Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 146640 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Yulia Rahmah
"Keberadaan radikal bebas yang berlebih dapat menimbulkan kerusakan sel sehingga dibutuhkan antioksidan untuk menyeimbangkan kadar ROS (Reactive Oxygen Species) dalam tubuh. Antioksidan eksogen seperti vitamin C dan senyawa fenol banyak terdapat pada tanaman, termasuk pada buah karanda. Karanda (Carissa carandas L.) merupakan tanaman dari keluarga Apocynaceae yang dapat tumbuh dan berkembang di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kadar fenol total dan aktivitas antioksidan ekstrak etanol 70%  buah serta biji karanda mentah dan matang sebagai salah satu sumber antioksidan di Indonesia. Metode UAE (Ultrasound-Assisted Extraction)  digunakan untuk meningkatkan hasil ekstraksi dan kadar fenol yang diperoleh. Penetapan kadar fenol menggunakan metode Folin-Ciocalteu dengan standar asam galat. Pengujian aktivitas antiokisdan menggunakan metode ABTS (2,2′-azinobis-(3-ethylbenozothiazoline-6-sulfonat) dan FRAP (Ferric Reducing Antioxidant Power) dengan kontrol positif asam askorbat. Pada penetapan kadar fenol total diperoleh hasil ekstrak etanol 70% buah karanda mentah dan matang sebesar 115,20 mgGAE/gram dan 289,84 mgGAE/gram. Ekstrak etanol  buah karanda mentah dan matang memiliki nilai IC50 sebesar 100,1360 µg/mL dan 86,3310 µg/mL pada pengujian antioksidan menggunakan metode ABTS. Pada metode FRAP diperoleh nilai FeEAC ekstrak etanol buah karanda mentah sebesar 76,18 µmol/gram dan nilai FeEAC ekstrak etanol buah karanda matang sebesar 105,41 µmol/gram. Hasil yang diperoleh menunjukkan ekstrak etanol 70% buah karanda matang memiliki kadar fenol total dan aktivitas antioksidan yang lebih besar dibandingkan dengan ekstrak etanol 70% buah karanda mentah. Berdasarkan penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa ekstrak etanol 70% buah karanda mentah dan matang merupakan antioksidan kuat.

The presence of free radicals can cause cell damage so that antioxidants are needed to balance ROS (Reactive Oxygen Species) levels in the body. Exogenous antioxidants such as vitamin C and phenolic compounds are found in many plants, including karanda fruit. Karanda (Carissa carandas L.) is a plant from the Apocynaceae family that can grow in Indonesia. This study aimed to determine the total phenol content and antioxidant activity of ethanol extract of raw and ripe karanda fruit as one of sources of antioxidant in Indonesia. The UAE (Ultrasound-Assisted Extraction) method was used to increase the extraction yield and total phenol content. Folin-Ciocalteu method was employed for determination of total phenolic content using gallic acid as standard.  Antioxidant activity was evaluated by ABTS (2,2′-azinobis-(3-ethylbenozothiazoline-6-sulfonate) and FRAP (Ferric Reducing Antioxidant Power) methods using ascorbic acid as positive control. The results of total phenolic content for unripe and ripe fruit extracts were 115.20 mgGAE/gram and 289.84 mgGAE/gram respectively. Based on ABTS assay, the 70% ethanolic extract of unripe and ripe karanda fruit had IC50 value of 100.1360 µg/mL and 86.3310 µg/mL respectively. In the FRAP method, the FeEAC value of the 70% ethanolic extract of raw karanda fruit was 76.18 µmol/gram and the FeEAC value of the 70% ethanolic extract of ripe karanda fruit was 105.41 µmol/gram. The results showed that the ethanol 70% extract of ripe karanda fruit had higher total phenol content and antioxidant activity than the 70% ethanolic extract of raw karanda fruit. According to this research, it can be concluded that the 70% ethanolic extract of raw and ripe karanda fruit is a strong antioxidant. "
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ersa Desita
"Carissa carandas L. (karanda) merupakan tanaman yang tumbuh di wilayah subtropis dan tropis. Ekstrak etanol buah karanda matang yang tumbuh di Thailand dilaporkan memiliki aktivitas antioksidan dan penghambatan tirosinase, namun belum ada penelitian terkait aktivitas buah karanda yang tumbuh di Indonesia. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kadar flavonoid total, aktivitas antioksidan, dan aktivitas penghambatan tirosinase pada buah karanda mentah dan matang yang tumbuh di Indonesia. Buah karanda diekstraksi dengan etanol 70% menggunakan metode Ultrasound Assisted Extraction (UAE). Penetapan kadar flavonoid total dilakukan dengan metode kolorimetri AlCl3 dengan standar kuersetin. Uji aktivitas antioksidan dilakukan dengan metode DPPH (1,1-Difenil-2-pikrilhidrazil) dengan kuersetin sebagai kontrol positif.
