Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 35 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Budi Setiawan
"Keberadaan industri unggulan daerah merupakan suatu kemutlakan ditengahtengah kondisi persaingan usaha yang tinggi eskalasinya saat ini, serta adanya tuntutan kemandirian daerah lewat pemberlakuan konsep Otonomi Daerah di Indonesia. Oleh sebab itu setiap daerah idealnya memiliki satu industri yang benar-benar diunggulkan untuk dikembangkan daya saingnya, yang pada tahap selanjutnya dapat menjadi lokomotif pembangunan pada masing-masing daerah. Pengembangan industri unggulan daerah ini akan lebih mudah dijalankan bila kompetensi inti (core competence) sumber daya internalnya dapat teridentifkasi.
Dengan menggunakan pendekatan penelitian kualitatif (qualitative research approach) lewat metode analisis deskriptif (descriptive method), penelitian ini akan menjelaskan gambaran aktifitas industri unggulan daerah kota Bengkulu serta mengidentifikasi keberadaan dan pemanfaatan kompetensi inti industri unggulan tersebut. Lebih jauh, penelitian ini bertujuan untuk menjawab pertanyaanpertanyaan seputar 1) gambaran aktifitas industri unggulan daerah kota Bengkulu, 2) industri yang menjadi industri unggulan utama kota Bengkulu, 3) hal yang menjadi kompetensi inti industri unggulan utama kota Bengkulu, dan 4) tingkat pemanfaatan kompetensi inti tersebut Data sekunder diperoleh dari instansi-instansi yang terkait dengan pengembangan industri unggulan. Data primer akan diperoleh dari wawancara langsung, yang berpedoman pada panduan wawancara, dengan pelaku industri dari tiga sentra sampel yang mewakili pelaku industri secara keseluruhan. Pemilihan sentra sampel didasarkan pada tingkat margin keuntungan yang dihasilkan pada kurun waktu empat tahun terakhir.
Hasil penelitian menunjukkan empat dari lima industri, yang ditetapkan lewat SK Walikota KDH Tk. II Bengkulu Nomor 81 tahun 1999 sebagai industri unggulan kota Bengulu, masih merupakan industri rumah tangga Skala kecil (small scale home industry). Hal ini terlihat dari kemampuan produksi, pasar yang dilayani, penyerapan tenaga kerja dan investasi finansial yang masih rendah. Satu industri yang dapat diklasifikasi sebagai industri menengah (industri hasil perikanan), hanyalah industri yang padat modal dengan tingkat perputaran aset yang rendah.
Dari pengkalkulasian kemampuan perputaran aset kelima industri unggulan, dapat ditentukan industri kain besurek sebagai industri unggulan utama kota Bengkulu. Hal ini dikarenakan tertingginya tingkat perputaran aset industri tersebut selama empat tahun terakhir dibandingkan dengan keempat industri lainnya. Tingkat perputaran aset rata-rata, yang merupakan penggambaran kemampuan aset tetap menghasilkan pendapatan penjualan, untuk kelima bidang indsutri tersebut empat tahun terakhir adalah berturut-turut; indutri kain besurek, dengan nilai perputaran aset 9,51, yang bermakna setiap satu satuan rupiah yang tertanam pada aset mampu menghasilkan 9,51 rupiah penjualan; industri cinderamata khas dengan nilai perputaran aset 4,2; industri emping melinjo dan makanan khas 1,76; industri bubuk kopi 1,35; dan industri komoditas hasil perikanan 0,79.
Dari analisis sumber daya internal, meliputi aspek fisik usaha, aspek sumber daya manusia, teknologi, reputasi dan kemampuan finansial, dapat diidentifikasi bahwa industri kain besurek digerakkan oleh satu kompetensi inti berupa kemampuan sumber daya manusia yang berkecimpung dalam bidang tersebut untuk menghasilkan berbagai corak motif kontemporer kain besurek yang unik dan bemilai jual tinggi. Hal ini terjelaskan lewat kinerja sumber daya manusia, sebagai sumber daya internal industri kain besurek, yang secara kreatif telah menghasilkan banyak ragam motif kontemporer yang lebih bervariasi dan inovatif, jika dibandingkan dengan kinerja sumber daya lain yang tidak terlalu istimewa.
