Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 10 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Lusiani
"Latar Belakang: Lupus Eritematosus Sistemik LES adalah suatu penyakit autoimun kronik yang melibatkan multiorgan dan multietiologi. Komplikasi kardiovaskular pada pasien LES merupakan salah satu penyebab morbiditas dan mortalitas terbesar. Proses aterosklerosis diketahui terjadi pada pasien LES usia muda dan menjadi salah satu faktor penyebab disfungsi diastolik. Penegakkan diagnosis disfungsi diastolik memerlukan pemeriksaan yang cukup mahal dan tidak merata di setiap fasilitas kesehatan. Oleh karena itu, diperlukan suatu metode diagnostik yang lebih mudah dan murah tetapi tetap dapat diandalkan untuk penegakkan diagnostik tersebut, seperti metode sistem skoring. Umur, lama sakit, komorbiditas hipertensi dan atau diabetes mellitus dan atau dislipidemia , anemia, Index Massa Tubuh IMT , kadar serum kreatinin, dan APS diketahui berhubungan dengan disfungsi diastolik dan dapat menjadi determinan diagnosis disfungsi diastolik pada pasien LES.
Tujuan: Menetapkan sistem skoring diagnosis disfungsi diastolik pasien LES berdasarkan determinan umur, lama sakit, komorbiditas, anemia, IMT, kadar serum kreatinin, dan APS.
Metode: Penelitian uji diagnostik potong-lintang cross sectional terhadap 127 pasien LES di RSCM sejak bulan April 2017 sampai Mei 2017. Data yang digunakan adalah data primer berupa wawancara, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan ekokardiografi transtorakal, serta data sekunder yang diperoleh dari rekam medis.
Hasil: Terdapat 9 7.08 subjek penelitian yang mengalami disfungsi diastolik. Lima dari tujuh determinan masuk dalam analisis multivariat. Setelah pemodelan, didapatkan APS dengan bobot skor 2 dan komorbiditas dengan bobot skor 1 yang selanjutnya menjadi bagian dari sistem skoring diagnosis disfungsi diastolik pasien LES. Sistem skoring ini kemudian di uji dengan kurva ROC dan didapatkan AUC sebesar 80.3 95 IK 62.7-97.8 dengan titik potong terbaik adalah lebih sama dengan 2. Skor ge;2 memiliki sensitifitas 44 , spesifisitas 94.9 , nilai prediksi positif 60 , dan nilai prediksi negatif 95.7 . Uji validasi interna dan eksterna menghasilkan nilai yang baik.
Simpulan: Proporsi disfungsi diastolik pasien LES di RSCM adalah 7.08 . Determinan diagnosis disfungsi diastolik pasien LES adalah APS dan komorbiditas. Skor ge;2 merupakan titik potong terbaik untuk menentukan bahwa pasien LES mengalami disfungsi diastolik.

Background : Systemic Lupus Erythematosus SLE is a chronic autoimmune disease involving multiorgan and multietiology. Cardiovascular complication in SLE patients is one of the highest causes of morbidity and mortality. It is known that premature atherosclerosis occurs in young SLE patients and related to diastolic dysfunction. The diagnostic of diastolic dysfunction requires a quite expensive and uneven examination at every health facilities. Therefore, it's necessary to have an accessible and inexpensive but reliable diagnostic method, such as a scoring system. Age, duration of pain, comorbidities hypertension and or diabetes mellitus and or dyslipidemia , anemia, Body Mass Index BMI , serum creatinine level, and APS are known to be associated with diastolic dysfunction and can be a determinant diagnostic of diastolic dysfunction in SLE patients.
Objective : Establish a diagnostic scoring system of diastolic dysfunction in SLE patients with determinants of age, duration of pain, comorbidities, BMI, serum creatinine level, and APS.
Methods : A cross sectional diagnostic study with 127 SLE patients in RSCM from April 2017 to May 2017. The data used are primary data such as interviews, physical examination, and transthoracic echocardiography, as well as secondary data was obtained from medical records.