Pada uji aktivitas penghambatan tirosinase, L-DOPA (3,4-Dihidroksi-L-fenilalanin) digunakan sebagai substrat dan asam kojat digunakan sebagai kontrol positif. Kadar flavonoid total yang diperoleh dari ekstrak buah karanda mentah dan ekstrak buah karanda matang sebesar 0,93 ± 0,01 dan 1,05 ± 0,01 mg EK/g ekstrak. Uji aktivitas antioksidan dengan metode DPPH pada kuersetin, ekstrak buah mentah, dan ekstrak buah matang diperoleh nilai half-maximal inhibitory concentration (IC50) secara berurutan yaitu 3,57 ± 0,02; 295,34 ± 3,24; dan 232,00 ± 1,33 μg/mL. Pada uji aktivitas penghambatan tirosinase, ekstrak buah mentah dan ekstrak buah matang memiliki nilai IC50 sebesar 18.045,98 ± 2.463,54 dan 14.277,13 ± 80,55 μg/mL, di mana nilai IC50 asam kojat sebagai kontrol positif sebesar 18,37 ± 0,24 μg/mL. Ekstrak etanol 70% buah karanda matang menunjukkan kadar flavonoid, aktivitas antioksidan, dan aktivitas penghambatan tirosinase yang lebih tinggi dibandingkan dengan ekstrak etanol 70% buah karanda mentah.

Carissa carandas L. (karanda) is a plant that grows in subtropical and tropical areas. Ethanol extract of ripe karanda fruits grown in Thailand was reported has antioxidant and tyrosinase inhibitory activities, but there is no research related to the activity of karanda fruit that grows in Indonesia. This study aimed to determine the total flavonoid content, antioxidant activity, and tyrosinase inhibitory activity of unripe and ripe karanda fruits grows in Indonesia. Karanda fruits was extracted with ethanol 70% using Ultrasound Assisted Extraction (UAE). Determination of total flavonoid content was carried out using the AlCl3 colorimetric method with quercetin as standard. Antioxidant activity assay was carried out using DPPH method (1,1-Diphenyl-2-picrylhydrazyl) with quercetin as positive control.
In tyrosinase inhibitory activity assay, L-DOPA (3,4- Dihydroxy-L-phenylalanine) was used as substrate and kojic acid was used as positive control. The total flavonoid content obtained from unripe and ripe karanda fruits extract were 0.93 ± 0,01 and 1.05 ± 0,01 mg QE/g extract, respectively. The antioxidant activity assay using the DPPH method of quercetin, unripe fruits extract, and ripe fruits extract showed half-maximal concentration (IC50) values of 3.57 ± 0.02, 295.34 ± 3.24, and 232.00 ± 1.33 μg/mL, respectively. In tyrosinase inhibitory activity assay, IC50 values of unripe and ripe fruits extracts were 18,045.98 ± 2,463.54 and 14,277.13 ± 80.55 μg/mL, while the IC50 value of kojic acid as positive control was 18.37 ± 0.24 μg/mL. The ethanol 70% extract of ripe karanda fruits showed higher flavonoid content and higher activity as antioxidant and tyrosinase inhibitor than the ethanol 70% extract of unripe karanda fruits.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Astrid Mutiara Annisa
"Bunga telang (Clitoria ternatea L.) merupakan salah satu tanaman dari genus Clitoria yang mengandung senyawa golongan flavonoid serta memiliki aktivitas antioksidan sehingga berpotensi dalam menghambat enzim elastase. Namun, penelitian tentang kemampuan ekstrak dalam menghambat enzim elastase masih belum tersedia di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis aktivitas antioksidan metode ABTS dan aktivitas penghambatan enzim elastase dalam ekstrak etanol 70% bunga telang. Sebagai langkah awal, dilakukan pengamatan mikroskopis simplisia bunga telang yang menunjukkan adanya beberapa sel atau jaringan di dalamnya, yakni stomata anomositik pada epidermis, pembuluh annular, butiran serbuk sari, kristal kalsium oksalat prismatik, papila, dan trikoma. Ekstraksi menggunakan metode maserasi dengan pelarut etanol 70% menghasilkan rendemen sebesar 45,521% dengan rata-rata kadar air ekstrak sebesar 5,445 ± 0,08%. Penetapan kadar flavonoid total kemudian dilakukan dengan menggunakan metode kolorimetri AlCl3 menunjukkan hasil sebesar 4,75 ± 0,7 mgEK/g ekstrak. Aktivitas antioksidan melalui pengujian ABTS dalam ekstrak etanol 70% bunga telang dan pembanding asam askorbat memberikan nilai IC50 dengan kategori sangat kuat, masing-masing sebesar 26,40 ± 0,2 dan 3,20 ± 0,07 ppm. Pada pengujian anti-elastase, pembanding epigalokatekin galat (EGCG) mendapatkan nilai IC50 sebesar 39,4 ± 0,07 μg/mL, sedangkan ekstrak memiliki aktivitas penghambatan terhadap enzim elastase yang relatif rendah, yaitu sebesar 10,06 ± 0,2% pada konsentrasi 500 μg/mL dan 19,766 ± 0,4% pada konsentrasi 1000 μg/mL. Dengan demikian, meskipun ekstrak bunga telang berpotensi sebagai antioksidan kuat, kemampuannya dalam menghambat enzim elastase tergolong tidak aktif.

