Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 205923 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Basic Dirgantara Bayu Aji Pamungkas
"Perusahaan penyedia layanan TI yang fokus pada pengembangan produk (perangkat lunak), tentu akan memperhatikan sekali proses atau metode pengembangan perangkat lunak yang diterapkan. Dengan memodifikasi platform/produk yang sudah tersedia, tidak semata-mata menjadikannya mudah. Perusahaan harus jeli dalam menyusun strategi untuk mengubahnya demi memenuhi permintaan klien yang berbanding lurus dengan kebutuhan pasar. Untuk itu kelincahan (agile) tim akan perubahan kebutuhan sangat dibutuhkan. Scrum merupakan salah satu metode agile yang dapat mengakomodasi kelincahan tersebut. Penelitian ini dilakukan untuk mengukur tingkat kematangan penerapan scrum di PT Kemana Teknologi Solusi, sebuah perusahaan TI yang mengembangkan B2B dan B2C e-commerce untuk kliennya. Selain itu juga disusun langkah peningkatan metodologi penerapan scrum sebagai usulan perbaikan yang diajukan kepada perusahaan. Dengan tujuan untuk memberikan pedoman berisi langkah-langkah yang lebih tepat dalam memperbaiki penerapan scrum di Kemana. Kematangan penerapan scrum diukur dengan menggunakan Scrum Maturity Model (SMM). Dengan data yang didapat dari instrumen berupa kuesioner, diisi oleh seluruh anggota tim pengembang TI yang ada di perusahaan. Sedangkan usulan perbaikan disusun dengan mengacu pada Scrum Body of Knowledge (SBoK) dan Scrum Guide. Hasilnya, diketahui tingkat kematangan penerapan Scrum berada pada level 1, tidak memenuhi harapan yang ditargetkan oleh manajemen perusahaan. Faktor-faktor yang menjadi penyebabnya adalah tidak terpenuhinya penerapan 7 subgoals level 2 & 5 subgoals level 3. Maka dari itu peneliti memberikan 12 usulan yang perlu dilakukan perusahaan untuk memperbaiki proses pengembangan produk menggunakan metode Scrum.

An an IT services provider company that focuses on product (software) development, will surely pay attention to the applied software development process or method. By modifying existing platforms/products, it doesn't mean that everything goes easy. Companies must be observant in devising strategies to change them in order to meet client demands that are directly proportional to market needs. For this reason, the agility of the team regarding changing needs is very much needed. Scrum is an agile method that can accommodate this agility. This research was conducted to measure the maturity level of Scrum implementation at Kemana, an IT company that develops B2B and B2C e-commerce for its clients. In addition, steps are made to improve the methodology for implementing Scrum as recommendations submitted to the company. With the aim of providing guidelines containing more precise steps in improving the application of Scrum at Kemana. The maturity of the scrum application is measured using the Scrum Maturity Model (SMM). With the data obtained from the instrument in the form of a questionnaire, all members of the IT development team in the company are filled in. Meanwhile, recommendations are prepared by referring to the Scrum Body of Knowledge (SBoK) and Scrum Guide. As a result, it is known that the maturity level of the application of Scrum is at level 1, not meeting the expectations according to company management. The factors that cause the implementation of 7 subgoals level 2 & 5 subgoals level 3 are not fulfilled. Therefore, the researcher provides 12 changes that the company needs to make to improve the product development process using the Scrum method."