Results : There were 9 7.08 subjects with diastolic dysfunction. Five from seven determinants can be used in multivariate analysis. After modeling, APS was obtained with score of 2 and comorbidities with score of 1, further it becomes a part of diagnostic scoring system of diastolic dysfunction in SLE patients. The scoring system was tested with ROC curve and obtained AUC of 80.3 95 IK 62.7 97.8 with the best cut off point was ge 2. A score of ge 2 had a sensitivity of 44 , specificity of 94.9 , positive predictive value of 60 , and negative predictive value of 95.7 . Internal and external validation test produce a good value.
Conclusions : The proportion of diastolic dysfunction in SLE patients in RSCM is 7.08 . Diagnostic determinants of diastolic dysfunction in SLE patients are APS and comorbidities. A score of ge 2 is the best cut off point for determining that SLE patients has a diastolic dysfunction.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lusiani
"Pendahuluan. Gagal jantung merupakan penyakit kronik dengan angka perawatan ulang satu tahun yang tinggi. Program Multidisiplin (multidisciplinary program, MDP) yang melibatkan tenaga medis dan nonmedis termasuk dokter kardiologi, dokter bedah jantung, dokter rehabilitasi medik, dokter gizi klinik, perawat dan fisioterapis mampu menurunkan angka perawatan ulang satu tahun sebesar 74%. Klinik Gagal Jantung Instalasi Pelayanan Jantung Terpadu (PJT) RSCM yang mengusung penerapan MDP telah berdiri sejak bulan Nopember 2018, tetapi belum ada data yang tersedia mengenai pengaruh MDP pada angka perawatan ulang pasien gagal jantung kronik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peranan MDP terhadap penurunan angka perawatan ulang satu tahun pasien gagal jantung kronik di RSCM. Metode. Penelitian menggunakan desain studi kohort retrospektif yang menggunakan data sekunder pasien gagal jantung kronik kelas NYHA II-IV yang menjalani rawat jalan di poliklinik PJT RSCM tahun 2017 dan 2019. Pasien diikuti hingga satu tahun pasca kontrol pertama untuk dinilai apakah mengalami perawatan ulang di rumah sakit. Dilakukan analisis bivariat untuk melihat pengaruh dari MDP terhadap angka perawatan ulang rumah sakit satu tahun dan analisis multivariat untuk menilai apakah pengaruh tersebut dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin, kelas fungsional NYHA, komorbid, kepatuhan berobat, obesitas, anemia dan pembiayaan. Hasil. Dari 133 subjek penelitian, sebagian besar subjek adalah laki-laki dengan median usia adalah 57 tahun. Angka perawatan ulang satu tahun sebelum penerapan MDP adalah 47,54%, sedangkan sesudah MDP adalah 38,89%, dengan penurunan angka perawatan ulang satu tahun pada kelompok yang sudah menjalani MDP sebesar 8,65% dan NNT 12. Dibandingkan dengan kelompok yang belum MDP, terjadi penurunan risiko perawatan ulang satu tahun pada kelompok yang sudah menjalani MDP sebesar 18,2%. Tidak didapatkan pengaruh yang bermakna secara statitistik antara MDP dan angka perawatan ulang satu tahun dengan nilai RR 0,818 (IK95%: 0,553 – 1,210, p=0,315). Faktor usia, jenis kelamin, kelas NYHA, komorbid, obesitas, anemia, kepatuhan, dan pembiayaan tidak menjadi faktor perancu pengaruh program MDP terhadap angka perawatan ulang satu tahun pasien gagal jantung kronik di RSCM. Kesimpulan. Penerapan program multidisiplin (MDP) menyebabkan penurunan risiko perawatan ulang satu tahun pasien gagal jantung kronik di RSCM sebesar 18,2%, namun diperlukan penelitian lebih lanjut dengan sampel yang lebih besar untuk meningkatkan kekuatan statistik.

