Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 166647 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sitompul, Pelegia Samira Pattdiana
"Tuberkulosis paru BTA positif adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis pada organ paru paru. Seseorang dikatakan mengidap tuberkulosis BTA positif apabila pemeriksaan sputum menunjukkan hasil positif ataupun pemeriksaan radiologik yang menunjukkan gambaran tuberkulosis aktif. Kasus baru tuberkulosis paru di Provinsi Jawa Barat termasuk tinggi dan cenderung meningkat. Pada tahun 2015 kasus tuberkulosis paru BTA positif terdapat sebanyak 30704 kasus, 34070 kasus pada tahun 2016, sebanyak 28595 kasus pada tahun 2017, sebanyak 33883 di tahun 2018, dan sebanyak 37846 kasus pada tahun 2019.
Penelitian dilakukan dengan melakukan analisis s dan bivariat dengan menggunakan analisis spasial serta uji korelasi pada variabel untuk mengetahui hubungan faktor yang ada terhadap jumlah kasus baru tuberkulosis paru BTA positif di Jawa Barat. Sampel yang digunakan dalam penelitian sebanyak 135 yang merupakan seluruh kabupaten dan kota di Jawa Barat pada tahun 2015 hingga 2019.
Hasil analisis korelasi yang dilakukan menunjukkan terdapat jumlah keluarga miskin (p-value = 0,000), jumlah puskesmas (p-value = 0,003), jumlah desa siaga (p-value = 0,000), jumlah rumah sakit umum (p-value = 0,007), dan jumlah dokter umum (p-value = 0,038) dimana keenam variabel memiliki p-value dibawah 0,05. Koefisien korelasi yang didapatkan menunjukkan variabel jumlah dokter umum (0,153) memiliki hubungan yang sangat rendah dan variabel jumlah keluarga miskin (0,306), jumlah puskesmas (-0,236), jumlah desa siaga (-0,283) dan jumlah RSU (-0,210) memiliki hubungan yang rendah terhadap insiden tuberkulosis paru BTA positif di Jawa Barat. Program penanggulangan tuberkulosis di Jawa Barat penting untuk dilaksanakan dengan baik untuk mengurangi jumlah penyakit tuberkulosis kedepannya.

Pulmonary tuberculosis is a disease caused by Mycobacterium tuberculosis infection in the lungs. New cases of pulmonary tuberculosis in West Java Province are high and tend to increase. In 2015, positive pulmonary tuberculosis cases were 30704 cases, 34070 cases in 2016, 28595 cases in 2017, 33883 cases in 2018, and 37846 cases in 2019.
The study was conducted with bivariate analysis using spatial analysis as well as correlation tests on variables to determine the relationship of existing factors to the number of new cases of positive smear pulmonary tuberculosis in West Java. The sample used in the study were all districts and cities in West Java from 2015 to 2019.
The results of the correlation analysis showed poverty (p-value = 0.000), comunity health center (p-value = 0.003), alert village (p-value = 0.000), general hospitals (p-value = 0.007), general practitioners (p-value = 0.038) are affecting the tuberculosis in West Java. The correlation coefficient shows that general practitioners (0.153) has a very low relationship. Poverty (0.306), comunity health center (-0.236), the number of standby villages (-0.283) and the number of RSU (- 0.210) have a low relation with tuberculosis. Controlling tuerculosis in West Java is important to be implemented properly to reduce the number of tuberculosis in the future.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rahmanu Reztaputra
"Tuberkulosis paru masih merupakan masalah kesehatan besar di dunia, termasuk di Indonesia. Pada tahun 2010, diperkirakan sekitar 8.8 juta orang di dunia mengalami sakit tuberkulosis dan 1.4 juta di antaranya meninggal dunia. Sekitar 95 persen kasus tuberkulosis terjadi di negara berkembang atau kurang berkembang, di antaranya termasuk Indonesia. Tidak semua orang yang terinfeksi bakteri tuberkulosis mengalami sakit tuberkulosis.
