Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 182004 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Alwi Hadad
"Diabetes melitus merupakan salah satu penyakit kronis yang menjadi penyebab kematian. Kualitas pelayanan prolanis sangat penting dalam menangani penderita diabetes melitus. Kualitas pelayanan kesehatan yang rendah dan masih banyak penderita diabetes melitus belum mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai standar dapat menjadi indikator bahwa kualitas pelayanan prolanis masih belum optimal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran praktik kolaborasi interprofesi dalam penanganan klien diabetes melitus pada pelayanan prolanis di wilayah Jakarta Utara. Penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional dan teknik purposive sampling dengan jumlah 144 tenaga kesehatan yang terlibat dalam pelayanan prolanis di enam Puskesmas Kecamatan Jakarta Utara. Instrumen yang digunakan adalah Assesment of Interprofessional Team Collaboration Scale (AITCS) II. Hasil penelitian dikategorikan menjadi dua yaitu kolaborasi baik (52,1%) dan kurang baik (47,9%). Sosialisasi yang lebih luas serta seminar kepada tenaga kesehatan mengenai pentingnya kolaborasi interprofesi perlu ditingkatkan sehingga pemberi pelayanan kesehatan mampu mengoptimalkan pelayanan kesehatan dengan pendekatan kolaborasi interprofesi.

Diabetes mellitus is a chronic disease that is the cause of death. The quality of prolanis treatment is very important in dealing with people with diabetes mellitus. The low quality of health treatment and there are still many people with diabetes mellitus who have not received health treatment according to standards can be an indicator that the quality of prolanis treatment is still not optimal. This study aims to describe the practice of interprofessional collaboration in handling diabetes mellitus clients at prolanis treatment in the North Jakarta area. This study used a cross sectional approach and purposive sampling technique with a total of 144 health workers involved in prolanis treatment in six North Jakarta Area Health Centers. The instrument used is the Assessment of Interprofessional Team Collaboration Scale (AITCS) II. The results of the study were categorized into two, namely good collaboration (52.1%) and poor collaboration (47.9%). Wider socialization and seminars to health workers regarding the importance of interprofessional collaboration need to be improved so that health service providers are able to optimize health services with an interprofessional collaboration approach. "
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alwi Hadad
"Diabetes melitus merupakan salah satu penyakit kronis yang menjadi penyebab kematian. Kualitas pelayanan prolanis sangat penting dalam menangani penderita diabetes melitus. Kualitas pelayanan kesehatan yang rendah dan masih banyak penderita diabetes melitus belum mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai standar dapat menjadi indikator bahwa kualitas pelayanan prolanis masih belum optimal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran praktik kolaborasi interprofesi dalam penanganan klien diabetes melitus pada pelayanan prolanis di wilayah Jakarta Utara. Penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional dan teknik purposive sampling dengan jumlah 144 tenaga kesehatan yang terlibat dalam pelayanan prolanis di enam Puskesmas Kecamatan Jakarta Utara. Instrumen yang digunakan adalah Assesment of Interprofessional Team Collaboration Scale (AITCS) II. Hasil penelitian dikategorikan menjadi dua yaitu kolaborasi baik (52,1%) dan kurang baik (47,9%). Sosialisasi yang lebih luas serta seminar kepada tenaga kesehatan mengenai pentingnya kolaborasi interprofesi perlu ditingkatkan sehingga pemberi pelayanan kesehatan mampu mengoptimalkan pelayanan kesehatan dengan pendekatan kolaborasi interprofesi.

