Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
cover
L.G. Saraswati Putri
"Letak signifikansi dari Upanisad dalam pemaparan tulisan ilmiah ini adalah semangat pembaharuannya yang hingga kini dapat digunakan sebagai diskursus mengkritik ataupun re-evaluasi dogma dan keortodoxan suatu sistem. Sehingga fenomena-fenomena yang terjadi dapat ditelaah secara logis dan kritis. Maka fokus permasalahan adalah bagaimana Upanisad mengkritik persoalan-persoalan seperti ri tulitas beragama (upacara keagamaan, kurban, persembahan), yang dianggap sebagai bentuk kesia-siaan `redundancy', kemudian konsep dewa `deities' dalam teologi Hindu, yang diserang secara tajam oleh Upanisad. Persoalan lainnya yang memicu konflik adalah desakralisasi dari kasta, dimana menurut Upanisad para kaum pemuka agama ataupun mereka yang meletakan diri mereka terhormat atau 'privileged' karena posisi kasta mereka, sesungguhnya dari prinsip kardinal hukum Karma tetap sederajat di mata alam semesta. Topik inilah yang hingga saat ini masih terus menimbulkan kontradiksi, dan menunjukan keradikalan berpikir dari Upanisad. Meski di kalangan umum, Upanisad tidak dianggap sebagai sumber teks yang populis, sehingga seringkali tidak dianggap sebagai inti dari filsafat India. Melalui argumen-argumen nantinya, diharapkan dapat dicermati bahwa Upanisad merupakan ruh ataupun mercusuar bagi pemikiran yang kritis dan tajam. Berbeda dengan literatur terdahulunya, Upanisad menekankan pada dialog, suatu transaksi berpikir yang rasional serta transendental, dan tidak melekatkan pada suatu bentuk norma_norma yang mengekang. Upanisad mendobrak segala pengkultusan tradisi yang sebelumnya menjadi tema utama dalam veda-veda Iainnya. Memahami Upanisad dapat dikatakan mempelajari Filsafat India dari sumber apinya, tidak pada residu, atau debunya semata. Seperti salah satu bagian Upanisad yang penting yakni, Mundaka Upanisad, dimana Bahasa sansekertanya berarti pisau/silet, yang bertujuan membedah dan terus menerus mencari pendasaran filosofis dibalik fenomena di sekeliling manusia."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2005
S16115
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
L.G. Saraswati Putri
"Kesengsaraan adalah universal bagi manusia. Manusia menjalani kehidupannya tanpa pernah luput dari penglaman akan kesengsaraan. Tesis ini bertujuan melacak lebih dalam dan filosofis bagian-bagian penting dari suatu pengalaman kesengsaraan. Asumsi yang telah menjadi habituasi adalah pandangan yang menganggap bahwa kesengsaraan adalah kejadian seharian yang tidak berpola dan ack."
Depok: Universitas Indonesia, 2008
T25310
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
L.G. Saraswati Putri
"Tujuan utama dari penulisan disertasi ini adalah menunjukkan problem disekuilibrium di antara manusia dan alam. Kondisi ini terjadi dikarenakan kurangnya kepekaan manusia untuk melestarikan alam. Manusia menganggap secara dangkal keberadaan dan kekayaan alam. Sikap ini menyebabkan kerusakan berkepanjangan, hingga pada titik dimana tidak adanya lagi alam liar. Pendekatan etis terhadap problem disekuilibrium dianggap tidak lagi cukup. Harus ada langkah baru dan metode yang lebih akurat untuk mengatasi inti dari permasalahan. Fenomenologi Lingkungan menawarkan ontologi baru terhadap relasi manusia dan alam. Melalui Edmund Husserl, Maurice Merleau-Ponty dan Martin Heidegger, fenomenologi lingkungan bertujuan untuk membangun argument yang rigoris dalam mengupayakan investigasi terhadap problem relasi manusia dan alam. Melalui perspektif Husserlian, alam bukan semata-mata perpanjangan dari kesadaran subjek. Alam memiliki kualitas dan properti yang independen dari asumsi subjek. Lebih lanjutnya, Merleau-Ponty berargumen bahwa alam lebih dari sebatas latar belakang kehidupan manusia, alam adalah bagian mendasar dari bagaimana manusia merekognisi eksistensinya. Kita hidup terinspirasi dari alam, tanpa alam kita kehilangan daya untuk membentuk makna. Menurut Heidegger manusia mendapatkan makna kehidupannya melalui keterlibatannya dengan alam. Alam memberikan kita ilustrasi tentang ruang dan waktu. Maka, keterlibatan dengan alam adalah bagian terpenting dari Dasein, yakni melalui kehidupan berdampingan dengan alam ia dapat memahami otentisitasnya. Perjalanan menuju ekuilibrium adalah tugas yang penuh tantangan, yang membutuhkan sikap dan pandangan filosofis. Fenomenologi Lingkungan memungkinkan kita untuk berpikir secara radikal problem disekuilibrium dan memulihkan relasi ontologis di antara manusia dan alam.