Introduction. Heart failure is a chronic disease with high readmission rate. The multidisciplinary program (MDP), involving medical and non-medical personnel including cardiologists, cardiac surgeons, cardiac rehabilitation doctors, clinical nutritionists, nurses and physiotherapists is known to reduce the one-year readmission rate by 74%. The Heart Failure Clinic in PJT RSCM has implemented MDP since November 2018, but there is no data available regarding the effect of MDP on the readmission rate of chronic heart failure patients. This study aims to determine the effect of MDP on reduction of the one-year readmission rate of chronic heart failure patients in RSCM. Method. This retrospective cohort study is conducted using medical record from NYHA class II-IV chronic heart failure patients undergoing outpatient care in RSCM Polyclinic in year 2017 and 2019. Patients were followed up in one year after the first control to assess whether they experienced readmission or not. Bivariate analysis was performed to analyze the impact of MDP on the incidence of one-year hospital readmission and multivariate analysis to assess whether the impact was influenced by age, sex, NYHA functional class, comorbidities, medication adherence, obesity, anemia and funding. Results. Of the 133 research subjects, most were male with a median age 57 age years old. The readmission rate before MDP was 47.54%, while after MDP it was 38.89%, with absolute reduction on incidence of 8,65%. Compare to subjects before MDP, subjects whose had MDP has a reduction of one-year readmission risk of 18,2% and NNT of 12. There is no statistically significance of MDP regards to one-year readmission rate of chronic heart failure patients in RSCM with RR value of 0.818 (IK95: 0.553 – 1.210, p=0.315). Age, gender, NYHA class, comorbidities, obesity, anemia, adherence, and funding were not as confounding factors for the effect of the MDP program on one-year readmssion of chronic heart failure patients in RSCM. Conclusion. The multidisciplinary program (MDP) reduced risk of one-year readmission of chronic heart failure by 18.2%, however further studies with larger samples are needed to improve statistical power."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rina Lusiani
"Tesis ini menyajikan penelitian cacat produk yang terjadi di pabrik lembaran baja dingin khususnya pada proses Tandem Cold Reduction Mill (TCM) di PT. Krakatau Steel, cacat produk yang terjadi secara kontinyu. Tujuan penelitian adalah mengidentifikasi faktorfaktor cacat produk yang dominan.
Metode yang digunakan adalah metode peramalan dengan mengamati data cacat produk untuk dua tahun yang lalu yaitu tahun 2001 - 2002. Dan hasil perhitungan maka metode peramalan yang terpilih adalah metode Single Moving Average karena didapat nilai Mean Square Error yang terkecil. Setelah dilakukan verifikasi data ternyata data tersebut terdapat pada batas kontrol, hal ini berarti data carat produk significant. Hasil dari metode peramalan ini adalah untuk memprediksi trend pola data cacat produk untuk masa yang akan datang.
Langkah berikutnya adalah menggunakan metode analisa faktor dimana data yang diamati berdasarkan jawaban hasil kuesioner dengan membandingkan data variable manifes sebanyak 20 variabel cacat, yang dikelompokkan dalam tujuh kategori. Setelah menggunakan metode analisa faktor dengan berbantuan program Software SPSS maka didapat bahwa dari beberapa variabel manifes mengelompok dan saling berkorelasi menjadi enam faktor variable laten.
Hasil pengkajian dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa faktor - faktor cacat produk yang dominan hasil proses canai dingin terdiri atas enam faktor, dimana setiap faktor mempunyai variable cacat yang saling berkorelasi. Pengelompokan variable tersebut adalah : Faktor Reduction terdiri 6 variabel cacat, Faktor Bending terdiri 5 variabel carat, Faktor Incoming terdiri 3 variabel cacat, Faktor Speed, Lubrikasi dan Retailer masing-masing terdiri 2 variabel cacat.

This thesis to prepare of observation the product defect which be happened at Cold Rolling Mill especially in Tandem Cold Reduction Mill (TCM) process of Krakatau Steel Company. Defect which be happened is continue. The goal of observation to identification of dominates product rejection factors.
The method to be used is forecasting method with manner observe reduction data in the last two year 2001 - 2002. The forecasting method changed with using Single Moving Average method will be found the smallest Mean Square Error value. After to be done data verification in fact the data is located on limit control, which means the rejection data, is significant. The using of the forecasting method is to know the pattern of data trend rejection for the following year.