Diabetes mellitus is a chronic disease that is the cause of death. The quality of prolanis treatment is very important in dealing with people with diabetes mellitus. The low quality of health treatment and there are still many people with diabetes mellitus who have not received health treatment according to standards can be an indicator that the quality of prolanis treatment is still not optimal. This study aims to describe the practice of interprofessional collaboration in handling diabetes mellitus clients at prolanis treatment in the North Jakarta area. This study used a cross sectional approach and purposive sampling technique with a total of 144 health workers involved in prolanis treatment in six North Jakarta Area Health Centers. The instrument used is the Assessment of Interprofessional Team Collaboration Scale (AITCS) II. The results of the study were categorized into two, namely good collaboration (52.1%) and poor collaboration (47.9%). Wider socialization and seminars to health workers regarding the importance of interprofessional collaboration need to be improved so that health service providers are able to optimize health services with an interprofessional collaboration approach."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nindya Rahmanida
"Pada tahun 2021 dari 25 Puskesmas di Kota Bogor hanya sekitar 12 puskesmas yang mencapai target keberhasilan SPM 100%. Penderita diabetes melitus yang mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai standar sebanyak 17.431 sekitar (88,5%) saja. Pendekatan kolaborasi interprofesional dalam pelayanan DM di puskesmas menjadi sangat penting untuk keterpaduan lintas program, sehingga meningkatkan kualitas pelayanan dan hasil kesehatan pasien DM. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis praktik kolaborasi interprofesional pada petugas kesehatan pemberi pelayanan diabetes melitus di Puskesmas Kota Bogor. Metode penelitian ini deskriptif analitik menggunakan desain mixed method sequential explanatory, populasi seluruh petugas kesehatan pelayanan DM, sampel dengan total sampling. Data kuantitatif didapatkan menggunakan kuesioner Collaborative Practice Assessment Tool (CPAT) dan data kualitatif didapatkan dengan wawancara mendalam. Didapatkan 144 petugas kesehatan pemberi pelayanan DM yang berprofesi dokter PTM, perawat PTM, petugas obat atau apoteker, petugas laboratorium medis, dan ahli kesehatan masyarakat (ahli gizi, kesehatan lingkungan, promosi kesehatan). Analisis data menggunakan analisis univariat, bivariat dengan uji statistik chi-square, dan analisis multivariat menggunakan uji regresi logistik ganda. Hasil persepsi kolaborasi interprofesional pada petugas kesehatan pemberi pelayanan diabetes melitus di Puskesmas Kota Bogor cukup baik dengan nilai rerata 75,65. Terdapat 3 variabel yang berhubungan dengan praktik kolaborasi interprofesional, yaitu niat berbagi ilmu, iklim tim dan konflik tim. Iklim tim merupakan variabel yang dominan berhubugan dengan praktik kolaborasi interprofesional. Petugas dengan persepsi iklim tim yang positif berpeluang 3,48 kali untuk melakukan praktik kolaborasi interprofesional yang baik dibandingkan responden dengan iklim tim yang negatif (aOR=3,28 95% CI 1,345-9,018). Kesimpulan salah satu strategi meningkatkan capaian target SPM pelayanan DM dengan mengembangkan praktik kolaborasi interprofesional pada petugas kesehatan pelayanan DM di Puskesmas Kota Bogor melalui penguatan program IPE (Interprofessional Education), mengadakan capacity building, dan meningkatkan apresiasi atau penghargaan pada setiap pencapaian anggota tim sehingga termotivasi untuk memberikan pelayanan kesehatan DM yang sesuai standar.

