Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ecep Suwardaniyasa
"ABSTRAK
Tesis ini membahas hasil penelitian mengenai pengungkapan jaringan narkoba
internasional bandar narkoba Fredy Budiman. Fakta yang terjadi menunjukan
bahwa walaupun Fredy Budiman telah divonis mati oleh Pengadilan Negeri
Jakarta Barat pada bulan Juli 2013 dan saat ini berada dalam penjara, ternyata
tidak menjadikan penghalang bagi Fredy Budiman dalam menjalankan dan
mengendalikan jaringan bisnis narkobanya. Penelitian ini dilakukan dengan
metode pengamatan lapangan didukung dengan metode wawancara dan
menghimpun dokumen terkait. Hasil penelitian dianalisis secara kualitatif
deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Jejak rekam Fredy Budiman
dalam bisnis narkoba dikaitkan dengan teori labelling Howard S. Becker, adalah
bahwa cap jahat yang diberikan kepadanya menjadikan dia berubah menjadi
seorang penjahat narkoba sesungguhnya meskipun pada mulanya bukanlah
seorang pelaku penjahat narkoba sebagaimana yang dicapkan masyarakat
kepadanya; (2) Keterlibatan Fredy Budiman dalam kejahatan Narkoba
berdasarkan Teori Pilihan Rasional Gary Becker adalah bahwa Fredy Budiman
dalam melakukan perbuatannya akan melakukan hitung-hitungan untung ruginya,
apakah hasil yang diraih dari tindak kejahatan tersebut lebih besar untungnya
ketimbang kerugiannya tertangkap polisi dan masuk penjara; (3) Dikaitkan
dengan teori kepribadian Gordon W. Allport, jaringan narkoba Fredy Budiman
menjelaskan sifat seseorang yang menjaga eksistensi dan ruang keterbukaannya
dengan hal yang sudah ia lakukan sejak lama. Meski sudah dalam tahanan
penjara, Fredy Budiman tetaplah Fredy Budiman, karena ia tidak bergantung di
mana berada, dia tetap sebagai penggerak bisnis narkoba. Kepribadian Fredy
Budiman terbentuk karena lingkungan yang sudah dia lama alami; (4) Dikaitkan
dengan teori penegakan hukum Lawrence M. Friedman, keterlibatan Fredy
Budiman dalam kejahatan narkoba merupakan suatu hal yang menentukan bisa
atau tidaknya hukum dilaksanakan dengan baik, karena faktanya walaupun berada
di balik penjara, namun Fredy Budiman dapat menjalankan bisnis narkobanya; (5)
Terdapat beberapa alternatif dalam memerangi kejahatan narkoba, diantaranya
menegaskan posisi Polri sebagai penegak hukum dalam pemberantasan narkoba,
kesungguhan negara dalam memberatas jaringan narkoba hingga ke akarakarnya,
peran serta masyarakat dalam memerangi narkoba, hingga penegakkan
hukuman mati terhadap pelaku kejahatan narkoba

ABSTRACT
This thesis discusses the results of research regarding the disclosure of an
international drug network dealer, Fredy Budiman. The fact shows, although has
been sentenced to death by the West Jakarta District Court in July 2013 and is
currently in prison, Fredy Budiman did not stop running and controlling his drug
business networks. This research was conducted using field observations method,
complemented with interviews and related documents. The outcome of the
research is analyzed descriptively and qualitatively. The research outcome shows
that : (1) associating Howard S. Becker labeling theory with Fredy Budiman?s
track records in narcotic business : the villain image that had attached to Fredy has
impacted in turning him into the real drug crimes doer, despite the fact that Fredy
was not initially really a drug criminal like how he is always labelled as; (2) Fredy
Budiman involvement in drug crimes according to Gary Becker Rational Choice
Theory shows that Fredy Budiman would first consider both gain and loss toward
his criminal act, whether the result achieved from these crimes would be greater
than the risk of getting caught by the police and being imprisoned; (3) Associated
with Gordon W. Allport?s theory of personality, Fredy Budiman?s drug network
explains human nature of a person trying to maintain his own existence and open
space with his old habit. Though his physical is in custody, Fredy Budiman
remains the way how Fredy Budiman has always been. No matter where he lives,
he remained the wheel of his own illegal business. Fredy?s past environment has
formed his personality; (4) In Lawrence M. Friedman?s law enforcement theory,
|Fredy Budiman?s involvement in drug-related crimes illustrates whether or not
the law is properly enforced, given the fact that despite his physical presence
behind the bars, Fredy Budiman still managed to run his drug business; (5) There
are several alternatives in combating drug crimes, including emphasizing police?s
positioning as the law enforcer in combating drugs, confirming the state?s
eagerness in combating drug network to its roots, improving society?s
participation in the fight against drugs, to enforcing the death penalty against drug
offenders."