The next step is to use the method of factor analysis which be observed namely data of questioner answer result with comparing manifest data with quantity twenty defect variables is grouped into seven categories.
After using factor analysis by means of SPSS software program, then it will be got the result from manifest variables to group and correlate become six latent variables.
The analysis result of this observation thus will be got that dominant rejection factor produce of Cold Rolling Mill is divided into six factors, which every factor have defect variables to be correlate. Variables group namely: Reduction Factor consist of six defect variables, Bending Factor consist of five defect variables, Incoming Factor consist of three defect variables and Speed, Lubrication and Retailer Factor each consist of two defect variables.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2003
T14670
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Milawati Lusiani
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara karakteristik individu dan sistem penghargaan, dengan kinerja perawat pelaksana RS Sumber Waras Jakarta dengan desain cross sectional, jumlah sampel 195 orang dengan kriteria perawat yang bekerja di unit rawat inap, pengalaman kerja minimal 1 tahun, perawat yang telah mengikuti pelatihan tentang asuhan keperawatan, berlatar belakang pendidikan keperawatan, tidak sedang cuti, sakit atau tugas belajar saat penelitian dan tidak menjabat sebagai kepala ruangan, sampel ditentukan melalui simpel random sampling dengan lottery technique. Instrumen yang digunakan berupa angket untuk mengetahui karakteristik individu dan sistem penghargaan dengan kinerja perawat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik individu yang berhubungan dengan kinerja adalah lama kerja sedangkan sistem penghargaan gaji, tunjangan dan pengakuan secara bermakna berhubungan dengan kinerja. Sedangkan insentif dan bonus, pendidikan, pelatihan, promosi dan jenjang karir tidak berhubungan secara bermakna dengan kinerja. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa sistem penghargaan yang paling dominan berhubungan dengan kinerja adalah gaji dan pengakuan. lmplikasi dari hasil penelitian tersebut maka manajemen rumah sakit perlu meninjau ulang kebijakan terkait sistem pengkajian perlu dipertimbangkan pengkajian berbasis kompetensi dan faktor-faktor yang dapat meningkatkan kinerja perawat diantaranya adalah jaminan perawat dalam bekerja dan beban kerja perawat. Pengakuan profesi lain terhadap perawat juga perlu ditingkatkan, misalnya forum diskusi duduk bersama dalam membahas kasus-kasus pasien.

This study has been made with the aim to obtain knowledge about correlation between demographic characteristic and reward system perception with nurse performance in Sumber Waras Hospital Jakarta using the cross sectional design. The sample covered consisted of 195 nurse, meeting the such criteria as : staff nurse clinical applier, work experience one years and have following training and upgrading for nurse. The sampling method comprised the simple random sampling and the lottery technique. The instruments applied included questioners to find out the demography characteristic and reward system with nurse performance. Result of the study have shown that the demography characteristic with work lasting correlation to nurse performance. Their reward system salary, guaranteed, confessed meaningful correlation with nurse performance. The study results have also revealed that the reward system salary is the most significant correlation factor. Its implication, therefore would management hospital should evaluate and reform the system remuneration to basic competition and based on the staff nurse clinical applier performance, job encouragement, and most of all give them an opportunity in increasing their field. Confess other profession to nurse need to increasing, as such together discuss about clients."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2006
T17761
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mirna Lusiani
"Alokasi produk, keanekaragaman produk, dan harga produk memiliki pengaruh yang signifikan pada perilaku belanja konsumen. Dengan keterbatasan pada ruang rak displai, peritel harus melakukan pemilihan produk, penentuan harga, dan pengalokasian produk pada ruang rak displai secara optimal untuk memberikan keuntungan maksimal bagi peritel. Penelitian ini akan membahas mengenai optimasi alokasi produk pada ruang rak displai gerai minimarket berdasarkan hubungan antar kategori produk dan harga produk menggunakan teknik data mining yaitu multilevel association rules. Memanfaatkan data transaksi, diperoleh 9 asosiasi antar kategori, 24 asosiasi antar subkategori, dan 67 asosiasi antar item produk. Dengan menggunakan zero one integer program terpilih 61 item produk dan harga dari produk yang harus dipertahankan untuk dialokasikan dalam gerai agar keuntungan yang diperoleh peritel maksimal. Hasilnya, diperlihatkan konfigurasi alokasi produk berdasarkan hubungan antar kategori dan harga dari produk.

