Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Muthia Khansa
"Latar Belakang: Indonesia masih menghadapi masalah status gizi. Pertumbuhan gigi sulung dimulai sejak minggu ke lima kandungan. Oleh sebab itu, gizi ibu prenatal dan anak postnatal dapat mempengaruhi kesehatan gigi, termasuk karies gigi sulung.
Tujuan: Mengetahui hubungan status gizi ibu periode prenatal dan status gizi balita dengan karies gigi sulung.
Metode: Desain potong lintang secara analitik observasional. Data status gizi ibu dan anak diambil melalui Buku KIA dan KMS. Data karies melalui pemeriksaan deft.
Hasil: Prevalensi ibu dengan gizi kurang periode prenatal 22,8 , 28,1 balita mengalami stunting, dan prevalensi karies gigi sulung 55,2 . Hubungan status gizi ibu periode prenatal dengan karies gigi sulung bermakna.

Background: Indonesia still face nutritional problem. Primary teeth growth start in fifth weeks of prenatal period. Thus, the prenatal nutritional status of mothers'and their child's can affect the tooth health, including primary teeth caries.
Objective: This study was analyzed the relationship between mother's nutritional status and their child of primary teeth caries.
Method: Analytic observational with cross sectional design. The data about mother's nutritional status and their child's were taken from KIA and KMS. The data of caries were using deft assessment.
Result: The prevalence of mothers and children with poor nutritional status were 22.8 and 28.1 . Prenatal nutritional status of mother's has a relationship to children's primary teeth caries.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muthia Khansa
"ABSTRACT
Skripsi ini menemukan bahwa physical settings dapat beradaptasi dari daerah kumuh menjadi daerah pariwisata untuk menarik wisatawan dan membuat kampung menjadi lebih layak huni dan berkelanjutan. Physical settings yang dapat beradaptasi adalah kombinasi dari lansekap, batas fisik, fasilitas, sirkulasi, akses, dan furnitur jalanan yang dapat mempengaruhi perilaku manusia. Perilaku manusia akan menunjukkan kepada kita bagaimana pengaturan fisik berkombinasi dan menciptakan daya tarik wisata di Kampung Wisata. Pemilihan studi kasus kawasan kumuh yang telah berubah menjadi Kampung Wisata adalah Kampung Kreatif Dago, Kampung Cibunut, Kampung Jodipan Tridi. Skripsi ini menggunakan metode studi tipologi untuk menemukan jenis dan menemukan esensi pengaturan fisik yang menciptakan daya tarik dengan mengamati elemen physical settings.

ABSTRACT
This paper discovers physical settings that can be adapted from slum area into tourism area to attract tourist and make a destination more livable and sustainable. The physical settings that can be adapted are a combination of landscape, boundaries, facilities, circulation, access, and street furniture which can influence human behaviour. Human behaviour would show us how physical settings combine and create a tourist attraction in Tourism Kampung. The case studies of slum area that have been transformed into Tourism Kampung are Dago Creative Kampung, Cibunut Kampung, Jodipan and Tridi Kampung. This Study use typology method to discover the type and find the essence of physical settings that create attraction by observing the physical settings elements. "
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maghfira Muthia Khansa
"Korea lekat akan nilai-nilai Kolektivisme dalam kehidupan masyarakatnya. Korea yang identik dengan jeong sebagai salah satu karakteristik dari Kolektivisme kini mulai meninggalkan nilai tersebut. Dengan kata lain, dewasa ini nilai-nilai kolektivisme sudah tidak penting bagi masyarakat Korea. Rasa kolektivis yang memudar di Korea dapat terlihat dari munculnya perilaku dan gaya hidup individualis yang mendorong perkembangan fenomena budaya Honjok. Rumusan masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah bagaimana perilaku dan gaya hidup masyarakat modern Korea dalam membentuk budaya Honjok berkaitan dengan nilai-nilai individualis. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis perilaku dan gaya hidup individualis dalam budaya Honjok dan kaitannya dengan memudarnya nilai-nilai kolektivis. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perilaku individualis seperti menjadi unit rumah tangga satu orang, memilih untuk tidak menikah, melakukan kegiatan makan dan minum sendiri, dan meluangkan waktu dengan diri sendiri adalah suatu gaya hidup individualis yang banyak dilakukan oleh masyarakat modern Korea yang membentuk perkembangan fenomena budaya Honjok. Gaya hidup ini memberikan perubahan dalam aspek sosial-budaya masyarakatnya. Perubahan aspek sosial yang muncul seperti, masyarakat Korea yang semakin individualis. Sedangkan perubahan dalam aspek budaya, yaitu perubahan gaya hidup dan perkembangan penyebaran budaya melalui teknologi digital.

