Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 149059 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Niny Herlin
"Beras organik adalah beras yang memiliki nilai kesehatan yang tinggi untuk dikonsumsi. Hal ini dikarenakan pembudidayaannya yang dilakukan secara alami dan tidak dipengaruhi oleh bahan-bahan kimia berbahaya yang dapat menyebabkan timbulnya penyakit. Beras organik sudah banyak beredar dipasaran dengan varietas yang beragam serta bersumber dari berbagai wilayah di Indonesia. Penelitian ini dilakukan karena varietas beras organik dari asal daerah yang berbeda memiliki karakteristik yang unik berdasarkan sifat spektral dan spasial untuk dapat dijadikan parameter sistem pengenalan beras organik tanpa merusak sampel dan dapat dilakukan dengan waktu yang relatif cepat. Sistem ini dibuat dengan memanfaatkan pencitraan hyperspectral pada rentang panjang gelombang (400 - 1000 nm) dengan pemodelan klasifikasi pada 5 varietas beras yaitu C4, mentik wangi susu, rojolele, pandan wangi dan situjuh yang berasal dari 3 wilayah di Indonesia yaiu Magelang, Bukittinggi dan Solo. Sistem pengklasifikasian yang dirancang ialah, arsitektur Autoencoder CNN, Alexnet CNN, dan Proposed CNN dengan akurasi rata-rata tertinggi ialah menggunakan Proposed CNN yang memiliki nilai akurasi mencapai 97,59% untuk pengenalan asal daerah beras organik, 93,80% untuk pengenalan varietas beras organik dan 93,89% untuk pengenalan varietas dan beras organik secara bersamaan.

Organic rice is a type of rice that has a high health value for consumption. This is because of its natural cultivation and also because it's not affected by the hazardous chemicals that can cause disease. Organic rice has been circulating on the market with various varieties and originated from various regions in Indonesia. This study was conducted because organic rice varieties from different regions have unique characteristics based on spectral and spatial properties so that they can be used as recognition system parameters without damaging the sample and can be carried out in a relatively fast time. This system was created by utilizing hyperspectral imaging in the wavelength range (400 - 1000 nm) with classification modeling in 5 rice varieties is C4, Mentik Wangi Susu, Rojolele, Pandan Wangi and Situjuh from 3 regions in Indonesia that is Magelang, Bukittinggi and Solo. The classification using model of CNN Architectur Autoencoder, Alexnet CNN, and Proposed CNN. The classification results with the highest average accuracy is the classification that uses the Proposed CNN, which has an accuracy value of 97.59% for the introduction of the regional origins of the organic rice, 93.80% for the introduction of the varieties of the organic rice, and 93.89% for the introduction of the varieties and the regional origins simultaneously.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vidia Ayuning Sakinah
"Beras Organik merupakan salah satu jenis beras yang memiliki penanaman yang berbeda dengan beras pada umumnya dengan cara teknik penanaman yang berbeda tanpa bahan kimia. Pada zaman sekarang ini terdapat para pengepul beras maupun penjual beras yang mencampurkan beras organik dengan beras kualitas rendah maupun beras nonorganik untuk dijual dipasaran karena untuk beras murni organik memiliki harga yang terbilang cukup mahal. Pendeteksian pencampuran beras organik ini-pun masih sulit dilakukan karena untuk beras organik tidak banyak penelitiannya di Indonesia. Pada penelitian sistem identifikasi kemurnian beras organik dibuat dengan menggunakan pencitraan hyperspectral dengan menggunakan model klasifikasi convolutional neural network. Penelitian ini dirancang dengan membuat suatu eksperimen kemurnian beras organik dengan perbandingan 50%, 60%, 70%, 80%, dan 90%. Model klasifikasi Convolutional Neural Network menggunakan tiga arsitektur yaitu AlexNet, Autoencoder dan Proposed CNN. Model Proposed CNN memiliki hasil akurasi dalam mengklasifikasikan data kemurnian beras organik yang lebih tinggi dibandingkan dengan arsitektur lainnya dengan hasil akurasi rata-rata untuk seluruh eksperimen 91,26% ± 2,66%. Hasil ini menunjukkan bahwa sistem identifikasi kemurnian beras organik dengan menggunakan kamera hyperspectral berbasis pemodelan klasifikasi Convolutional Neural Network telah bekerja secara optimal.