Product allocation, product assortment, and product price have a significant influence on customer buying behaviour. With limitation on shelf space, retailer must select, pricing, and allocate the products on shelf space optimally to maximize the profit for retailer. This research is focused on optimizing the products shelf space allocation based on the relationship between product categories and product price using data mining technique, multilevel association rules. Takes advantage of data transactions, 9 associations between categories, 24 associations between subcategories, and 67 associations between products were obtained. By using zero one integer programming selected 61 products with appropriate price that must be maintained to be allocated in the minimarket to maximize the retailer?s profit. As the result, product allocation configuration based on the relationship between product categories and product price is shown."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2011
T28729
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Mirna Lusiani
"Proyek monorail di DKI Jakarta merupakan salah satu upaya Pemerintah dalam mengatasi kemacetan lalu lintas. Monorail ini diharapkan dapat menjadi salah satu alternatif transportasi umum massal bagi warga Jakarta maupun sekitamya. Untuk dapat melayani calon panumpangnya terutama pada waktu sibuk maka perlu dilakukan penelitian mengenai jenis dan jumlah monorail yang terbaik.
Dalam penelitian ini, penulis telah melakukan pemilihan jumlah dan jenis monorail Kampung Melayu-Roxy pada berbagai skenario jumlah penumpang berdasarkan biaya yang terbaik menggunakan simulasi. Skenario yang digunakan merupakan jumlah penumpang perjam pada waktu sibuk. Data dikumpulkan dengan cara observasi dan dari berbagai sumber seperti konsultan, suplier, dan media. Observasi dilakukan pada halte busway koridor I untuk memperoleh data yang dijadikan acuan dalam pembuatan model monorail Kampung Melayu-Roxy.
Dari model yang telah dibuat, disimulasikan pada masing-masing skenario sehingga diperoleh jumlah dan waktu antar kedatangan kereta untuk setiap jenisnya. Pemilihan dilakukan berdasarkan analisis tingkat pengembalian dari kedua jenis kereta pada setiap skenario. Dari penelitian diperoleh hasil, untuk skenario 1 dipilih jenis kecil dengan jumlah 10 unit kereta, Untuk scenario 2 dipilih jenis kecil dengan jumlah 14 unit kereta. Pada skenario 3 dipilih jenis kecil dengan jumlah 15 unit kereta dan skenario 4 dipilih jenis kecil dengan jumlah 20 unit kereta.

Monorail is one of the solution to solve the traffic problem in the city of Jakarta This project developed to be an alternative of mass public transportation service for the citizen in Jakarta. In order to be able to serve the passengers during peak time, the project need to have a research in term of the optimal total number of trains and type to be used.
In this research, writer has choose the type and the total number of trains Kampung Melayu-Roxy with the level number of passengers distribution scenario based on the best cost using simulation. Scenario for the number of passengers per hour based on peak hour. Data gathered from variety sources such as consultant, suppliers, and media. Data required to developed a model, based on the observation of the Busway corridor Blok M-Kota.
After developed the model, the next step is to simulated each type on each passengers distribution scenario to obtained the total number of trains and headway. Selection based on incremental internal rate of return between two type on each scenario. The result obtained that scenario 1 with 10 small type trains. Scenario 2 with 14 small type trains. Scenario 3 with 15 small type trains.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2004
S50198
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Neni Lusiani
"Strategi kebijakan layanan informasi di Biro Humas dan Hubungan Luar Negeri belum mampu mémberikan pelayanan informasi sesuai harapan public, Oleh karena itu perlu diteliti bagaimana agar strategi kebijakan pelayanan informasi menjadi lebih efektif dalam merumuskan strategi berdasarkan empat teori George Edward HI yaitu komunikasi, sumber daya, disposisi, dan struktur birokrasi.