Dalam perjalanan dari terinfeksi menjadi sakit dipengaruhi oleh berbagai faktor endogen dan eksogen. Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Pusat Rujukan Nasional Cipto Mangunkusumo(RSUPNCM/RSCM) karena diharapkan statusnya sebagai pusat rujukan nasional dapat menggambarkan kondisi penduduk Indonesia secara keseluruhan.
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode cross-sectional. Sumber data yang digunakan merupakan data sekunder, yaitu rekam medis poliklinik RSUPNCM. Secara keseluruhan penelitian dilakukan dilaksanakan sepanjang Januari 2011-Mei 2012. Setelah pengambilan data dan pengolahan data dilakukan, didapatkan prevalensi tuberkulosis paru merupakan peringkat keenam tertinggi pada sampel(4,0 persen).
Berdasarkan uji hipotesis didapatkan nilai p pada masing-masing variabel yaitu: usia 0,452; jenis kelamin 0,406; status pernikahan 0,363; pekejaan 0,531; status pembiayaan 0,259; tingkat pendidikan 0,436; status gizi 0,001; merokok 0,561; konsumsi alkohol 0,513; dan diabetes mellitus 0,521. Dari penelitian ini disimpulkan bahwa variabel yang memiliki hubungan bermakna terhadap prevalensi tuberkulosis adalah status gizi.

Pulmonary tuberculosis is still become a major health problem in the world, including Indonesia. In 2010, 8,8 million people in the world was predicted have pulmonary tuberculosis and 1,4 million of them died. Approximately 95 percent of pulmonary tuberculosis cases in the world is located in developing or underdeveloping nations, which included Indonesia. Not all people who have being infected by Mycobacterium tuberculosis also get pulmonary tuberculosis.
The pathogenesis from infected to being sick is being affected by numerous endogenous and exogenous factors. This research was conducted in Rumah Sakit Umum Pusat Rujukan Nasional Cipto Mangunkusumo(RSUPNCM) because from its status of national hospital will show Indonesian population generally.
This research design is cross sectional. This research is using secondary data, that is RSUPNCM polyclinic medical records. This research was being carried out in January 2011 to Mei 2012. After data retrieval and analysis, we know that pulmonary tuberculosis is sixth highest case in sample.
After hypotesis test, p value of each variable are: age 0,452; gender 0,406; marrital status 0,363; occupation 0,531; payment choice 0,259; education level 0,436; nutrition status 0,001; smoking 0,561; alcohol consumtion 0,513; diabetes mellitus 0,521. It is concluded that the only variable which have significant relationship with pulmonary tuberculosis prevalence is nutrition status.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Reinaldo Alexander
"ABSTRAK Tujuan. Mengetahui proporsi depresi pada pasien TB paru tidak resisten obat di RS Cipto Mangunkusumo serta mengetahui faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan kejadian depresi pada pasien TB paru. Metode. Studi dengan desain potong lintang terhadap 122 pasien TB paru tidak resisten obat yang berobat jalan di poliklinik paru RS Cipto Mangunkusumo dari bulan Agustus hingga Oktober 2018. Diagnosis depresi ditegakkan dengan wawancara menurut kriteria diagnosis dari Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder-V (DSM-V) dan derajat depresi ditentukan menggunakan kuesioner Beck Depression Inventory-II (BDI-II). Analisa bivariat dan multivariat dengan uji regresi logistik dilakukan dengan menggunakan SPSS. Hasil. Dari 122 pasien dengan TB paru tidak resisten obat yang menjadi subyek penelitian, didapatkan proporsi depresi sebesar 48,4%. Terdapat dua faktor yang berhubungan dengan kejadian depresi pada pasien TB paru tidak resisten obat yaitu adanya efek samping obat anti TB (p < 0,001; OR 7,13; IK 95% 2,67 - 19,03), dan adanya komorbiditas penyakit kronik (p < 0,001; OR 12,90; IK 95% 4,01 - 41,50). Simpulan. Proporsi depresi pada pasien TB paru tidak resisten obat di RS Cipto Mangunkusumo sebesar 48,4%. Adanya efek samping obat anti TB dan komorbiditas penyakit kronik berhubungan dengan kejadian depresi pada pasien TB paru tidak resisten obat.