Organic rice are one of many type of rice with a different cultivation way of planting techniques without using any of chemicals that are not healthy for human body. On thus day, there are some rice collectors and sellers that mixing the organic rice with some low quality or non-organic rice for sell in the marketplace, because if they use only pure organic type of rice the price will be fairly expensive compared to a non-organic rice. To detect the mixed rice are hard because there are not many specific studies related about it in Indonesia. This studies are designed to make an experiments about purity of organic rice with ratio of 50%, 60%, 70%, 80%, and 90%. In this studies the system for identifying the purity of organic rice was made using hyperspectral imaging and a convolutional neural network classification model. The convolutional neural network uses three types of architectures such as AlexNet, Autocoder, and proposed CNN. The proposed CNN model has a result of accuracy at 91,26% ± 2,66%. These results indicate that the identification system of organic rice purity using a hyperspectral camera based on Convolutional Neural Network classification modeling has worked optimally.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anggi Septiani
"Penelitian dilakukan untuk mengetahui pengaruh pemberian strain Nostoc terhadap pertumbuhan vegetatif dan generatif tanaman padi (Oryza sativa L.) varietas Ciherang. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap dengan enam ulangan dan empat perlakuan. Perlakuan terdiri atas pemberian strain Nostoc BAD5, GIA13a, TAB7d, dan kontrol. Pemberian strain Nostoc dilakukan ketika padi berumur 15, 30, 45, dan 60 hari setelah tanam (hst). Biomassa berat basah strain Nostoc yang diberikan pada 15 dan 30 hst masing-masing sebesar 0,4 g dan biomassa berat basah strain Nostoc yang diberikan pada 45 dan 60 hst masingmasing sebesar 0,6 g. Hasil uji ANOVA (!= 0,05) menunjukkan bahwa pemberian strain Nostoc dapat menurunkan jumlah buah kosong. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa pemberian strain Nostoc dapat meningkatkan panjang akar dan jumlah buah isi (bernas), dengan uji Kruskal-Wallis (!= 0,05). Perlakuan GIA13a terbukti paling baik dalam menurunkan jumlah buah kosong, meningkatkan panjang akar dan jumlah buah isi, dengan uji LSD (!= 0,05).

The experiment aim was to investigate the effect of Nostoc strains to vegetative and generative growth of Ciherang varieties of rice (Oryza sativa L.). The experiment used Randomized Completely Design with six replications dan four treatments. The treatments were applied by giving Nostoc strains BAD5, GIA13a, TAB7d, and control. Nostoc strains were inoculated at 15, 30, 45, 60 days after plantation (hst). Total of 0,4 g Nostoc biomass was inoculated at 15 and 30 hst, while 0,6 g Nostoc biomass was inoculated at 45 and 60 hst. The results of ANOVA test (!= 0,05) showed that inoculated of Nostoc strains had effect to decrease the number of filledout grains. The result of this experiment also had effect to increase the root length and number of filled grains, by Kruskal-Wallis test (!= 0,05). Strain of GIA13a proven the best treatment to decrease number of filled-out grains, increase root length and number of filled grains, by LSD test (!= 0,05)."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2011
S194
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Nurhuda
"

Tanaman Padi merupakan salah satu tanaman pertanian utama di dunia. Mayoritas sekitar 98% penduduk Indonesia juga mengkonsumsi beras sebagai makanan pokoknya. Sehingga perlu dilakukan pemantauan pertumbuhan tanaman padi secara efektif untuk mengontrol ketahanan pangan nasional. Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk menganalisis karakteristik dan pola spasial fase tumbuh serta varietas padi secara spasial temporal di Kecamatan Ciasem, Kabupaten Subang. Data citra radar Sentinel-1A digunakan berdasarkan nilai backscatter polarisasi VH pada periode tanam 2018-2019. Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik fase tumbuh padi menghasilkan tren nilai backscatter yang meningkat pada fase vegetatif hingga fase pematangan. Pada periode tanam I nilai rata-rata backscatter lebih tinggi dibandingkan dengan periode tanam II karena terjadi anomali pengairan dan kekeringan berkepanjangan. Karakteristik varietas PB 42 memiliki variasi nilai rata-rata backscatter yang paling tinggi dan beragam dibandingkan varietas lain. Sementara itu, pola spasial fase tumbuh padi periode tanam I dimulai dari arah utara dan periode tanam II dimulai dari arah selatan. Pola spasial varietas padi periode tanam I dan II termasuk kedalam kategori random (uji z NNA = 0,68) dengan dominasi varietas Inpari 42, Ciherang, dan Mekongga. Sedangkan varietas Inpari 33 dan PB 42 hanya tersebar di beberapa bagian wilayah Kecamatan Ciasem. 


