Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
Namira Salsabila
"Pada tahap emerging adulthood, ditandakan sebagai masa instabilitas yang membuat individu kerap berganti pasangan. Padahal, hubungan yang memuaskan dapat membantu individu dalam pengembangan identitas dan tujuan serta meningkatkan kesejahteraan diri. Diketahui beberapa faktor berperan dalam kepuasan hubungan adalah motif berkorban dan rasa syukur. Penelitian ini bertujuan untuk menguji hubungan antara motif berkorban dan rasa syukur terhadap kepuasan hubungan berpacaran pada
emerging adulthood. Alat ukur yang digunakan Investment Model Scale (IMS) untuk mengukur kepuasan hubungan, Motives of Sacrifices (MoS) untuk mengukur motif berkorban, dan The Gratitude Questionnaire-6 (GQ-6 untuk mengukur rasa syukur. 2.839 partisipan merupakan individu berusia 18-29 tahun dan sedang berpacaran dengan lawan jenis. Hasil analisis dengan korelasi Pearson memberi hasil bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara motif berkorban mendekat (r = .297, p < .001, one-tail) dan rasa syukur terhadap kepuasan hubungan (r = .206, p < .001, one-tail). Hasil juga menunjukkan bahwa terdapat hubungan negatif yang signifikan antara motif berkorban menjauh terhadap kepuasan hubungan (r = -.095, p < .001, one-tail). Melalui penelitian ini dapat diketahui bahwa, dalam berpacaran di usia emerging adulhood dengan memiliki motif berkorban mendekat dan rasa syukur dapat berguna untuk meningkatkan kepuasan hubungan.
The emerging adulthood period is known as a stage of instability that causes individuals to change relationships frequently. Indeed, relationship satisfaction may help individuals develop their identity and goals while also increasing their well-being. Namely, the motives of sacrifice and gratitude have an impact on this. The purpose of this study is to investigate the relationship between the motives of sacrifice and gratitude towards dating relationship satisfaction in emerging adulthood. The measuring instruments used in this study are Investment Model Scale (IMS) to measure relationship satisfaction, Motives of Sacrifices to measure the motives of sacrifices, and The Gratitude Questionnaire-6 (GQ-6) to measure gratitude. 2,839 participants are 18-29 years old and dating the opposite sex. The results of this study, using Pearson correlation analysis, show that there is a significant positive relationship between the approach motive of sacrifice (r =.297, p.001, one-tail) and gratitude (r =.206, p.001, one-tail) to relationship satisfaction. The results also reveal a significant negative relationship between the avoidance motives of sacrifice to relationship satisfaction (r = -.095, p.001, one-tail). This study found that while dating at the age of emerging adulthood, having approach motives of sacrifices and gratitude can be beneficial for increasing relationship satisfaction. "
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Namira Salsabila
"Pandemi COVID-19 telah melemahkan aktivitas dan pertumbuhan ekonomi di Indonesia yang dapat berdampak pada kondisi likuiditas Bank Sistemik. Oleh karenanya melalui UU No. 2 Tahun 2020 salah satunya dilakukan langkah-langkah penanganan ataupun pencegahan risiko sistemik melalui penyempurnaan pinjaman likuiditas serta peran dan koordinasi dari anggota Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK). Terdapat dua masalah yang dibahas dalam skripsi ini yaitu mengenai penyesuaian pengaturan dan mekanisme pemberian Pinjaman Likuiditas Jangka Pendek (PLJP) dan Pinjaman Likuiditas Khusus (PLK) serta peran dan
koordinasi yang dilakukan KSSK dalam menangani kesulitan likuditas Bank Sistemik setelah berlakunya UU No. 2 Tahun 2020. Metode penelitian yang digunakan adalah yuridis-normatif dan data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan metode deskriptif analitis. PLJP dan PLK menjadi fasilitas yang saat ini dapat diberikan oleh Bank Indonesia dalam menangani kesulitan likuiditas Bank Sistemik setelah berlakunya UU No. 2 Tahun 2020. Pinjaman tersebut diberikan tidak terlepas dari peran Bank Indonesia sebagai Lender of the Last Resort. Pemberian PLJP sepenuhnya merupakan kewenangan Bank Indonesia dengan melakukan koordinasi mengenai persyaratan dengan Otoritas Jasa Keuangan, berbeda dengan PLK yang pemberian keputusannya berdasarkan hasil rapat KSSK namun belum diatur lebih lanjut mengenai mekanisme dan koordinasi lebih lanjut. Saran yang diperoleh yaitu diperlukan segera untuk dibentuk peraturan pelaksana mengenai PLK oleh regulator agar dapat menjadi fasilitas yang dapat
diimplementasikan dengan memperhatikan prinsip kehati-hatian untuk mencegah moral hazard.
COVID-19 Pandemic has weakened national economic growth and activities in Indonesia which could impact systemic banks liquidity condition. Therefore, by Law Number 2 Year 2020, one of the regulations is to take extraordinary steps to face or prevent systemic risk through both the improvement of liquidity loans facility and the roles and coordination of the Financial Stability System Committee member (KSSK). The problems discussed in this thesis are the adjustment ofregulations and mechanisms to provide short-term liquidity loan and special liquidity loan and also the roles and coordination of KSSK in facing systemic bank liquidity problems after the enactment of Law Number 2 Year 2020. The research method used is normative juridical, and the data obtained were analyzed using analytical descriptive method. Short-term liquidity loan and special liquidity loanare currently the facilities provided by Bank Indonesia in dealing with systemic bank liquidity problems after the enactment of Law Number 2 Year 2020. These liquidity loans are not apart from Bank Indonesias role as Lender of the Last Resort. In conclusion, The approval of short-term liquidity loan is fully on Bank Indonesia by coordinating the requirements needed with the Financial Services Authority (OJK), different from special liquidity loan that given based on the decision of KSSK meeting however, there is not any regulation regarding the mechanism and coordination of special liquidity loan facility further. Advice obtained is that is necessary for the regulator to create an adequate further legal framework regarding the special liquidity loan, so it can be implemented soon by still focusing on prudential banking principle to prevent the cause of moral hazard."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library