ABSTRACT
Aim. To determine the proportion of depression in non multidrug-resistant pulmonary TB patients at Cipto Mangunkusumo General Hospital and also its related factors. Method. A cross-sectional study of 122 non multidrug-resistant pulmonary TB patients was done at outpatient department of Cipto Mangunkusumo General Hospital from August to October 2018. The diagnosis of depression was made by interview according to Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder-V (DSM-V) criteria, and severity of depression is determined using Beck Depression Inventory-II (BDI-II). Bivariate and multivariate analysis using the logistic regression test was done using SPSS. Results. From 122 patients with non multidrug-resistant pulmonary TB, the proportion of depression is 48,4%. There are 2 factors related to depression in non multi-drug resistant pulmonary TB patients, which are the occurrence of side effects from TB treatment (p < 0,001; OR 7,13; 95% CI 2,67 - 19,03), and the presence of other chronic disease (p < 0,001; OR 12,90; 95% CI 3,87 - 4,01 - 41,50). Conclusion. The proportion of depression in non multidrug-resistant pulmonary TB patients at Cipto Mangunkusumo General Hospital is 48,4%. The occurrence of TB treatment side effects, and the presence of chronic disease comorbidities are related to depression in non multidrug-resistant pulmonary TB patients.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nadira Fildza Amanda
"ABSTRAK
Latar Belakang:Tuberkulosis dan diabetes melitus merupakan penyakit dengan proporsi yang tinggi di Indonesia dan keduanya memainkan perankomorbid satu sama lain. Penularan TB pada kontak serumah yang memiliki indeks DM belum pernah diketahui.Tujuan:Mengetahui angka kejadian TB pada kontak serumah dengan kasus indeks TB-DM dan faktor-faktor yang mempengaruhi.Metode: Penelitian ini dilakukan dengan metode cross-sectional pada kontak serumah pasien TB yang berobat di Puskesmas Ciracas, Jakarta Timur selama bulan Agustus-September 2019. Riwayat dan kontrol DM didata dari subjek penelitianSetelah penelusuran rumah dilakukan, kontak yang berisiko dan bergejala menjalani pemeriksaan foto toraks. Etik penelitian didapatkan dari Komite Etik FKUI dan perizinan dari Dinas Kesehatan DKI Jakarta.Hasil: Terdapat 108 kontak serumah yang memiliki median usia 24,86 tahun, rasio perempuan dan laki-laki 1:1 yaitu 54 kontak, IMT kontak dewasa berlebih (29,6%) dan IMT anak didominasi kurus (26,9%), sedangkan riwayat DM ditemukan pada 4 kontak (3,7%). Indeks TB DM sebanyak 11 pasien (33,33%) memiliki 37 kontak serumah. Kontak serumah dengan kasus indeks TB DM yang mengalami tuberkulosis adalah 1 orang (2,7%).Kesimpulan: Kejadian TB aktif pada kontak serumah dengan indeks TB-DM sebesar 2,7%."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia , 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ema Novita Deniati
"ABSTRAK
Global TB Report tahun 2016 menyatakan hanya sekitar 35,3 orang dengan TB yang berhasil ditemukan/terlaporkan di Indonesia dari sekitar 1.020.000 estimasi insiden pada tahun 2016. Hal ini tentunya membuat risiko orang dengan TB yang masih belum ditemukan untuk menularkan penyakit akan meningkat. Dari seluruh kabupaten di Indonesia tidak semuanya memiliki angka cakupan penemuan kasus TB yang baik. Banyak faktor yang mengakibatkan hal tersebut, sehingga terjadi ketimpangan dalam penemuan dan pelaporan kasus TB. Karakteristik kabupaten dengan rumah tangga terdiagnosis TB penting untuk diketahui sehingga ketika ada kabupaten lain yang memiliki karakteristik serupa maka dapat dicurigai kemungkinan adanya rumah tangga terdiagnosis TB di kabupaten tersebut meskipun belum ada kasus TB yang ditemukan. Tesis ini mempelajari karakteristik kabupaten dengan rumah tangga terdiagnosis TB di Indonesia. Penelitian dengan analisis data sekunder yang menggunakan Data Riskesdas 2013 dan Data Podes 2014. Analisis yang dilakukan untuk melihat perbedaan proporsi masing-masing variabel dan menilai pengaruh antara variabel independen terhadap variabel dependen. Uji regresi fraksional digunakan untuk mengukur nilai risiko variabel independen terhadap variabel dependen. Hasil penelitian menunjukkan pengaruh karateristik kabupaten untuk lingkungan rumah tangga terdiri dari kabupaten dengan proporsi rumah tangga daerah kumuh 1 , kabupaten dengan proporsi desa memiliki pemukiman kumuh 0,3 , dan kabupaten dengan proporsi desa tidak ada faskes 1 . Pengaruh