Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 13 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Friska
"Discharge planning atau Perencanaan Pemulangan Pasien (P3) telah menjadi masalah penting dalam reformasi sistem perawatan kesehatan secara global. Perencanaan pemulangan pasien masih menjadi tantangan tersendiri dalam pelayanan kesehatan. Oleh sebab itu, penyedia layanan kesehatan sangat berperan dalam meningkatkan asuhan keperawatan yang berkelanjutan yaitu proses perencanaan pemulangan pasien. Tujuan penelitian ini untuk mengeksplorasi mendalam tentang pengalaman perawat dalam pelaksanaan Perencanaan Pemulangan Pasien. Rancangan penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Penelitian ini terdapat 12 partisipan yang bekerja diruangan instalasi rawat inap dengan melakukan rekrutmen partisipan dan menggunakan key informan untuk mendapatkan calon partisipan dengan variasi maksimal. Analisis data dilakukan dengan menggunakan analisis tematik metode Collaizi. Pengambilan data dilakukan selama satu bulan dengan menggunakan wawancara semi terstruktur secara online melalui aplikasi zoom. Penelitian ini didapatkan 10 (sepuluh) tema yaitu: 1) Rencana tindakan pemulangan pasien yang bertujuan untuk mencegah kekambuhan dan meminimalkan cost; 2) Pelaksanaan perencanaan pulang di RS sangat penting, sudah baik, cukup baik dan tidak penting; 3) SOP pelaksanaan perencanaan pulang dilakukan sejak awal pasien dirawat dengan melakukan asuhan keperawatan dan penetapan estimasi pemulangan pasien; 4) Faktor-faktor yang memengaruhi perencanaan pulang adalah faktor personil dengan melakukan kolaborasi antar tenaga kesehatan dan faktor perjanjian dengan membuat rujukan dan penggunaan fasilitas kesehatan; 5) Peran dan tanggung jawab perencanaan pulang adalah tugas kepala ruangan dan katim; 6) Hal yang menyenangkan bagi perawat adalah reward dan pasien pulang sesuai target, yang kurang menyenangkan adalah keluarga tidak kooperatif dan pasien sering ditinggal sendiri; 7) Untuk mengedukasi keluarga butuh keyakinan perawat terhadap kompetensinya; 8) Motivasi Perawat dalam pelaksanaan perencanaan pulang agar bisa menjadi role model bagi teman sejawat dan meningkatkan mutu serta kualitas pelayanan asuhan keperawatan; 9) Hambatan perawat terkait perencanaan pulang yang sering terlewatkan karena tingginya mobilitas perawat dan tidak sempat menulis; dan 10) Kebutuhan perawat dalam meningkatkan pelayanan di RS terkait pelaksanaan perencanaan pulang yaitu manajemen melakukan monitoring evaluasi langsung, menjadikan sebagai salah satu indikator kinerja dan mengadakan pelatihan sesuai kebutuhan.

Discharge planning has become an important issue in the reform of the global health care system. Discharge planning is still a challenge in itself in health services. Therefore, health care providers play a very important role in improving sustainable nursing care, namely the process of planning for discharge planning. The purpose of this study is to explore in-depth about the experiences of nurses in implementing discharge planning. The design of this study uses qualitative research with a phenomenological approach. This study consisted of 12 participants who worked in inpatient installation rooms by recruiting participants and using key informants to obtain potential participants with maximum variation. Data analysis was performed using the Collaizi thematic analysis method. Data collection is carried out for one month using online semi-structured interviews through the zoom application. This study found 10 (ten) themes, namely: 1) discharge planning have a purpose to prevent recurrence and minimize costs; 2) Implementation of discharge planning at the hospital is very important and not important; 3) SOP for discharge planning implementation is carried out from the beginning of the patient being treated by providing nursing care and determining the patient's discharge estimate; 4) Factors affecting discharge planning are personnel factors by collaborating among health workers and agreement factors by making referrals and using health facilities; 5) The roles and responsibilities for return planning are the duties of the head of the room and the orphans; 6) something fun for nurses in carrying out discharge planning is the reward and the patient going home according to the target, what is less fun is that the family is not cooperative and the patient is often left alone; 7) To educate families, nurses need confidence in their competence; 8) Motivation of nurses in implementing discharge planning so that they can become role models for colleagues and improve the quality and quality of nursing care services; 9) Nurses' obstacles related to discharge planning which are often overlooked due to the high mobility of nurses and not having time to write; and 10) The need for nurses to improve services in hospitals related to the implementation of discharge planning, namely management to monitor direct evaluations, make it one of the performance indicators and provide training as needed."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siahaan, Friska
"Kitosan adalah polimer alam yang bersifat nontoksik dan biokompatibel, namun karena dapat rusak dalam suasana asam maka dibuat sintesa derivat kitosan yaitu N-(2-karboksibenzil) kitosan. Kitosan direaksikan dengan 2-karboksibenzaldehid, kemudian hasil yang diperoleh yaitu N-(2-karboksibenzil)kitosan diuji gugus fungsinya menggunakan FTIR dan ditentukan juga derajat subtitusinya secara potensiometri. Pada penelitian ini N-(2-karboksibenzil)kitosan digunakan sebagai matriks sediaan lepas lambat dengan teofilin sebagai model obat. Berdasarkan evaluasi FTIR diperoleh gugus fungsi C=O karboksilat pada 1750 cm-1, C-N pada 1100 cm-1 dan 1650 cm-1 dengan derajat substitusi sebesar 2,083 mmol/gram. Dari hasil uji disolusi tablet teofilin diketahui bahwa N-(2-karboksibenzil) kitosan memiliki kemampuan sebagai matriks dalam sistem penghantaran sediaan obat lepas lambat."