Pendekatan penelitian ini adalah deskriptif-kuantitatif yang mencoba untuk menjelaskan masalah yang dianalisis berdasarkan data yang dikumpulkan dari pengamatan dan wawancara. Wawancara terlibat informan kunci eksternal dan infernal, pembuat kebijakan dan pelaksana (wartawan dan masyarakat).
Permasalahan da1am penelitian ini adalah Bagaimana pelaksanaan sitrategi kebijakan untuk rneningkatkan layanan informasi juga untuk menganalisis masalah-rnasalah yang mengharnbat penerapan strategi kebijakan untuk infonnasi publik di Biro Humas dan Hubungan Luar Negeri Kementrian Hukum dan Hak AsaSi Manusia, dan mengidentifkasi hal-hal yang dapat menghambat strategi kebijakan.
Teori yang digunakan dalam analisis terhadap pelaksanaan kebijakan strategi untuk meningkatkan layanan informasi ini dari George Edward III. Selanjutnya, untuk menganalisis strategi kebiiakan layanan informasi.
Hasil penelitian menjelaskan bahwa pelaksanaan strategi kebijakan pelayanan informasi memiliki dampak yang mendalam pada pelaksanaannya. Tapi, ada juga beberapa kelemahan dalam pelaksanaan di Biro Humas dan Hubungan Luar Negeri. Mengacu pada teori George Edward III, kelemahan pada Biro Humas dan Hubungan Luar Negeri adalah aspek komunikasi, sumber daya, dan struktur birokrasi. hal ini dapat ditingkatkan dengan koordinasi yang? jelas dan komunikasi, dan konsisten dengan pelaksanaan. Hasil penelitian juga menunjukkan memiliki dampak yang mendalam tentang pelaksanaan layanau informasi di Biro Humas dan Hubungan Luar Negeri, meskipun ada beberapa kelemahan. Untuk menginplementasikan strategi kebijakan pelayanan informasi yang lebih baik, dapat menggambarkan langkah - langkah perumusan strategi menurut teori kollter.

The policy strategy of infomation service in Bureau of Public and Foreign Relations has not fulfill the public expectation of information service. Therefore, this research will explain how the information service policy strategy is to be more effective in formulating strategy based on four dimensions theory by Edward III namely communication, resources, disposition, and bureaucracy stmctnre.
The approach of this research is descriptive-qualitative which tries to describe the problems being analyzed based on data collected liom the observations and interviews. The interviews involved key external and intemal infonners, policy makers and implementers (journalists and public).
The problems in this research are How is the implementation of policy strategy for improving information service also to analyze the problems which constrain the implementation of policy strategy for public information in Bureau of Public and Foreign Relations ofthe Ministry of Law' and Human Rights, and to identity the things that can restrain the policy strategy for improving the public information.
The theory used in analyzing the implementation of strategy policy for improving the information service is from Edward 111. Subsequently, to analyze the policy strategy of information service.
The result describes that the implementation of policy Strategy of information service has deep impacts on the implementation. But, there are also some weaknesses in the implementation at Bureau of Public and Foreign Relations. Referring to the theory of Edward 111, the Weaknesses at Bureau of Public and Foreign Relations are the aspects of communication, resources, and bureaucracy structure. It can be improved by clear coordination and communication, and consistent with implementation. The result also shows that have deep impact on the implementation of information service at Bureau of Public and Foreign Relations, although there are some weaknesses. To implement better information service policy strategy, it can apply the steps of strategy formulation from Kollter theory.
"
Jakarta: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2010
T33460
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Lusiani
"ABSTRAK
Penambahan plastik pada pyrolysis tongkol jagung dapat dijadikan salah satu cara
untuk meningkatkan yield biooil dan kandungan senyawa non-oxygenate dalam
biooil. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi efek dari penambahan plastik
pada pyrolysis biomassa terhadap yield dan kualitas biooil serta pengaruh holding
time terhadap biooil hasil proses co-pyrolysis tongkol jagung dan limbah plastik
dalam reaktor unggun tetap. Temperatur maksimal yang digunakan adalah 500oC.
