Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fredy S.
[Place of publication not identified]: [Publisher not identified], [Date of publication not identified]
899.221 FRE m
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Fredy S.
Jakarta: Citramedia, 1992
899.232 FRE p
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Felix Chikita Fredy
"Latar belakang: Pada era intervensi koroner perkutan primer (IKKP), angka kematian akibat infark miokard akut dengan elevasi segmen ST (IMA-EST) berhasil ditekan. Peningkatan angka sintasan tersebut berbanding dengan peningkatan insiden gagal jantung. Proses remodeling pascamiokard infark yang belum sepenuhnya dihambat oleh standar terapi saat ini akan berujung pada kondisi gagal jantung. Doksisiklin sebagai anti-matriks metaloproteinase (MMP) menunjukkan hasil yang baik dalam mencegah proses remodeling. Biomarker remodeling merupakan surrogate dini yang baik untuk memprediksi kejadian remodeling. Namun, efek doksisiklin terhadap biomarker remodeling dan luaran klins pasien IMA-EST belum diketahui.
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek doksisiklin terhadap penurunan kadar biomarker remodeling pascainfark miokard.
Metode: Penelitian ini menggunakan desain uji klinis tersamar tripel. Pasien IMA-EST dengan keterlibatan anterior atau Killip 2-3 dengan onset kurang dari 12 jam yang menjalani IKKP terbagi acak kedalam grup yang mendapat doksisiklin 2x100 mg selama 7 hari sebagai tambahan dari standar terapi dan grup dengan standar terapi. Pemeriksaan biomarker (netrofil, hs-Troponin T, hs-CRP, NT-pro BNP) dilakukan saat admisi rumah sakit dan evaluasi intraperawatan. Ekokardiografi dilakuan saat admisi dan hari ke-5 untuk menilai dimensi dan fungsi ventrikel kiri.
Hasil: Terdapat 94 subyek yang diikutkan dalam penelitian dan terbagi rata ke dalam kedua grup. Karakteristik demografis dan klinis kedua grup homogen. Grup doksisiklin menujukkan nilai netrofil jam ke-24 yang lebih rendah dibanding grup kontrol (69,1±5,8% vs 71,9±8,0%, p=0,049). Peningkatan hs-Troponin T didapatkan lebih rendah pada kelompok dengan onset lebih dari 6 jam yang mendapatkan doksisiklin, namun tidak pada grup kontrol. Insiden gagal jantung 11,3% lebih rendah pada grup doksisiklin. Perbaikan fraksi ejeksi signifikan didapat pada grup doksisiklin dibanding grup kontrol (4,5±10,4% vs 0,3±10,3%, p=0,05). Peningkatan tersebut lebih besar pada pasien dengan onset lebih dari 6 jam dengan rerata peningkatan 5,9% (95%IK 0,05-11,7%, p=0,048).
Kesimpulan: Doksisiklin memiliki efek perbaikan biomarker remodeling ventrikel, terutama netrofil dan hs-troponin T, serta fraksi ejeksi ventrikel kiri. Jumlah insiden gagal jantung lebih rendah pada grup doksisiklin.

Background: In era of primary percutaneous coronary intervention (PPCI), mortaliry rate was reduced significantly. The increament in survival rate was followed by increament in heart failure cases. Cardiac remodelling after myocardial infarction was not fully anticipated by current therapy hence the patent would suffer for hear failure. Doxycycline as antimatrix metaloproteinase (MMP) inhibitor showed a promising results in modulation cardiac remodelling. Cardiac biomarkers for remodelling are surrogate parameters for early indentifying of remodelling. However, the effect of doxycyline to cardiac remodelling and its clinical implication are unknown.
Objective: To determine the effect of doxycycline on cardiac remodelling biomarkers after myocardial infarction.
Methods: We conducted triple blinded-randomized control trial. Patients with STEMI anterior or with Killip class 2-3 who underwent PPCI were randomly assigned to doxycycline (100 mg b.i.d for 7 days) in addition to standard therapy or to standar care. Cardiac remodelling biomarkers (neutrophils, hs-Troponin T, hs-CRP, NT-proBNP) were obtained on admission and during hospitalization. Echocardiography were assessed on admission and at 5 days to evaluate left ventricle dimmension and function.
Results: There were 94 patients assigned into doxycycline and control group. Baseline demographics and clinical characteristics were comparable between 2 groups. Doxycycline group showed lower percent neutrophils at 12 hours compare to control group (69.1±5.8% vs 71.9±8.0%, p=0.049). hs-Troponin T changes were lower in patients with onset >6 hours who received doxycycline and there were no differences among control group. Heart failure incidence was 11.3% lower in doxycycline group to control group. The improvement of left ventricle ejection fraction was sifnificantly higher in doxycycline group than in control group (4.5±10.4% vs 0.3±10.3%, p=0.05). The imrpovement was even higher in those with onset >6 hours with mean increament of 5.9% (95%CI 0.05-11.7%, p=0.048).
