Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 33 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Kumalasari
"Tesis ini menggunakan metode penelitian yuridis normatif terhadap data kepustakaan atau data sekunder. Yang menjadi permasalahan adalah apakah penetapan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 112 tahun 2007 tentang Penataan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan, dan Toko Modem sesuai dengan prinsip-prinsip persaingan usaha yang sehat? Apakah pemberian izin pendirian pasar modem dapat mematikan usaha pasar tradisional (usaha kecil) dilihat dari aspek hukum persaingan usaha? Yang perlu dipahami dengan bei lakunya Prinsip- prinsip persaingan usaha terhadap Peraturan Presiden Nomor 112 tahun 2007 adalah harmonisasi hukum yang dapat memberikan jaminan dan kepastian hukum dalam menciptakan iklim persaingan yang sehat, kondusif dan seimbang sehingga terwujud keadlian antara pelaku usaha kecil, menengah, besar, dan dapat mensejahterakan konsumen. Penataan hukum perpasaran swasta di DKI Jakarta telah diawali dengan adanya Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2002 yang secara normatif telah mengatur mengenai letak, perizinan, dan jam beroperasi pasar. Seiring pesatnya perkembangan ritel, maka berkembang pula kepentingan para penanam modal untuk mengembangkan usahanya di bidang ritel di Indonesia. Sehingga diperlukan peraturan mengenai perlindungan terhadap pelaku usaha kecil khususnya di bidang perizinan agar dapat tercipta level playing field yang seimbang. Sebagai hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa Peraturan Presiden Nomor 112 tahun 2007 secara substansi belum dapat mengakomodasi kepentingan pelaku usaha kecil dan cenderung masih melindungi kepentingan pelaku usaha besar. Demikian Peraturan Presiden Nomor 112 tahun 2007 belum selaras dengan prinsip-prinsip persaingan usaha. Sementara itu di bidang perizinan, implementasinya tidak terlepas dari budaya hukum Pemerintah Daerah yang berwenang dalam pemberian izin pendirian pasar modem.

The research method for this study is a juridical-nonnative study, while using literature or secondary documents. The issues of this study are the determination on Regulation of the President the Republic of Indonesia No. 112 of 2007 concerning Organization and Directions of Traditional Market, Shopping Centers, and Modem Stores suited with the principles of unfair business competition, and whether the permission of the modern market can harming a traditional market enterprise (small business) according to competition law aspect. Things to be understood with the enacted of principles of competition law and the regulation of president No. 112 of 2007 is a harmonization of law so that can provide a guarantee and legal certainty in creating the fair competition, conducive, balance, and equity among small enterprise, micro, large, and creating a consumer’s welfare. In building the private market’s atmosphere in DKI Jakarta, the ordering private market law has begun by the presence of Regulation of District No. 2 of 2002, which normatively regulate about zoning, licencing, and determining business hour. The development of retail also increasing the interest of investors to develop business in the Indonesia’s retail sector. Therefore, there is a need to create regulation about small enterprise protecting particularly in licencing sector to creating an equal level playing field. As a result of this study, The Regulation of President No. 112 of 2007 substantially not yet accomodate the interest of small business enterprise and still tend to protect the interest of large business. Therefore the Regulation of President No. 112 of 2007 has not been consistent with the principles of competition law. Meanwhile, the implication of licencing sector is related to the legal culture of Regional Government who have an authority in giving licency to establish a modem market."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2009
T26007
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Kumalasari
"Tesis ini menggunakan metode penelitian yuridis normatif terhadap data kepustakaan atau data sekunder. Yang menjadi permasalahan adalah apakah penetapan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 112 tahun 2007 tentang Penataan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan, dan Toko Modem sesuai dengan prinsip-prinsip persaingan usaha yang sehat? Apakah pemberian izin pendirian pasar modern dapat mematikan usaha pasar tradisional (usaha kecil) dilihat dari aspek hukum persaingan usaha? Yang perlu dipahami dengan berlakunya Prinsipprinsip persaingan usaha terhadap Peraturan Presiden Nomor 112 tahun 2007 adalah harmonisasi hukum yang dapat memberikan jaminan dan kepastian hukum dalam menciptakan iklim persaingan yang sehat, kondusifj dan seimbang sehingga terwujud keadlian antara pelaku usaha kecil, menengah, besar, dan dapat mensejahterakan konsumen. Penataan hukum perpasaran swasta di DKI Jakarta telah diawali dengan adanya Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2002 yang secara normatif telah mengatur mengenai letak, perizinan, dan jam beroperasi pasar. Seiring pesatnya perkembangan ritel, maka berkembang pula kepentingan para penanam modal untuk mengembangkan usahanya di bidang ritel di Indonesia. Sehingga diperlukan peraturan mengenai perlindungan terhadap pelaku usaha kecil khususnya di bidang perizinan agar dapat tercipta level playing field yang seimbang. Sebagai hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa Peraturan Presiden Nomor 112 tahun 2007 secara substansi belum dapat mengakomodasi kepentingan pelaku usaha kecil dan cenderung masih melindungi kepentingan pelaku usaha besar. Demikian Peraturan Presiden Nomor 112 tahun 2007 belum selaras dengan prinsip-prinsip persaingan usaha. Sementara itu di bidang perizinan, implementasinya tidak terlepas dari budaya hukum Pemerintah Daerah yang berwenang dalam pemberian izin pendirian pasar modem.