The prime objective of this dissertation is to point the matter of disequilibrium between human and nature. This condition is due to our lack of sensibility to preserve nature. Human beings take for granted the bountiful of nature. This attitude causes further destruction to the point of losing Nature?s wilderness. Ethical approach to the problem of disequilibrium is no longer sufficient. There must be a new and vigorous method to solve the crux of the matter. Eco-Phenomenology proposes new ontology towards human and nature. Through Edmund Husserl, Maurice Merleau-Ponty and Martin Heidegger, eco-phenomenology aims to a more rigorous argument to investigate the relation between human and nature. From Husserlian perspective, nature is not merely an extension of the subject consciousness. Nature has its qualities and properties independent from the subject?s assumption. Furthermore, Merleau-Ponty argues that nature is more than just the backdrop of our lives, it is the essential part of our recognition to our existence. We live inspired through nature, in the absence of it, we would have lost our ability to constitute meaning. According to Heidegger human derived its meaning through their involvement with nature. Nature provides us with the illustration of space and time. Hence, nature is a fundamental part of Dasein, through dwelling alongside nature, Dasein is discovering its authenticity. The journey to equilibrium is an arduous task, one that requires new philosophical ways of perceiving. Eco-phenomenology enables us to think a more radical problem of disequilibrium, and that is to restore the ontological relation between human and nature."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2013
D1413
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
L.G. Saraswati Putri
"Abstrak
This research and community engagement investigates an ancient Balinese ritual known as Sang Hyang Dedari. Thedance is interrelated to an agricultural aspect of the traditional Balinese living. As the Balinese struggle tomaintain their values from the constant threat of modernization andindustrialization, this dance reveals the powerful impact of creating anawareness of socio ecological equilibrium. The effort made by the villagers ofGeriana Kauh, Karangasem, displays how local community rebuilds its environmentbased on their traditional ecological value. Analyzing Sang Hyang Dedaridance through phenomenological approach, thus, it can be discovered how theritual sustains the social relations. The bodies of the dancers are the centerof an elaborate nexus between people, nature and god. To understand how thedualism of sacred and profane bodies, this research utilizes the body theory byMaurice Merleau-Ponty. The importance of phenomenology as a theory relates tothe understanding on how the ritual works as an event in its totality.Understanding the unity between the presence of the divine, nature and human.The output of this research and community engagement is a museum built incooperation between University of Indonesia with the villagers of Geriana Kauh,Karangasem. As the performance and knowledge about Sang Hyang Dedari appearedto be scarce, this museum is a form of collaboration to retrace the history ofSang Hyang Dedari ritual, in an attempt to conserve the ancient knowledge. "
Depok: Directorate of research and community engagement Universitas Indonesia, 2017
300 AJCE 1:1 (2017)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
LG. Saraswati Putri
"This research is an attempt to delve into understanding the process of creative imagination of the sacred which is revealed in the intertwining of culture and nature in Geriana Kauh, Karangasem, Bali. This study aims to investigate the relationship between the individual, the social and ecology, as well as the transformation of individual consciousness into a collective awareness sharing a communal reality. This qualitative research is developed by incorporating theoretical analysis and formulating field data collected in the traditional Village of Geriana Kauh, as the villagers resort to their cultural resources to deal with the cosmological imbalances caused by pandemics. By means of a phenomenological examination, this investigation underlines the dynamic interlocking of the cultural and the natural worlds."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2022
909 UI-WACANA 23:2 (2022)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library