Rice plants are one of the main agricultural crops in the world. The majority of about 98% of Indonesia's population also consume rice as their staple food. Therefore, it is necessary to observe the growth of rice plants effectively to control national food tenacity. The purpose of this study is to analyze the spatial characteristics and patterns of growth phases and rice varieties in a spatially temporal in Ciasem District, Subang Regency. Sentinel-1A radar image data is used based on the VH polarization backscatter value in the 2018-2019 planting period. The results showed that the characteristics of the rice growing phase resulted in an increasing backscatter value trend in the vegetative phase to the maturation phase. In 1st period of planting the backscatter average value was higher than in the 2nd period due to irrigation anomalies and prolonged drought. The characteristics of PB 42’s variety have the highest and most average variation in the mean backscatter compared to other varieties. Meanwhile, the spatial pattern of the rice growth phase for 1st period of planting started from the north and 2nd period started from the south. The spatial patterns of rice varieties in the first and second planting periods were categorized as random (test z NNA = 0.68) with the dominance of Inpari 42, Ciherang, and Mekongga varieties. Meanwhile, the Inpari 33 and PB 42 varieties were only scattered in several parts of the Ciasem District.

"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Bandung: Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jawa Barat, 2015
641.3 IND p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Fauziah Khairatunnisa
"

Padi (Oryza sativa L.) merupakan tanaman penghasil beras yang menjadi bahan makanan pokok penduduk dunia khususnya di Indonesia. Perluasan lahan pertanian masih perlu dilakukan untuk memenuhi kebutuhan beras. Kendala utama pada lahan sawah yang baru dibuka adalah tingginya konsentrasi FeSO4 terlarut. Oleh karena itu diperlukan varietas padi yang tahan terhadap kondisi cekaman FeSO4 secara karakter agronomi dan molekulernya. Karakter agronomi yang dilihat berupa tinggi tanaman, skor leaf bronzing dan jumlah gabah per malai, sedangkan pada molekulernya dilihat ekspresi gen OsFER1 untuk mengetahui varietas yang tahan terhadap cekaman besi. Penelitian dilakukan sejak Agustus 2021 – Juni 2022 di Rumah Kaca dan Laboratorium Instrumentasi Terpadu Departemen Biologi FMIPA Biologi Universitas Indonesia. Konsentrasi FeSO4 yang digunakan dalam penelitian ini adalah 0 dan 400 ppm dengan menggunakan enam varietas padi sawah yaitu Ciherang, Inpari 42, Inpari 30, Sunggal, Logawa dan Cibogo. Untuk uji molekuler digunakan gen alfa-tubulin sebagai (TUB) sebagai gen referensi untuk normalisasi kuantitas cDNA dari gen feritin di masing-masing varietas padi. Hasil pengamatan fase vegetatif, varietas Ciherang memiliki viabilitas tertinggi yaitu 77,2%. Rata-rata pertumbuhan tanaman terbaik untuk tanaman kontrol adalah Ciherang (6,805 cm ± 2,708), sedangkan untuk perlakuan 400 ppm, FeSO4 adalah Inpari 30 (4,03 cm ± 1,183). Tinggi tanaman kontrol terbaik adalah Ciherang (68,116 cm ± 0,685), dan pada perlakuan 400 ppm FeSO4 Inpari 30 (40.3 ± 0,4925). Skor bronzing daun tertinggi dengan skor 6 adalah Logawa, sedangkan skor 1 adalah Inpari 30. Bulir padi dihasilkan pada fase generatif oleh varietas Ciherang sebanyak 72 bulir, terdiri dari 44 bulir isi dan 28 bulir kosong pada perlakuan control. Sedangkan pada perlakuan 400 ppm FeSO4 dihasilkan oleh varietas inpari 30 sebanyak 90 bulir, yang terdiri dari 35 bulir isi dan 55 bulir kosong. Hasil uji molekuler pada perlakuan kontrol, Ciherang memiliki nilai rasio ekspresi gen OsFER1 yang paling tinggi yaitu (1,01 ± 0,194), sedangkan pada perlakuan 400 ppm FeSO4 adalah varietas Inpari 30 yaitu (4,01 ± 2,286). Berdasarkan pengujian pada fase vegetatif, generatif dan molekuler, varietas Inpari 30 adalah varietas yang toleran terhadap cekaman FeSO4.

