Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 34 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ahmadi
"Banyak perangkat lunak yang berkembang cepat karena tuntutan bisnis tanpa melalui proses yang matang sehingga berkualitas buruk dan menjadi lebih sulit untuk dikelola. Untuk kasus seperti ini bisa diperbaiki dengan melakukan rekayasa ulang dengan memperhatikan praktik yang baik dalam proses pengembangan perangkat lunak tersebut. PT RAKITEK sebagai perusahaan dengan tim berskala kecil yang mengembangkan produk perangkat lunak CRM untuk multi tenant juga mengalami masalah evolusi perangkat lunak, sehingga berkualitas buruk. Permasalahan dari perangkat lunak tersebut adalah sulitnya pengelolaan karena belum mendukung multi-tenancy dan menghasilkan defect yang susah diperbaiki. Software craftsmanship sebagai ideologi yang menekankan penggunaan praktik keunggulan teknis untuk menghasilkan perangkat lunak yang berkualitas dan mudah dikelola bisa diadopsi untuk mengatasi masalah ini. Namun, untuk mengadopsi software craftsmanship dengan baik, perlu merancang metode rekayasa ulang perangkat lunak yang tepat sesuai kondisi perusahaan. Penelitian ini bertujuan merancang metode rekayasa ulang perangkat lunak yang mengadopsi software craftsmanship dan menerapkan praktik agile dengan menggunakan metodologi extreme programming yang menekankan keunggulan kualitas perangkat lunak (source code). Faktor kualitas perangkat lunak yang perlu dicapai dari rancangan metode rekayasa ulang adalah maintainability, reliability, testability, dan reusability. Penelitian ini menghasilkan RUPL–SC, sebuah metode Rekayasa Ulang Perangkat Lunak yang mengadopsi Software Craftsmanship, dan hasil pengujian kualitas perangkat lunak yang diperbaiki dengan metode tersebut. Pengujian efektifitas metode RUPL–SC dilakukan dengan studi kasus rekayasa ulang perangkat lunak CRM yang dikembangkan PT RAKITEK. Tim pengembang menggunakan alat bantu SonarQube untuk menilai source code yang ditulis, sehingga kualitas perangkat lunak dapat terus dipantau seiring dengan perkembangan perangkat lunak. Hasil pengujian metode berhasil memperbaiki permasalahan multi tenancy dan meningkatkan kualitas perangkat lunak.

Much software evolves fast, sacrifices the quality, and becomes more challenging to maintain. Reengineering by considering the good practice in the software development process is a solution for cases like this. PT RAKITEK, a company with a small-scale team that develops CRM software products for multi-tenant, also experiences this software evolution problem, resulting in poor quality. The main problem is that it is difficult to manage because it does not support multi-tenancy and produces complex defects to avoid. Software craftsmanship as an ideology that emphasizes technical excellence practices to deliver quality and easy-to-manage software can be adopted to overcome this problem. However, it is necessary to design software reengineering methods that consider company conditions to adopt software craftsmanship smoothly. This study aims to develop a software reengineering method that adopts software craftsmanship and applies agile practices using an extreme programming methodology that emphasizes the power of software quality (source code). The reengineering method design should achieve software quality factors such as maintainability, reliability, testability, and reusability. This research produces RUPL–SC, a Software reengineering method that adopts software craftsmanship, and the results of software quality testing improved by that method. The RUPL–SC testing method's effectiveness is shown using a case study of CRM software reengineering developed by PT RAKITEK. The development team uses the SonarQube tool to assess the source code to monitor the quality of the software in the software development. The method test results show that it succeeded in fixing the multi-tenancy problem and improving the quality of the software."
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Abu Ahmadi
Jakarta: Rineka Cipta, 1998
150 ABU p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Abu Ahmadi
Jakarta: Bumi Aksara , 1995
297 ABU m
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Abu Ahmadi
Jakarta: Rineka Cipta, 1991
370.19 ABU s
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Abu Ahmadi
Jakarta: Bumi Aksara, 2004
297.64 ABU d
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Fahmi Muhammad Ahmadi
"Pesantren yang merupakan subkultur bangsa Indonesia tentunya mempunyai struktur sosial sendiri yang unik. Kiai adalah tokoh sentral pesantren yang memimpin dan berdiri sebagai imam, guru juga pemilik lembaga pendidikan yang bernama pesantren. Sehingga kiai memiliki otoritas yang penuh terhadap persantren yang dipimpinnya. Tak berlebihan kalau kemudian kiai disebut sebagai salah satu dari agen perubahan sosial yang ada dalam pesantren dan juga cultural broker bagi pesantren. Sebagai sebuah organisasi, pesantren tidak hanya kiai yang disebut aktor. Ada beberapa aktor dalam pesantren, salah satunya adalah ibu nyai yaitu istri kiai pemilik atau pengasuh pesantren.