The butterfly pea (Clitoria ternatea L.) is a plant from the genus Clitoria known for its flavonoid content and antioxidant activity, making it potentially capable of inhibiting the enzyme elastase. However, research on its elastase inhibition ability is lacking in Indonesia. This study aims to determine the antioxidant activity using the ABTS method and the elastase inhibitory activity in a 70% ethanol extract of butterfly pea flowers. Microscopic observations of the flower revealed several cellular structures, including anomocytic stomata, annular vessels, pollen grains, calcium oxalate crystals, papillae, and trichomes. The extraction process used maceration with 70% ethanol, yielding a rendement of 45.521% and an average moisture content of 5.445 ± 0.08%. The total flavonoid content was determined using the AlCl3 colorimetric method, resulting in 4.75 ± 0.7 mgQE/g extract. The ABTS testing showed very strong antioxidant activity, with IC50 values of 26.40 ± 0.2 ppm for the extract and 3.20 ± 0.07 ppm for ascorbic acid. In the anti-elastase test, the comparator epigallocatechin gallate (EGCG) had an IC50 value of 39.4 ± 0.07 μg/mL. However, the extract demonstrated relatively low elastase inhibitory activity, with inhibition rates of 10.06 ± 0.2% at 500 μg/mL and 19.766 ± 0.4% at 1000 μg/mL. Thus, while the butterfly pea flower extract exhibits strong antioxidant potential, its ability to inhibit elastase is less effective compared to EGCG. This suggests that the extract might be more useful for applications focused on antioxidant properties rather than as an elastase inhibitor."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tarissa Shalsabilla
"Manusia memerlukan antioksidan untuk mencegah terjadinya stres oksidatif yang dapat menyebabkan gangguan fungsi kulit yaitu hiperpigmentasi kulit. Peristiwa tersebut berhubungan dengan aktivitas enzim tirosinase yang berkontribusi dalam pembentukan pigmen melanin kulit sehingga diperlukan penghambatan enzim tirosinase untuk menjaga kulit tetap cerah. Tanaman belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L.) yang berasal dari famili Oxalidaceae, merupakan salah satu tanaman yang digunakan sebagai obat tradisional. Daun belimbing wuluh terbukti sebagai sumber antioksidan dan anti-tirosinase alami. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi fragmen pengenal dan jaringan khas dari simplisia, persentase rendemen, persentase kadar air, aktivitas antioksidan, dan aktivitas anti-tirosinase. Pengujian mikroskopik dilakukan menggunakan mikroskop cahaya. Daun belimbing wuluh diekstraksi secara maserasi dengan pelarut etanol 70%. Pengujian aktivitas antioksidan metode ABTS dengan standar asam askorbat dan penghambatan enzim tirosinase yang berasal dari jamur spesies Agaricus bisporus dengan standar asam kojat dan substrat L-DOPA yang dianalisa menggunakan microplate reader. Hasil pengamatan mikroskopik diperoleh rambut penutup, epidermis atas dengan dinding yang sedikit berkelok, epidermis bawah dengan dinding yang berkelok disertai stomata dan rambut penutup, stomata tipe parasitik, urat daun, dan pembuluh kayu dengan penebalan tangga. Rendemen hasil ekstraksi diperoleh dari metode maserasi sebesar 21,353% dengan kadar air 6,978%. Hasil nilai IC50 uji ABTS sebesar 22,052±0,157 μg/mL tergolong antioksidan sangat kuat. Hasil uji anti-tirosinase menunjukkan aktivitas anti-tirosinase kuat dengan nilai IC50 sebesar 76,598±0,749¼g/mL. Dapat disimpulkan, ekstrak etanol 70% daun belimbing wuluh memiliki aktivitas antioksidan yang sangat kuat dan anti-tirosinase yang kuat.