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ecep Suwardaniyasa
"Penelitian ini ingin menganalisis migrasi atau pergeseran gerakan pelaku teror di Indonesia mulai dari perencanaan, propaganda, perekrutan, pendanaan, konsolidasi dan pelatihan, dari cara-cara konvensional ke cara-cara digital dengan memanfaatkan media baru (new media). Pertanyaan penelitian yang ingin dijawab dalam riset ini adalah bagaimana pengalaman, teknik dan metode yang digunakan para pelaku teror, serta migrasi gerakan terorisme itu sendiri, dari cara- cara konvensional ke penggunaan media baru (new media)/konvergen. Permasalahan penelitian ini dibedah dengan menggunakan teori media dan media baru, teori radikalisme, teori social movement, konsep terorisme, konsep globalisasi dan konsep migrasi. Penelitian ini menggunakan beberapa model analisis, yaitu pendekatan fenomenologi, studi kasus, dan analisis teks. Dalam pendekatan fenomenologi, kuesioner digunakan untuk mengeksplorasi pengalaman individu yang terlibat dalam gerakan terorisme. Dalam studi kasus, memfokuskan pada beberapa kasus teror di Indonesia yang dilakukan melalui cara-cara konvensional hingga bermigrasi melalui media baru/kovergen. Sedangkan dalam analisis teks, peneliti memeriksa berbagai teks yang tersebar di berbagai media mainstream dan platform sosial media, untuk memahami dan memetakan bagaimana keenam aspek gerakan teror tadi; perencanaan, propaganda, perekrutan, pendanaan, konsolidasi, hingga pelatihan dilakukan. Selain itu, semua hasil wawancara dan riset dari narasumber para pelaku teror, penulis ekstrak melalui analisis sofware deedose. Tujuannya untuk memetakan pola migrasi secara nyata dari model konvensional (cara-cara lama) ke model digital (cara-cara baru) dengan memanfaatkan media baru. Temuan penelitian menunjukkan bahwa keenam aspek gerakan teroris berubah dari cara lama ke cara baru, mulai dari perencanaan, propaganda, perekrutan, pendanaan, konsolidasi dan pelatihan melalui Google, YouTube, dan internet archive yang mereka produksi dan kemudian diviralkan melalui sosial media. Riset ini merekomendasikan pihak berwajib untuk memahami trend penggunaan media baru oleh para pelaku teror dan memperkuat deteksi dini aparat untuk menanggulanginya, serta meningkatkan literasi digital masyarakat agar mampu memilah informasi yang benar agar terhindar dari propaganda terorisme.

This research aims to analyze the migration or shift in the movement of terror perpetrators in Indonesia starting from planning, propaganda, recruitment, funding, consolidation and training, from conventional methods to digital methods by utilizing new media. The research questions to be answered in this research are the experiences, techniques and methods used by terror perpetrators, as well as the migration of the terrorist movement itself from conventional methods to the use of new/convergent media. This research problem is dissected using media and new media theory, radicalism theory, social movement theory, the concept of terrorism, the concept of globalization and the concept of migration. This research uses several analytical models, namely phenomenological approaches, case studies, and text analysis. In the phenomenological approach, questionnaires are used to explore the experiences of individuals involved in terrorist movements. In the case study, it focuses on several terror cases in Indonesia which were carried out through conventional methods and migrated through new/convergent media. Meanwhile, in text analysis, researchers examined various texts spread across various mainstream media and social media platforms, to understand and map the six aspects of the terrorist movement; planning, propaganda, recruitment, funding, consolidation and training were carried out. Apart from that, the author extracted all the results of interviews and research from sources from terror perpetrators through deedose software analysis. The aim is to map real migration patterns from conventional models (old ways) to digital models (new ways) by utilizing new media. Research findings show that the six aspects of the terrorist movement changed from the old way to the new way, starting from planning, propaganda, recruitment, funding, consolidation and training through Google, YouTube and internet archives which they produced and then made viral through social media. This research recommends that the authorities understand the trend in the use of new media by terror perpetrators and strengthen early detection by authorities to deal with it, as well as increasing the digital literacy of the public so they are able to sort out the correct information to avoid terrorism propaganda."
Jakarta: Sekolah Kajian Stratejik Global Universitas Indonesia, 2024
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library