Jakarta: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Basic Dirgantara Bayu Aji Pamungkas
"Perusahaan penyedia layanan TI yang fokus pada pengembangan produk perangkat lunak, tentu akan memperhatikan proses atau metode pengembangan perangkat lunak yang diterapkan. PT XYZ telah memiliki produk bernama Magento, yang kemudian bisa dimodifikasi lebih jauh sesuai kebutuhan user. Dengan memodifikasi platform/produk yang sudah ada, , tidak semata-mata menjadikannya lebih mudah. Perusahaan harus jeli dalam menyusun strategi untuk mengembangkan dan mengintegrasi produk tersebut demi memenuhi permintaan klien yang berbanding lurus dengan kebutuhan pasar. Untuk itu kelincahan (agility) tim akan perubahan kebutuhan sangat dibutuhkan. Scrum merupakan salah satu metode agile yang dapat mengakomodasi kebutuhan akan kelincahan tersebut. Penelitian ini dilakukan untuk mengukur tingkat kematangan penerapan Scrum di PT XYZ, sebuah perusahaan TI yang mengembangkan B2B dan B2C e-commerce untuk kliennya. Selanjutnya disusun langkah peningkatan metodologi penerapan Scrum sebagai usulan perbaikan yang diajukan kepada perusahaan. Dengan tujuan untuk memberikan pedoman berisi langkah-langkah yang lebih tepat dalam memperbaiki penerapan scrum di XYZ. Kematangan penerapan scrum diukur dengan menggunakan Scrum Maturity Model (SMM). Dengan data yang didapat dari instrumen berupa kuesioner, diisi oleh seluruh anggota tim pengembang TI yang ada di perusahaan. Sedangkan usulan perbaikan disusun dengan mengacu pada Scrum Body of Knowledge (SBoK) dan Scrum Guide. Hasilnya, diketahui tingkat kematangan penerapan Scrum berada pada level 1.Tingkat kematangan ini belum memenuhi harapan yang ditargetkan oleh manajemen perusahaan. Faktor-faktor yang menjadi penyebabnya adalah tidak terpenuhinya penerapan 7 subgoals level 2 & 5 subgoals level 3. Maka peneliti memberikan 12 usulan yang perlu dilakukan perusahaan untuk memperbaiki proses pengembangan produk menggunakan metode Scrum.

IT service provider companies that focus on software development, will pay attention to the applied software development process or method. PT XYZ already has a product called Magento, which can then be further modified according to user requirements. By modifying existing platforms/products, it doesn't mean that everything goes easy. Companies must be observant in devising strategies to develop them in order to meet client demands that accommodate market needs. For this reason, the agility of the team regarding the ever-changing business requirements is very much needed. Scrum is an agile method that can accommodate this agility. This research was conducted to measure the maturity level of Scrum implementation at XYZ, an IT company that develops B2B and B2C ecommerce for its clients. And then, steps are made to improve the methodology for implementing Scrum as recommendations submitted to the company. With the aim of providing guidelines containing more precise steps in improving the application of Scrum at XYZ. The maturity of the scrum application is measured using the Scrum Maturity Model (SMM). With the data obtained from the instrument in the form of a questionnaire, all members of the IT development team in the company are filled in. Meanwhile, recommendations are prepared by referring to the Scrum Body of Knowledge (SBoK) and Scrum Guide. As a result, it is known that the maturity level of the application of Scrum is at level 1, not meeting the expectations according to company management. The factors that cause the implementation of 7 subgoals level 2 & 5 subgoals level 3 are not fulfilled. Therefore, the researcher provides 12 changes that the company needs to make to improve the product development process using the Scrum method."
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Honassan, Gregorio Gringo
"Sebagai fungsi yang memegang kendali perangkat lunak di PT XYZ IT Solution memiliki peranan penting dalam menjaga manajemen pengembangan perangkat lunak agar berjalan sesuai rencana yang sudah dirumuskan bersama dengan para stakeholder. Pengembangan perangkat lunak menggunakan metodologi waterfall yang belum optimal menjadi kendala untuk dapat men deliver setiap proyek perangkat lunak sesuai requirements jadwal dan anggaran user. Untuk mengatasi hal tersebut IT Solution melakukan piloting proyek pengembangan perangkat lunak menggunakan metodologi Scrum yang diharapkan dapat lebih agile dalam pengembangan perangkat lunak. Namun dalam proses implementasi Scrum masih ditemukan permasalahan.
Tujuan penelitian ini adalah menyelesaikan permasalahan yang dihadapi IT Solution dan memperbaiki proses pengembangan perangkat lunak menggunakan Scrum. Penelitian ini menilai dan menemukan akar permasalahan sekaligus rekomendasi perbaikan dalam implementasi Scrum di IT Solution sesuai dengan kerangka kerja Scrum Maturity Model.