Keberadaan 'pemotifan' sebagai kompetensi inti industri kain besurek belum termanfaatkan secara optimal. Hal ini terlihat dari masih sedikitnya upaya-upaya pelaku industri untuk mendiversifikasi produknya dengan memanfaatkan kompetensi inti tersebut. Oleh sebab itu, pihak Pemda perlu menjalankan langkahiangkah strategis seperti pendelegasian proses-proses pengerjaan kain besurek, diluar 'pemotifan', kepada pihak luar yang lebih ahli dibidangnya masing-masing (outsourcing) ini bertujuan untuk memaksimaikan kemampuan `pemotifan' yang telah ada saat ini, disamping jugs terbuka peluang untuk melahirkan berbagai produk premium baru diluar kain besurek itu sandhi- yang berbasiskan pada komptensi inti `pemotifan', sehingga keberadaannya benar-benar dapat bermanfaat bagi daerah kota Bengkulu secara keseluruhan.
Dari telaahan rantai nilai terlihat bahwa penanganan pemasaran industri ini belum dilakukan secara maksimal, dimana pilar proses pemasaran yang dijalankan hanya penjualan saja dari empat pilar -harga (price), penetapan produk (product), pendistrbusian (place) dan promosi (promotion)- yang lazim bersinergi dalam pemasaran secara umum, halmana berakibat pada munculnya tendensi penerimaan pendapatan yang tidak maksimal. Oleh sebab itu, pemerintah daerah bersama pelaku industri kain besurek perlu menyusun suatu konsep pemasaran yang komprehensif untuk kepentingan penciptaan pasar (market creation) yang lebih luas, karena salah satu langkah yang harus diperhatikan pada konteks persaingan untuk masa depan dalam konsep resources based strategy adalah kekuatan dan posisi pasar yang dimiliki secara dominan ketika struktur industri mulai terbentuk."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2003
T11568
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Budi Setiawan
"Skripsi ini membahas mengenai analisis kesesuaian penerapan mananajemen lingkungan di Rebuild Center PT. Saptaindra Sejati dengan persyaratan Sistem manajemen lingkungan ISO 14001:2004. Tujuan dari skripsi ini adalah mengetahui kesesuaian manajemen lingkungan yang diterapkan di Rebuild Center PT. Saptaindra Sejati dengan persyaratan Sistem manajemen lingkungan ISO 14001.
Penelitian ini dilakukan dengan metode deskriptif kualitatif dengan analogi bencmarking dan analisa mendalam setiap klausul ISO 14001:2004 dengan manajemen lingkungan yang diterapkan perusahaan. Hasil dari penelitian ini adalah menegetahui kesesuaian manajemen lingkungan yang diterapkan perusahaan dengan standard persyaratan sistem manajemen lingkungan ISO 14001:2004

This thesis is discuss about compatibility analysis of assembly environment management in Re-build center PT Saptaindra Sejati with regulation of environmental management system ISO 14001: 2004. The purpose of this thesis is to know compatibility analysis of assembly environment management in Re-build center PT Saptaindra Sejati with regulation of environmental management system ISO 14001: 2004.
This thesis use qualitative descriptive metode with benchmarking analogy and indepth analysis in every clouse of ISO 14001:2004 with company environmental management. The result it is to know the compatibility of assembly environment management in Re-build center PT Saptaindra Sejati with regulation of environmental management system ISO 14001: 2004
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2011
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Budi Setiawan
Jakarta: Kementerian Negara Pemuda dan Olah Raga, 2009
305MUHM001
Multimedia  Universitas Indonesia Library
cover
Budi Setiawan
"Membaiknya kondisi perekonomian Indonesia Pasca krisis moneter tahun 1998, terlihat pada kinerja Bursa Efek Jakarta yang terus menerus mencatatkan rekor Indeks Varga Saham Gabungan (IHSG) tertinggi yang telah mencapai level 1600an pada semester pertama tahun 2006. Sehingga instrumen investasi saham menjadi instrumen yang cukup diminati oleh investor karena memiliki return yang tinggi. Dengan tingginya return yang diterima oleh investor maka kompensasi adalah tingginya tingkat risiko investasi di pasar modal.