Only 12 of the 25 at Bogor City public health center can achieve 100% success by 2021. Approximately 17,431 people with diabetes mellitus (88.5%) receive standard health services. The interprofessional collaborative approach in diabetes services at community health centers is critical for cross-program integration, which improves service quality and health outcomes for diabetes patients. The objective of this study was to examine the practice of interprofessional collaboration among health workers at the Bogor City Public Health Center that provide diabetes mellitus services. The research method was descriptive analytic with a mixed method sequential explanatory design, the population was all DM health service officers, and the sample was obtained from a random sample. The Collaborative Practice Assessment Tool (CPAT) questionnaire was used to collect quantitative data, and in-depth interviews were used to collect qualitative data. There were 144 doctors, nurses, drug officers or pharmacists, medical laboratory staff, and public health experts (nutritionists, environmental health, and health promotion) providing DM services. Univariate analysis was used to analyze the data, bivariate analysis was used with the chi-square statistical test, and multivariate analysis was used with multiple logistic regression tests. The results with an average score of 75.65, the perception of interprofessional collaboration among health workers who provide diabetes mellitus services at the Bogor City Public Health Center was quite good. The intention to share knowledge, team climate, and team conflict were three variables related to the practice of interprofessional collaboration. The dominant variable in interprofessional collaboration practices was team climate. Officers who perceived a positive team climate were 3.48 times more likely to engage in good interprofessional collaboration than those who perceive a negative team climate (aOR=3.28 95% CI 1.345-9.018). Conclusion one strategy for increasing DM service target achievement was to strengthen the IPE (Interprofessional Education) program, held capacity building, and increased appreciation for each achievement of team members so that they were motivated to provide DM health services in accordance with standards."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rafinda Azis
"Diabetes melitus merupakan penyakit kronis yang terus meningkat jumlah penderitanya dari tahun ke tahun, baik di Indonesia maupun di seluruh negara di dunia. Meningkatnya jumlah penderita diabetes melitus di Indonesia berdampak pada peningkatan dampak dan kerugian ekonomi akibat besarnya biaya pengobatan yang diperlukan untuk pengobatan jangka panjang. Pengobatan diabetes melitus membutuhkan proses dan waktu yang lama. Jika diabetes memasuki kondisi komplikasi, waktu dan biaya yang dikeluarkan akan menjadi dua kali lipat dari sebelumnya. Angka kejadian komplikasi pada diabetes mellitus dapat dikurangi dengan penerapan manajemen diabetes mellitus yang dapat dicapai dengan menerapkan perilaku manajemen diri diabetes mellitus.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perilaku manajemen diri penderita diabetes melitus tipe 2 pada peserta Prolanis di Puskesmas Pratama Jakarta Utara dan faktor-faktor yang berhubungan dengannya. Jenis penelitian ini adalah kuantitatif dengan desain cross sectional. Penelitian dilakukan dengan menyebarkan kuesioner kepada responden penelitian. Hasil penelitian menunjukkan 54,4% responden memiliki perilaku manajemen diri yang baik. Variabel yang berhubungan dengan penatalaksanaan sendiri diabetes melitus dalam penelitian ini meliputi durasi penderitaan (nilai P = 0,035) dan dukungan keluarga (nilai P = 0,009).
Diabetes mellitus is a chronic disease that continues to increase the number of sufferers from year to year, both in Indonesia and in all countries in the world. The increasing number of diabetes mellitus sufferers in Indonesia has an impact on increasing economic impacts and losses due to the large medical costs required for long-term treatment. Diabetes mellitus treatment requires a long process and time. If diabetes enters a condition of complications, the time and costs incurred will be doubled from before. The incidence of complications in diabetes mellitus can be reduced by the application of diabetes mellitus management which can be achieved by applying diabetes mellitus self-management behavior.
This study aims to determine the self-management behavior of people with diabetes mellitus type 2 in Prolanis participants at Puskesmas Pratama, North Jakarta and the factors related to it. This type of research is quantitative with cross sectional design. The research was conducted by distributing questionnaires to research respondents. The results showed 54.4% of respondents had good self-management behavior. The variables associated with diabetes mellitus self-management in this study included duration of suffering (P value = 0.035) and family support (P value = 0.009)."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Khadijah
"Penyakit jantung koroner dan stroke, termasuk Penyakit Tidak Menular, merupakan komplikasi dari hipertensi, salah satu penyebab kematian utama di dunia. Hipertensi dapat ditangani lebih efektif dengan kolaborasi interprofesi. Pelayanan kesehatan primer di DKI Jakarta menerapkan kolaborasi interprofesi dalam menangani hipertensi salah satunya dengan PIS PK KPLDH. Tujuan penelitian untuk mengetahui gambaran kolaborasi interprofesi pada pelayanan kesehatan hipertensi dengan pendekatan keluarga. Penelitian dilakukan pada 6 Puskesmas di Jakarta Timur dengan responden tenaga kesehatan yang tergabung dalam tim PIS PK KPLDH, yakni dokter, perawat, dan bidan. Desain penelitian menggunakan deskriptif cross-sectional dengan sampel 219 responden. Instrumen yang digunakan adalah Collaborative Practice Assessment Tool (CPAT) versi Bahasa Indonesia. Hasil penelitian dikategorikan menjadi dua yaitu kolaborasi baik (52,05%) dan kurang baik (47,95). Hasil penelitian dapat menjadi data dasar yang digunakan dalam refleksi dan evaluasi untuk meningkatkan praktik kolaborasi interprofesi dalam pelayanan kesehatan.