Kecepatan alir N2 yang digunakan 700 ml/menit dan kecepatan pemanasan rendah
5oC/menit. Kecepatan alir N2 dan kecepatan pemanasan co-pyrolysis dibuat
rendah untuk mengakomodasi yield biooil yang tinggi dari pyrolysis plastik.
Tongkol jagung memiliki kandungan selulosa dan hemiselulosa sebesar 81,3%
dimana sangat potensial untuk menghasilkan biooil. Variasi rasio berat plastik
dalam campuran umpan adalah 0, 25, 50, 75, dan 100% dan holding time 0, 10,
30, 50, dan 70 menit. Yield biooil yang diperoleh pada co-pyrolysis tongkol
jagung dan plastik semakin menurun dengan semakin besarnya rasio berat plastik
pada campuran umpan, High Density Polyethylene (HDPE) sebesar 20,28, 17,70,
17,95, 10,45, dan 7,66 % berat dan Polypropylene (PP) sebesar 20,28, 20,80,
18,05, 8,10, 13,98 % berat. Tidak terjadi efek sinergitas untuk meningkatkan yield
biooil. Efek sinergitas terjadi menyebabkan peningkatan senyawa non-oxygenate
biooil hasil co-pyrolysis dengan rasio berat plastik terhadap campuran umpan
yang tinggi. Penambahan holding time pada co-pyrolysis tongkol jagung dan
plastik cenderung menurunkan yield biooil dan kandungan non-oxygenate biooil.

ABSTRACT
The addition of plastic on the pyrolysis of corn cobs can be one way to increase
the yield biooil and non-oxygenate compound in biooil. This study aimed to
evaluate the effects of adding plastic on pyrolysis of biomass to yield and quality
of biooil and the effect of holding time on biooil from co-pyrolysis corncobs and
plastic waste on a fixed bed reactor. The maximum temperature used is 500oC.
The flow rate of N2 used 700 ml/min and a low heating rate of 5°C / min. The
flow rate of N2 and co-pyrolysis heating rates are set low to accommodate biooil
high yields of pyrolysis plastic. Corncob contains cellulose and hemicellulose of
81.3% which is very potential to generate biooil. Variations in the weight ratio of
plastic in the feed mixture is 0, 25, 50, 75, and 100% and a holding time of 0, 10,
30, 50 and 70 minutes. Yield biooil obtained in co-pyrolysis of corn cobs and
plastics decreases with greater weight ratio of plastic in the feed mixture, the
mixture with High Density Polyethylene (HDPE) produced 20,28, 17,70, 17,95,
10,45, and 7,66% by weight biooil and with Polypropylene (PP) produced 20,28,
20,80, 18,05, 8,10, 13,98% by weight biooil. A synergy effects was not happened
to increase yield of biooil. Synergy effects occur causing an increase in nonoxygenate
compound biooil result of co-pyrolysis with a high weight ratio of
plastic to feed mixture. Addition holding time in the co-pyrolysis of corn cobs and
plastic tends to decrease the yield biooil and non-oxygenate content biooil."
2016
T46301
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Edwi Lusiani
"ABSTRAK
Gedung pemerintah. Pemerintah mengalokasikan anggaran pemeliharaan yang besar yaitu Rp33,899 triliun sehingga perlu dilakukan manajemen pemeliharaan yang efektif dan efisien. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus pada Kementerian Hukum dan HAM. Teknik pengumpulan data yaitu menggabungkan data yang diperoleh melalui kuesioner yang dianalisis dengan statistik deskriptif dan didukung oleh data primer yang bersumber dari hasil wawancara. Penelitian ini dilakukan dengan sampel gedung di Kementerian Hukum dan HAM yang manajemen pemeliharaannya menggunakan 2 dua cara yaitu swakelola dan building management. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemeliharaan gedung di Kementerian Hukum dan HAM cukup efektif. Namun pemeliharaan gedung dengan menggunakan building management pada gedung Ditjen Imigrasi Eks Sentra Mulia telah terbukti menggunakan biaya yang relatif lebih murah dibanding dengan gedung dengan swakelola. Gedung Ditjen Imigrasi Eks Sentra Mulia telah menerapkan strategi pemeliharaan preventif dan korektif, memiliki pedoman pemeliharaan gedung serta jadwal pemeliharaan yang jelas. Oleh karena itu, Pemerintah sebaiknya menggunakan building management untuk pekerjaan pemeliharaan gedung karena dapat membantu pemerintah untuk fokus pada pelaksanaan tugas pokok dan fungsi organisasi atau fokus melayani masyarakat.