Saham Perbankan dan Asuransi adalah saham industri Keuangan yang diperjualbelikan di Bursa Efek Jakarta. Saham-saham Perbankan masuk dalam kelompok saham blue chip karena nilai kapitalisasi pasarnya relatif besar, Sedangkan saham-saham Asuransi masuk ke dalam kelompok saham lapis kedua atau saham dengan resiko lebih besar dibandingkan dengan saham blue chip.
Karya Akhir ini memiliki tujuan utama mengetahui pengaruh perubahan variabel ekonomi makro (Infasi, nilai tukar Rupiah terhadap Dolar, dan suku bunga Sertifikat Bank Indonesia), return IHSG bulan Januari dan return saham bulan Desember terhadap return saham Perbankan dan, Asuransi bulan Januari untuk melihat fenomena January Effect. Dalam literatur disebutkan bahwa harga saham dipengaruhi oleh variabel endogen yang berasal dari internal perusahaan dan variabel eksogen yang berasai dari kondisi ekonomi makro.
Penelitian yang dilakukan inerupakan penelitian empiris dengan periode observasi sepanjang tahun 1989 sampai 2006 menggunakan metode analisis regresi berganda. Variahel babas dalam regresi ini adalah variabel ekonomi makro, return IHSG bulan Januari dan return saham bulan Desember sedangkan return saham Perbankan dan Asuransi bulan Januari berlaku sebagai variabel terikat yang dijelaskan oleh variabel bebas. Menurut literatur, sebelum dilakukan penyusunan model, data harus memenuhi beberapa asumsi dan tidak memiliki masalah tertentu. Dalam penelitian ini dilakukan pengujian asumsi-asumsi yang harus dipenuhi dalam suatu model regresi berganda. Asumsi yang harus dipenuhi atau masalah data yang harus diatasi meliputi uji autokorelasi, uji mulitkolinieritas dan uji identitas.
Analisis regresi berganda dilakukan dengan melalui tiga tahap yaitu: (1) regresi return IHSG bulan Januari terhadap return saham Perbankan dan Asuransi (2) regresi variabel-variabel ekonomi makro terhadap return saham Perbankan dan Asuransi (3) regresi variabel-variabel ekonomi makro, return IHSG bulan Januari dan return saham bulan Desember terhadap return saham Perbankan dan Asuransi bulan Januari.
Hasil analisis menunjukan bahwa variabel bebas ekonomi makro yang diujikan hanya mempengaruhi sebagian kecil return saham Perbankan dan Asuransi bulan Januari. Variabel bebas return saham bulan Desember tidak memiliki pengaruh yang signilikan terhadap return saham Perbankan dan Asuransi bulan Januari. Return IHSG bulan Januari memiliki pengaruh dan memiliki hubungan positif terhadap return saham Perbankan dengan tingkat pengaruh yang berbeda-beda untuk setiap perusahaan. Sedangkan pada saham Asuransi, return IHSG bulan Januari tidak memiliki pengaruh terhadap return saham Asuransi bulan Januari. Dari hasil analisa disimpulkan bahwa fenornena Januaty efect hanya memiliki pengaruh terhadap saham Perbankan, dan tidak berpengaruh pada saham Asuransi.

The conditions enhancement of the economy of Indonesia subsequently the monetary crisis on year 1998 shows by the Jakarta Stock Exchange staled that the II-ISG reached the highest level of 1600 in the first semester on the year 2006. Therefore the instruments of the stocks investment become the investors' number one priority due to the highest return they received. This has caused the compensation on highest risk of investment in the stock market.
