Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Corry Shirleyana Putri
"Gangren kaki diabetik ialah salah satu bentuk komplikasi yang dialami oleh banyak pasien penderita diabetes melitus. Pemberian terapi antibiotik sudah menjadi hal yang umum untuk mengatasi infeksi gangren kaki diabetik. Terapi antibiotik yang rasional sangat diperlukan bagi penderita infeksi gangren kaki diabetik kerena diharapkan dapat mengurangi terjadinya resistensi bakteri dan mencegah dilakukannya tindakan amputasi, mengurangi biaya dan waktu lama perawatan pasien.
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran kerasionalan penggunaan antibiotika pada pasien penderita gangren kaki diabetik yang di RSAL Dr. Mintohardjo pada tahun 2012, melalui penilaian ketepatan indikasi, ketepatan obat, ketepatan dosis ketepatan pasien, dan tidak adanya interaksi obat. Peneliti melakukan pengambilan data melalui data sekunder berupa rekam medis pasien periode Januari–Desember 2012 dengan desain cross-sectional. Dengan menggunakan teknik total sampling, didapatkan 18 sampel yang sesuai dengan kriteria inklusi penelitian.
Pada hasil penyajian data secara deskriptif, penilaian ketepatan berdasarkan pemberian antibiotik pada pasien terdapat tepat dosis sebesar 27,78%, tepat indikasi 38,89%, tidak adanya interaksi obat 72,22%, tepat pasien 8,33%, dan tepat obat 13,89%. Pada penilaian terhadap jumlah pasien gangren kaki diabetik, terdapat 16,67% pasien sudah mendapatkan dosis yang tepat, 16,67% pasien mendapatkan antibiotik sesuai indikasi, 55,56% pasien tidak mengalami interaksi obat, 11,11% pasien mendapatkan terapi antibiotik tepat dengan kondisi pasien, dan 0% pasien mendapatkan antibiotik tepat obat. Berdasarkan hasil penelitian, disimpulkan bahwa tidak ada pasien gangren kaki diabetik yang mendapatkan pengobatan antibiotik secara rasional.

Diabetic foot gangrene is one of complications happened in many patients with diabetes mellitus. Antibiotic therapy has become a common thing to overcome diabetic foot infection. Rational antibiotic therapy is necessary for patients with diabetic foot gangrene infection because it is expected to reduce the occurrence of bacterial resistance, prevent the amputation, reduce cost, and patient's length of stay time.
The purpose of this study was to obtain an overview rational usage of antibiotics in patients with diabetic foot gangrene in Naval Hospital Dr. Mintohardjo during 2012, through the appropriate indication, appropriate drug, appropiate dose, appropiate patient, no drugs interaction. Researcher collected secondary data from medical record during January-December 2012 and used cross-sectional design. By total sampling technique, there were 18 samples were obtained in accordance with inclusion criteria of study.
Appropriate assessment based on number of antibiotics given, showed 27,78% appropriate dose, 38,89% appropriate indication, 72,22% no drugs interaction, 8,33% appropriate patient, and 13,80% appropriate drug. Based on the number diabetic foot gangrene patients, there were 16,67% patients received appropriate dose, 16,67% received appropriate indication of antibiotics, 55,56% patients had no drugs interaction 11,11% patients received appropriate antibiotics as their own condition, and 0% patients received appropriate drug. Based on the result of, it was concluded that, there were no diabetic foot gangrene patients who received rational antibiotic treatment.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2013
S47008
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Corry Shirleyana Putri
"Apotek adalah suatu tempat dilakukan pekerjaan kefarmasian dan penyaluran sediaan farmasi serta perbekalan kesehatan lainnya kepada masyarakat. Apotek menjadi salah satu sarana yang memiliki fungsi pelayanan kesehatan untuk mewujudkan tercapainya derajat kesehatan optimal untuk masyarakat dan juga memiliki fungsi dalam hal bisnis demi kemajuan apotek itu sendiri. Apoteker memiliki peran penting dalam mengelola semua hal dalam apotek, selain itu konsumen menjadi suatu aspek penting yang harus diperhatikan. Maka, pelayanan kefarmasian menjadi suatu sarana dalam meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan perilaku apoteker dalam menjamin kesehatan pasien. Praktek kerja Profesi Apoteker (PKPA) dilakukan pada 8 Januari - 10 Februari 2014 di Apotek Mitrasana Kaliabang guna menerapkan ilmu yang telah dicapai selama masa perkuliahan secara langsung kepada pasien di Apotek. Kegiatan PKPA dapat memberikan pengetahuan langsung mengenai peran dan fungsi Apoteker dalam fungsi pelayanan dan pegelolaan dalam suatu Apotek.