Humans need antioxidants to prevent oxidative stress which can cause skin function disorders which is hyperpigmentation. This case is related to enzyme tyrosinase activity which contributes in the production of melanin pigment, so tyrosinase enzyme inhibition is needed to maintain skin brightness. Wuluh starfruit (Averrhoa bilimbi L.) which belongs to the Oxalidaceae family, is one of the plants used as traditional medicine. Wuluh starfruit leaves have been proven to be a source of antioxidants and anti-tyrosinase. This research aimed to determine the identification of fragments and specific tissues of simplicia, percentage yield, percentage water content, antioxidant activity, and anti-tyrosinase activity. Microscopic was carried out using a light microscope. Wuluh starfruit was extracted by maceration with 70% ethanol solvent. Antioxidant activity testing using ABTS method with ascorbic acid standard and inhibition of tyrosinase enzyme derived from fungus Agaricus bisporus species with kojic acid standard and L-DOPA substrate, were analyzed using a microplate reader. Microscopic observations showed the presence of cover hair, upper epidermis with slightly curved walls, lower epidermis with curved walls with stomata and cover hair, parasitic type stomata, leaf veins, and ladder-like wood vessels. The yield obtained from the maceration extraction method was 21,353% with a water content 6,978%. The IC50 value of ABTS test was 22,052±0,157 μg/mL, classified as a very strong antioxidant. The anti-tyrosinase test results showed strong anti-tyrosinase activity with an IC50 value of 76,598±0,749¼g/mL. It can be concluded that the 70% ethanol extract of wuluh starfruit leaves has very strong antioxidant and strong anti-tyrosinase."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kamelia Kasuma Indah
"Bunga telang (Clitoria ternatea L.) telah digunakan secara turun-temurun dan diketahui mengandung senyawa fenolik. Fenolik diketahui berpotensi dalam menghambat sintesis melanin melalui penghambatan enzim tirosinase dan sebagai antioksidan. Dengan demikian, bunga telang dapat dikembangkan sebagai agen pencerah kulit dan antipenuaan. Berdasarkan penelitian sebelumnya pada ekstrak bunga telang asal Thailand, ekstrak etanol 95% konsentrasi 200 μg/mL memiliki persentase inhibisi enzim tirosinase 22,04±2,42% serta pada ekstrak air suling memiliki aktivitas antioksidan 0,38±0,01 mmol ekuivalen FeSO4/mg ekstrak. Namun, belum ada penelitian lebih lanjut terkait aktivitas antitirosinase dan antioksidan dengan metode FRAP pada ekstrak etanol 70% bunga telang dari Semarang, Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis aktivitas antitirosinase dan antioksidan dengan metode FRAP pada ekstrak etanol 70% bunga telang asal Semarang, Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rendemen dan kadar air ekstrak etanol 70% bunga telang berturut-turut sebesar 46,702% dan 5,303±0,072%. Berdasarkan skrining awal, ekstrak bunga telang positif mengandung senyawa fenolik, flavonoid, alkaloid, dan terpenoid. Lebih lanjut, kadar fenolik totalnya adalah 32,877±0,652 mgEAG/g ekstrak. Selain itu, aktivitas penghambatan enzim tirosinasenya memiliki IC50 73,675±0,753 μg/mL (aktivitas kuat), sedangkan pembanding asam kojat memiliki IC50 11,423±0,065 μg/mL (aktivitas sangat kuat). Sementara itu, hasil uji aktivitas antioksidan metode FRAP-nya adalah 11,752±0,091 g ekuivalen FeSO4/100g ekstrak, sedangkan pada pembanding asam askorbat adalah 303,553±2,217 g ekuivalen FeSO4/100g asam askorbat. Dengan demikian, ekstrak etanol 70% bunga telang dari Semarang memiliki aktivitas antitirosinase yang kuat, tetapi aktivitas antioksidan melalui mekanisme transfer elektron yang cenderung lemah.