Insurance and Banking stocks are the financial industries that marketable at the Jakarta Stock Exchange. Banking stocks includes in blue chip stock because the value of market capitalization relatively, higher. Whereas, the insurance stocks includes in the secondary or higher risk stocks superior compare to the blue chip stock.
This thesis has the major aim to be acquainted with the influence of variable exchange of macro economy (inflation, exchange rate Rupiah/1BD, and the rate of the Indonesia Bank Certificate), January return of IHSG as well as December return of stocks towards January return of Banking and Insurance stocks which to be seen in the January Effect phenomena. In literature states that the stock price influences by the endogen variable from internal company and exogen variable from the macro conditions.
Research conducted as empirical researches with observation period during year 1989 until 2006 using the multiple regression analysis method. Open variable in this regression are the macro economy variable, the January return of 1HSG and the December return of stock whereas January return of Insurance and Banking stocks acts as tied variable elaborates by the open variable. According to literature, before posting the model, data must be fulfilled with a few assumptions and free of specific requirement. With this research implemented assessments necessity must be fulfilled within a double regression model. The fulfilled assumption or the proven data requirement consists of auto correlation test, multi collinear test, and identity test.
Multiple regression analysis conducted through 3 steps that are; (1) January return of regression towards January return of Insurance and Banking stock, (2) macro economic variables regression towards insurance and Banking stock return, (3) macro economic variables, January return of II-ISG, and December return of stock regression towards January return of Insurance and Banking stock.
Research consequence explains that the macro economic as independent variable tested only influence small part January return of Insurance and Banking stocks. Independent variable December return of stock demonstrated no significant effect towards January return of Insurance and Banking stocks. The January return of IHSG presents effects and positive relationship towards banking stocks with different level of effects of each company. Whereas on the Insurance stock, the January return of IHSG saws no effects towards January return of Insurance stocks. Analyze result concludes that phenomena January Effect consist the influence only towards Banking stock not insurance stock.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2006
T18434
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Budi Setiawan
"Terdapat beberapa penyebab sering terjadinya pengendalian proyek yang kurang efektif yang menyebahkan keterlambatan pada proyek flyover. dimana implementasinya tidak sesuai dengan yang diharapkan atau direncanakan. Penyebab tersebut diantaranya adalah kurang tepatnya memilih dan mendapatkan peserta (rekanan) subkontraktor yang berkualitas yang dianggap mampu diserahi tugas pekerjaan tertenlu.
Keterlambatan yang disebabkan subkontraktor antara lain: Keterlambatan pengiriman 1 mobilisasi, kemampuan subkontraktor, jeleknya mutu, kurangnya monitoring dan pengendalian, keterkaitan dengan suplier lain, sub kontraktor yang bangkrut.
Kendala-kendala yang menghambat pencapaian kinerja waktu pada penelitian ini adalah: kurangnya pengalaman yang dipurryai subkontraktor dan manajemen skill dalam perencanaan dan pengendalian dan penguasaan metode konstruksi dan teknologi yang dimiliki subkontraktor, kemampuan dalam pengadaan tenaga kerja yang berkualitas juga mempengaruhi efisiensi dan kinerja waktu, karena akan mengurangi reworks, kesalahan persepsi dalam menafsirkan klausul-klausul dari subkontrak yang berdampak mute pekerjaan tidak sesuai spesifikasi, koordinasi antar fungsi pada organisasi proyek yang tidak balk yang berdampak keputusan yang dihasilkan tidak efektif.
Hasil-hasil temuan penelitian berdasarkan dari 31 kuisioner yang terdiri dari 37 variabel menunjukkan bahwa, terdapat variabel-variabel yang mempengaruhi kualitas subkontraktor pada pelaksanaan poyek flyover terhadap kinerja waktu di wilayah Jabotabek. Diperoleh 3 variabel penentu model penentu ditambah 1 faktor dummy untuk hubungan kualitas subkontraktor terhadap kinerja waktu : metode konstruksi, pcngaiaman subkontraktor, kemampuan dalam tenaga kerja segi kualitas dan kemampuan dalam pengadaan mandor.