IT Solution as part of PT XYZ has an important role in software development to meet stakeholder request ini the company Nowadays waterfall methodology which adopted by PT XYZ was not optimal. It was a constraint to deliver software project which should meet with software requirements schedule and budget. Therefore IT Solution did piloting software development project using Scrum .It expects be more agile in software development. However they still found problems in implementing Scrum.
The purpose of this research is to solve the problems faced on IT Solutions and to improve the software development process using Scrum. This research will assess and find the root causes to give recommendations for improvements in the implementation of Scrum in IT Solution based on Scrum framework Maturity Model.
"
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2015
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Lintang Wisesa Atissalam
"PT XYZ adalah salah satu perusahaan telekomunikasi dengan lebih dari 34.3 juta pengguna di Indonesia. PT XYZ mengadopsi kerangka kerja Scrum dalam tiga proyek pengembangan aplikasi MyXYZ. Persentase keterselesaian masing-masing proyek dalam setiap sprint selama setahun terakhir tidak mencapai 100%. Hal ini mengindikasikan adanya masalah dalam tiap sprint yang berpotensi memperlambat waktu rilis fitur terbaru dan membuang potensi pendapatan yang lebih tinggi. Scrum Maturity Model digunakan untuk mengukur tingkat kematangan penerapan Scrum di PT XYZ. Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan Scrum Assessment Questionnaire yang terdiri atas 70 pertanyaan. Kuesioner diberikan kepada 1 orang Scrum Master, 2 orang product owner dan 4 orang development team dari masingmasing proyek. Data kuesioner kemudian dianalisis dengan key process area rating Agile Maturity Model. Hasilnya, implementasi Scrum di PT XYZ berada di level 3. Perlu standardisasi dan pelaksanaan sprint retrospective yang disiplin untuk dapat meningkatkan tingkat kematangan ke level selanjutnya.

PT XYZ is a telco company with more than 34.3 million users in Indonesia. PT XYZ adopted the Scrum framework in 3 projects of MyXYZ application development. The percentage of completion of each project in each sprint during the last year didn't reach 100%. This indicates there are problems in each sprint that could be slow down the release time of the newest feature and waste higher revenue potential. The Scrum Maturity Model is used to measure the maturity level of Scrum implementation. Data collection was carried out using the Scrum Assessment Questionnaire which consists of 70 questions. The questionnaires were given to 1 Scrum Master, 2 Product Owners and 4 Development Team members from each project. The data was then analyzed using the Agile Maturity Model key process area rating. As a result, Scrum implementation at PT XYZ is at level 3. Standardization and disciplined implementation of sprint retrospectives are needed to be able to raise the maturity level to the next level."