Butterfly pea flowers (Clitoria ternatea L.) has been used for generations and is known to contain phenolic compounds. Phenolics are known to have potential in inhibiting melanin synthesis through inhibition of tyrosinase enzyme and as antioxidants. Thus, butterfly pea flowers can be developed as skin lightening and anti-aging agent. Based on previous research on butterfly pea flowers extract from Thailand, 95% ethanolic extract at 200 μg/mL could inhibited tyrosinase enzyme 22.04±2.42% and distilled water extract had antioxidant activity 0.38±0.01 mmol FeSO4 equivalent/mg extract. However, there was no further research related to antityrosinase and antioxidant activity with FRAP method on 70% ethanolic butterfly pea flowers extract from Semarang, Indonesia. This study aimed to analyze the antityrosinase and antioxidant FRAP method activities on 70% ethanolic butterfly pea flowers extract from Semarang, Indonesia. The results showed that the yield and moisture content were 46.702% and 5.303±0.072%, respectively. Based on preliminary screening, it was positive for phenolics, flavonoids, alkaloids, and terpenoids. Furthermore, the total phenolic content was 32.877±0.652 mgGAE/g extract. In addition, its antityrosinase activity had an IC50 73.675±0.753 μg/mL (strong activity), while kojic acid had an IC50 11.423±0.065 μg/mL (very strong activity). Meanwhile, the results of antioxidant activity test by FRAP method was 11.752±0.091 g FeSO4 equivalent/100g extract, while the ascorbic acid comparator was 303.553±2.217 g FeSO4 equivalent/100g ascorbic acid. Thus, 70% ethanolic butterfly pea flowers extract from Semarang had strong antityrosinase activity, but antioxidant activity through electron transfer mechanism was weak."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nira Nurkhalifah
"Averrhoa bilimbi L. merupakan tanaman suku Oxalidaceae yang telah dimanfaatkan sebagai obat tradisional karena memiliki aktivitas antioksidan yang tinggi, namun masih jarang dimanfaatkan untuk pengobatan topikal dan perawatan kulit. Ekstrak etanol 70% tanaman ini telah dilaporkan memiliki aktivitas antioksidan, tetapi belum terdapat penelitian terkait enzim yang berperan dalam proses penuaan dini seperti enzim elastase. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hasil rendemen dan kadar air, kandungan senyawa fitokimia, kadar flavonoid total, aktivitas antioksidan metode FRAP, dan uji penghambatan aktivitas enzim elastase dari ekstrak. Metode ekstraksi dilakukan dengan maserasi menggunakan etanol 70%, skrining fitokimia dengan kromatografi lapis tipis, penetapan flavonoid total metode kolorimetri dengan standar rutin, pengujian aktivitas antioksidan metode FRAP dengan standar FeSO4.7H2O dan kontrol positif asam askorbat, serta pengujian antielastase menggunakan porcine pancreatic elastase, substrat N-suksinil-Ala-Ala-Ala-p-nitroanilin, dan kontrol positif epigalokatekin galat (EGCG). Berdasarkan hasil ekstraksi, didapatkan ekstrak kental dengan kadar air 7,5% dan rendemen 21,35% yang positif mengandung senyawa golongan fenol, flavonoid, alkaloid, dan terpenoid, dengan kadar flavonoid total 64,5063±0,44 mg ER/g ekstrak. Pengujian antioksidan FRAP menunjukkan ekstrak memiliki aktivitas antioksidan 20,2295±0,29  g ekuivalen FeSO4/100g ekstrak, sedangkan asam askorbat 308,9458±2,41 g ekuivalen FeSO4/100 g asam askorbat. Pada uji aktivitas penghambatan elastase, ekstrak tidak aktif menghambat aktivitas enzim karena  memiliki aktivitas penghambatan 7,21%  pada konsentrasi 300 ppm, 14,72% pada 400 ppm, dan 29,73% pada 500 ppm, sedangkan EGCG memiliki nilai IC50 39,14 µg/mL. Dengan demikian, disimpulkan ekstrak etanol 70% daun belimbing wuluh memiliki aktivitas antioksidan dengan metode FRAP yang lebih rendah dibandingkan asam askorbat dan tidak aktif menghambat elastase.

Averrhoa bilimbi L. is a plant of the Oxalidaceae tribe that has been used as a traditional medicine because it has high antioxidant activity, but is still rarely used for topical treatment and skin care. The 70% ethanol extract of this plant has been reported to have antioxidant activity, but there is no research related to enzymes that play a role in the process of premature aging such as the elastase enzyme. This study aimed to determine the yield and water content, phytochemical compound content, total flavonoid content, antioxidant activity of FRAP method, and elastase enzyme activity inhibition test of the extract. The extraction method was carried out by maceration using 70% ethanol, phytochemical screening by thin layer chromatography, determination of total flavonoids by colorimetric method with rutin standard, FRAP method antioxidant activity testing with FeSO4.7H2O standard and ascorbic acid positive control, and elastase enzyme inhibition activity testing using porcine pancreatic elastase, N-succinyl-Ala-Ala-Ala-p-nitroaniline substrate, and epigalocatechin gallate (EGCG) positive control. Based on the extraction results, a thick extract with a moisture content of 7.5% and a yield of 21.35% was obtained which positively contained phenol, flavonoid, alkaloid, and terpenoid compounds, with a total flavonoid content of 64.5063 ± 0.44 mg ER/g extract. FRAP antioxidant testing showed the extract had antioxidant activity of 20.2295 ± 0.29 FeSO4 equivalents/100 g extract, while ascorbic acid was 308.9458 ± 2.41 FeSO4 equivalents/100 g ascorbic acid. In the elastase inhibition activity test, the extract was not active in inhibiting enzyme activity because it had an inhibitory activity of 7.21% at a concentration of 300 ppm, 14.72% at 400 ppm, and 29.73% at 500 ppm, while EGCG had an IC50 value of 39.14 µg/mL. Thus, it is concluded that 70% ethanol extract of belimbing wuluh leaves has antioxidant activity with the FRAP method which is lower than ascorbic acid and is not active in inhibiting elastase."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nadiah Tri Nurkhairunnisa