karakteristik kabupaten untuk kondisi rumah tangga secara fisik terdiri dari kabupaten dengan proporsi rumah tangga padat 1 , kabupaten dengan proporsi rumah tangga tidak ada jendela 3 , dan kabupaten dengan proporsi desa yang memiliki rumah tangga terdapat indoor pollution 1 , sedangkan pengaruh kabupaten dengan proporsi rumah tangga pencahayaan kurang dan kabupaten dengan proporsi desa yang memiliki rumah tangga tanpa listrik terhadap karakteristik kabupaten dengan rumah tangga TB sulit untuk dijelaskan. Kabupaten dengan proporsi rumah tangga ekonomi rendah 0,6 berpengaruh terhadap karakteristik kabupaten dengan rumah tangga terdiagnosis TB. Penelitian ini menyarankan untuk penguatan program terkait dengan upaya pencegahan dan pengendalian TB pada rumah tangga berisiko dan sebagai dasar penajaman prioritas intervensi berdasarkan tingkat epidemi TB pada kabupaten/kota.

ABSTRACT
Global TB Report 2016 states only about 35,3 of people with TB who successfully found has been reported in Indonesia of about 1.020.000 estimation of incident in the year 2016. This is certainly making the risk of people with TB who still has not been found to transmit the disease will increase. From around the districts in Indonesia not everything has a coverage of the discovery of TB cases. Many of the factors that lead to it, so the discrepancy in the discovery and reporting TB cases. The characteristics of the districts with TB households diagnosed it is important to note that when there are other counties that have similar characteristics so it can be suspected the possibility of diagnosed TB households in the district Although no case of TB was found. This thesis examines the characteristics of districts with TB households diagnosed in Indonesia. Research with secondary data analysis using Data Riskesdas 2013 and 2014 PODES Data. The analysis conducted to see the difference in the proportion of each of the variables and assess the influences between variables independent of the dependent variable. Fractional regression test used to measure the value of risk variables are independent of the dependent variable. The results showed the influence of characteristics of household environment for the district comprising the counties with the proportion of slum households 1 , with the proportion of the village have slums 0.3 , and district with the proportion the village does not exist health care facility 1 . Influence of the characteristics of district to household conditions physically seen from districts with solid household proportion 1 , with the proportion of households there are no window 3 , and district with the proportion of the village that has a home the staircase there are indoor pollution 1 , while the influence of the districts with the proportion of households with less lighting and a proportion of the village households without electricity against the characteristics of districts with TB households is difficult to explained. Districts with low proportion of household economy 0.6 influence on the characteristics of districts with TB households diagnosed. This research suggested that the strengthening of programs related to TB prevention and control efforts on at risk households and as a basis for the intervention priorities based on refinements epidemic levels of TB at the district city."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
T50130
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alfanza Andromeda
"ABSTRAK
Angka Kematian Ibu Maternal merupakan salah satu indikator untuk memonitor pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium (Millenium Development Goals). Oleh Karena itu penulis melakukan penelitian ini dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana sebaran wilayah Angka Kematian Ibu Maternal di kota dan kabupaten di Provinsi Jawa Barat serta faktor-faktor apa saja yang mempengaruhinya. Penelitian ini menggunakan analisis spasial dan analisis statistik dengan metode pearson product moment maka dapat diketahui hubungan antara aksessibilitas, indeks pendidikan, ekonomi, dan jumlah fasilitas kesehatan dengan Angka Kematian Ibu Maternal. Hasil analisis menunjukkan bahwa wilayah Angka Kematian Ibu Maternal yang tinggi berada pada wilayah dengan klasifikasi aksessibilitas yang rendah dan wilayah dengan indeks pendidikan yang rendah. Wilayah tersebut terdapat di bagian selatan, di bagian timur laut, hingga ke bagian tenggara Provinsi Jawa Barat.