Jakarta: Fakultas Ilmu Komputer Universitas ndonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
William Adjandra Hogan N
"PT XYZ adalah salah satu perusahaan teknologi rintisan terkemuka di Indonesia yang bergerak di bidang e-commerce. Selain di bidang e-commerce, PT XYZ juga melakukan eksplorasi bisnis baru pada bidang teknologi finansial. Tim investasi dan asuransi (Investment and Insurance, IIS) adalah salah satu tim yang mengembangkan produk asuransi dan investasi pada PT XYZ. Dalam proses pengembangan perangkat lunak, IIS menggunakan kerangka kerja Scrum agar dapat beradaptasi dengan cepat sesuai dengan kebutuhan pasar. Dalam pelaksanaannya, ditemukan bahwa deliverable produk mengalami keterlambatan dan objective and key result (OKR) yang tidak terpenuhi. Data pendukung juga memaparkan bahwa rata-rata penyelesaian pada setiap sprint masih berada pada angka 44%. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa akar masalah, salah satunya adalah proses acara Scrum yang belum dilakukan sesuai dengan Scrum Guides. Untuk dapat memperbaiki permasalahan ini, penelitian melakukan evaluasi tingkat kematangan pengembangan perangkat lunak dengan Scrum Maturity Model (SMM) dan Standard CMMI Appraisal Method for Process Improvement (SCAMPI) C untuk melakukan penilaian terhadap praktik Scrum. Hasil dari evaluasi ini, ditemukan bahwa IIS masih berada pada level 1 melalui penilaian SMM dengan rentang level 1 hingga 5. Terdapat satu goal yang belum fully achieved, masih terdapat satu goals basic Scrum management dengan penilaian 67,86% (largely achieved) yang menyebabkan organisasi belum dapat mencapai level 2. Selanjutnya, hasil penilaian SCAMPI C digunakan sebagai acuan untuk memilih praktik SMM yang sesuai dengan pertanyaan penelitian dan menyusun usulan rekomendasi perbaikan. Hasil akhir penelitian adalah lima belas rekomendasi terkait acara Scrum. Rekomendasi disusun dan divalidasi dengan harapan untuk dapat memperbaiki dan meningkatkan kinerja proses pengembangan perangkat lunak sehingga dapat tercapai target OKR sesuai dengan harapan perusahaan
PT XYZ is one of the leading technology start-ups in Indonesia engaged in e-commerce. Apart from e-commerce, PT XYZ also explores new businesses in the field of financial technology. The investment and insurance team (Investment and Insurance, IIS) is one of the teams that develops insurance and investment products at PT XYZ. In the software development process, IIS uses the Scrum framework to quickly adapt to market needs. In its implementation, it was found that the product deliverables were delayed, and the objectives and key results (OKR) were not met. Supporting data also explains that the average completion of each sprint is still at 44%. This is influenced by several root causes, one of which is the Scrum event process that has not been carried out in accordance with the Scrum Guides. To be able to fix this problem, the research evaluates the maturity level of software development using the Scrum Maturity Model (SMM) and Standard CMMI Appraisal Method for Process Improvement (SCAMPI) C to assess Scrum practices. The results of this evaluation, it was found that IIS is still at level 1 through the QMS assessment with a range of levels 1 to 5. There is one goal that has not been fully achieved, there is still one basic goal of Scrum management with an assessment of 67.86% (largely achieved) which causes the organization has not been able to reach level 2. Furthermore, the results of the SCAMPI C assessment are used as a reference for selecting QMS practices that are in accordance with the research questions and formulating recommendations for improvement. The results of the study are fifteen recommendations related to Scrum events. Recommendations are compiled and validated with the hope of being able to improve and improve the performance of the software development process so that OKR targets can be achieved in accordance with company expectations."
Jakarta: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ayu Bintang Nurrachma Gunawan
"PT. Telekomunikasi Indonesia (Telkom) memilih untuk menggunakan Agile Development sebagai metodologi pengembangan produk sejak tahun 2017. Salah satu tribe yang menerapkan Agile Development dan Scrum adalah Tribe BUMN dengan produk utamanya aplikasi event organizer Palapaone. Tribe BUMN mengalami kendala dalam penyelesaian Palapaone dengan pencapaian rilis produk sebesar 37,50%. Tingkat keberhasilan yang rendah ini membuat anggaran biaya Tribe BUMN membengkak. Hasil dari observasi menunjukan akar masalahnya adalah belum optimalnya proses implementasi Scrum. Berdasarkan permasalahan tersebut penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi proses penerapan implementasi Scrum dengan menggunakan Scrum Maturity Model (SMM) sebagai kerangka kerja utama. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui penyebaran kuesioner dan wawancara kepada dua tim Scrum, yaitu Squad mobile Apps dan Squad Dashboard. Evaluasi dilakukan secara mendalam pada masing-masing tim Scrum di aplikasi Palapaone tersebut. Hasil penelitian menunjukkan pada tingkat organisasi tingkat kematangan berada pada tingkat 1 (Initial). Begitu juga dengan setiap tim Scrum, keduanya berada pada tingkat 1. Berdasarkan hasil ini disusun 8 rekomendasi perbaikan (scrum element: role (2), artifact (2), event (4)) dengan 23 kegiatan perbaikan untuk 22 praktik terpilih di tingkat 2 SMM.