"Sungkai, Peronema canescens Jack, merupakan salah satu tanaman asli Indonesia yang telah digunakan secara tradisional bagi beberapa suku yang ada di Indonesia sebagai pengobatan. Namun, penelitian terkait tanaman sungkai masih terbatas. Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui aktivitas antioksidan dan senyawa metabolit sekunder dari ekstrak daun sungkai. Ekstraksi menggunakan metode Ultrasound-Assisted Extraction (UAE) dengan metode ekstraksi bertingkat kemudian dilakukan penapisan fitokimia. Uji aktivitas antioksidan dilakukan dengan metode peredaman radikal bebas ABTS (2,2′‐azinobis‐3‐ethylbenzothiazoline‐6‐sulfonic acid) dan FRAP (Ferric Reducing Antioxidant Power Assay). Pada hasil ekstraksi, didapatkan nilai persen rendemen dengan pelarut n-heksana, etil asetat, dan metanol secara berturut-turut adalah 1,57; 3,74; dan 4,03%. Hasil uji aktivitas antioksidan metode peredaman radikal bebas ABTS menunjukkan persen inhibisi dengan nilai konsentrasi akhir yang sama, 1 μg/mL, pada ekstrak n-heksana, etil asetat, dan metanol adalah 8,91; 16,22; dan 42,77% serta IC50 ekstrak metanol sebesar 51,21 μg/mL. Pada metode FRAP, nilai FeEAC dari ekstrak n-heksana, etil asetat, dan metanol adalah 18,32 ±0,19; 88,63 ±0,63; dan 245,76 ±2,08 μmol/g. Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan ekstrak metanol memiliki potensi terbesar sebagai agen antioksidan karena memiliki aktivitas antioksidan tertinggi dibandingkan ekstrak n-heksana dan etil asetat. Selain itu, ekstrak metanol mengandung golongan senyawa flavonoid, alkaloid, tanin, saponin, terpenoid, dan glikosida.

Sungkai, Peronema canescens Jack, is one of Indonesia native plants which has been used traditionally as medicine by several tribes in Indonesia. Nonetheless, studies regarding sungkai are limited. The objectives of this research were to examine antioxidant activity and secondary metabolites from sungkai leaves extract. Extraction was done using Ultrasound-Assisted Extraction (UAE) with successive extraction then proceeded to do phytochemical screening. Antioxidant activity test were done using scavenging activity of ABTS (2,2′‐azinobis‐3‐ethylbenzothiazoline‐6‐sulfonic acid) and FRAP (Ferric Reducing Antioxidant Power Assay) methods. The extraction yields of sungkai leaves using hexane, ethyl acetate, and methanol are 1.57; 3.74; and 4.03% respectively. ABTS assay within the same concentration, 1 μg/mL, showed hexane, ethyl acetate, and methanol leaves extract have percent inhibition of 8.91; 16.22; and 42.77% respectively where methanol extract has IC50 value of 51.21 μg/mL. FRAP assay showed hexane, ethyl acetate, and methanol leaves extract have FeEAC 18.32 ±0.19; 88.63 ±0.63; and 245.76 ±2.08 μmol/g respectively. Based on the results, it can be concluded that methanol extract has the greatest potential as antioxidant since methanol extract has the highest antioxidant activity compared to hexane and ethyl acetate extract. Furthermore, methanol extract indicated the precence of flavonoids, alkaloids, tannin, saponins, terpenoids and glycosides."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dintha Muhammad Maulidha Yasin
"Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) bakteri Staphylococcus aureus dan Pseudomonas aeruginosa memiliki tingkat resistensi dan mortalitas yang tinggi, sehingga terapi barunya perlu segera dikembangkan. Diospyros nigra mengandung senyawa fenol, flavonoid, dan karotenoid yang telah terbukti menunjukkan aktivitas antibakteri. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengekstraksi buah muda dan tua D. nigra dengan pelarut etanol 70% menggunakan metode konvensional, yaitu maserasi dan refluks kemudian melakukan identifikasi senyawa fitokimia serta menguji aktivitas antibakteri ekstrak yang didapatkan terhadap P. aeruginosa dan S. aureus. Ekstraksi buah muda memberikan rendemen sebesar 40,5% dan 51,5% untuk metode maserasi dan refluks secara berturut turut. Sedangkan pada buah tua memberikan rendemen sebesar 8,11% dan 16,33% untuk metode maserasi dan refluks secara berturut turut. Hasil penapisan fitokimia menunjukkan adanya kandungan tannin, fenol, flavonoid, saponin, terpenoid, antrakuinon, dan glikosida. Hasil penetapan kadar fenol total menunjukkan ekstrak buah muda D. nigra metode refluks memberikan nilai paling besar yaitu 23.5193±0,181 mgEAG/ gr Ekstrak. Penetapan kadar flavonoid menunjukkan buah muda D. nigra yang diekstraksi menggunakan metode refluks memberikan nilai paling tinggi, yaitu 6.6987±0,133 mgEK/ gr Ekstrak. Pada penetapan kadar karotenoid total, buah tua D. nigra metode maserasi memberikan kadar paling tinggi yaitu 48.2129±0,583 mg/gr Ekstrak. Uji aktivitas antibakteri dilakukan terhadap bakteri patogen Staphylococcus aureus dan Pseudomonas aeruginosa dan didapatkan sampel dengan aktivitas terbaik yaitu buah tua denga metode maserasi yang memberikan nilai persen inhibisi sebesar 83,77% terhadap bakteri uji S. aureus dan 60,37% terhadap bakteri uji P. aeruginosa. Dapat disimpulkan bahwa ekstrak etanol 70% buah D. nigra memiliki aktivitas antibakteri.