The research method for this study is a juridical-normative study, while using literature or secondary documents. The issues of this study are the determination on Regulation o f the President the Republic o f Indonesia No.l 12 of 2007 concerning Organization and Directions o f Traditional Market, Shopping Centers, and Modem Stores suited with the principles of unfair business competition, and whether the permission of the modem market can harming a traditional market enterprise (small business) according to competition law aspect. Things to be understood with the enacted of principles of competition law and the regulation of president No.l 12 of 2007 is a harmonization of law so that can provide a guarantee and legal certainty in creating the fair competition, conducive, balance, and equity among small enterprise, micro, large, and creating a consumer's welfare. In building the private market's atmosphere in DKI Jakarta, the ordering private market law has begun by the presence of Regulation of District No.2 of 2002, which normatively regulate about zoning, licencing, and determining business hour. The development of retail also increasing the interest of investors to develop business in the Indonesia's retail sector. Therefore, there is a need to create regulation about small enterprise protecting particularly in licencing sector to creating an equal level playing field. As a result of this study, The Regulation of President No.l 12 o f2007 substantially not yet accomodate the interest o f small business enterprise and still tend to protect the interest of large business. Therefore the Regulation of President No.l 12 of 2007 has not been consistent with the principles of competition law. Meanwhile, the implication of licencing sector is related to the legal culture of Regional Government who have an authority in giving licency to establish a modem market."
Depok: Universitas Indonesia, 2009
T37350
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ratna Kumalasari
"Kontroversi tentang pempidanaan anak terus berlangsung . Di satu sisi ada pihak yang tetap menjatuhkan pidana terhadap anak-anak yang melakukan kriminal di sisi lain ada pihak yang menganggap bahwa anak-anak yang melakukan kriminal tidaklah sepantasnya untuk dipidana melainkan harus dilakukan pembinaan.
Kenyataan menunjukkan bahwa hakim yang menangani perkara anak lebih cenderung mempidana daripada membina. Hal ini dapat di lihat dari data Komisi Nasional (Komnas) Perlindungan Anak yang menyatakan bahwa hampir 90% dari total perkara yang diajukan ke pengadilan anak dikenakan sanksi pidana (Suara Karya, 2004).
Dengan semakin meningkatnya jumlah anak-anak yang hams menjalani masa pidana di dalam Lapas Anak Pria Tangerang maka semakin penting pula peranan Lapas Anak Pria dalam melakukan pembinaan terhadap mereka. Adapun tujuan dilakukannya pembinaan agar mereka dapat menyadari kesalahan, tidak mengulangi perbuatannya untuk ke dua kalinya dan dapat diterima kembali oleh masyarakat.
Hal ini sesuai UU No. 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan bahwa Sistem Pemasyarakatan adalah suatu tatanan mengenai arah, dan Batas serta cara pembinaan warga binaan pemasyarakatan berdasarkan Pancasila yang dilaksanakan secara terpadu antara pembina, yang dibina dan masyarakat untuk meningkatkan kualitas warga binaan (selanjutnya disebut WBP) agar menyadari kesalahan, memperbaiki diri dan tidak mengulangi tindak pidana sehingga dapat diterima kembali oleh lingkungan masyarakat, dapat aktif berperan dalam pembangunan dan dapat hidup secara wajar sebagai warga yang baik dan bertanggung jawab.