Pesantren Al Munawwir Krapyak Yogyakarta adalah pesantren salaf yang didalamnya tradisi Islam NU sangat kental. Pendidikan klasikal masih menjadi metode pendidikan dalam pesantren tersebut. Peran kiai masih dominan sebagaimana layaknya pesantren pada umumnya. Tetapi ada beberapa ibu nyai dalam pesantren ini juga memiliki peran yang tidak kalah dengan kiai. Sebab ibu nyai tidak digambarkan sebagai pendamping kiai saja tetapi ada peranan yang ibu nyai mainkan karena ibu nyai termasuk dalam elit pesantren yang tentunya memiliki power sebagaimana layaknya elit sosial dalam masyarakat.
Seberapa ibu nyai dalam pesantren Al Munawwir ini turut serta untuk memberikan arti dalam perjalanan pesantren. Dimana ibu nyai turut berperan serta dalam pengambilan kebijakan-kebijakan pesantren. Peran ibu nyai yang menonjol dalam pesantren merupakan basil dari proses yang berlangsung dalam diri ibu nyai. Adanya persepsi yang dimilikinya dan struktur sosial pesantren yang saling berinteraksi ditambah dengan adanya motif dan situasi serta kondisi yang mendukung membuat ibu nyai dapat melakukan reproduksi dan memainkan perannya dengan kesadarannya sendiri. Tak dapat dinafikan adanya dorongan dari aktor-aktor lain dalam pesantren yang mendorong ibu nyai.
Human capital yang dimiliki oleh ibu nyai membuat ibu nyai dapat memberdayakan dirinya dan membuatnya lebih berperan dalam komunitas pesantren. Saat ibu nyai telah mendapatkan tempat dan legitimasi dari komunitas pesantren sebagai alit ibu nyai dapat membawa angin perubahan bagi pesantren. Ibu nyai sebagai perempuan sanggup mengalokasikan power dalam tindakan sosialnya. Otoritas power yang dimiliki ternyata dimanfwkan sedemikian rupa oleh ibu nyai walaupun ibu nyai mendapatkan tantangan sebagai konsekuensi logis ketika ada sekelompok orang yang bplum siap.
Pesanlren salaf tidak seperti dibayangkan selama ini sebagai sesuatu yang ortodok dan kaku yang mengkungkung peran dan kebebasan perempuan. Di pesantren ini peran ibu nyai ternyata tidak lepas dari legitimasi yang diberikan oleh komunitas pesantren terlebih adanya kiai yang memberikan legitimasi tersebut."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2002
T156
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sambirang Ahmadi
"Studi ini menggambarkan tentang peran kapital sosial (KS) yang embedded dalam komunitas orang-orang Madura (OM) di Sumbawa dalam memfasilitasi peluang dan akses OM terhadap kapital ekonomi. KS yang dimaksud di sini adalah : (1) institusi-institusi, relasi-relasi, nilai-nilai dan norma-norma yang membentuk perilaku kerjasama (cooperative behavior) dan koordinasi tindakan-tindakan bersama (collective action) untuk suatu tujuan yang manfaatnya dapat dirasakan secara bersama-sama (mutual benefit); dan (2) kapabilitas yang muncul dan prevalensi kepercayaan dalam suatu masyarakat atau di dalam bagian-bagian tertentu dari masyarakat.
Dengan menggunakan metode penelitian kualitatif, yaitu wawancara mendalam (indepth interview) observasi langsung dan focus group discussion penulis ingin mengetahui tentang : (1) bagaimana bentuk/jenis KS OM di Sumbawa dan sejauh mana KS itu dapat memfasilitasi akses dan peluang ekonomi komunitas OM di Sumbawa?; dan (2) bagaimana hubungan sosial antara OM dengan masyarakat (lokal) Sumbawa yang mempengaruhi efektifitas KS untuk mengakses kapital ekonomi (KE)? KE yang dimaksud dalam hal ini bukan hanya uang, akan tetapi peluang-peluang yang memungkinkan uang itu didapat.
Dari hasil penelitian, penulis menyimpulkan bahwa KS OM di Sumbawa dapat dipilah menjadi tiga bentuk berdasarkan formulasi analisis Uphoff dengan sedikit modifikasi dari penulis, yaitu : Pertama, KS struktural, mencakup (a) ikatan keluarga dan kerabat (family dan kinship ties); (b) preseden sebagai pedagang 'soto' yang sukses; (c) kebiasaan etis (ethical habit) sebagai pedagang yang turun-temurun; (d) peran yang dimainkan organisasi kerukunan HIKMA; (e) asosiasi kredit 'arisan' (rotation credit association); (f) integrasi sosial yang memfasilitasi intensitas dan kepadatan hubungan personal-emosional antara OM dengan masyarakat lokal; (g) agama yang menjadi "lem perekat° sosial; (h) tradisi yang melahirkan kewajiban-kewajiban sosial-ekonomi sesama Madura; (i) network yang memungkinkan terbuka dan berkembangnya usaha OM.