Staphylococcus aureus and Pseudomonas aeruginosa are pathogenic bacterial whose therapy need to be developed due to its high resistance to antibiotics, high mortality rate, and high burden to community and/or healthcare. Diospyros nigra contain phenolic compound, flavonoids, and carotenoids that has been proven to have antibacterial activity. This research is conducted to extract unripe and ripe fruit of D. nigra with ethanol 70% as the solvent using conventional method that is maceration and reflux, doing phytochemical screening, and testing the antibacterial activity of the extract obtained against P. aeruginosa and S. aureus. The yield of unripe fruit extraction is 40,5% and 51,5% for maceration and reflux, meanwhile the yield of the ripe fruit extraction is 8,11% and 16,33% for maceration and reflux. Phytochemical screening’s result shows that the extract contain tannin, phenol, flavonoid, saponin, terpenoid, anthraquinone, and glycoside. The determination of total phenolic compound shows that ripe fruit extracted using reflux gives the highest yield, that is 23,5193 mgGAE/ gr extract. The determination of flavonoid also shows that unripe fruit extracted using reflux gives the highest yield, 6,6987 mgQE/gr extract. In the determination of total carotenoid compound, ripe fruit extracted using reflux gives the highest yield, that is 48,2129 mg/ gr extract. The antibacterial activity test of the extract are conducted upon pathogenic bacteria that is Pseudomonas aeruginosa and Staphylococcus aureus and the obtained results shows that ripe fruit extracted using maceration gives the highest inhibition rate up to 83,77% against S. aureus and up to 60,37% against P. aeruginosa. It is concluded that the extract of D. nigra fruit has an antibacterial activity."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Erika Tanuwijaya
"Tumbuhan telang (Clitoria ternatea L.) dikenal kaya akan senyawa fenolik dan flavonoid yang bermanfaat bagi kesehatan dan anti-penuaan, termasuk aktivitas antioksidan, antitirosinase, antielastase, dan antikolagenase. Aktivitas antihialuronidase yang kuat telah dilaporkan pada ekstrak daun telang, tetapi belum dilaporkan pada ekstrak bunga telang. Meski telah terbukti memiliki aktivitas antioksidan, belum ada penelitian terhadap bunga telang dari Kecamatan Ngaliyan, Semarang. Penelitian ini bertujuan untuk menguji aktivitas antihialuronidase dan antioksidan dari ekstrak etanol 70% bunga telang, dengan fokus aplikasinya dalam kosmetik anti-penuaan. Aktivitas antihialuronidase diukur untuk menilai potensi ekstrak mencegah degradasi asam hialuronat dalam menjaga kelembapan dan elastisitas kulit. Aktivitas antioksidan dievaluasi dengan metode DPPH untuk menilai kemampuan ekstrak menangkal radikal bebas penyebab kerusakan oksidatif pada sel kulit. Hasil menunjukkan rendemen ekstrak 46,95% dan kadar air 6,88 ± 0,14%. Skrining fitokimia menunjukkan bahwa ekstrak mengandung alkaloid, tanin, flavonoid, fenolik, glikosida, saponin, dan terpenoid. Uji aktivitas antihialuronidase menunjukkan penghambatan kuat dengan IC50 95,6015 ± 0,4377 μg/mL dibandingkan standar asam oleanolat 41,3646 ± 0,5183 μg/mL yang menunjukkan penghambatan sangat kuat. Uji aktivitas antioksidan dengan DPPH menunjukkan penghambatan sangat kuat dengan IC50 49,8647 ± 0,9502 μg/mL dibandingkan standar asam askorbat 3,3063 ± 0,414 μg/mL yang menujukkan aktivitas sangat kuat. Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa ekstrak etanol 70% bunga telang (Clitoria ternatea L.) dari Kecamatan Ngaliyan memiliki potensi besar sebagai bahan aktif dalam produk kosmetik anti-penuaan melalui aktivitas penghambatan hialuronidase dan antioksidan yang kuat.

