Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Adi Putra Surya Wardhana
"Tujuan penelitian ini adalah mengkaji representasi Babad Pasanggrahan Madusita tentang modernitas dan hedonisme. Modernitas dan hedonisme menjadi gaya hidup elite kerajaan Jawa pada akhir abad XIX hingga awal abad XX. Modernisasi dilakukan di kerajaan tradisional Jawa, yaitu Kasunanan Surakarta Hadiningrat pada masa Paku Buwana X. Penelitian ini menggunakan metode analisis data kualitatif dengan menggunakan sudut pandang kajian budaya. Permasalahan yang diteliti adalah bagaimana modernitas memberi
ciri pada gaya hidup hedonisme dalam Babad Pasanggrahan Madusita, bentuk representasi,
dan makna Babad Pasanggrahan Madusita. Beberapa penelitian terdahulu masih fokus pada aspek lokalitas, nilai-nilai moral, pendidikan, budaya, dan agama dari suatu naskah. Oleh sebab itu, penelitian ini dibuat untuk mengisi kekosongan kajian tentang representasi Babad Pasanggrahan Madusita tentang modernitas dan hedonisme yang dipengaruhi oleh
wacana-wacana hasil interaksi budaya Jawa dan budaya Eropa. Hasil penelitian menunjukkan Babad Pasanggrahan Madusita ditulis saat modernitas menjadi jiwa zaman. Akhir abad XIX, hedonisme menjadi gaya hidup bangsawan istana yang disokong oleh modernisasi. Bentuk representasi naskah tentang modernitas dan hedonisme ditunjukkan melalui narasi
perjalanan dan pencatatan aset-aset Pesanggrahan Madusita. Maknanya adalah kemajuan dan kemegahan pada masa Paku Buwana X sebagai “Kaisar Jawa” di era modern."
Kalimantan Barat : Balai Pelestarian Nilai Budaya , 2022
900 HAN 6:1 (2022)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Adi Putra Surya Wardhana
"Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan propaganda ideologi bushido pada film berjudul Djagalah Tanah Djawa yang diterbitkan pada masa pendudukan Jepang. Jepang memiliki keterbatasan sumber daya alam dan manusia untuk menghadapi Sekutu dalam Perang Asia Timur Raya. Jawa dipandang sebagai wilayah yang mampu memenuhi kebutuhan Jepang. Propaganda diperlukan agar ideologi bushido dapat diinternalisasi kepada penduduk Jawa. Permasalahan yang dibahas meliputi bentuk ideologi yang dipegang teguh oleh masyarakat Jepang; fungsi propaganda Jepang di Jawa; dan makna ideologi yang direpresentasikan film propaganda Djagalah Tanah Djawa pada masa pendudukan Jepang. Penelitian ini menggunakan metode sejarah. Penelitian menunjukkan ideologi memengaruhi seluruh pandangan hidup dan praktik sosial masyarakat Jepang, apalagi pada masa Perang Asia Timur Raya. Ideologi ini dimasukkan dalam film propaganda Djagalah Tanah Djawa. Fungsinya adalah untuk menarik hati penduduk Jawa agar bersedia mengikuti program Jepang. Makna yang ingin disampaikan adalah kemenangan atas penjajahan Sekutu hanya dapat diraih jika penduduk Jawa berkorban dan bekerja sama dengan Jepang demi mewujudkan “Jawa Baru”. Dengan demikian, Jepang dapat mendominasi alam sadar dan ketidaksadaran penduduk Jawa."
Kalimantan Barat : Balai Pelestarian Nilai Budaya, 2021
900 HAN 5:1 (2021)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Adi Putra Surya Wardhana
"The goal of this study is to analyse the travelogues of Protestant evangelists in Wonogiri, a topic so far barely touched upon. Despite being a predominantly Muslim community, Wonogiri was one of the areas in the principalities of Surakarta targeted by the zending. Therefore, this study explores various aspects, including the purpose behind the visits of Protestant missionaries, the discourses presented in the travelogues, and the perspectives of these evangelists on the belief system prevalent in the community in the early twentieth century. Based on several travel accounts, this research utilizes a critical discourse analysis approach. The evangelists built a discourse which intertwined Christianity and identity discourse. The narratives reveal stark differences between the abangan communities and the stricter Muslims identified as putihan. The indigenous people who embraced Protestantism were perceived as the chosen ones, while those who remained unconverted were considered as the others. This reality highlights the inherent European-Christian perspective adopted by the travelogue writers."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
909 UI-WACANA 25:2 (2024)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library