Conclusion: Doxycycline had effect in improving cardiac remodelling biomarkers, ie percent neutrophils and hs-Troponin T and left ventricle ejection fraction. Incidence of heart failure was lowe in doxycycline group.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Felix Chikita Fredy
"Latar belakang: Pada era intervensi koroner perkutan primer (IKKP), angka kematian akibat infark miokard akut dengan elevasi segmen ST (IMA-EST) berhasil ditekan. Peningkatan angka sintasan tersebut berbanding dengan peningkatan insiden gagal jantung. Proses remodeling pascamiokard infark yang belum sepenuhnya dihambat oleh standar terapi saat ini akan berujung pada kondisi gagal jantung. Doksisiklin sebagai anti-matriks metaloproteinase (MMP) menunjukkan hasil yang baik dalam mencegah proses remodeling. Biomarker remodeling merupakan surrogate dini yang baik untuk memprediksi kejadian remodeling. Namun, efek doksisiklin terhadap biomarker remodeling dan luaran klins pasien IMA-EST belum diketahui.
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek doksisiklin terhadap penurunan kadar biomarker remodeling pascainfark miokard.
Metode: Penelitian ini menggunakan desain uji klinis tersamar tripel. Pasien IMA-EST dengan keterlibatan anterior atau Killip 2-3 dengan onset kurang dari 12 jam yang menjalani IKKP terbagi acak kedalam grup yang mendapat doksisiklin 2x100 mg selama 7 hari sebagai tambahan dari standar terapi dan grup dengan standar terapi. Pemeriksaan biomarker (netrofil, hs-Troponin T, hs-CRP, NT-pro BNP) dilakukan saat admisi rumah sakit dan evaluasi intraperawatan. Ekokardiografi dilakuan saat admisi dan hari ke-5 untuk menilai dimensi dan fungsi ventrikel kiri.
Hasil: Terdapat 94 subyek yang diikutkan dalam penelitian dan terbagi rata ke dalam kedua grup. Karakteristik demografis dan klinis kedua grup homogen. Grup doksisiklin menujukkan nilai netrofil jam ke-24 yang lebih rendah dibanding grup kontrol (69,1±5,8% vs 71,9±8,0%, p=0,049). Peningkatan hs-Troponin T didapatkan lebih rendah pada kelompok dengan onset lebih dari 6 jam yang mendapatkan doksisiklin, namun tidak pada grup kontrol. Insiden gagal jantung 11,3% lebih rendah pada grup doksisiklin. Perbaikan fraksi ejeksi signifikan didapat pada grup doksisiklin dibanding grup kontrol (4,5±10,4% vs 0,3±10,3%, p=0,05). Peningkatan tersebut lebih besar pada pasien dengan onset lebih dari 6 jam dengan rerata peningkatan 5,9% (95%IK 0,05-11,7%, p=0,048).
Kesimpulan: Doksisiklin memiliki efek perbaikan biomarker remodeling ventrikel, terutama netrofil dan hs-troponin T, serta fraksi ejeksi ventrikel kiri. Jumlah insiden gagal jantung lebih rendah pada grup doksisiklin.

Background: In era of primary percutaneous coronary intervention (PPCI), mortaliry rate was reduced significantly. The increament in survival rate was followed by increament in heart failure cases. Cardiac remodelling after myocardial infarction was not fully anticipated by current therapy hence the patent would suffer for hear failure. Doxycycline as antimatrix metaloproteinase (MMP) inhibitor showed a promising results in modulation cardiac remodelling. Cardiac biomarkers for remodelling are surrogate parameters for early indentifying of remodelling. However, the effect of doxycyline to cardiac remodelling and its clinical implication are unknown.
Objective: To determine the effect of doxycycline on cardiac remodelling biomarkers after myocardial infarction.
Methods: We conducted triple blinded-randomized control trial. Patients with STEMI anterior or with Killip class 2-3 who underwent PPCI were randomly assigned to doxycycline (100 mg b.i.d for 7 days) in addition to standard therapy or to standar care. Cardiac remodelling biomarkers (neutrophils, hs-Troponin T, hs-CRP, NT-proBNP) were obtained on admission and during hospitalization. Echocardiography were assessed on admission and at 5 days to evaluate left ventricle dimmension and function.
Results: There were 94 patients assigned into doxycycline and control group. Baseline demographics and clinical characteristics were comparable between 2 groups. Doxycycline group showed lower percent neutrophils at 12 hours compare to control group (69.1±5.8% vs 71.9±8.0%, p=0.049). hs-Troponin T changes were lower in patients with onset >6 hours who received doxycycline and there were no differences among control group. Heart failure incidence was 11.3% lower in doxycycline group to control group. The improvement of left ventricle ejection fraction was sifnificantly higher in doxycycline group than in control group (4.5±10.4% vs 0.3±10.3%, p=0.05). The imrpovement was even higher in those with onset >6 hours with mean increament of 5.9% (95%CI 0.05-11.7%, p=0.048).