There are some cause often the happening of operation of less effective project which cause delay at project of fly over, where its implementation disagree with which is expected or planned. The cause among others is less precisely chosen and get participant ( subcontractor ) with quality which is assumed can handle special work.
Delay caused by subcontractor for example: Delay of delivery mobilization, ability of subcontractor, bad of quality, lack of operation and monitoring, related to other suplier, bankrupt subcontractor.
Constraints pursuing attainment of time performance this research is lack of experience had by management and subcontractor of skill in the plan and operation and domination of construction method and technology by subcontractor, ability in levying of labour which with quality also influence time performance and efficiency, because will lessen reworks, mistake of perception in interpreting clauses of subcontract affecting quality of inappropriate work of specification, interfunction coordination at organization of project of bad which affect decision is not effective.
This research has identified from 31 kuisioner which consist of 37 variable indicate that, there are variables influencing the quality of subcontractor at execution of fly over project to time performance in region of Jabotabek. Obtained by 3 variable pacesetter of determinant added by 1-factor of dummy for relation of quality of subcontractor to time performance : construction method, experience of subcontractor, ability in facet labour of quality and ability in levying of gaffer.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
T17646
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Budi Setiawan
"Salah satu aspek yang dapat dijadikan sebagai dasar acuan pemilihan pendekatan perhitungan KPMM ialah pendekatan yang menghasilkan pengukuran capital charge yang lebih rendah dari yang sudah ada, sehingga menghasilkan rasio KPMM yang lebih tinggi. Terbitnya PBI No. 8/7/PBI/2006 harus dievaluasi dampaknya terhadap rasio KPMM.
Dalam penelitian ini dilakukan pengujian apakah BI telah menerapkan prinsip keadilan dalam penerbitan PBI No. 8/7/PBI/2006 yaitu dengan melakukan perbandingan penerapan PBI No. 5/12/PBI/2003 dengan PBI No. 8/7/PBI/2006 terhadap KPMM Bank Syariah Mega Indonesia dan Bank Jasa Jakarta.
Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi apakah ada perbedaan hasil perhitungan rasio KPMM antara kedua PBI tersebut. Data yang digunakan merupakan data publikasi triwulanan tahun 2006 dan 2007 Bank Syariah Mega Indonesia dan Bank Jasa Jakarta. Uji hipotesis dengan metode compare mean independent samples t-test.
Dari hasil penelitian dan analisis ditemukan bahwa tidak ada perbedaan hasil perhitungan rasio KPMM di Bank Mega Syariah Indonesia antara PBI No. 5/12/PBI/2003 dengan PBI No. 8/7/PBI/2006. Sedangkan pada Bank Jasa Jakarta dari hasil uji hipotesis ditemukan terdapat perbedaan hasil perhitungan rasio KPMM diantara kedua PBI tersebut. PBI No. 8/7/PBI/2006 telah menerapkan prinsip keadilan dalam perhitungan KPMM.

One of the aspects that can be used as a standard reference of selecting Capital Adequacy Ratio (CAR) calculation approach is the one that creates lower capital charge measurement so that the CAR becomes higher. The impact of PBI No. 8/7/PBI/2006 publication on CAR has to be evaluated.
This research evaluates whether BI has implemented fairness principles in the publication of PBI No. 8/7/PBI/2006, which is by performing comparation in the implementation of PBI No. 5/12/PBI/2003 and PBI No. 8/7/PBI/2006 to the CAR of Bank Syariah Mega Indonesia and Bank Jasa Jakarta.