Pembinaan yang dilakukan di dalam Lapas meliputi pembinaan kepribadian dan pembinaan kemandirian. Pembinaan kepribadian diarahkan pada pembinaan mental dan watak agar WBP menjadi manusia seutuhnya. Sedangkan pembinaan kemandirian diarahkan kepada pembinaan bakat dan keterampilan agar WBP dapat kembali berperan sebagai anggota masyarakat yang babas dan bertanggung jawab (Sujatno, 2002:18).
Mereka yang berada di dalam Lapas Anak umumnya berada pada rentang usia 8 -18 tahun. Pada tahap ini mereka berada pada tahap anak-anak dan remaja. Pada tahap ini mereka lebih sering berkumpul bersama-sama dengan teman-teman sebayanya dan membentuk gang.
Keberadan mereka di dalam suatu geng merupakan salah satu bentuk penyesuaian diri dengan teman-teman sebayanya sehingga mereka saling meniru dan melakukan hal-hal yang dilakukan oleh teman-temannya. Dengan demikian perbuatan kenakalan yang dilakukan sebagain besar merupakan pengaruh dari teman-temannya agar mereka dapat diterirna tanpa menghiraukan apakah perbuatan yang dilakukannya baik atau buruk.
Berdasarkan sudut Pandang hukum seseorang yang melakukan perbuatan yang melanggar hukum harus bertanggung jawab terhadap perbuatan yang dilakukannya Oleh karena itu meskipun mereka masih pada tahap anak-anak mereka harus bertanggung jawab terhadap perbuatannya dan sebagai konsekuensinya mereka harus menjalani masa pidana di dalam Lapas Anak.
Mengingat posisi mereka yang belum dewasa tetapi sudah melakukan tindakan-tindakan yang melanggar hukum membuat mereka mempunyai hak-hak khusus di dalam Lapas Anak.
Adapun hak-hak mereka di dalam Lapas (Wadong, 2000:79) adalah :
1. melakukan ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaan;
2. mendapatkan perawatan baik jasmani mapun rohani;
3. mendapatkan kesempatan sekolah;
4. menerima kunjungan;
5. mendapatkan pengurangan masa menjalani pidana (remisi).
Aspek utama yang lebih ditekankan dalam pembinaan di dalam Lapas Anak adalah pada aspek kepribadian, salah satunya adalah pembinaan kemampuan intelektual (kecerdasan) yang dilakukan dalam bentuk pendidikan formal mapun non-formal.
Pendidikan non-formal dapat diselenggarakan melalui kesempatan untuk memperoleh informasi seluas-luasnya dari luar misalnya membaca majalah atau koran, menonton TV, mendengarkan radio dan sebagainya.
Untuk mengejar ketinggalan di bidang pendidikan formal diupayakan Cara belajar melalui program kejar paket A (setara dengan Sekolah Dasar), kejar paket B (setara dengan Sekolah Menengah Pertama), dan kejar paket C (setara dengan Sekolah Menengah Atas) (Sujatno, 2004.19).
Narapidana meskipun mereka kehilangan kemerdekaannya namun mereka tetap dapat menjalankan kehidupan sehari-hari mereka di dalam Lapas. Dalam arti hilangnya kemerdekaan bukan berarti hilang pula hak-hak mereka yang lain dalam hal ini adalah kesempatan untuk mempero[eh pendidikan.
UUD 1945 Pasal 31 menyatakan bahwa setiap warga negara berhak untuk memperoleh pengajaran (pendidikan). UU No. 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab III ayat 5 menyatakan bahwa setiap warga negara memiliki hak yang sama untuk memperoleh pendidikan.
Terlaksananya pendidikan di dalam Lapas Anak bukan suatu hal yang mudah mengingat latar belakang keberadaan mereka di dalam Lapas Anak yang berbeda-beda dengan tingkat kemampun yang berbeda-beda pula. Berdasarkan hal ini maka perlu dilakukan program pembinaan yang berbeda-beda dengan program pembinaan pada umumnya."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2005
T18785
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ratna Kumalasari
"Kegiatan utama perbankan meliputi pengelolaan risiko dan return. Krisis ekonomi yang terjadi tahun 1997 menunjukkan bahwa industri perbankan nasional belum memiliki kelembagaan perbankan yang kokoh dan infrastruktur perbankan yang baik. Secara fundamental bank harus diperkuat untuk dapat mengatasi gejolak internal maupun eksternal yang berkembang pesat saat ini yang diikuti oleh semakin kompleksnya risiko perbankan sekaligus menimbulkan peluang-peluang baru.