Conclusion: Doxycycline had effect in improving cardiac remodelling biomarkers, ie percent neutrophils and hs-Troponin T and left ventricle ejection fraction. Incidence of heart failure was lowe in doxycycline group.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
T58945
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Diana Marsha Fredy
"Pendahuluan: Insomnia merupakan gangguan tidur yang ditandai dengan kesulitan dalam memulai atau mempertahankan tidur atau kualitas tidur yang buruk. Tenaga kesehatan bekerja dalam kondisi pandemi sebagai lini terdepan dapat menyebabkan kecemasan, stres, depresi sehingga mempengaruhi perubahan pola tidur, seperti insomnia, yang berakibat pada kesehatan fisik dan mental. Terapi farmakologis mempunyai beberapa efek samping. Akupunktur bisa menjadi salah satu pilihan terapi nonfarmakologis dalam mengobati insomnia. Tujuan penelitian ini untuk membandingkan efektivitas dan efek samping antara manual akupunktur dengan modalitas press needle dengan jarum filiformis dalam mengatasi gejala insomnia. Metode: Desain penelitian ini adalah uji klinis acak terkontrol tersamar tunggal dengan kontrol jarum filiformis. Penelitian ini diikuti oleh 34 orang tenaga kesehatan dengan gejala insomnia. Subjek penelitian dialokasikan secara acak ke dalam kelompok perlakuan (n=17) dan kontrol (n=17). Pada kelompok perlakuan dilakukan pemasangan press needle pada titik PC6 Neiguan, HT7 Shenmen, ST36 Zusanli, SP6 Sanyinjiao dan dilakukan akupresur 3 kali sehari selama 20 detik selama 2 minggu, sementara pada kelompok kontrol mendapatkan jarum filiformis diretensi 20 menit selama 3 kali seminggu selama 2 minggu pada titik yang sama. Penilaian dengan skor PSQI diambil sebelum, paska terapi, follow up 2 dan 4 minggu paska terapi dan hormon melatonin serum sebelum dan paska terapi. Hasil: Terdapat penurunan skor PSQI paska terapi baik pada kelompok press needle maupun jarum filiformis (p<0,001) dan efek terapi akupunktur pada kedua kelompok masih bertahan setelah 4 minggu paska terapi. Tidak terdapat perbedaan signifikan hormon melatonin paska terapi pada masing-masing kelompok (p=0,381 dan p=0,136). Tidak terdapat perbedaan rerata antara kelompok press needle dibandingkan jarum filiformis pada skor PSQI paska terapi, follow up 2 dan 4 minggu paska terapi dan hormon melatonin paska terapi dengan masing-masing (p>0,05). Analisa komponen PSQI antara kedua kelompok terdapat perbedaan bermakna pada durasi tidur (p=0,045) dan komponen PSQI-3 faktor pada efisiensi tidur (p=0,038). Berdasarkan frekuensi terapi, durasi terapi dan efek samping press needle lebih unggul dibandingkan jarum filiformis. Kesimpulan: Press needle sama baiknya dengan jarum filiformis dalam mengatasi gejala insomnia. Press needle bisa menjadi pilihan terapi nonfarmakologis yang efektif untuk gejala insomnia pada tenaga kesehatan selama pandemi COVID-19.

Introduction: Insomnia is a sleep disorder characterized by difficulty initiating or maintaining sleep or poor sleep quality. Health workers working in pandemic conditions as the front line can cause anxiety, stress, depression so that it affects changes in sleep patterns, such as insomnia, which results in physical and mental health. Pharmacological therapy has several side effects. Acupuncture can be a non-pharmacological therapy option in treating insomnia. The purpose of this study was to compare the effectiveness and side effects of manual acupuncture with press needle and filiform needle modalities in treating insomnia symptoms. Methods: The study design was a single-blind randomized controlled trial with filiform needle as a control. A total of 34 subjects health workers with symptoms of insomnia were randomly allocated into treatment (n=17) and control (n=17) groups. Subjects in treatment group will received press needle at PC6 Neiguan, HT7 Shenmen, ST36 Zusanli, SP6 Sanyinjiao and followed by acupressure stimulation 3 times a day for 20 seconds for 2 weeks, while in the control group the filiform needle was retained for 20 minutes for 3 times a week for 2 weeks at the same location. Assessments with PSQI scores were taken before, after treatment, follow-up 2 and 4 weeks after therapy and serum melatonin before and after therapy. Results: There was a decrease in PSQI scores after treatment in press needle and filiform needle groups (p<0.001) and the effect of acupuncture therapy in both groups persisted after 4 weeks post-therapy. There was no significant difference in post-therapy melatonin in each group (p=0,381 and p=0,136). There was no significant difference between the press needle group and the filiform needle group in the mean score of PSQI post-therapy, 2 and 4 weeks follow-up after therapy and melatonin hormone serum post-therapy in all measurement (p>0.05). Analysis of the PSQI component between the two groups showed a significant difference in sleep duration (p=0.045) and the PSQI-3 factor component on sleep efficiency (p=0.038). Based on the frequency of therapy, duration of therapy and side effects, the press needle is superior to the filiform needle. Conclusion: The press needle has the same effectiveness compared to filiform needle in treating insomnia patients. Press needles can be an effective non-pharmacological treatment option for insomnia symptoms for frontline health workers during the COVID-19 pandemic."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library