 


Rice (Oryza sativa L.) is a rice-producing plant which is a staple food for the world's population, especially in Indonesia. Expansion of agricultural land still needs to be done to meet rice needs. The main obstacle in newly cleared paddy fields is the high concentration of dissolved FeSO4. Therefore, rice varieties that are resistant to FeSO4 stress conditions are needed in terms of agronomic and molecular characters. The agronomic characters were seen in the form of plant height, leaf bronzing score and the number of grains per panicle, while on the molecular level, the expression of the OsFER1 gene was seen to determine varieties that were resistant to iron stress. The research was conducted from August 2021 – June 2022 in the Greenhouse and Integrated Instrumentation Laboratory, Department of Biology, FMIPA Biology, Universitas Indonesia. The concentrations of FeSO4 used in this study were 0 and 400 ppm using six varieties of lowland rice, namely Ciherang, Inpari 42, Inpari 30, Sunggal, Logawa and Cibogo. For the molecular test, the alpha-tubulin gene (TUB) was used as the reference gene for normalizing the cDNA quantity of the feritin gene in each rice variety. The results of the observation of the vegetative phase, the Ciherang variety had the highest viability of 77.2%. The best average plant growth for control plants was Ciherang (6.805 cm ± 2.708), while for the 400 ppm treatment, FeSO4 was Inpari 30 (4.03 cm ± 1.183). The best control plant height was Ciherang (68.116 cm ± 0.685), and in the treatment of 400 ppm FeSO4 Inpari 30 (40.3 ± 0.4925). The highest leaf bronzing score with a score of 6 was Logawa, while the score of 1 was Inpari 30. In the generative phase, the control treatment of the Ciherang variety produced 72 rice grains consisting of 44 filled grains and 28 empty grains. In the treatment of 400 ppm FeSO4 inpari 30 variety produced 90 grains consisting of 35 filled grains and 55 empty grains. Molecular test results in the control treatment, Ciherang had the highest OsFER1 gene expression ratio (1.01 ± 0.194), while in the 400 ppm FeSO4 treatment the Inpari 30 variety was (4.01 ± 2.286). The lowest OsFER1 gene expression ratio at a concentration of 0 ppm FeSO4 was the Sunggal variety (0.03 ± 0.398) and the Logawa variety (0.03 ± 0.004), while at a concentration of 400 ppm FeSO4 the Cibogo variety (0.02 ± 0.0008). Based on tests on the vegetative, generative and molecular phases, the Inpari 30 variety is a variety that is tolerant to FeSO4 stress.

 

"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hardini Puspitaningrum
"Padi yang dapat dibudidayakan di lahan kering diperlukan untuk meningkatkan ketahanan pangan. Analisis morfologis dan molekuler merupakan salah satu cara untuk mengetahui toleransi tanaman terhadap kekeringan. Penelitian ini bertujuan menentukan varietas padi yang tahan kekeringan melalui analisis morfologis serta molekuler. Sampel yang digunakan terdiri dari INPARI 32, INPARI 42, Pare Bakato Kaka, dan Pare Lambem yang ditumbuhkan pada dua perlakuan yaitu kontrol dan kekeringan (germinasi pada PEG 6000 20% dan modifikasi penyiraman). Hasil penelitian menunjukkan bahwa persentase perkecambahan, bobot radikula, dan rata-rata jumlah daun (35 HST) pada tiap varietas tergolong toleran, sementara itu untuk skor kelengkungan daun diketahui bahwa Pare Lambem menunjukkan kondisi daun yang tergolong agak peka (skor 5), sedangkan tiga varietas lain tergolong kategori toleran (skor 1). Data tinggi tanaman serta panjang daun pada 7 HST dan 35 HST menunjukkan pola hasil yang sama, yakni Pare Lambem berbeda signifikan pada perlakuan kontrol dan kekeringan berdasarkan uji t (kategori peka), sementara varietas lain termasuk kategori toleran. Berdasarkan tujuh parameter uji, diperoleh kategori toleransi total. Pare Lambem tergolong kategori agak toleran (42,8%), sedangkan varietas lain tergolong kategori toleran (85,7%). Hasil analisis molekuler menunjukkan bahwa fragmen OsDREB2A terdapat pada varietas uji serta memiliki homologi 100% dengan sekuens DREB2A dari kultivar Pokkali. Mutasi sekuens tidak ditemukan pada urutan nukleotida maupun asam amino dari sampel varietas uji terhadap spesies pembanding. Struktur protein pada sampel uji menunjukkan kemiripan dengan model protein dari kultivar Pokkali. Varietas Jawa (peka) menunjukkan perbedaan sekuens nukleotida, asam amino, dan struktur protein terhadap kultivar Pokkali dan sampel uji.