This research is aimed to evaluate differences between two CAR calculation in two Bank Indonesia Regulations (PBI). Data used in this research are the quarterly data published by Bank Syariah Mega Indonesia and Bank Jasa Jakarta in 2006 and 2007. Compare mean independent samples t-test method is used in testing hypothesis.
The result of this research show that there is no difference in the CAR calculation between PBI No. 5/12/PBI/2003 and PBI No. 8/7/PBI/2006 at Bank Syariah Mega Indonesia while there is difference in the calculation of KPMM ratio between the two PBI at Bank Jasa Jakarta. PBI No. 8/7/PBI/2006 has implemented fairness values in calculating KPMM."
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2008
T25030
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Florentinus Budi Setiawan
"Sinyal yang periodik dapat didekomposisikan ke dalam bentuk sinusoida dengan menggunakan bantuan deret Fourier. Berdasarkan karakteristik sinyal suara yang demikian, maka dapat dilakukan pemodelan dengan mengacu pada bentuk sinusoida. Dengan menggunakan model sinusoida dapat dilakukan proses kuantisasi untuk mengkodekan sinyal suara pada laju yang rendah. Metode sinusoida telah banyak digunakan untuk mengkodekan sinyal suara. Dengan metode tersebut satu blok sinyal suara selebar 20 milidetik sampai dengan 30 milidetik dapat dikodekan dengan menggunakan koefisien deret Fourier. Metode baru yang diusulkan adalah kuantisasi dan rekonstruksi sinyal suara berdasarkan model sinusoida secara segmental. Segmen yang diambil adalah antara satu nilai puncak tertentu menuju ke nilai puncak berikutnya yang berlawanan, bukan berupa blok sinyal dengan panjang yang tetap seperti pada metode sinusoida yang sudah ada. Pengkode yang dirancang terdiri atas bagian enkoder dan dekoder. Enkoder berfungsi untuk mengkodekan sinyal suara pada laju variabel. Sinyal terkode selanjutnya dikirimkan ke penerima. Pada sisi penerima terdapat dekoder berfungsi untuk mengembalikan bentuk sinyal agar sesuai dengan asalnya dengan kualitas yang tidak jauh berbeda. Berdasarkan hasil percobaan diperoleh nilai rata-rata SNR segmental lebih dari 20 dB.

Segmental Sinusoidal Model for Speech Signal Coding. Periodic signal can be decomposed by sinusoidal component with Fourier series. With this characteristic, it can be modeled referring by sinusoidal form. By the sinusoidal model, signal can be quantized in order to encode the speech signal at the lower rate. The recent sinusoidal method is implemented in speech coding. By using this method, a block of the speech signal with 20 ms to 30 ms width is coded based on Fourier series coefficients. The new method proposed is quantization and reconstruction of speech signal by the segmental sinusoidal model. A segment is defined as a block of the speech signal from certain peak to consecutive peak. The length of the segment is variable, instead of the fixed block like the recent sinusoidal method. Coder consists of the encoder and the decoder. Encoder works to code speech signal at variable rate. Then coded signal will be transmitted to receiver. On the receiver, coded signal will be reconstructed, so that the reconstruction signal has the near quality compared with the original signal. The experimental results show that the average of segmental SNR is more than 20 dB."
Depok: Lembaga Penelitian Universitas Indonesia, 2006
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Budi Setiawan
"Korosi retak tegang merupakan proses korosi yang dihasilkan dari kombinasi sinergis antara tegangan, lingkungan yang korosif serta karakteristik dari material. Pengujian ini mengamati fenomena korosi pada material baja sponge rotary kiln X dan Y yang memiliki komposisi yang berbeda, dimana material X memiliki kandungan nikel dan kromium yang lebih tinggi dibandingkan Y. Metode bentbeam spesimen digunakan untuk melihat ketahanan korosi kedua material pada tegangan aplikasi dan lingkungan yang berbeda dimana lingkungan yang digunakan mengandung ion klorida.