Semakin kompleksnya risiko tersebut tentunya akan meningkatkan kebutuhan praktek tata kelola yang sehat (good governance) dan fungsi identifikasi, pengukuran, pemantauan dan pengendalian risiko bank. Risiko-risiko utama yang menjadi perhatian bank adalah risiko kredit, risiko pasar, risiko operasional dan risiko likuiditas.
Salah satu cara untuk mengukur risiko adalah metode Value at Risk (VaR). VaR merupakan pengukuran risiko secara kuantitatif yang mengestimasi potensi kerugian maksimal (maximum potential loss) yang mungkin terjadi pada masa yang akan datang yang akan dihadapi pada jangka waktu tertentu (holding period) dan pada tingkat kepercayaan (confidence level) tertentu pada kondisi pasar yang normal.
Terdapat tiga pendekatan yang digunakan untuk menghitung VaR yaitu Parametric VaR, Historical Simulation, dan Monte Carlo Simulation. Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah Parametric VaR yang disebut juga Linear VaR, Variance-Covariance, Greek-Normal VaR, Delta Normal VaR, atau Delta-Gamma Normal VaR
Bank X menggunakan dua metodologi untuk menghitung potensi kerugian atas perubahan nilai insirumen keuangan yang diakibatkan oleh perubahan nilai tukar, yaitu Gap Analisis dan VaR. Dalam Gap Analisis risiko forex dihitung untuk setiap mata uang asing di mana bank mempunyai posisi dengan cara menghitung exposure dan volatilitas baik pada valas tunggal maupun gabungan. Sedangkan VaR digunakan untuk menghitung perubahan nilai instrumen keuangan bank akibat perubahan nilai tukar untuk setiap mata uang asing atas dasar cost-to-close posisi terkini. Dengan level of confidence tertentu, VaR memberikan gambaran potensi maksimum kerugian atas portofolio instrumen keuangan Bank.
Volatilitas dipakai untuk mengestimasi kerugian maksimum yang mungkin diderita suatu bank. Volatilitas adalah suatu ukuran untuk mengetahui fluktuasi harga suatu aset. Terdapat beberapa metode pengukuran volatilitas. Metode estimasi volatilitas yang dipakai Bank X adalah metode Exponentially Weighted Moving Average (EWMA) dengan menggunakan asumsi level of confidence 99% dan decay factor 0,94. Permasalahan yang timbul adalah apakah metode dan asumsi yang digunakan oleh Bank X sudah tepat mengingat terdapat berbagai metode yang digunakan untuk melakukan estimasi volatilitas.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik data return nilai tukar mata uang USD, SGD, JPY dan HKD terhadap IDR selama periode penelitian. Tujuan lainnya adalah untuk memberikan informasi mengenai besarnya VaR untuk nilai tukar mata uang USD, SGD, JPY dan HKD terhadap IDR dengan menggunakan estimasi volatilitas EWMA dan GARCH. Selanjutnya adalah menentukan model estimasi volatilitas terbaik yang akan digunakan dalam perhitungan VaR portofolio, untuk memberikan informasi mengenai besarnya VaR portofolio dengan menggunakan model estimasi volatilitas terbaik dan untuk mengetahui metode apakah yang paling sesuai untuk digunakan dalam menghitung VaR pada Bank X.
Berdasarkan pengujian karakteristik data return selama periode penelitian diketahui bahwa ke-empat data return nilai tukar bersifat stationer, tidak berdistribusi normal, dan varian heteroscedastic sehingga forecasting volatilitas harus menggunakan metode EWMA dan GARCH. Forecasting volatilitas metode EWMA menggunakan decay factor optimum, sedangkan metode GARCH dibatasi dengan estimator GARCH (1,1).
Dari hasil pengujian yang dilakukan dengan backtesting dan Kupiec test berdasarkan proses TNoF diperoleh hasil bahwa forecasting volatilitas dengan metode GARCH(1,1) lebih tepat digunakan dibandingkan metode EWMA. Artinya metode GARCH(1,1) lebih dapat menangkap pergerakan actual loss yang terjadi dan lebih mendekati atau mencerminkan keadaan risiko yang sesungguhnya. Dari sisi jumlah overshoot yang terjadi juga masih dalam batas toleransi, hal ini terbukti karena telah lulus uji Kupiec test sehingga dapat digunakan untuk menghitung VaR portofolio. Berdasarkan estimasi volatilitas GARCH(1,1), dengan confidence level 95% potensi kerugian maksimum PT Bank X pada tanggal 1 Juli 2005 karena memiliki portofolio yang terdiri dari valas USD, SGD, JPY dan HKD Rp. 221.056.000.000,- adalah sebesar Rp. 1.073.450.000,-.
