Ditemukan 86990 dokumen yang sesuai dengan query
Hanan Syahidah
"Penelitian ini membahas upaya Korea Selatan mengembangkan produk makanan bersertifikasi halal untuk memperkuat citra mereka. Pengembangan produk makanan bersertifikasi halal merupakan salah satu diplomasi budaya yang dilakukan oleh Korea Selatan di Indonesia. Indonesia merupakan negara dengan penduduk mayoritas muslim di dunia. Oleh karena itu, pasar halal masih sangat terbuka bagi Korea Selatan. Terlebih dengan perkembangan hallyu yang semakin diterima di Indonesia. Korea Selatan mulai mengembangkan produk makanan yang terbuat dari bahan-bahan yang halal bekerja sama dengan beberapa lembaga sertifikasi halal seperti KMF dan MUI untuk masuk ke dalam pasar halal Indonesia. Tujuan dari penelitian ini adalah upaya diplomasi budaya yang dilakukan oleh Korea Selatan dengan sertifikasi halal produk makanannya membuat citra negara Korea menjadi negara yang ramah muslim atau tidak. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif dengan melakukan wawancara terhadap sepuluh narasumber. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penikmat makanan Korea muslim yang bertempat tinggal di Depok masih belum melihat Korea Selatan sebagai negara yang ramah muslim. Hal ini dikarenakan para narasumber tidak melihat Korea Selatan hanya melalui satu sisi saja, sehingga persepsi mereka terhadap citra ramah muslim Korea Selatan juga dipengaruhi pengalaman mereka.
This study discusses how South Korea's efforts to develop halal-certified food products are to strengthen its image. The development of halal-certified food products is one of the cultural diplomacies carried out by South Korea in Indonesia. Indonesia is a country with a majority muslim population in the world. Therefore, the halal market is still very open for South Korea. Especially with the development of hallyu which is increasingly being accepted in Indonesia. South Korea has begun to develop food products made from halal ingredients in collaboration with several halal certification bodies such as KMF and MUI to enter the Indonesian halal market. The purpose of this study is the cultural diplomacy efforts carried out by South Korea with halal certification of food products to create the image of Korea as a muslim-friendly country or not. This study uses a qualitative-descriptive method by conducting interviews with ten respondents. The results show that muslim Korean food lover who live in Depok still do not see South Korea as a muslim-friendly country. This is because the respondents do not see South Korea only from one side, so their views on the image of muslim-friendly are also influenced by their experiences."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library
Andira Noveria Putri
"
ABSTRAKJurnal ini membahas tentang cara Korea Selatan mengadaptasi budaya Islam dalam mengembangkan produk halal K-food. Dewasa ini, menurut data statistik, jumlah umat muslim di Korea Selatan semakin bertambah, baik dari penduduk asli maupun wisatawan yang berasal dari negara-negara mayoritas muslim. Hal itu membuat kebutuhan akan produk makanan halal meningkat. Korea Selatan melihat kesempatan ini sebagai peluang bisnis dan berusaha menjalin hubungan baik dengan negara-negara mayoritas muslim seperti Malaysia, Indonesia dan UEA. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang mendorong perkembangan halal K-food dan upaya Korea Selatan untuk mengadaptasi nilai-nilai Islam. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif. Teknik penelitian yang digunakan adalah teknik kepustakaan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa adaptasi budaya yang dilakukan Korea dalam sertifikasi produk makanan halal mengikuti model sertifikasi halal dari negara-negara mayoritas muslim seperti Malaysia dan UEA. Faktor-faktor yang mendorong perkembangan makanan halal adalah pertambahan jumlah umat muslim di Korea Selatan, pengaruh pariwisata dan di sektor perdagangan sebagai komoditas ekspor ke negara-negara mayoritas muslim
ABSTRACTThis journal discusses how South Korea adapted Islamic culture in developing halal K-food products. Recently, based on the statistic, the number of muslims in South Korea are increasing, both from indigenous and also tourists coming from muslim majority countries. This makes the need for halal food products to increase. South Korea takes this chance as a business opportunity and seeks to have a good relationship with muslim majority countries such as Malaysia, Indonesia and UAE. The purpose of this study is to analyze the factors that encourage the development of halal K-food and South Korea 39;s efforts to adapt Islamic values. This research applies the qualitative method and using the literary technique. The results of this study shows that Korea rsquo;s cultural adaptation of halal food certification adapted the scheme of muslim majority countries such as Malaysia and the UAE. The factors that encourage halal food development are the growing number of muslims in South Korea, the influence of tourism and in the trade sector as an export commodity to muslim majority countries."