Pharmacy is a place where the work done and distribution of pharmaceutical and other medical supplies to the public. Pharmacy becomes one of the health care facility, which has functions to realize the achievement of optimal health status for the community and also have a function in terms of business for the advancement of the pharmacy itself. Pharmacists have an important role in managing all the things in the pharmacy, in addition to the consumer becomes an important aspect that must be considered. Thus, pharmaceutical services become a means of enhancing knowledge, skills and behavior of pharmacists in ensuring the health of the patient. Pharmacist working practices (PKPA) performed on 8 January to 10 February 2014 in the Pharmacy Mitrasana Kaliabang to apply the science that has been achieved during the lectures directly to patients in pharmacies. PKPA activities can provide direct knowledge of the role and function of Pharmacists in the service function and pegelolaan in a pharmacy.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2014
PR-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Corry Shirleyana Putri
"Kesehatan merupakan suatu upaya yang dilaksanakan oleh pemerintah maupun seluruh komponen masyarakat yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat untuk setiap orang agar terwujud derajat kesehatan msayarakat yang setingg-tingginya. Dengan memenuhi kebutuhan kesehatan masyarakat tentunya pemenuhan perbekalan mengenai obat publik dan perbekalan kesehatan merupakan hal yang utama. Pada Direktorat Jendral Bina kefarmasian dan Alat Kesehatan khususnya Direktorat Obat Publik dan perbekalan Kesehatan, Praktek Kerja Profesi Apoteker berlangsung pada periode 7-17 April 2014. Pada Direktorat Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan, Mahasiswa dapat mendalami peran apoteker dalam pengelolaan, pengadaan, analisis harga obat dan pemantauan serta evaluasi dan juga program obat haji yang berllangsung pada Direktorat ini. Tugas Khusus yang diberikan selama PKPA berlangsung ialah menelaah mengenai penyimpanan obat dan perbekalan farmasi di puskesmas.

Health is an effort by the government and the entire community which aims to increase awareness, willingness and ability of healthy life for every person to manifest health status msayarakat the settings for-height. It has been the main thing by fullfilling the needs of public health course supplies fulfillment of public drug and medical supplies. At the Directorate General of Bina pharmacy and in particular the Directorate of Medical Devices Drugs and supplies for Public Health Practice Pharmacist takes place in the period 7 to 17 April 2014, the Directorate of Public Medicines and Health Supplies, Students can explore the role of pharmacists in the management, procurement, analysis of drug prices and monitoring and evaluation as well as programs that berllangsung Hajj drugs in this Directorate. Special tasks were administered during on going PKPA is to examine the storage of drugs and pharmaceutical supplies in health centers."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2014
PR-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Corry Shirleyana Putri
"Apoteker merupakan salah satu tenaga kesehatan di rumah sakit yang sangat berperan penting dalam memberikan pelayanan kesehatan yang optimal pada pasien. Untuk itu memerlukan pemahaman mengenai peran dari apoteker dalam mengelola persediaan perbekalan farmasi pada suatu rumah sakit, menjalankan fungsi klinis serta manajemen rumah sakit. Untuk itu, Program Profesi Apoteker Universitas Indonesia bekerja sama dengan dengan RSIA SamMarie Basra untuk mengadakan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) pada periode 10-28 Maret dan 21 April - 12 mei 2014. IFRS di RSIA SamMarie Basra baru saja berdiri sekitar bulan Januari 2014, maka IFRS baru dapat menjalankan fungsi manajemen, untuk itu perlu perhatian khusus dalam hal farmasi klinis. Tugas khusus yang diberikan pada PKPA ialah penyusunan Standard Procedure Operational (SPO) mengenai Standar Prosedur Operasional pelayanan sediaan farmasi dan alat kesehatan, penyerahan sediaan farmasi dan alat kesehatan ke ruang HCU, NICU, PICU, Konseling pada Pasien, dan Home Care.

Pharmacist is one of the health workers at the hospital are very instrumental in providing optimal health care to patients. For it requires an understanding of the role of pharmacists in managing inventory of supplies at a hospital pharmacy, clinical function and hospital management. To that end, Pharmacist Program, University of Indonesia in cooperation with the RSIA SamMarie Basra to conduct Work Practice Pharmacist (PKPA) in the period 10 to 28 March and 21 April - 12 May 2014 IFRS in Basra SamMarie RSIA just standing around in January 2014, then the new IFRS can perform the function of management, for it needs special attention in terms of clinical pharmacy. The special task is about the preparation of making Standard Operational Procedures (SOP) of the Standard Operating Procedures of pharmaceutical services and medical devices, pharmaceutical preparations and delivery of medical devices to space HCU, NICU, PICU, on Patient Counseling, and Home Care.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2014
PR-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library