Abstract
Maternal mortality rate is an indicator for monitoring the achievement of the Millennium Development Goals (MDGs). Therefore, the author conducted this research with the aim to find out how the distribution of the Maternal Mortality Rate in the cities and counties in Province of West Java and then the factors that influence it are. This research using spatial analysis and statistical analysis by the method of Pearson product moment, it is known relationship between accessibility, education index, economy, and the number of health facilities with the Maternal Mortality Rate. The result showed that the Maternal Mortality is high in areas with low accessibility and areas with low education index. The region is scattered in the south, in the northeast down to the southeastern province of West Java."
Universitas Indonesia, 2012
S43566
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Nela Lutfiana
"Tuberkulosis (TB) masih menjadi salah satu masalah kesehatan yang serius di Indonesia. Saat ini, diketahui bahwa Diabetes Melitus (DM) berasosiasi dengan kejadian TB. Orang dengan DM memiliki risiko tinggi berkembangnya TB laten menjadi TB aktif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi TB pada pasien DM yang berobat di Puskesmas di DKI Jakarta serta faktor demografi yang mempengaruhi.
Penelitian menggunakan desain potong lintang dan dilakukan dari bulan November 2013 sampai Januari 2014 pada 291 responden. Penentuan TB dilakukan berdasarkan gejala klinis dari hasil kuesioner, pemeriksaan radiologi serta sputum BTA. Prevalensi TB pada pasien DM di DKI Jakarta adalah sebesar 35,7%. Terdapat perbedaan bermakna proporsi TB berdasarkan kelompok usia (p=0,001), jenis kelamin (p<0,001), pekerjaan (p=0,004), status pernikahan (p=0,005) dan pendapatan perkapita (p=0,037).

Tuberculosis (TB) is one of the major public health problems in Indonesia. Studies show that TB is strongly associated with Diabetes Mellitus (DM). People with diabetes are at higher risk of developing TB than those without diabetes. This relationship may be influenced by many factors, including socio-demographic factors. This study aims to assess the prevalence of TB among DM patients in DKI Jakarta as well as the relationship of the prevalence regarding these factors.
This study is conducted using cross sectional design. The data collection has been conducted starting from November of 2013 to January of 2014. Data were analyzed using Chi-square and Fischer test. Total amount of respondents is 291. The result of this study shows that the prevalence of TB in DM patients in Jakarta is 35,7%. The result shows that age (p=0,001), sex (p<0,001), occupation (p=0,004), marital status (p=0,005), and income (p=0,037) are associated with TB in DM patients.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Niken Pratiwi Cahya Dewi Purwandani
"ABSTRACT
Geografi kesehatan khususnya epidemiologi memliki tujuan untuk memahami proses suatu penyakit yang fokus pada keunikan suatu ruang dengan penekanan pada konsep lokasi, arah, jarak di suatu tempat dalam mewujudkan kesehatan yang baik. Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit menular yang menyerang paru-paru yang masih menjadi penyebab utama morbiditas dan mortalitas di Indonesia, salah satunya di DKI Jakarta. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pola sebaran dan karakteristik wilayah penderita penyakit tuberkulosis di Provinsi DKI Jakarta tahun 2017. Variabel dalam penelitian ini meliputi kepadatan bangunan, suhu udara, jarak dari sungai. Metode penelitian menggunakan analisis spasial dengan teknik overlay dan analisis statistik inferensial. Persebaran penderita TB di DKI Jakarta berdasarkan jarak antar tempat tinggal penderita membentuk pola mengelompok dengan 1/3 penderitanya berjenis kelamin laki-laki, berumur produktif, berstatus gizi normal dan 2/3 wilayah penderitanya berada di daerah sekitar sungai. Secara spasial, terjadi keunikan bahwa penderita TB tidak hanya terjadi pada kepadatan bangunan tinggi, suhu udara tinggi, maupun daerah sekitar sungai. Hal ini didukung dengan hasil statistik yang menunjukkan bahwa tidak ada kaitan antara sebaran penderita TB dengan karakteristik wilayah. Sehingga parameter kualitas permukiman dapat menjelaskan karakteristik wilayah penderita TB, dimana wilayah penderita TB tidak memiliki keteraturan dalam tata letak bangunan, lebar jalan yang sempit, keberadaan pohon kurang memadai, dan dekat dengan jalan utama.