Kedua, KS kognitif, mencakup (a) nilai-nilai agama Islam yang menjadi sumber semangat, motivasi dan etos kerja keras OM; dan (b) sikap dan perilaku ekonomi yang berorientasi transenden; (c) kepercayaan yang dalam hal ini dibagi menjadi dua bentuk : (c.1) kepercayaan sosial (social trust) yang datang dari luar keluarga/kerabat Madura yang tercermin dari vakumnya prasangka etnik, etnosentrisme lokal, dan kendala-kendala kultural dan struktural lainnya, dan (c.2) kepercayaan di dalam dan atas dasar solidaritas kelompok (bounded solidarity) yang membentuk sikap dan tingkah laku bekerjasama dan perasaan untuk saling berbagi (sense of mutuality); (d) track record dan image building yaitu citra positif yang terbentuk karena vakumnya konflik atau kekerasan sosial yang melibatkan atau dipicu oleh OM pada umumnya di Sumbawa, kecuali di Kecamatan Alas.
Ketiga, KS simbolik, yaitu "soto dan sate Madura" yang menjadi simbol korporasi dan identitas pelaku "ekonomi rombong" Madura di Sumbawa.
Ketiga bentuk KS tersebut di atas bersifat komplementer satu sama lain sehingga tidak bisa dipisahkan kecuali untuk kebutuhan analisa semata. Berdasarkan temuan di lapangan, penulis berkesimpulan bahwa : sesungguhnya akses OM terhadap kapital ekonomi, daya tahan dan peningkatan kesejahteraan ekonomi OM di Sumbawa lebih banyak ditentukan oleh peran kapital sosial yang tidak hanya tertambat di dalam (inside), tapi juga di luar (outside) komunitas OM. Sedangkan kapital lainnya, seperti kapital manusia (KM) kurang berperan sehingga berdampak terhadap kemampuan OM untuk melakukan ekspansi bisnis ke tingkat yang lebih besar.
Umumnya OM di Sumbawa hanya mampu menjadi wirausaha-wirausaha kecil, yaitu sebagai pedagang jenis makanan dan minuman yang bisa difasilitasi oleh "organisasi ekonomi gaya rombong". Tampaknya, karena basis KM yang lemah, masih kecil kemungkinan OM di Sumbawa mampu menciptakan organisasi ekonomi yang modern dan skala besar. Dalam hal ini barangkali mereka hanya bisa disamakan dengan apa yang disebut oleh Geertz (1982) dengan "entrepreneurs without enterprises". Namun KS yang embedded pada mereka itu sudah cukup membuat mereka menjadi komunitas pelaku-pelaku ekonomi yang mandiri.
Melalui penelitian ini penulis merekomendasikan agar pengusaha-pengusaha kecil yang terampil perlu dilindungi dengan kebijakan yang berpihak pada mereka dan diberikan kesempatan untuk meningkatkan kapasitasnya dengan mengikutsertakan mereka dalam pelatihan-pelatihan kewirausahaan yang memungkinkan mereka mendapatkan pengetahuan dan wawasan bisnis (human capital) yang memadai."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2003
T10633
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wiratni Ahmadi
Bandung: Refika Aditama, 2006
336.22 WIR s
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Abu Ahmadi
Jakarta: Rineka Cipta , 1991
153.15 AHM p
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Nurfi Ahmadi
"Carbon black (CB) yang berasal dari limbah pertanian, batang bambu, tempurung kelapa dan tandan buah sawit diperoleh dengan proses pirolisis dapat digunakan sebagai penguat dalam komposit epoksi. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui kekuatan tarik dan impak komposit berpenguat carbon black - epoksi. Bahan penguat yang digunakan dalam pembuatan komposit adalah carbon black yang bersumber dari biomassa limbah pertanian. Matrik yang digunakan adalah resin epoksi Baklite EPR 174 dan Epoxy Hardener V-140. Metode pembuatan komposit dengan metode hand lay up. Variasi pengujian dengan menggunakan Fraksi volum carbon black 0, 5, 10, 15, 20 %. Selanjutnya akan dilakukan uji tarik, uji impak dan SEM. Kekuatan tarik tertinggi sebesar 44,65 MPa pada 5% fraksi volume. Kekuatan impak tertinggi sebesar 5,47 MPa pada 5% fraksi volume. Hasil uji SEM menunjukan distribusi carbon black yang tidak merata pada epoksi, adanya aglomerasi, adanya void dan pull out."
Yogyakarta: Pusat Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat (P3M) STTA, 2020
620 JIA XII:2 (2020)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4   >>