Dalam melakukan perhitungan VaR portofolio menggunakan internal model, Bank X disarankan agar menggunakan estimasi volatilitas GARCH(1,1). Dengan alasan nilai VaR yang dihasilkan metode estimasi volatilitas GARCH (1,1) lebih mencerminkan keadaan yang sebenarnya, lebih mendekati kondisi aktual. Karena VaR merupakan potensi kerugian maksimum dan merupakan dasar untuk penetapan Minimum Capital Requirement maka penggunaan metode yang tepat pada akhirnya akan berdampak pada optimalisasi efisiensi pencadangan. Sehingga Bank X dapat mengalokasikan modal pencadangan untuk kepentingan yang lain.
"
Depok: Universitas Indonesia, 2005
T17505
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Luluk Dwi Kumalasari
"ABSTRAK
Fokus tesis ini adalah untuk mencoba menelaah dan menguji teori Erving Goffman tentang dramaturgi yang berasal dari buku The Presentation of Self in Everyday Life, yang diterbitkan tahun 1959. Goffman melihat banyak kesamaan antara pementasan teater dengan berbagai jenis peran yang kita mainkan dalam interaksi dan tindakan seharian. Kehidupan sebenamya adalah laksana panggung sandiwara, dan di sana kita pamerkan serta kita sajikan kehidupan kita, dan memang itulah waktu yang kita miliki. Jadi seperti aktor panggung, aktor sosial membawakan peran, mengasumsikan karakter, dan bermain melalui adegan-adegan ketika terlibat dalam interaksi dengan orang lain.
Penelitian ini dilakukan atas kegelisahan peneliti dan sebagian besar masyarakat Indonesia, selama ini melihat kondisi bangsa yang carut-marut, Pancasila yang menjadi Dasar Negara ini seolah menjadi lumpuh karena rakyatnya semakin lama justru semakin mengkhianati nilai-nilai luhur yang terkandung di dalamnya. Selain itu sosialisasi di dalam P4 hanya merupakan proses satu arah dan P4 hanya produk asal-asalan saja yang hanya untuk menghabiskan anggaran. Ternyata di Indonesia masih ada komunitas dimana orang-orang yang tergabung di dalamnya ingin menegakkan cinta menuju Indonesia mulia._ Komunitas ini berada di Jakarta dan bahasan-bahasan yang dibahas adalah jujur atau verbal. DaIam pelaksanaan acaranya diisi dengan dialog interaktif dan kesenian, jadi ada setting panggung, setting aktor dan setting audiens. Penelitian ini ingin mengungkapkan bagaimana proses sosialisasi nilai yang terdapat di Pancasila dilakukan secara efektif melalui panggung, di komunitas Kenduri Cinta.
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif, yaitu sebuah pendekatan yang dirasa relevan untuk meneliti fenomena yang terjadi di masyarakat, yang menempatkan pandangan peneliti terhadap sesuatu yang diteliti secara subyektif dan selalu berusaha memahami pemaknaan individu (subjective meaning) dare subyek yang ditelitinya. Untuk itu dalam pengumpulan datanya digunakan tiga cara yaitu wawancara mendalam (indepth interview), pengamatan (observasi), dan penelusuran data tertulis (dokumenter) dan dokumentasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa motivasi yang mendorong orang tertarik dengan Komunitas Kenduri Cinta adalah sangat beraneka ragam, tetapi intinya mereka ingin mendapatkan ilmu dan pengetahuan yang berguna, baik, bermanfaat, dan punya fungsi sosial yang positif. Pandangan mereka terhadap Komunitas Kenduri Cinta selama ini tidak ada yang jelek (negatif), semuanya diterima dengan sangat baik. "Tanpa ada batas feodalisme tanpa ada batas golongan". "Bahasan-bahasan yang dibahas adalah bahasan-bahasan yang jujur atau verbal". Dan ini sangat sulit ditemukan ditempat dan acara lain. Acara Kenduri Cinta yang dilaksanakan tiap Jumat malam, minggu kedua dalam setiap bulannya berupa dialog interaktif dua arah (ada penceramah atau aktor dan audiens) dan disertai dengan pementasan kesenian (nyanyian, pembacaan puisi, pembacaan cerita, dan lain sebagainya). Dialog interaktif dan kesenian merupakan satu kesatuan yang tidak bisa dipisah. Konsep atau setingnya berupa panggung yang tidak terlalu tinggi agar lebih humanis, dan audiens berhadapan dengan penceramah (aktor). Kenduri Cinta tidak pernah membuat orang yang datang merasa jenuh. Ini terbukti pada setiap pelaksanaan acara yang dilakukan dari tahun 2000 sampai 2006 ini bisa berlangsung selama 6 (enam) jam. Dan pukul 20.00 WIB sampai pukul 02.00 WIB.