Depok: Universitas Indonesia, 2010
S33150
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Maya Friska
"Pengangguran memberikan dampak negatif bagi individu. Selama masa menganggur tersebut, pencari kerja akan menggunakan simpanan uang/harta yang dimiliki dan selama masa penganggurannya belum berakhir, maka pencari kerja tersebut akan membutuhkan simpanan uang/harta yang lebih banyak agar bisa mencukupi kebutuhannya selama masa pengangguran tersebut. Tingkat pengangguran terbuka (TPT) di Indonesia lebih didominasi oleh penduduk dengan tingkat pendidikan SLTA ke atas mengindikasikan terjadinya kelebihan pasokan lulusan yang berpendidikan tinggi. Kelebihan pasokan ini adalah salah satu penyebab dari ketidakcocokan tingkat pendidikan terhadap pekerjaan seseorang atau disebut juga dengan istilah overeducation. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pencari kerja yang overeducation terhadap lama mencari kerja di Indonesia. Penelitian ini menggunakan Survei Angkatan Kerja Nasional Panel (SAKERNAS PANEL 2017) melalui pendekatan analisis survival dengan model Cox Proportional Hazard Regression. Hasil penelitian menunjukan bahwa overeducation akan memperpanjang waktu lama mencari kerja seseorang.

Unemployment has a negatif impact on individuals. During the unemployment period, job seekers will use their money or assets savings and as long as the unemployment period is not over, the job seekers will need more money or assets in order to meet their needs during the unemployment period. The open unemployment rate (TPT) in Indonesia is more dominated by people with high school education and above indicating an oversupply of graduates with high education. This oversupply is one of the causes of the mismatch in the level of education or also referred to as overeducation. This study aims to determine the effect of overeducation on unemployment duration in Indonesia. This study uses the National Labor Force Survey Panel (SAKERNAS PANEL 2017) through a survival analysis approach with Cox Proportional Hazard Regression. The results showed that overeducation would extend the length of time someone was looking for work."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Halauwet, Marisha Friska
"Latar Belakang: Penanganan batu empedu dapat dilakukan melalui intervensi bedah atau non-bedah. Untuk penanganan bedah, kolesistektomi dapat dilakukan dengan teknik terbuka maupun laparoskopik. Tindakan ERCP yang diikuti oleh kolesistektomi dianggap sebagai modalitas terapi terbaik saat ini. Teknik ini bisa dilakukan sebelum tindakan kolesistektomi laparoskopik atau dilakukan secara bersamaan. Saat ini masih belum disepakati alur strategi yang terbaik, mengenai interval waktu untuk melakukan tindakan kolesistektomi laparoskopik pascaERCP.
Metode: Deskriptif analitik dengan desain studi potong-lintang (cross-sectional study) dengan mengambil data rekam medis subjek pada 2 rumah sakit di Jakarta. Tatalaksana interval waktu tindakan kolesistektomi laparoskopik pascaERCP diketahui melalui telusur rekam medis.
Hasil: Pada penelitian ini didapatkan lebih banyak subjek yang dilakukan tindakan operasi lebih dari 72 jam dibandingkan dengan kurang dari sama dengan 72 jam pascaERCP (27 subjek (56,2%) dibandingkan 21 subjek (43,8%). Total sampel pada penelitian ini adalah 48 subjek, melebihi jumlah sampel minimal yaitu 20 subjek. Pankreatitis terjadi pada 7 subjek (33%) pada kelompok kurang dari sama dengan 72 jam dan pada 7 subjek (26%) pada kelompok lebih dari 72 jam. Berdasarkan uji Chi-square, tidak ditemukan hubungan yang bermakna antara komplikasi pankreatitis dengan durasi kolesistektomi laparoskopik pascaERCP (p = 0,75).
Kesimpulan: Tidak didapatkan perbedaan yang bermakna antara kelompok interval laparoskopik kolesistektomi awal (kurang dari sama dengan 72 jam) dan lambat (lebih dari 72 jam) pascaERCP dengan terjadinya komplikasi pascaERCP berupa pankreatitis. Tidak didapatkan perbedaan bermakna antara kelompok interval laparoskopik kolesistektomi awal (kurang dari sama dengan 72 jam) dan lambat (lebih dari 72 jam) pascaERCP dengan lama rawat pasien.