Korean society lives alongside their strongly attached collectivism values. Korea which is characterized by jeong as one of the collectivism characteristics now begin to abandon that value. In other words, now the values of collectivism are not as important to them anymore. The fading collectivist sense in Korea is observed through the emergence of individualist behavior and lifestyles that encourage the development of the Honjok culture phenomenon. The research question is how the behavior and lifestyle of modern Koreans in shaping the Honjok culture are related to individualist values. This study aims to analyze the behavior and lifestyle of individualists in Honjok culture and its relation to the fading of collectivist values using a qualitative method. The results indicate that individualist behaviors such as being a single-person household unit, choosing not to marry, doing eating and drinking activities alone, and spending time with oneself are an individualistic lifestyle that is carried out by modern Korean society that shapes the development of Honjok culture phenomenon, thus change the socio-cultural aspects of the community. Changes in social aspects include Korean society becoming increasingly individualistic. While in cultural aspects include lifestyle changes and the development of culture spread through digital technology."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2019
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Muthia Khansa
"Latar belakang: Diabetes melitus (DM) merupakan salah satu penyakit metabolik kronis dengan jumlah penderita tertinggi di dunia. DM tipe 2 mencakup 90% kasus DM. Hiperglikemia pada DM tipe 2 menyebabkan kerusakan sel beta pankreas dan resistensi insulin. Salah satu opsi pengobatan DM tipe 2 adalah inhibitor alfa-glukosidase seperti acarbose. Okra (Abelmoschus esculentus) merupakan tanaman obat yang digunakan untuk pengobatan diabetes melitus di Turki dan banyak ditemukan di Indonesia. Penelitian yang menguji efek inhibisi buah okra terhadap alfa-glukosidase masih belum umum. Metode: Buah okra (Abelmoschus esculentus) merah diekstraksi menggunakan 3 pelarut dengan polaritas berbeda, yaitu etanol, etil asetat, dan heksana. Selanjutnya dilakukan uji fitokimia dan uji inhibisi ekstrak terhadap alfa-glukosidase secara in vitro dengan kontrol positif acarbose untuk menentukan persentase inhibisi dan nilai IC50. Hasil: Ekstrak etanol, etil asetat, dan heksana buah okra (Abelmoschus esculentus) memiliki kandungan metabolit sekunder flavonoid, triterpenoid, alkaloid, tanin (hanya etanol), glikosida (hanya etanol), dan steroid (hanya etil asetat dan heksana). Dari ketiga ekstrak, ekstrak etanol buah okra memiliki nilai IC50 terendah sebesar 72,038 ± 27,852 μg/mL, diikuti dengan ekstrak etil asetat sebesar 107,330 ± 3,025 μg/mL, dan ekstrak heksana sebesar 193,618 ± 18,514 μg/mL dengan kontrol positif acarbose sebesar 0,978 ± 0,326 μg/mL. Kesimpulan: Ekstrak buah okra terbukti mengandung flavonoid, triterpenoid, dan alkaloid serta tambahan tanin dan glikosida pada ekstrak etanol yang berpotensi sebagai inhibitor alfa-glukosidase. Ekstrak etanol, etil asetat, dan heksana buah okra memiliki kemampuan inhibisi alfa-glukosidase namun lebih rendah dari acarbose.

Introduction: Diabetes mellitus (DM) is one of the chronic metabolic diseases with the highest number of prevalence in the world. Type 2 DM covers 90% of DM cases. Hyperglycemia in type 2 DM leads to damage to pancreatic beta cells and insulin resistance. One of the treatment options for type 2 DM is an alpha-glucosidase inhibitor such as acarbose. Okra (Abelmoschus esculentus) is a medicinal plant used for the treatment of diabetes mellitus in Turkey and is widely found in Indonesia. Studies testing the inhibition effect of okra fruit on alpha-glucosidase are still not common. Method: Red okra (Abelmoschus esculentus) fruits were extracted using 3 solvents with different polarities, namely ethanol, ethyl acetate, and hexane. Furthermore, phytochemical tests and in vitro inhibitory activity tests against alpha-glucosidase were carried out compared to acarbose to determine the inhibition percentage and IC50 value. Result: Ethanol, ethyl acetate and hexane extracts of okra fruit (Abelmoschus esculentus) contain secondary metabolites of flavonoids, triterpenoids, alkaloids, tannins (only ethanol), glycosides (only ethanol), and steroids (only ethyl acetate and hexane). Of the three extracts, okra fruit ethanol extract had the lowest IC50 value of 72.038 ± 27.852 μg/mL, followed by ethyl acetate extract of 107.330 ± 3.025 μg/mL, and hexane extract of 193.618 ± 18.514 μg/mL with acarbose as positive control of 0.978 ± 0.326 μg/mL. Conclusion: Okra fruit extract has been shown to contain flavonoids, triterpenoids, and alkaloids as well as additional tannins and glycosides in ethanol extracts that have the potential to be alpha-glucosidase inhibitors. Ethanol, ethyl acetate, and hexane extracts of okra fruit have alpha-glucosidase inhibition ability but are lower than acarbose."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library