PT. Telekomunikasi Indonesia (Telkom) has chosen to use Agile Development as a product development methodology since 2017. One of the tribes that implement Agile Development and Scrum is Tribe BUMN with the main product being the event organizer application Palapaone. Tribe BUMN experienced problems in completing Palapaone with the achievement of product releases of 37.50%. This low success rate has made Tribe BUMN's budget swell. The results of the observations show that the root of the problem is that the Scrum implementation process is not yet optimal. Based on these problems, this study aims to evaluate the process of implementing Scrum implementation using the Scrum Maturity Model (SMM) as the main framework. Data collection techniques were carried out by distributing questionnaires and interviews to two Scrum teams, namely Squad Mobile Apps and Squad Dashboard. An in-depth evaluation was carried out on each Scrum team in the Palapaone application. The results showed that at the organizational level, the maturity level was at level 1 (Initial). Likewise, with each Scrum team, both are at level 1. Based on these results, 8 recommendations for improvement (scrum elements: role (2), artifact (2), event (4)) were prepared with 23 improvement activities for 22 selected practices at level 2 SMM.
"
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Rommy Bastian Hutauruk
"Analitik diyakini menjadi kapabilitas pembeda yang dapat membawa sebuah perusahaan pada peningkatan performansi perusahaan maupun keberlanjutan bisnis. Perusahaan B2B merupakan area yang jarang dilakukan penelitian terkait analitik di sektor bisnis. Pada penelitian ini dilakukan studi kasus pada PT XYZ, sebuah perusahaan telekomunisai bidang B2B, untuk dinilai tingkat kematangan proses analitik saat ini dengan menggunakan model DELTA dari Davenport. Pengukuran tingkat kematangan menunjukkan PT XYZ baru mencapai tingkat 2 (locally analytics) pada setiap element dari model DELTA: Data, Enterprises, Leadership, Target dan Analyst. Aspirasi manajemen adalah berada pada tingkat kematangan 4 (analytical company). Untuk mencapai tingkat yang diinginkan diusulkan perencanaan perbaikan tingkat kematangan berupa aktivitas-aktivitas yang kemudian disusun dalam bentuk roadmap dalam waktu lima tahun. Aktivitas-aktivitas ini dikelompokan dalam empat kategori yang lebih memudahkan dalam implementasi karena menyesuaikan dengan struktur fungsional dari unit organisasi perusahaan. Penelitian ini dapat digunakan sebagai rujukan bagi perusahaan B2B yang ingin meningkatkan tingkat kematangannya dalam menggunakan analitik dalam membantu pengambilan keputusan.

Analytics is one of the differentiating capabilities that can lead a company to improve company performance and business sustainability. B2B companies are an area where analytics-related research is rarely done in the business sector. In this research, a case study was conducted at PT XYZ, a B2B telecommunications company, to assess the current level of analytical process maturity using the DELTA model from Davenport. Maturity level measurement shows that PT XYZ currently at level 2 (locally analytics) in each element of DELTA model: Data, Enterprises, Leadership, Target and Analyst. The management's aspiration is at maturity level 4 (analytical company). To achieve the target level, it is proposed a corporate plan to improve the maturity level. The plan consists of activities compiled in the form of a roadmap executed within five years. These activities then regrouped into four categories which make implementation easier because they conform to the functional structure of the company's organizational units. This research can be used as a reference for other B2B companies to improve their maturity level in using analytics to support their decision making."