ABSTRACT
This research is aimed to analyze the effectiveness and efficiency of the maintenance of government buildings. The government has allocated a considerable budget of Rp33,899 trillion for this, so there is a definite to a need for effective maintenance management. This research uses qualitative approach a case study in the Ministry of Law and Human Rights. Data collection techniques combined data gathered through a questionnaire then analyzed by descriptive statistics and supported by primary data source by interview results. This research is done through a building sample in Ministry of Law and Human Rights which maintenance management used two 2 methods, self management and building management. The results of this research show that building maintenance in the Ministry of Law and Human Rights is quite effective. However, the building maintenance based on building management of Directorate General of Immigration Eks Sentra Mulia Building has proven to be relatively cheaper cost than self management and applied a preventive and corrective maintenance strategy with clear building maintenance guidance and schedulle. Therefore, the government should start considering building management practice for building maintenance work. Building management will enable the government to focus more on implementing its main duties and organization function and focus more on serving the society."
2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Meidina Alia Lusiani
"Keamanan merupakan suatu hal yang sering kali diabaikan oleh kebanyakan orang. Salah satunya adalah keamanan di perumahan dan apartemen, masih banyaknya pencurian dengan cara membobol pintu rumah atau bangunan. Pada tugas akhir ini, mengembangkan teknologi Mikrokontroler dan Qr Code yang digunakan untuk sebuah security system yaitu membuat sistem keamanan akses suatu ruangan. Dengan memanfaatkan teknologi Qr Code dan sistem penyimpanan pada database, penelitian ini menghasilkan prototype berupa akses pintu dan diuji menggunakan Qr Code sebagai kuncinya. Prototype sistem keamanan akses ruang dengan memasukkan Qr Code berbasis raspberry pi. Sistem keamanan akses ruang dengan masukan Qr Code dapat mencatat data dalam bentuk satuan waktu. Sistem database yang sudah dirancang dan dibuat menyimpan, menambah, mengubah, dan menghapus data yang dimasukkan oleh pengguna. Webcam dapat membaca Qr Code dan menunjukkan nomor Qr Code beseta jenis Qr Code. Kerja dari output yaitu solenoid door lock dan LED sebagai simulasi dari pengunci pintu ruangan dan penanda bahwa sistem sudah bekerja sesuai dengan perancangan. Hasil percobaan yang dilakukan adalah sistem berhasil diterapkan pada prototype dengan tujuan peningkatan sensitifitas pemindaian Qr Code, webcam dapat memindai Qr Code dengan berbagai jarak dan juga mempengaruhi kecepatan pemindaian. Seperti pada proses pemindaian pada jarak 50cm antara kamera dengan Qr Code yang rata-rata memerlukan proses 0,3 detik hingga sistem pengunci terbuka.

Security is something that is often ignored by most people. One of them is security in housing and apartments, many still escape by breaking into the door of a house or building. In this thesis, developing a technology microcontroller and Qr Code used for security systems is to create a security system access to a room. By utilizing Qr Code technology and storage systems in the database, this study produced a prototype about door access and borrowing it using Qr Codes as the key. Prototype of space access security system by entering a Raspberry pi-based Qr Code. Space access security system with input Qr Code can be recorded data in the form of time units. Database system that has been created and made to store, add, change, and save data that is installed by the user. The webcam can read the Qr Code and display the Qr Code number. Work from the output is the solenoid door lock and LED as a simulation of the locking the room door and system markers that are in accordance with the design. The results of the experiments carried out were systems that were successfully applied to the prototype with the aim of increasing the sensitivity of scanning the Qr Code, the webcam can support Qr Codes with various distances and also affect the scanning speed. As in the scanning process at a distance of 50cm between the camera with a Qr Code which on average requires a process of 0.3 seconds until the locking system is open."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library