Rice that can be grown in dry land is needed to increase food security. Morphological and molecular analysis are mechanisms to determine the drought tolerance level of plants. This study aims to determine drought-resistant rice varieties through morphological and molecular analysis. The samples used consisted of INPARI 32, INPARI 42, Pare Bakato Kaka, and Pare Lambem grown in two treatments (control and drought treatment (PEG 6000 20% and water modification)). The results showed that the percentage of germination, radicle weight, and the average number of leaves (35 DAP) in each variety belonged to the tolerant category, while for the leaf curvature scores, it was known that Pare Lambem showed a leaf condition that was classified as sensitive category (score 5), while the other three varieties belonged to the tolerant category (score 1). Data on plant height and leaf length at 7 DAP and 35 DAP showed the same yield pattern, namely Pare Lambem was significantly different in the control and drought treatment samples based on the t-test (sensitive category), while other varieties were in the tolerant category. Based on the seven test parameters, the total tolerance category was obtained. Pare Lambem was classified into the slightly tolerant category (42.8%), while other varieties were classified as tolerant (85.7%). The molecular analysis results showed the presence of OsDREB2A in all tested varieties also had 100% homology with DREB2A sequences from the Pokkali. Sequence mutations were not found in the nucleotide or amino acid sequences of the tested samples against the comparison species. The protein structures of the tested samples showed similarities to the protein model of the Pokkali cultivar. The Java variety (sensitive) showed differences in nucleotide sequences, amino acids, and protein structure against Pokkali and tested samples."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yuliza
"Kekeringan adalah salah satu faktor stres abiotik yang mengurangi produktivitas padi di Indonesia. OsDREB2A adalah anggota subfamili DREB dari faktor transkripsi AP2/ERF dan berperan dalam mengatasi stres kekeringan dengan langsung mengikat elemen DRE untuk mengatur ekspresi gen di hilir. Namun, penelitian lebih lanjut masih diperlukan untuk mengamati setiap gen OsDREB2A pada varietas padi lokal Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi gen OsDREB2A pada beberapa varietas padi lokal Indonesia, yaitu dari Jawa (Ciherang, Situ Bagendid, Way Apo), Kalimantan (Beras Hitam), Aceh (Sigupai). DNA diisolasi dari daun masing-masing varietas, diamplifikasi menggunakan PCR, kemudian dielektroforesis dan disekuensing. Data sekuensing dianalisis menggunakan DNA Baser, BioEdit dan kemudian divisualisasikan menggunakan server SWISS-MODEL, Database Proyek Anotasi Genom Padi, dan alat peta kromosom. Hasil penelitian menunjukkan bahwa lima sampel memiliki cakupan query 100% dengan sekuens kultivar OsDREB2A Pokkali (KU159743.1), persentase identitas yang mirip 99,86% dibandingkan dengan kultivar R180 dan 99,62% dibandingkan dengan kultivar Nona Bokra. Perbedaan dalam struktur asam amino sembilan sampel dibandingkan dengan kultivar pembanding terletak pada panjang struktur ekor. Struktur asam amino masing-masing kultivar mengacu pada kromosom 1 pada lokus LOC_Os01g07120.

Drought is one of the abiotic stress factors that reduces rice productivity in Indonesia. OsDREB2A is a member of the DREB subfamily of AP2/ERF transcription factors and participates in drought stress by directly binding to DRE elements to regulate downstream gene expression. However, further research is still needed to observe each OsDREB2A gene in local Indonesian rice varieties. This research aims to explore the OsDREB2A gene in several local Indonesian rice varieties, namely from Java (Ciherang, Situ Bagendid, Way Apo), Kalimantan (Black Rice), Aceh (Sigupai). DNA was isolated from the leaves of each variety, amplified using PCR, and then electrophoresed and sequenced. Sequencing data were analyzed using DNA Baser, BioEdit and then visualized using the SWISS-MODEL server, Rice Genome Annotation Project Database, and chromosome map tools. The results showed that five samples had 100% query cover with the Pokkali OsDREB2A (KU159743.1) cultivar sequence, 99.86% similar percent identity compared to cultivar R180 and 99.62% similar percent identity compared to cultivar Nona Bokra. The difference in the amino acid structure of the nine samples compared to comparison cultivars lies in the length of the tail structure. The amino acid structure of each cultivar refers to chromosome 1 at the LOC_Os01g07120 locus."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Sekjen DPR RI, 2012
344.095 7 IND p I
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>