Butterfly pea flower (Clitoria ternatea L.) is known for its richness in phenolic and flavonoid compounds that are beneficial for health and anti-aging, including antioxidant, anti-tyrosinase, anti-elastase, and anti-collagenase activities. Strong anti-hyaluronidase activity has been reported in the leaf extract of butterfly pea, but it has not been reported in the flower extract. Although it has been proven to have antioxidant activity, no research has been conducted on the flower of butterfly pea from Ngaliyan District, Semarang. This study aimed to examine the anti-hyaluronidase and antioxidant activities of 70% ethanol extract of butterfly pea flowers, with a focus on its application in anti-aging cosmetics. The anti-hyaluronidase activity was measured to assess the extract's potential to prevent the degradation of hyaluronic acid, thereby maintaining skin moisture and elasticity. The antioxidant activity was evaluated using the DPPH method to assess the extract's ability to scavenge free radicals that cause oxidative damage to skin cells. The results showed an extract yield of 46.95% and a moisture content of 6.88 ± 0.14%. Phytochemical screening revealed that the extract contained alkaloids, tannins, flavonoids, phenolics, glycosides, saponins, and terpenoids. The anti-hyaluronidase activity test showed strong inhibition with an IC50 of 95.6015 ± 0.4377 μg/mL compared to the standard oleanolic acid with an IC50 of 41.3646 ± 0.5183 μg/mL, which indicated very strong inhibition. The antioxidant activity test using DPPH showed very strong inhibition with an IC50 of 49.8647 ± 0.9502 μg/mL compared to the standard ascorbic acid with an IC50 of 3.3063 ± 0.414 μg/mL, which indicated very strong activity. Based on the results, it can be concluded that the 70% ethanol extract of butterfly pea flower (Clitoria ternatea L.) flowers from Ngaliyan District has great potential as an active ingredient in anti-aging cosmetic products due to its strong anti-hyaluronidase and antioxidant activities."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wahyu Purnama
"Radikal bebas merupakan molekul tidak stabil yang sangat reaktif dan dapat menyebabkan berbagai penyakit degeneratif. Peningkatan kadar radikal bebas dalam tubuh akan menyebabkan penurunan kemampuan antioksidan endogen. Acalypha indica dan Centella asiatica secara tunggal diketahui memiliki efek antioksidan. Penelitian ini dikombinasi untuk mengetahui aktivitas antioksidan dari ekstrak etanol campuran simplisia Acalypha indica dan Centella asiatica dibandingkan dengan ekstrak-etanol Acalypha indica secara tunggal. Komponen yang diteliti adalah akar Acalypya indica dan daun Centella asiatica. Aktivitas antioksidan ekstrak ditentukan dengan metode DPPH. Kandungan fitokimia pada ekstrak diuji secara kualitatif.
Hasil pengukuran nilai EC50 pada ekstrak-etanol Acalypha indica dengan ekstrak etanol campuran simplisia Acalypha indica dan Centella asiatica masing-masing didapatkan 13,68 mg/mL dan 18,44 mg/mL. Sedangkan nilai EC50 vitamin C sebagai kontrol positif sebesar 0,022 mg/mL. Hasil uji kualitatif pada ekstrak-etanol Acalypha indica maupun ekstrak-etanol campuran simplisia Acalypha indica dan Centella asiatica menunjukkan hasil positif pada steroid dan flavonoid. Nilai EC50 menunjukkan aktivitas antioksidan, semakin kecil nilainya semakin tinggi aktivitas antioksidannya. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa aktivitas antioksidan pada ekstrak-etanol Acalypha indica lebih tinggi dibandingkan ekstrak-etanol campuran simplisia Acalypha indica dan Centella asiatica.

Free radicals are reactive moleculs which can cause oxidative stress and trigger degenerative disease. Increased level of free radicals in the body will decrease endogenous antioxidant ability. Acalypha indica and Centella asiatica are known have antioxindant effects. This study aims to determine the antioxidant activity of ethanolic-extract Acalypha indica combined with Centella asiatica and compared with ethanolic extract of Acalypha indica. The antioxidant activity was determined by using spectrophotometer. The evaluation of phytochemical content in the extract can be tested qualitatively.
The results showed that EC50 from ethanolic-extract of Acalypha indica and ethanolic-extracts mixture of raw materials Acalypha indica with Centella asiatica are 13,68 mg/mL and 18,44 mg/mL. While EC50 of vitamin C as positive control is 0,022 mg/mL. The result of the qualitative test on ethanolic- extract of Acalypha indica and ethanolic extracts mixture of raw materials Acalypha indica and Centella asiatica have showed positive result on steroids and flavonoids. The value of EC50 show the antioxidant activity. Therefore, the antioxidant activity of the ethanol extract of Acalypha indica is higher than ethanolic- extracts mixture of raw materials Acalypha indica and Centella asiatica.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>