Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Lalitia Apsari
"Kosmos merupakan hal yang kompleks, memahaminya berarti mengerti betui akan eksistensi kita dan segala substansi yang 'hadir' di alam semesta sebagai mahluk Al Khalik yang fana sifatnya. Dalam memahami kosmos manusia memiliih untuk berorientasi terhadap sesuatu yang terkadang tidak lepas dari dogma-dogma yang terbentuk akan panutan mengenai sosok-sosok yang disucikan atau diagungkannya. Sosok-sosok tersebutlah yang disebut dengan ikon yang surgawi dan bersifat abadi. Manusia perlu penghayatan tinggi terhadap suatu kepercayaan?yang sifatnya 'hadir' bukan 'nampak'?sehingga dalam kehidupannya di dunia manusia mengejawantahkan kosmos menjadi bentuk-bentuk yang kasat mata?dalam penulisan ini adalah bentuk-bentuk arsitektural. Konversi ini tidak jarang meng'hadir'kan ikon yang selain menjadi orientasi terhadap pemujanya juga menjadi inti yang bertindak sebagai 'jiwa' dari bentuk arsitekturalnya. Lalu bagaimana arsitektur merespon terhadap ikon sebagai inti ruangnya? Bagaimana esensi 'ruang' yang dibentuknya dan apa dampaknya bagi manusia yang mengalami? Pertanyaan-pertanyaan inilah yang ingin saya kaji dalam penulisan skripsi ini yakni pemahaman mengenai ikon sebagai inti bentuk arsitektural selaku simbol kosmologis. Untuk memahaminya saya mengkaji berdasarkan pengertian tiap-tiap unsurnya dan melakukan pengalaman ruang dengan metode fenomenologi.

Cosmos is exceedingly intricate, to comprehend it means to grasp and became conscious of our existence and all substances that is 'presence' in universe as God's mortal creation. In understanding cosmos human being prefer to orient themselves to things and ideas that occasionally related to values that constructed from their adulation of figures they considered to be sacred and divine afar human. These figures are what we entitled as icons?heavenly and perpetual. Human requires high discernment to respect religion?which is classified as something 'presence' yet with a vague way of manifestation. Hence in human life, cosmos is converted to factual and tangible forms and figures, and by that I choose the paradigm of architectural figures. This alteration likely to 'bestow' icons?in addition as a point of reference to their worshippers and also revealed as the staple that acts as the 'spirit' of its architectural form. Thus how architecture responded to the icon as their crux? How does the 'space' assembled and what effect does ft bring to human who experience it? These inquiries are what I expected to answer by conferring an outlook about icon as the crux of architectural form as a cosmologic symbol. The assessment is based on the recognition of every aspect and experiencing the space with phenomenology method."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
S48537
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lalitia Apsari
"ABSTRAK
Dua kata yang memiliki relasi semantik dalam kalimat terhubung oleh tautan
dependensi. Jarak dan panjang tautan dependensi tersebut dapat digunakan untuk
mengkaji efisiensi kalimat terkait memori kerja manusia, terutama untuk bahasa dengan
urutan kata bebas seperti bahasa Indonesia. Penelitian ini meninjau pengaruh panjang
kalimat, arah tautan dependensi, dan valensi kata terhadap efisiensi kalimat dari segi
dependensi pada bahasa Indonesia ragam tulis dan lisan. Tinjauan ini memanfaatkan dasar
teori dan luaran penelitian terdahulu yang menyatakan bahwa manusia akan mendekatkan
kata-kata yang memiliki relasi semantik. Dengan memanfaatkan korpus jurnalistik bahasa
Indonesia berskala besar, temuan penelitian ini memperlihatkan perbedaan kedua ragam
dalam mengkonstruksikan kalimat secara efisien. Kalimat pendek ragam lisan cenderung
mengalami pengurangan sintaktis seperti pengurangan kata karena ada keterbatasan
memori kerja dalam mengkonstruksikan kalimat lisan yang panjang. Sebaliknya,
ketersediaan waktu untuk memproduksi kalimat tulis dan penerapan tata bahasa yang
lebih baik tercermin pada struktur sintaktis yang lebih efisien. Perbedaan ini dapat
menjadi keunikan masing-masing ragam dan berkaitan dengan pengembangan ilmu
sintaksis yang lebih deskriptif terhadap ujaran nyata. Luaran penelitian ini menjadi bekal
untuk penelitian lanjutan yang berupaya untuk memahami tuntutan keterbatasan memori
kerja manusia dan hubungannya dengan tata bahasa.

ABSTRACT
Dependency distance, the distance between semantically related words in a
dependency relation, has been a key measure of interest in the studies of syntax and
transdisciplinary linguistics. This concept can be utilized to study the relation of
language efficiency and human working memory, particularly for languages with free
word order such as Indonesian. This thesis investigates the possible influence sentence
length, dependency direction, and word valency may have on language efficiency and
dependency relations in written and spoken Indonesian language. This study supports the
long standing idea that human language tends to organize word orders so semantically
related words can be close in the linear order of a sentence. By analyzing a large-scale
corpus of formal texts in Indonesian, the outcomes show significant differences between
both speech modes. Syntactic reduction are commonly found in shorter sentences in
the spoken language as a manifestation of working memory limitations in constructing
longer sentences verbally. On the other hand, written language exhibits a more efficient
syntactic pattern that might be motivated by longer production time, allowing speakers to
better apply grammar rules in its utterance. The findings pose further research questions
for future studies of dependency relations in order to better understand the correlation
between syntactic complexity and cognitive demands."
2018
T50374
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library