ABSTRACT
Health geography specifically epidemiology has a purpose of understanding the process of a disease that focuses on the uniqueness of space with an emphasis on the concept of location, direction, and distance of a place in realizing good health. Tuberculosis (TB) is an infectious disease that attacks the lungs which are still become the primary cause of morbidity and mortality in Indonesia, especially in DKI Jakarta. This study aims to analyze the distribution patterns and characteristics of tuberculosis patients in the DKI Jakarta Province in 2017. The variables used in this study include building density, air temperature, distance from the river. The research method uses spatial analysis with overlay techniques and inferential statistical analysis. The distribution pattern of TB sufferers in DKI Jakarta based on the distance between the patients residence it forms a clustered pattern with 1/3 sufferers of the male sex, productive age, normal nutritional status and 2/3 of the sufferer's area in the area around the river. Based on the spatial analysis, there is a uniqueness that TB sufferers do not only occur in high-density buildings, high air temperatures, or areas around rivers. The results of the statistical analysis support this showed no significant correlation between the distribution pattern of tuberculosis sufferers and regional characteristics. As a result, the quality parameters of settlements can be explanatory the characteristics of the TB patient area, where the TB sufferers have no order in the layout of the building, the width of the road is narrow, the existence of trees is inadequate and close to the main road."
2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nenden Siti Aminah
"Tiga permasalahan TB di Indonesia yaitu TB sensitif, TB Resistan Obat (TB-RO) dan TB-HIV. TB-RO merupakan masalah yang menghawatirkan, angka penemuan kasus TB-RO setiap tahun semakin meningkat, namun tidak diimbangi dengan angka pengobatan. Penggunaan paduan jangka pendek untuk pengobatan pasien TB-RO sejak September 2017 merupakan salah satu upaya menekan peningkatan kasus pasien putus berobat. Penelitian ini dilakukan untuk melihat trend dan faktor yang berhubungan dengan keberhasilan pengobatan pasien TB Resistan Obat (TB RO) dengan paduan Shorter Treatment Regiment (STR) di Indonesia Tahun 2017-2019. Penelitian menggunakan desain kohort restropektif. Sumber data adalah semua pasien TB RO paduan jangka pendek yang terdaftar dalam sistem informasi TB MDR Subdit Tuberkulosis. Metode sampling adalah total sampling yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Analisis yang digunakan adalah uji chi-square dan uji cox regression. Sebanyak 3.100 pasien disertakan dalam analisis, didapat angka keberhasilan pengobatan adalah 41,94%. Hasil analisis menunjukkan faktor yang berhubungan dengan keberhasilan pengobatan adalah umur, kepatuhan, hasil pemeriksaan sputum awal pengobatan, pola resistensi monoresisten dan poliresisten, serta wilayah tempat tinggal. Kepatuhan merupakan faktor dominan yang berhubungan dengan keberhasilan pengobatan. Perlu dilakukan upaya penguatan kepatuhan dengan melakukan konseling sedini mungkin, pendamping PMO dari non petugas dan inisiasi grup dukungan pasien di setiap faskes MDR.