Hasil penelitian menunjukkan terbentuknya lubang pada permukaan material. Pengamatan terhadap fenomena korosi material dilakukan dengan menghitung diameter dan kedalaman lubang yang terbentuk dan perubahan berat yang terjadi setelah pengujian. Hasilnya menunjukkan bahwa dengan peningkatan tegangan dan kadar NaCl, diameter dan kedalaman lubang yang terbentuk semakin bertambah. Selain itu pengurangan berat dan laju korosi juga semakin meningkat. Hasil secara umum menunjukkan bahwa material X memiliki ketahanan korosi yang lebih baik daripada Y.

Stress corrosion cracking is a corrosion process caused by a synergy combination between stress, corrosive environment and material characteristic. This experiment observed corrosion phenomena of sponge rotary kiln steel X and Y whose different compositions, which X has higher nickel and chromium contents than Y do. Bent-beam specimen method used here to observe those two material corrosion resistances in different application stresses and chloride ions-containing environments.
The experimental results showed pits in material surface. Observations of material corrosion phenomena were done by measuring pit diameter and depth and weight loss of the material after exposure. The results showed that pit diameter and depth increased as stress and sodium chloride concentration increased. Besides that, weight loss and corrosion rate of material increased. The common results showed that X has better corrosion resistance than Y.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
S41724
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Budi Setiawan
"Kondisi lapisan batuan bawah permukaan memiliki sifat fisis yang beragam. Tingkat kekerasan batuan bawah permukaan bumi merupakan salah satu sifat fisika yang dapat diketahui melalui pengukuran di permukaan bumi. Seismik refraksi merupakan salah satu metode geofisika yang digunakan. Telah dilakukan pengukuran seismik refraksi di dua tempat yang berbeda, BW17 dan BW27. Di wilayah BW17 didapatkan empat lapisan batuan. Lapisan pertama dengan kecepatan 405 - 734 m/s memiliki tingkat kekerasan very soft soil hingga firm cohesive soil, lapisan kedua dengan kecepatan 1172 ? 1721 m/s memiliki tingkat kekerasan stiff cohesive soil hingga very soft rock. Lapisan ketiga dengan kecepatan 1721 - 1954 m/s memiliki tingkat kekerasan very soft rock - moderately soft rock dan lapisa keempat dengan kecepatan lebih dari 2764 m/s memiliki tingkat kekerasan hard rock. Sementara di wilayah BW27 didapatkan tiga lapisan batuan. Lapisan pertama dengan kecepatan 480 - 536 m/s memiliki tingkat kekerasan very soft soil hingga firm cohesive soil, lapisan kedua dengan kecepatan 647 - 924 m/s memiliki tingkat kekerasan stiff cohesive soil hingga very soft rock dan lapisan ketiga dengan kecepatan lebih dari 1258 m/s memiliki tingkat kekerasan very soft rock hingga moderately soft rock.

The subsurface rock layer has many physical properties. The hardness of the earth's subsurface rock is one of the physical properties that can be calculated from measuring on the earth surface. Seismic refraction is one of the geophysical methods that can be used for measurement. Seismic refraction measurement had been done in two different places, BW 17 region and BW 27 region. From the measurement, it is known that the BW 17 region has four rock layers. The first layer with velocity between 405-734 m/s has very soft soil to firm cohesive soil hardness. The second layer with velocity between 1172-1721 m/s has stiff cohesive soil to soft rock hardness. The third layer with velocity 1721-1954 m/s has very soft rock to moderate soft rock hardness. The other one with velocity more than 2764 m/s has hard rock hardness. Meanwhile, from the other measurement, the BW 27 region only has three layers. The first layer with velocity between 480-536 m/s has very soft soil to firm cohesive soil hardness. The second one with the velocity between 647-924 m/s has stiff cohesive soil to very soft rock hardness. The other one with velocity more than 1258 m/s has very soft rock to moderate soft rock hardness."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2008
S28977
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Budi Setiawan
Jakarta: Kementerian Negara Pemuda dan Olah Raga, 2009
305.23 MUH m
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4   >>