior serta perilaku aktual (oral hygiene, dietary habits, dental attendance), dan dengan dua faktor terkait yaitu harapan hasil sosial dan pengetahuan dinyatakan valid dan reliabel. Hasil untuk model struktural ketiga perilaku kebersihan gigi, kebiasaan diet, kunjungan ke Dokter Gigi, berdasarkan theory of planned behaviour, harapan hasil sosial dan pengetahuan hasilnya data fit (sesuai dengan model). Hasil analisis hubungan (1) model struktural perilaku kebersihan gigi: kontrol perilaku, harapan hasil sosial dan pengetahuan kesehatan gigi mempengaruhi skor plak melalui intensi dan perilaku aktual kebersihan gigi, (2) model struktural perilaku kebiasaan diet: kontrol perilaku dan pengetahuan kesehatan gigi mempengaruhi skor plak melalui intensi dan perilaku aktual kebiasaan diet, (3) model struktural perilaku kunjungan ke Dokter Gigi: kontrol perilaku dan pengetahuan kesehatan gigi mempengaruhi skor plak melalui intensi dan perilaku aktual kunjungan ke Dokter Gigi (4) model struktural perilaku kesehatan gigi: ketiga kontrol perilaku (kebersihan gigi, kebiasaan diet dan kunjungan ke Dokter Gigi) berkonstribusi kuat terhadap masing-masing intensi (kebersihan gigi, kebiasaan diet dan kunjungan ke Dokter Gigi), dan yang terbesar konstribusinya adalah kontrol perilaku kebiasaan diet. Kesimpulan, kontrol perilaku yang kuat pada komponen intensi akan menentukan ketiga perilaku kesehatan gigi pada remaja, namun yang secara empiris menentukan adanya hubungan dengan skor plak hanya perilaku kebersihan gigi dan kebiasaan diet.


The prevalence of adolescent caries in Indonesia is still high. Poor oral health behaviour is one of the causes. Unstable emotional behaviour in adolescent can affect their oral health care. Poor oral health condition can affect their self-confident in social environment. Therefore evaluation for adolescent oral health determinant and assessment is needed. Measuring instruments that suitable for adolescent characteristics are not yet available. The purpose for this research is to make an effective measuring instrument to assess adolescent oral health behaviour and to test adolescent the model of oral health behaviour based on theory of planned behavior alongside by determining the determinants. This research uses explorative description with cross sectional design. A total of 723 junior high school students aged 13-15 years in the city of Bandung became the subject of study.The sample was chosen with probability proportional to size (PPS) method using random group methods. The research consist of (1) make an effective measuring instrument and validate it; (2) assessing adolescent oral health behavior and score plaque (3) assessing the determinant model of adolescent oral health behaviour. Research result shown that measuring instrument of adolescent oral health behaviour based on theory of planned behaviour, the expectation of social outcome, oral health knowledge, and actual behaviour confirmed as valid and reliable. The result of third structural oral hygiene behaviour model, dietary habits, dental based on the theory of planned behaviour, expected social outcome and knowledge which resulted of data fit with model. The result of result of relationship analysis consist of (1) structural models of oral hygiene behaviors: perceived behavior control, expectations social outcomes and oral health knowledge influence plaque scores through the intention and actual behavior of oral hygiene, (2) structural models of dietary habits: perceived behavior control and oral health knowledge influence plaque scores through the intention and actual behavior of dietary habits, (3) structural models of dental attandance: perceived behavior control and oral health knowledge influence plaque scores through the intention and actual behavior of dental attendance (4) structural models of oral health behavior: perceived behaviora control (oral hygiene, dietary habits and dental attandance) have a strong contribution to each intention (oral hygiene, dietary habits and dental attandance), and the biggest contribution is perceived behaver control of dietary habits. Conclusion, strong perceived behavioral control on the intention component will determine the three oral health behaviors in adolescents, but which empirically determines the association with plaque scores only oral hygiene behavior and dietary habits.

"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2019
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library