TB problems in Indonesia are TB sensitive, Drug-Resistant TB and TB-HIV. TB-RO is the most challengging problem, the number of case finding is increase every year, but treatment rate is decrease. The use of short-term regiment since September 2017 is one of strategy to reduce default of TB treatment. This research was conducted to see trends and factors related to the TB treatment success rate among patients with Drug Resistance TB (TB RO) using Shorter Treatment Regiment (STR) in Indonesia 2017-2019. The study desain is restropective cohort. Data sources are all patients of TB RO using STR regiment, which is enrolled in the e-TB manager, Sud Directorate of Tuberculosis, MoH RI. The sampling method is total sampling that meets the inclusion and exclusion criteria. The analysis used was the chi-square test and the cox regression test. As many as 3,100 patients were included in the analysis, the treatment success rate was 41,94%. The results of the analysis showed that factors related to treatment success were age, adherence, results of initial sputum examination of treatment, patterns of monoresistant and polyresistant resistance, and area of ​​residence. Adherence is a dominant factor related to treatment success. Efforts should be made to strengthen compliance by conducting counseling as early as possible, PMO assistants from non-helath officers and initiating patient support groups in each MDR facility."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ira Candra Kirana
"ABSTRAK
Upaya pengendalian TB-MDR telah dilakukan, namun hasil akhir pengobatan pasien TB-MDR masih menjadi permasalahan terkini yang perlu diselesaikan. Di Indonesia, terjadi penurunan success rate pasien TB RO sejak lima tahun terakhir, yaitu kisaran 68-46, sedangkan hasil pengobatan buruk lebih fluktuatif dan masih tinggi yaitu kisaran 28-47. Penelitian ini menggunakan desain kohort retrospektif yang bertujuan untuk mengetahui gambaran dan faktor yang berhubungan dengan hasil pengobatan pasien TB-MDR di Indonesia. Data yang digunakan adalah data pasien TB-MDR yang berusia 15 tahun yangmemulai pengobatan antara Januari 2013-Desember 2015 dan teregister dalam e-TB Manager. Didapatkan 1.683 kasus dengan 49,7 pasien sembuh, 2,7 lengkap, 14,1 meninggal, 4,4 gagal, dan 29,1 loss to follow up.Analisis bivariat dilakukan untuk mengidentifikasi faktor yang berhubungandenganhasil pengobatan buruk kematian, gagal, atau loss to follow up. Faktor risiko terhadap hasil pengobatan buruk adalah usia 45 tahun RR 1.32; 95 CI 1.20-1.46, resistansi OAT lini 1 RR 34.1; 95 CI 8.24-141.0, resistansi OAT lini 1 lini 2 dan/atau florokuinolon RR 32; 95 CI 7.9-134.0, kavitas paru RR 1.21; 95 CI 1.00-1.44, interval inisiasi pengobatan >30 hari RR 1.11; 95 CI 1.00-1.24, dan tempat tinggal di desa RR 1.15; 95 CI 1.02-1.30. Sedangkan faktor protektor terhadap hasil pengobatan buruk adalah paduan standar RR 0.73; 95 CI 0.59-0.91.

ABSTRACT
Efforts to control MDR TB have been done, but treatment outcome of MDR TB patients remains a current issue that needs to be resolved. In Indonesia, success rate was declining in the last five years, from 68 46 , whereas poor treatment results are more fluctuate and still high at 28 47. This cohort retrospective study was conducted to analyze the characteristics and factors influencing treatment outcomes of MDR TB patients in Indonesia. This research was use data from e TB Manager and included all MDR TB patients who were ge 15 years and starting treatment between January 2013 and December 2015. Overall, 1.683 MDR TB patientswere included,49.7 recovered, 2.7 complete treatment, 14.1 died, 4.4 treatment failure, and 29.1 loss to follow up. A bivariate analysis was used to identify risk factors for poor treatment outcomes, which were defined as death, treatment failure, or loss to follow up. The risk factors for poor treatment outcome were age above 45 years RR 1.32, 95 CI 1.20 1.46, patients who are resistant first lines TB drugs RR 34.1 95 CI 8.24 141.0 and first lines TB drugs 2nd lines injection and or fluoroquinolone RR 32 95 CI 7.9 134.0, lung cavity RR 1.21, 95 CI 1.00 1.44, treatment initiation interval 30 days RR 1.11 95 CI 1.00 1.24, and residence in rural areas RR 1.15 95 CI 1.02 1.30. While the protector factor for poor treatment outcome is standardized regimen RR 0.73 95 CI 0.59 0.91."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>