Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Chinta Novianti Mufara
"ABSTRAK
Kepatuhan sangat dibutuhkan dalam terapi antiretroviral. Kepatuhan yang tinggi dalam terapi antiretroviral dapat menurunkan risiko retensi obat, angka kesakitan bahkan angka kematian.Tujuan penelitian ini untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan ODHA dalam menjalani terapi antiretroviral di Rumah Sakit Persiapan Kabupaten Kaimana. Tehnik pengambilan sampel penelitian ini yaitu consecutive sampling. Analisa data menggunakan uji chi square, serta analisa multivariat dengan regresi logistik. Hasil penelitan dengan 81 responden didapatkan sebagian besar responden memiliki kepatuhan rendah 74,1 . Faktor yang berpengaruh secara signifikan terhadap kepatuhan yaitu pengetahuan tentang HIV OR 10,748, p = 0,001 , lamanya terdiagnosis HIV OR 0,173, p = 0,018 , konsumsi alkohol 1-2 gelas/hari OR 0,184, p = 0,033 konsumsi alkohol >2 gelas/hari OR 0,077, p = 0,027 konsumsi alkohol 0-1 gelas/hari p = 0,040 . Kesimpulan: semakin baik pengetahuan ODHA mengenai HIV maka semakin patuh dalam terapi antiretroviral, semakin banyak konsumsi alkohol dan semakin lama terdiagnosis HIV maka semakin rendah tingkat kepatuhan. Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi upaya peningkatan pelayanan terapi antiretroviral dengan meningkatkan pengetahuan ODHA mengenai HIV. Kata kunci: kepatuhan, ART, pengetahuan HIV, lama terdiagnosis HIV, alkohol, kabupaten kaimana.

ABSTRACT
Name Chinta Novianti MufaraStudy program NursingTitle Factors affecting antiretroviral therapy in people living with HIV in Hospital of Kaimana District Province of Papua Barat Adherence is crucial concern for people undertaking antiretroviral regimen. A high adherence to antiretroviral treatment may lower the risk of drug retention, morbidity, or even mortality rate. This study aimed to identify factors affecting adherence of people living with HIV AIDS to antiretroviral therapy in Kaimana hospital. This quantitative study used descriptive correlational design with cross sectional approach. Consecutive sampling was applied in this study with total sample of 81 respondents. The data were analyzed by using chi square analysis and multivariate analysis with logistic regression. The result suggested a low adherence to the regimen by majority of respondents 74.1 . The most significant factors affecting the adherence were knowledge on HIV OR 10,748, p 0,001 , time since diagnosed with HIV OR 0,173, p 0,018 , alcohol consumption 1 2 glasses day OR 0,184, p 0,033 , alcohol consumption more than 2 glasses day OR 0,077, p 0,027 , alcohol consumption 0 1 glass day p 0,040 . Conclusion the better knowledge of people with HIV AIDS on their own condition, the higher their adherence to ART therapy would be the higher alcohol consumption and longer time since HIV, the lower their adherence to the regimen would be. The study result was suggested for improvement in providing antiretroviral regimen with increase knowledge of people living with HIV AIDS on their own condition. Key words adherence, ART, knowledge on HIV, time since HIV, alcohol, Kaimana District."
2017
S67514
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Chinta Novianti Mufara
"Provinsi Papua Barat menempati urutan ketiga kasus tertinggi malaria di Indonesia. Jumlah kasus malaria positif malaria tahun 2020 berjumlah 254.050 kasus, yang meningkat pada tahun 2021 dengan 304.607 kasus. Terdapat beberapa faktor risiko terjadinya malaria seperti sosio demografi, factor lingkungan, maupun perilaku individu dalam pencegahan penularan penyakit malaria. Penelitian ini bertujuan untuk menilai determinan kejadian malaria di Provinsi Papua Barat, menggunakan sumber data Riskesdas Provinsi Papua Barat Tahun 2018 dengan desain penelitian cross sectional. Penelitian ini menggunakan uji statistik cox regresi terhadap 2.602 sampel di provinsi Papua Barat, dengan signifikansi statistik berdasarkan interval kepercayaan 95%. Hasil penelitian didapatkan prevalensi malaria di Provinsi Papua Barat sebesar 37,2%. Proporsi kejadian malaria paling banyak pada laki-laki 42,5%, usia ³ 5 tahun 37,4%, pendidikan terakhir £SMP/SLTP 37,5%, pekerjaan tidak berisiko 37,8%, tidak tidur menggunakan kelambu berinsektisida 41,2%, tidak menggunakan repelen, tidak menggunakan obat nyamuk 38,0%, menggunakan kasa pada ventilasi rumah 42,7%, memusnahkan barang-barang bekas berwadah 39,5%, tinggal di daerah perkotaan 46,5%, jenis sarana air utama yang digunakan untuk keperluan masak, kebersihan pribadi dan mencuci yang tidak berisiko 38,3% dan jenis sarana air utama yang digunakan untuk keperluan minum yang tidak berisiko 38,7%. Hasil penelitian menunjukan terdapat hubungan yang signifikan antara jenis kelamin (PR 1,295; 95% CI 1,141-1,469) dan tipe daerah (PR 0,746; 95% CI 0,650-0,855). Serta faktor yang dianggap berhubungan dengan kejadian malaria yaitu tidur menggunakan kelambu berinsektisida PR 1,102;95% CI 0,965-1,258). Faktor jenis kelamin menjadi faktor yang paling mempengaruhi kejadian malaria yang memberikan resiko sebesar 1,295 terjadinya malaria pada laki-laki dibandingkan pada perempuan setelah dikontrol oleh faktor tipe daerah dan tidur menggunakan kelambu berinsektisida. Perlunya promosi, edukasi dan monitoring evaluasi penggunaan kelambu berinsektisida terutama pada masyarakat perkotaan dan kelompok berisiko (laki-laki)

West Papua Province ranks third in the highest cases of malaria in Indonesia. The number of positive malaria cases in 2020 totaled 254,050 cases, which increased in 2021 with 304,607 cases. There are several risk factors for the occurrence of malaria such as socio-demographic, environmental factors, and individual behavior in preventing the transmission of malaria. This study aims to assess the determinants of malaria incidence in West Papua Province, using the 2018 West Papua Province Riskesdas data source with a cross-sectional study design. This study used the cox regression statistical test on 2,602 samples in the province of West Papua, with statistical significance based on 95% confidence intervals. The results showed that the prevalence of malaria in West Papua Province was 37.2%. the highest proportion of malaria incidence was in males 42.5%, age ³ 5 tahun 37.4%, last education £ SMP/SLTP 37.5%, work not at risk 37.8%, did not sleep using insecticide treated nets 41.2 %, not using repellents, not using mosquito coils 38.0%, using gauze on house ventilation 42.7%, destroying used containerized 39.5%, living in urban areas 46.5%, the type of main water facility used used for cooking, personal hygiene and washing purposes which were not at risk 38.3% and the type of main water facility used for drinking purposes which was not at risk 38.7%. The results showed that there was a significant relationship between gender (PR 1.295; 95% CI 1.141-1.469) and area type (PR 0.746; 95% CI 0.650-0.855). As well as factors that are considered related to the incidence of malaria, namely sleeping using insecticide-treated nets PR 1.102; 95% CI 0.965-1.258). The gender factor is the factor that most influences the incidence of malaria which gives a risk of 1.295 for the occurrence of malaria in men compared to women after controlling for the type of area and sleeping using insecticide-treated mosquito nets. It is necessary to promotion, education, monitoring and evalution of the use of insecticide-treated nets, especially in urban communities and at risk group (men)."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library