Jakarta: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ayu Bintang Nurrachma Gunawan
"PT. Telekomunikasi Indonesia (Telkom) memilih untuk menggunakan Agile Development sebagai metodologi pengembangan produk sejak tahun 2017. Salah satu tribe yang menerapkan Agile Development dan Scrum adalah Tribe BUMN dengan produk utamanya aplikasi event organizer Palapaone. Tribe BUMN mengalami kendala dalam penyelesaian Palapaone dengan pencapaian rilis produk sebesar 37,50%. Tingkat keberhasilan yang rendah ini membuat anggaran biaya Tribe BUMN membengkak. Hasil dari observasi menunjukan akar masalahnya adalah belum optimalnya proses implementasi Scrum. Berdasarkan permasalahan tersebut penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi proses penerapan implementasi Scrum dengan menggunakan Scrum Maturity Model (SMM) sebagai kerangka kerja utama. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui penyebaran kuesioner dan wawancara kepada dua tim Scrum, yaitu Squad mobile Apps dan Squad Dashboard. Evaluasi dilakukan secara mendalam pada masing-masing tim Scrum di aplikasi Palapaone tersebut. Hasil penelitian menunjukkan pada tingkat organisasi tingkat kematangan berada pada tingkat 1 (Initial). Begitu juga dengan setiap tim Scrum, keduanya berada pada tingkat 1. Berdasarkan hasil ini disusun 8 rekomendasi perbaikan (scrum element: role (2), artifact (2), event (4)) dengan 23 kegiatan perbaikan untuk 22 praktik terpilih di tingkat 2 SMM.

PT. Telekomunikasi Indonesia (Telkom) has chosen to use Agile Development as a product development methodology since 2017. One of the tribes that implement Agile Development and Scrum is Tribe BUMN with the main product being the event organizer application Palapaone. Tribe BUMN experienced problems in completing Palapaone with the achievement of product releases of 37.50%. This low success rate has made Tribe BUMN's budget swell. The results of the observations show that the root of the problem is that the Scrum implementation process is not yet optimal. Based on these problems, this study aims to evaluate the process of implementing Scrum implementation using the Scrum Maturity Model (SMM) as the main framework. Data collection techniques were carried out by distributing questionnaires and interviews to two Scrum teams, namely Squad Mobile Apps and Squad Dashboard. An in-depth evaluation was carried out on each Scrum team in the Palapaone application. The results showed that at the organizational level, the maturity level was at level 1 (Initial). Likewise, with each Scrum team, both are at level 1. Based on these results, 8 recommendations for improvement (scrum elements: role (2), artifact (2), event (4)) were prepared with 23 improvement activities for 22 selected practices at level 2 SMM."
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ahlijati Nuraminah
"Scrum merupakan kerangka kerja bersifat agile yang didesain secara sederhana untuk menghasilkan perangkat lunak secara bertahap dan iteratif. Manajemen proyek pengembangan perangkat lunak yang menerapkan Scrum bersifat kolaboratif antara tim pengembang dengan konsumen. PT. XYZ telah menerapkan Scrum sejak 2012, namun dalam pelaksanaanya menemui beberapa permasalahan. Permasalahan utama yaitu tidak tercapainya target waktu pelaksanaan pengembangan perangkat lunak. Penelitian ini mengkaji tentang tingkat kematangan manajemen proyek pengembangan perangkat lunak yang menerapkan kerangka kerja Scrum.
Penelitian dilakukan dengan menggunakan metodologi penelitian kuantitatif menggunakan Scrum Maturity Model. Data dikumpulkan melalui penyebaran kuesioner terhadap pegawai PT. XYZ yang berperan sebagai Scrum Master pada proyek pengembangan perangkat lunak yang telah menerapkan kerja Scrum. Analisis data dilakukan dengan menilai tingkat kematangan setiap proses pada kerangka kerja Scrum. Hasil analisis tingkat kematangan manajemen proyek pengembangan perangkat lunak digunakan untuk memberikan rekomendasi perbaikan untuk mencapai tingkat kematangan yang lebih tinggi.
Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini yaitu PT. XYZ berhasil mencapai tingkat kematangan 2 Scrum Maturity Model. Tingkat kematangan 2 dicapai melalui sasaran umum Basic Scrum Management dan Software Requirement Engineering. Rekomendasi sasaran perbaikan diberikan untuk memperbaiki proses- proses untuk mencapai tingkat kematangan 3, 4, dan 5. Untuk mencapai tingkat kematangan 3, sasaran perbaikan difokuskan pada perbaikan manajemen hubungan dengan pelanggan dan manajemen iterasi. Sementara itu, untuk mencapai tingkat kematangan 4 sasaran perbaikan direkomendasikan untuk praktik-praktik yang terkait standarisasi manajemen proyek. Untuk mencapai tingkat kematangan 5, sasaran perbaikan direkomendasikan untuk memperbaiki praktik-praktik terkait manajemen kinerja proyek.

Scrum is an agile framework designed for simplicity to produce software incrementally and iteratively. Scrum project management implement collaboration between developer?s team and the consumers. PT. XYZ has implemented Scrum since 2012, but encountered some problems in its implementation. The main problem is the projects don't achieve the time target of software development timeline. This research is aimed to examine the maturity level of project management of software development that implement Scrum frameworks.
This research was conducted using quantitative research methodology using Scrum Maturity Model. Data were collected through questionnaires to employees of PT. XYZ which acts as a Scrum Master on software development projects that have implemented Scrum framework. Data analysis was performed by assessing the maturity level of each process on the Scrum framework. The results of the analysis of project management maturity level of software development process are used to provide recommendations for improvement to achieve a higher level of maturity.
The conclusion from this research is PT. XYZ reached maturity level 2 of Scrum Maturity Model. Maturity level 2 is achieved through a common goal of Basic Scrum Management and Software Requirement Engineering. Recommendations for improvement are given to improve processes to achieve maturity level 3, 4, and 5. To achieve maturity level 3, the recommendation focused on improving customer relationship management and iteration management. Meanwhile, to achieve maturity level 4, the recommendations are to improve practices related to standardization of project management. To achieve maturity level 5, the recommendations are to improve practices related to project performance management.
"
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kevin Chandra Abimaulana
"PT XYZ mengimplementasikan Scrum dalam proses pengembangan perangkat lunaknya. Hal ini bertujuan agar software delivery dapat sesuai dengan requirements dan jadwal yang ditentukan sebagai upaya PT XYZ agar dapat bersaing di bidang Education Technology. Namun dalam penerapannya masih terdapat permasalahan dimana Sprint Goal yang telah ditetapkan dalam Objective Key Result (OKR) tidak tercapai. Pada penelitian ini dilakukan evaluasi dan perbaikan proses pengembangan perangkat lunak di PT XYZ menggunakan Scrum Maturity Model. Metode pengumpulan data yang dilakukan dengan proses wawancara, kuesioner, dan observasi untuk kemudian diolah menggunakan metode KPA Rating dari Agile Maturity Model. Hasil Analisa digunakan sebagai rekomendasi perbaikan proses pengembangan perangkat lunak di PT XYZ. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa proses pengembangan perangkat lunak di PT XYZ belum mencapai level 2 tingkat kematangan Scrum Maturity Model. Hal ini dikarenakan masih adanya praktik-praktik yang belum dijalankan dalam setiap sasaran umumnya. Rekomendasi perbaikan yang dihasilkan digunakan sebagai acuan untuk memperbaiki proses pengembangan perangkat lunak di PT XYZ.

PT XYZ implements Scrum in its software development process. This aims so that the delivery software can be in accordance with the requirements and schedule specified as an effort of PT XYZ in order to compete in the field of Education Technology. However, in its application, there are still problems where the Sprint Goal set out in the Objective Key Result (OKR) is not achieved. In this research, evaluation and improvement of the software development process at PT XYZ was carried out using Scrum Maturity Model. Data collection method is done by interviewing, questionnaire, and observation processed using KPA Rating from Agile Maturity Model. The results of the analysis are used as recommendation for improvement of the software development process at PT XYZ. The result of this study shows that the software development process at PT XYZ has not reached level 2 maturity of Scrum Maturity Model. This is because there are still practices that have not been implemented in every target generally. The Improvement Recommendations result are used as a reference for improving the software development process at PT.XYZ."
Jakarta: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>