Background: Gallstones can be managed through surgical or non-surgical intervention. Cholecystectomy can be performed with open or laparoscopic techniques. Endoscopic retrograde cholangiopancreatography followed by cholecystectomy is considered the best treatment modality at this time. This technique can be performed before laparoscopic cholecystectomy or done simultaneously. At present the best strategy path has not been agreed upon, regarding the time interval to perform post ERCP laparoscopic cholecystectomy.
Methods: Analytical descriptive with cross-sectional study design by taking the medical record from two hospitals in Jakarta. The timing of Post- laparoscopic cholecystectomy post ERCP time interval is obtained through medical record search.
Result: More subjects were treated with surgery after 72 hours compared to before72 hours post-ERCP (27 subjects (56.2%) compared to 21 subjects (43.8%). The total sample in this study was 48 subject, exceeding the minimum sample size of 20 subjects. Pancreatitis occurred in 7 subjects (33%) in the group before 72 hours and in 7 subjects (26%) in the group after 72 hours post ERCP. Based on the Chi-square test, there is no significant association between pancreatitis complications and the duration of post-CP laparoscopic cholecystectomy (p = 0.75).
Conclusion: There is no significant difference between the early laparoscopic cholecystectomy group (before 72 hours) and the late laparoscopic cholecystectomy group (less 72 hours) post-ERCP with the occurrence of complications post-ERCP determined as pancreatitis. There is no significant differences in the length of stay of the patient between the early laparoscopic cholecystectomy group (before 72 hours) and the late laparoscopic cholecystectomy group (less 72 hours) post-ERCP.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Siregar, Friska
"Penelitian ini bertujuan untuk memperlihatkan transformasi karakter yang membawa kepada perubahan kepribadian tokoh utama dari novel Norwegian Wood (2005) ke film dan menampilkan kaitan tiga perempuan sebagai pembentuk struktur kepribadian Watanabe Toru dalam film Norwegian Wood (2010). Metode deskriptif analisis dengan teori psikoanalisis sastra dan analisis film melalui aspek narasi dan sinematografi digunakan untuk melihat bagaimana tokoh Watanabe Toru mengalami transformasi karakter sehingga tercipta kecemasan dan metode pertahanan diri yang diikuti dengan kaitan tiga perempuan sebagai struktur kepribadian Watanabe Toru. Dari hasil analisis tampak bahwa transformasi karakter terjadi untuk memberikan tempat bagi ketiga perempuan untuk menjadi visualisasi dari Id, Ego dan Superego (konflik batin) dari tokoh Watanabe Toru.

This analysis aims to show the transformation character that lead to personality changes of Watnabe Toru, the main character from novel Norwegian Wood (2005) into film. The changes show the connection between three women as the personality structure of Watanabe Toru in the film of Norwegian Wood (2010). Descriptive analytical method and theory of pshycoanalysis from Sigmund Freud as well as movie analysis through narrative and cinematic techniques from Joseph M Boggs is used to reveal that the characterization of Watanabe Toru in the film is based on the anxieties and self-defense methods. This analysis shows that the film adaptation gives role the three women to become a visualization of Id, Ego and Superego of the Watanabe Toru character."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2013
T35867
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
cover
Siagian, Friska
Depok: Universitas Indonesia, 2011
TA4027
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Panjaitan, Friska
"[Penelitian ini menganalisis permasalahan dalam komoditas kedelai dan mengukur dampak swasembada kedelai bagi Indonesia serta mencari alternatif kebijakan lain yang berdampak baik bagi masyarakat. Penelitian ini menemukan bahwa terdapat permasalahan dalam perkedelaian nasional seperti permasalahan benih, pupuk, perubahan cuaca, hama dan rendahnya harga kedelai dibandingkan palawija yang lain. Untuk mengukur dampak kebijakan kedelai terhadap para pelaku ekonomi, penelitian ini menggunakan Cost and Benefit Analysis. Hasil penelitian menyarankan bahwa kebijakan impor lebih menguntungkan dibandingkan jika pemerintah melakukan upaya swasembada kedelai.
;This study analyzes the problems in soybean commodity and measures the impact of self-sufficiency soybean for Indonesia, as well as seeking for the policy alternative which gives good impact to the society. The finding of this study is there are problems in national soybean issue such as problems related with seeds, fertilizer, changes in weather, pest, and the low price of soybean compared to other commodity crops. To measure the policy impact of soybean towards society, this study uses Cost and Benefit Analysis. The result of this study recommends that import policy is more beneficial compared to when government puts efforts in self-sufficiency of soybean.
, This study analyzes the problems in soybean commodity and measures the impact of self-sufficiency soybean for Indonesia, as well as seeking for the policy alternative which gives good impact to the society. The finding of this study is there are problems in national soybean issue such as problems related with seeds, fertilizer, changes in weather, pest, and the low price of soybean compared to other commodity crops. To measure the policy impact of soybean towards society, this study uses Cost and Benefit Analysis. The result of this study recommends that import policy is more beneficial compared to when government puts efforts in self-sufficiency of soybean.
]"
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2015
S59360
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>