Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
Argi Arafat
"Benteng Karang Bolong merupakan bangunan militer peninggalan Belanda yang aktif dari periode abad ke 19 akhir hingga abad ke 20 yang belum diteliti mengenai kajian sistem pertahanan benteng Benteng Karang Bolong memiliki ruang ruang yang berada di bawah permukaan tanah sebagai sarana sistem pertahanan benteng pesisir yang keadaan lingkungannya berbukit dan terjal. Penelitian ini diawali dengan pendeskripsian yang kemudian dilanjutkan analisis khusus terhadap ruang ruang yang berada di benteng serta menjelaskan para pasukan Belanda dan persenjataannya. Penelitian ini menghasilkan penafsiran bahwa sistem pertahanan benteng Karang Bolong mengalami perubahan seiring perkembangan zaman Benteng Karang Bolong dahulu sebagai kontrol wilayah Nusakambangan dan melindungi pelabuhan Cilacap dari ancaman musuh yang hendak menguasai.
Fort Karang Bolong is an Dutch military building haritage that operate in last 19th century until 20th century that haven 39 t been studied in case of defensive system of the fort Fort Karang Bolong has several rooms that located in under the ground as a means of coastal fort defensive system that have hilly and steep conditions. This research begin with description and followed by a particular analysis of the fort karang Bolong rooms and also explaining Dutch troops and their weapons and this research will produce an explanation of fort Karang Bolong defending system that had changing by the time goes by and fort Karang Bolong is applied as controlling state of Nusakambangan and also protecting the port Cilacap from enemy threats."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2014
S61238
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Argi Arafat
"Studi ini menjelaskan tentang Benteng Vredeburg dan Keraton sebagai representasi dan relasi kuasa yang berada di daerah Yogyakarta pada abad ke XVIII – XX Masehi dengan menerapkan teori Michel Foucault tentang kuasa (power). Dalam konsep kuasa terdapat representasi kuasa, relasi kuasa dan panoptikon. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui representasi dan relasi kuasa dapat ditimbulkan dari suatu kebudayaan, lalu mengetahui bagaimana cara kerja benteng Vredeburg sebagai panoptikon dalam kaitannya dengan representasi dan relasi kuasa kolonial Belanda dan Kesultanan di Yogyakarta. Metode yang digunakan pada penelitian ini berasal dari oleh K.R Dark, bahwa dalam penelitian arkeologi setiap benda harus dilihat sebagai data yang memuat informasi arkeologis. Hasil dari penelitian ini adalah Kebudayaan yang terjadi akibat adanya relasi kuasa antara Kolonial Belanda dan Kesultanan direpresentasikan dengan adanya bangunan pihak Keraton Yogyakarta yang mengadaptasi arsitektur yang berasal dari orang-orang Eropa. Akibat dari relasi kuasa tersebut tidak hanya mempengaruhi pihak Keraton Yogyakarta, tapi mempengaruhi pihak Belanda juga. Berdirinya Benteng Vredeburg dan Keraton merupakan tanda dari kedua belah pihak memiliki kekuasaannya masing-masing.
This study explains the Fort Vredeburg and the Keraton as representations and power relations in the Yogyakarta area in the XVIII - XX century AD by applying Michel Foucault's theory of power. In the concept of power, there is a representation of power, power relations and panopticon. The purpose of this study is to determine the representation and power relations that can be generated from a culture, then to find out how the Vredeburg fort as a panopticon works in relation to the representation and relations of Dutch colonial power and the Sultanate in Yogyakarta. The method used in this study comes from K.R Dark, that in archaeological research every object must be seen as data that contains archaeological information. The result of this research is that the culture that occurs due to the power relation between the Dutch colonial and the Sultanate is represented by the building of the Yogyakarta Palace which adapts the architecture that comes from the European people. The result of this power relationship did not only affect the Yogyakarta Palace, but also influenced the Dutch. The establishment of Vredeburg Fort and the Keraton is a sign that both parties have their respective powers."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2021
T-Pdf
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library