The coronary heart disease and stroke, including non-communicable diseases, are the complications of hypertension, one of the deadliest diseases in the world. Hypertension can be effectively treated by an interprofession collaboration. The primary health service in DKI Jakarta employed the interprofession collaboration in treating hypertension, such as by PIS, PK, KPLDH. The aim of this study is to know the description of the interprofession collaboration in the hypertension health service by using the family approach. This study was conducted in 6 (Public Health Centre) in East Jakarta with the respondents of health workers included in the team of PIS, PK, KPLDH; the workers were doctors, nurses, and midwives. The design of this research employed the cross-sectional descriptive with the sample of 219 respondents. Collaborative Practice Assessment Tool (CPAT) Bahasa Indonesia version was used as the research instrument. The results of this study are divided into two categories; good collaboration (52,05%) and mediocre collaboration (47,95%). This results can be the basic data which are used as a reflection and evaluation to improve the interprofession collaboration practicum in health services."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Chaya Annisa
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku manajemen diri diabetes melitus tipe 2 pada peserta Prolanis di Klinik Swasta Jakarta Selatan. Jenis penelitian ini adalah kuantitatif dengan desain penelitian cross sectional. Penelitian ini menggunakan data primer dengan cara menyebarkan kuesioner ke responden penelitian. Hasil penelitian menunjukkan 53,2 responden memiliki perilaku manajemen diri diabetes melitus tipe 2 yang baik. Faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku manajemen diri diabetes melitus tipe 2 meliputi efikasi diri P Value = 0,006, keaktifan peserta Prolanis P Value = 0,035, dan dukungan keluarga P Value = 0,014.

This study aims to determine factors associated with diabetes type 2 self management behaviour in Prolanis participants at South Jakarta Private Clinics. Type of this study is a quantitative research with cross sectional design. This study used primary data obtained by spreading questionnaires to respondents. The result of this study shows that 53,2 respondents have a good diabetes type 2 self management. Factors associated with diabetes type 2 self management behaviour are self efficacy P Value 0,006, Prolanis attendance P Value 0,035, and family support P Value 0,014."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ayu Triyanie
"Indonesia merupakan negara berkembang dengan risiko DM dan tuberkulosis yang tinggi. Penelitian cross sectional ini bertujuan untuk mengetahui hubungan perilaku pengendalian DM dengan tuberkulosis. Pengambilan data dilakukan pada 291 pasien DM melalui kuesioner, pemeriksaan sputum BTA dan pemeriksaan radiologi didapatkan sebesar 35,7% pasien DM dengan tuberkulosis. Pada penelitian ini didapatkan bahwa proporsi TB positif pada pasien DM yang telah didiagnosis DM <2 tahun, tidak memiliki riwayat hipertensi, mengalami gejala DM mudah lapar, berat badan turun dan lemah badan, tidak menerima edukasi dan tidak menggunakan obat antidiabetes berhubungan dengan kejadian tuberkulosis.

Indonesia is a development country with high risk of DM and tuberculosis. This research has design of cross sectional study to know association between behavior control of DM with prevalence of tuberculosis. It was applied to 291 patients with DM by using questionnaire instrument, BTA sputum, and radiology examination. 35.7% patients were diagnosed as TB. In this research, it can be concluded that proportion of positive TB in patients with DM who was diagnosed as DM <2 years, had no hypertension, had symptoms of DM (feeling very hungry, weight loss, fatigue), not accepted education and did not use oral antidiabetic have association with prevalence of tuberculosis in patients with DM."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ghini Alfikra
"Hipertensi adalah salah satu penyakit tidak menular yang berkontribusi pada sebagian besar kematian di dunia. Sebagai fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama, puskesmas berperan dalam tindakan preventif, promotif, dan kuratif terhadap hipertensi. Praktik kolaborasi interprofesi menjadi salah satu faktor yang berkontribusi pada penatalaksanaan klien hipertensi. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi bagaimana persepsi tenaga kesehatan terhadap praktik kolaborasi interprofesi dalam penanganan klien hipertensi di Kota Bekasi. Penelitian dilakukan di 9 Puskesmas di Kota Bekasi, yaitu dokter, perawat, bidan, apoteker/ asisten apoteker, kesehatan masyarakat, dan ahli gizi. Desain penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif cross-sectional, sampel 112 responden dengan teknik quota sampling. Instrumen yang digunakan adalah Perception of Collaboration Model Questionnaire (PINCOM-Q) versi Bahasa Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan persepsi kolaborasi interprofesi pada kategori baik (50,9%) dan kurang baik (49,1%). Hasil penelitian dapat menjadi landasan bagi tenaga kesehatan untuk mengevaluasi praktik kolaborasi interprofesi pada pelayanan hipertensi.