Proses Transformasi nilai yang tejadi di Komunitas Kenduri Cinta adalah dari media yang mencakup orang-orang (aktor) yang berperan memberikan materi dan alat-alat, memberikan nilai-nilai kepada audiens, dan audiens menerima nilai dan melakukan definisi situasi, kemudian ada hasil dari transmisi nilai itu, jadi dua arah dan tidak ada unsur intervensi kepada audiens untuk menerima nilai yang disosialisasikan. Penghargaan terhadap pluralitas dengan media panggung dan aktor sebagai sarana transmisi nilai, dengan menggunakan konsep setting panggung, setting aktor dan setting audiens. Nilai-nilai yang disosialisasikan pada komunitas Kenduri Cinta semuanya tidak ada yang baru, semuanya adalah yang sudah pernah diomong-omongkan di ilmu pengetahuan atau dipidato-pidato kebudayaan, politik, ekonomi, sosial, budaya dan sebagainya yaitu bagaimana semua manusia dengan golongan, agama, maupun setingnya yang berbeda itu mampu menemukan titik temu yang baik untuk kemanusiaan, kesejahteraan, dan cinta yaitu nilai-nilai; data kasih, kemanusiaan, kemuliaan, kepemimpinan, kejujuran, demokrasi, egaliterianisme, pluralisme, toleransi, nurani, dan lain- lain.
Analogi dramaturgi Goffman yang berasal dari The Presentation of Self in Everyday Life, relevan untuk menganalisa sosialisasi nilai "cinta"yang terjadi di komunitas Kenduri Cinta, teutama dalam hal transmisi nilai dari aktor kepada audiens, dengan media panggung melalui rincian setting panggung, setting aktor dan setting audiens. Karena apa yang ditampilkan (performance) dapat dilihat secara langsung di panggung depan (front stage) dan mempengaruhi individu untuk menyimpulkan (melakukan definisi situasi) dan mengelola kesan (impression management), sehingga nilai-nilai itu dapat diambil untuk diaplikasikan dalam dunia sosial yang lebih luas. Namun demikian, Di sisi lain teori Goffman ternyata kurang fleksibel, karena lebih memperlakukan social establishment sebagai sistem tertutup. Jadi tidak semua konsep Goffman bisa diterapkan di komunitas Kenduri Cinta, karena apabila digunakan maka akan menjebak aktor untuk melakukan penampilan palsu (munafik).
Rekomendasi tesis ini untuk Komunitas Kenduri Cinta, penelitian ini dapat memperbaiki proses transformasi makna untuk menjaga militansi (semangat atau ruh) audiens dan masyarakat secara umum dalam melakukan proses nilai. Bagi audiens, penelitian ini dapat memberikan masukan bagaimana sebenarnya proses definisi situasi yang harus dihadapi dan pengelolaan kesan yang harus dilakukan ketika terjadi transfer nilai, diharapkan audiens juga tahu bahwa media panggung juga efektif untuk terjadinya proses transmisi nilai, bahwa nilai-nilai yang didapatkan di Komunitas Kenduri Cinta dapat bermanfaat bagi kelangsungan interaksi di masyarakat yang lebih luas. Jadi acara seperti Komunitas Kenduri Cinta ini harus bisa menjadi ikon untuk munculnya komunitas-komunitas bermartabat lain, agar bisa terjadi perubahan di Indonesia. Terutama dalam penerapan nilai-nilai Pancasila secara baik dan benar."
