Ditemukan 1 dokumen yang sesuai dengan query
Hanna Haris Rifai
"Harimau sumatera merupakan hewan endemik Indonesia yang terancam punah, salah satunya akibat kolonialisme dan imperialisme. Pada abad ke-19 dan awal abad ke-20 harimau dianggap sebagai hama atau wabah (tijgerplaag) di Hindia Belanda. Salah satu wilayah dengan populasi harimau tertinggi adalah Sumatera Barat (Pantai Barat Sumatera). Penelitian ini menganalisis upaya pemerintah kolonial dalam menangani tijgerplaag di pantai barat Sumatera. Penelitian kualitatif ini merupakan penelitian sejarah lingkungan dengan menggunakan metode sejarah yang terdiri dari tahap heuristik, verifikasi, interpretasi dan historiografi. Sumber primer yang digunakan adalah laporan dalam arsip Algemenee Secretarie tahun 1895-1922 dan lembaran negara tentang tijgerplaag di pantai barat Sumatera, dan undang-undang tahun 1916-1941 tentang konservasi alam di Hindia Belanda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kebijakan pemerintah kolonial untuk menghentikan tijgerplaag di pantai barat Sumatera tidak efektif, sehingga populasi harimau Sumatera masih lebih banyak dibandingkan dengan harimau Bali dan Jawa pada akhir masa penjajahan Belanda di Indonesia. Selain itu, masyarakat Minangkabau memiliki kepercayaan tentang harimau yang sangat bertentangan dengan keinginan pemerintah kolonial untuk memusnahkan tijgerplaag. Dalam hal ini, pemerintah kolonial tidak melakukan upaya konservasi terhadap harimau Sumatera, sehingga hewan tersebut dapat terus diburu.
The Sumatran tiger is an endemic animal of Indonesia that is threatened with extinction, partly due to colonialism and imperialism. In the 19th and early 20th centuries tigers were considered a pest or plague (tijgerplaag) in the Dutch East Indies. One of the areas with the highest tiger population was Sumatras's Westkust (West Coast of Sumatra). This research analyzes the colonial government's efforts in dealing with tijgerplaag on the west coast of Sumatra. This qualitative research is an environmental history research using historical methods consisting of heuristics, verification, interpretation and historiography stages. Primary sources used are reports in the Algemenee Secretarie archives in 1895-1922 and state gazettes on tijgerplaag in the west coast of Sumatra, and laws in 1916-1941 on nature conservation in the Dutch East Indies. The results showed that the colonial government's policy to exterminate tijgerplaag on the west coast of Sumatra was ineffective, so that the Sumatran tiger population was still greater than Balinese and Javanese tigers at the end of the Dutch colonial period in Indonesia. In addition, the Minangkabau people have beliefs about tigers that are very contrary to the colonial government's desire to exterminate the tijgerplaag. In this case, the colonial government did not do conservation efforts for Sumatran tigers, so that these animals could continue to be hunted."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library