Hypertension is a non-communicable disease that contributes to the majority of deaths in the world. As a first-level health service facility, community health centers play a role in preventive, promotive, and curative measures against hypertension. The practice of interprofessional collaboration is one of the factors that contribute to the management of hypertensive clients. This study aims to identify the perceptions of health workers regarding the practice of interprofessional collaboration in treating hypertensive clients in Bekasi City. The research was conducted at 9 Community Health Centers in Bekasi City, namely doctors, nurses, midwives, pharmacists/pharmacist assistants, public health, and nutritionists. This research design uses a cross-sectional descriptive research design, a sample of 112 respondents using a quota sampling technique. The instrument used was the Indonesian version of the Perception of Collaboration Model Questionnaire (PINCOM-Q). The research results show that perceptions of interprofessional collaboration are in the good (50.9%) and poor (49.1%) categories. The results of the research can be a basis for health workers to practice interprofessional collaboration in hypertension services."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Noor Diani
"Upaya pencegahan primer pada pengelolaan kaki diabetik bertujuan untuk mencegah luka kaki secara dini. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan praktik perawatan kaki pada klien diabetes melitus tipe 2 di Kalimantan Selatan. Penelitian ini merupakan penelitan descriptive correlational dengan desain cross sectional dan jumlah sampel sebanyak 106 orang. Hasil analisis Chi Square menunjukan adanya hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan praktik perawatan kaki pada klien diabetes melitus tipe 2 (p=0,040). Faktor pengetahuan memiliki peluang 2,38 kali untuk melakukan praktik perawatan kaki. Direkomendasikan untuk perlunya dikembangkan pendidikan kesehatan tentang perawatan kaki dan pemeriksaan kaki.

Primary prevention in management of diabetic foot is to prevent foot injuries. This study aimed to determine the correlation between knowledge and practice of foot care in the type 2 diabetic patients in South Kalimantan. This study was a descriptive correlational research with cross sectional design and recruited 106 samples. Chi Square analysis results showed a significant correlation between knowledge and practice of foot care in the type 2 diabetic patients (p = 0.04). Factor of knowledge had chance 2,38 times on performing practice of foot care. This study recommended the important of development of health education about foot care and foot examination.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2013
T32594
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yunisman Roni
"ABSTRAK
Hipoglikemia bisa terjadi selama pasien dirawat di rumah sakit yang disebabkan oleh iatrogenic. Tujuan penelitian ini untuk mengeksplor pengalaman perawat dalam pemantauan, penanganan dan penggunaan protokol hipoglikemia di rumah sakit. Penelitian ini dilakukan dengan wawancara mendalam pada 10 perawat tentang pengalaman mereka dalam pemantauan, penanganan, dan penggunaan protokol hipoglikemi, sehingga memperoleh enam tema yakni: perawat memahami hipoglikemia berdasarkan gejala fisik dan nilai gula darah; kecemasan perawat menghadapi hipoglikemi; ketidakberadaan dokter dan hambatan komunikasi dalam penanganan hipoglikemi; perawat melakukan pemeriksaan gula darah dan keluhan pasien untuk mengkaji hipoglikemia; memutuskan untuk melakukan tindakan medis secara mandiri sesuai kebiasaan; dan merasa tidak familiar dengan keberadaan protocol hipoglikemia. Kesimpulan dari penelitian menunjukkan bahwa dalam penanganan hipoglikemia perawat masih mengalami kecemasan dan cenderung memberikan intervensi sesuai dengan kebiasaan.

ABSTRACT
Patients may experience hypoglycemia during hospitalization which is caused by Iatrogenic. This study aimed to describe experience of nurses in monitoring, treating and using guideline of Hypoglycemia in patients with diabetes mellitus. An indepth interview was conducted that involved 10 nurses. There were six themes identified through this method, they were nurses anxiety facing hypoglycemia the absence of physician and communication barriers in the treatment of hypoglycemia nurses undertaking blood glucose check and complains of patients in monitoring hypoglycemia deciding to follow medical treatment independently based on routine and found unfamiliar with the existence of protocol. The conclusion indicates that nurses are still struggling with anxiety and tend to apply their routine in dealing with hypoglycemia. "
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2017
T47614
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>