2006
T21872
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vidyanita Kumalasari
"Energi dibutuhkan oleh manusia untuk menunjang kegiatan sehari-hari. Energi didapat dari makanan dan minuman yang dikonsumsi. Kebutuhan energi untuk setiap orang ditentukan oleh beberapa hal seperti usia, tinggi dan berat badan. Sedangkan untuk menentukan porsi makanan yang dikonsumsi, diperlukan data berupa kalori yang dibutuhkan, persentase zat gizi makro (protein, karbohidrat dan lemak) serta kebiasaan makan orang tersebut. Akibatnya proses penentuan apakah porsi makanan yang dikonsumsi sesuai kebiasaan makan orang tersebut sudah memenuhi kebutuhan gizinya menjadi hal yang rumit. Model dalam Sistem Penunjang Keputusan (SPK) yang dapat digunakan untuk membantu mengatasi masalah ini adalah What-If Analysis. Model ini digunakan untuk mengatasi masalah yang mempunyai banyak skenario yang harus diselesaikan.
Hasil akhir dari penelitian ini adalah mengetahui apakan model What-If Analysis dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan gizi tersebut. Selain itu, untuk mengetahui apa kelebihan dan kekurangan model ini dilihat dari proses implementasi model pada saat analisis sistem. Sedangkan laporan penelitian ini berisi hasil akhir implementasi What-If Analysis dalam menyelesaikan masalah gizi menggunakan sebuah sistem komputer. Dari hasil pengujian, didapat bahwa hasil akhir analisis sistem mendekati angka yang disarankan. Meskipun hasil yang didapat dari sistem berbeda dari hasil analisis manusia, perbedaan tersebut masih dalam batas yang diperbolehkan."
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Novi Kumalasari
"ABSTRAK
Keberlanjutan masyarakat dapat tercapai jika praktik dan cara berinteraksi manusia selaras dengan lingkungan setempat sehingga tercipta kondisi yang ideal dimana ada keseimbangan aspek ekologis, sosial ekonomi dan spiritual budaya. Untuk itu informasi terkini mengenai kondisi masyarakat dalam dalam memulihkan kehidupanya setelah relokasi dan bagaimana praktik dan cara masyarakat berinteraksi dengan lingkungan apakah sudah menuju ke arah menguntungkan dan berlanjut perlu dikaji. Tujuan riset adalah menganalisis kondisi aset penghidupan masyarakat sebelum dan setelah relokasi, menganalisis tingkat keberlanjutan masyarakat, serta menyusun strategi pengelolaan keberlanjutan masyarakat. Pendekatan yang digunakan adalah kuantitatif, dengan metode campuran. Hasil riset menunjukan bahwa: (i) Kondisi aset penghidupan masyarakat pada aset natural dan aset finansial pascarelokasi menjadi kurang baik karena kondisi tanah yang bersifat masam dan tingkat kesuburan tanah rendah menyebabkan hasil pertanian tidak mengutungkan (ii) Tingkat keberlanjutan masyarakat Siosar sudah menunjukan awal yang baik menuju keberlanjutan, secara spesifik aspek ekologi menunjukan nilai yang rendah dibandingkan dengan dua aspek yang lainnya yaitu aspek sosial dan aspek spiritual. (iii) Strategi pengelolaan keberlanjutan masyarakat diarahkan pada usaha pengembangan agroforestri; pendidikan praktis untuk mencapai keberlanjutan; pengembangan ekowisata, argrowisata; peningkatan kualitas kesehatan dan pendidikan dan revitalisasi/ menggiatkan budaya lokal serta; penyuluhan dalam mengelola koperasi, industri rumah tangga dan perdagangan.

ABSTRACT

 


Community sustainability can be achieved if the practices and methods of human interaction are in harmony with the local environment so that ideal conditions are created where there is a balance of ecological, social and spiritual aspects of culture. For this reason, up-to-date information on the condition of the community in restoring their lives after relocation and whether the practices and methods of human interaction with the environment already have been directed towards being profitable and sustainable or not need to be studied. The purpose of the research is to analyze the condition of the assets of community livelihoods before and after relocation, analyze the level of community sustainability, and develop strategies for managing community sustainability. The approach used was quantitative, with mix method. The results of the research show that: (i) The conditions of livelihood assets in natural assets and financial assets are considered to be poor because the acidic soil condition and low fertility level of the soil cause agricultural yields to be unprofitable (ii) The level of sustainability of the Siosar community has shown a good start towards sustainability, specifically the ecological aspects shows a low value in achieving sustainability compared to the other two aspects social and spiritual; (iii) The strategy for managing community sustainability is directed at developing agroforestry; giving practical education to achieve sustainability; ecotourism development, agrotourism; improving the quality of health and education and revitalizing / intensifying local culture and; counseling in managing cooperatives, home industries and trade. 

"
2019
T52315
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Winani Kumalasari
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1982
S16797
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fitri Kumalasari
"Komedi merupakan suatu diskursus yang menyenangkan. Sebagai suatu diskursus, komedi mempersilahkan yang berbeda turut hadir dan merayakan keberbedaan subjek dalam empersepsi segala hal. Keunikannnya yang mampu membangkitkan tawa membuka ruang logika di dalam pikiran untuk menguji coba pelanggaran yang dilontarkan lewat permainan kata menjadi suatu bentuk kemungkinan baru yang bisa jadi irasional sekaligus rasional. Humor dan lelucon hadir sebagai elemen dalam diskursus komedi yang mampu merombak dan menjungkirbalikkan penggunaan bahasa pun makna umum yang mengejan dalam kehidupan sosial manusia. Komedi hadir sebagai suatu diskursus yang tak bertujuan kepada kebenaran universal, melainkan merayakan kebodohan manusia.

Abstract
Comedy is very exhilaration discourse. As a discourse, comedy present the different come and join to celebrate the differences of subject perception about all of thing. The uniqueness of comedy can raised laughter, opened logic in our mind to transgress and recognize language game as a new possibility that could be something irrational and also rational at the same way. Humor and jokes present as element in comedy discourse that could be destruct and reverse the way of language and common meaning of social life. Comedy present as a discourse which not toward universality, but joyous stupidity. "
Depok: Universitas Indonesia, 2011
S480
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Rani Kumalasari
"Sistem virtual education adalah suatu metode pengajaran jarak jauh dimana pengajar dan murid dari pelajaran tersebut tidak berada pada satu tempat yang sama namun terhubung satu sama lain dengan jaringan internet. Sistem virtual education ini terdiri dari dua bagian, Learning Management System (LMS) dan virtual class, dimana pada virtual class tersebut dapat dilakukan kegiatan belajar mengajar seperti di kelas sesungguhnya. Salah satu fitur yang ada di dalam sistem virtual education ini adalah video conference. Namun, permasalahan yang ada adalah untuk melakukan video conference ini dibutuhkan suatu jaringan yang dapat mendukung sepenuhnya agar sesuai dengan standar QoS untuk aplikasi real time.
Pada skripsi ini akan dibahas mengenai perancangan sistem virtual education ini, kemudian menerapkan nya pada jaringan WLAN pada skenario lokal dan real. Setelah diterapkan, maka akan menganalisa nilai QoS dengan parameter throughput, RTT, dan paket loss kemudian membandingkannya dengan standar ITU Y.1541. Nilai MOS juga akan dicari untuk mengetahui kualitas dari video conference ini. Setelah itu akan didapatkan suatu korelasi kualitatif dari nilai QoS dan MOS video conference ini dengan variabel kontrol yang digunakan adalah kompresi dari video conference ini. Nilai MOS yang didapatkan untuk kompresi 25, 50, 70, dan 100 adalah 3,15, 3,575, 3,675, dan 3,825. Dari hasil grafik korelasi kualitatif yang didapatkan, semakin baik kualitas gambar dari video conference tersebut maka nilai MOS yang didapatkan semakin tinggi.

Virtual education is a long-distance teaching methods which the teacher and students of these lessons are not in the same place but connected each other with internet connection. Virtual education system consists two parts, the Learning Management System (LMS) and virtual class. Virtual class use to do activities like in the real classroom. One feature that is in the virtual education system is video conference. However, there are issues to do video conferencing is a need for a network that can support fully to comply with the standard QoS for real time applications.
This thesis will explain the design of virtual education system then apply it in WLAN network. After applied, then it wil analyze the QoS parameters such as throughput, RTT, and packet loss then compared it with Y.1541 ITU standard. MOS value will also be sought to determine the quality of this video conference. After that, correlation between value of the QoS and MOS video conference will be obtained with compression of video conference as variable control. MOS value that obtained for compression 25, 50, 70, and 100 is 3.15, 3.575, 3.675, and 3.825. From the results obtained qualitative correlation chart, the better image quality of video conference higher MOS value that obtained."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S42775
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4   >>