2018
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja Universitas Indonesia Library
Krispina Nadya Feranda
"Kehadiran Korean Wave menjadi titik kebangkitan Korea Selatan di kancah internasional. Setelah keluar dari keterpurukan, Korea Selatan menjadikan Korean Wave ini sebagai produk kebangsaan yang terus dipupuk. Salah satu bentuk Korean Wave di bidang musik adalah BTS, yang kini dijadikan sebagai salah satu alat diplomasi publik Korea Selatan. Oleh karena itu, rumusan masalah yang diangkat adalah mengkaji pengaruh Korean Wave melalui BTS terhadap ekonomi, citra negara dan sosial-budaya Korea Selatan. Argumentasi penulis ialah menunjukkan bahwa sebagai alat diplomasi publik Korea Selatan di kancah global, BTS telah memberikan pengaruh yang besar terhadap sektor ekonomi, citra negara dan sosial budaya. Dalam menjalankan analisa tersebut, dilakukan telaah literatur terhadap 20 jurnal yang turut membahas topik yang berkaitan dengan BTS sebagai diplomasi publik. Di antara 20 jurnal ilmiah tersebut, jurnal selanjutnya diklasifikasi berdasarkan setiap sektor yang mendapatkan pengaruh dari BTS, yakni ekonomi, citra negara dan sosial budaya. Telaah literatur ini menghasilkan sejumlah konsensus dan perdebatan bahwasanya di balik BTS sebagai diplomasi publik yang memberikan pengaruh yang signifikan terhadap perkembangan Korea Selatan di sektor ekonomi, citra negara dan sosial-budaya, kenyataannya BTS belum mampu berdiri sendiri secara mandiri dalam melakukan hal tersebut. Terdapat dukungan beberapa lembaga pemerintah yang menekankan pada advokasi dan pengembangan budaya dan praktik BTS.
The presence of the Korean Wave became the point of South Korea's rise on the international stage. After emerging from adversity, South Korea made the Korean Wave a national product that continues to be cultivated. One form of the Korean Wave in the music sector is BTS, which is now used as a tool of South Korean public diplomacy. Therefore, the problem formulation raised is to examine the influence of the Korean Wave through BTS on the economy, state image and socio-culture of South Korea. The author's argument is to show that as a tool of South Korean public diplomacy on the global stage, BTS has had a major influence on the economic sector, the country's image and social culture. In carrying out this analysis, a literature review was carried out on 20 journals which also discussed topics related to BTS as public diplomacy. Among the 20 scientific journals, journals are further classified based on each sector that is influenced by BTS, namely economics, country image and social culture. This literature review produces a number of consensus and debates that behind BTS as public diplomacy which has had a significant influence on South Korea's development in the economic sector, state image and socio-culture, in reality BTS has not been able to stand independently in doing this. There is support from several government agencies that emphasize advocacy and development of BTS culture and practices."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library
Caldha Khairunnisa
"Keberadaan hanbok sebagai pakaian tradisional Korea telah dikenal secara global. Dengan desain yang unik, nilai budaya, serta perannya dalam merepresentasikan identitas nasional Korea, hanbok telah melampaui sekedar pakaian tradisional. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis strategi Korea Craft and Design Foundation (KCDF) dalam meningkatkan popularitas hanbok. Adapun Metode penelitian yang digunakan berupa pendekatan kualitatif deskriptif dengan melalui pengumpulan suatu data dari berbagai sumber yang tersedia di internet, seperti jurnal, artikel, dan penelitian sebelumnya yang berfokus pada diplomasi budaya dan hanbok. Penelitian ini mengidentifikasi serangkaian strategi yang digunakan oleh KCDF untuk mempromosikan hanbok di tingkat internasional. Melalui berbagai kegiatan yang telah diselenggarakan oleh KCDF, strategi yang diterapkan untuk meningkatkan popularitas hanbok diakui berhasil, sebagaimana dicerminkan dari tercapainya tujuan KCDF. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengenalan dan pempopuleran hanbok melalui strategi yang dilakukan oleh KCDF berpengaruh terhadap bertambahnya minat masyarakat internasional terhadap hanbok.
The existence of hanbok as traditional Korean clothing is known globally. With its unique design, cultural value, and role in representing Korean national identity, hanbok has gone beyond just traditional clothing. This research aims to analyze the Korea Craft and Design Foundation (KCDF) strategy in increasing the popularity of hanbok. The research method used is a descriptive qualitative approach by collecting data from various sources available on the internet, such as journals, articles and previous research that focuses on cultural diplomacy and hanbok. This research identifies a series of strategies used by the KCDF to promote hanbok at the international level. Through various activities that have been organized by KCDF, the strategies implemented to increase the popularity of hanbok are recognized as successful, as reflected in the achievement of KCDF's goals. The research results show that the introduction and popularization of hanbok through the strategy carried out by the KCDF has had an effect on increasing the international community's interest in hanbok."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library
Risanda Adhi Pratama
"Sebagai negara imperialis yang menduduki sejumlah negara-negara di Asia selama Perang Dunia II, Jepang memiliki hubungan yang kurang baik dengan negara-negara yang pernah diduduki pada masa itu seperti Cina dan Korea Selatan. Meskipun demikian, produk budaya populer Jepang seperti anime dan manga berhasil menjadi populer di negara-negara tersebut, terlepas dari renggangnya hubungan antar negara-negara tersebut. Potensi anime untuk menjadi alat diplomasi membuat pemerintah Jepang meluncurkan program-program untuk mempromosikan anime di Cina dan Korea Selatan dalam rangka untuk memperbaiki hubungan dengan kedua negara tersebut. Naskah ringkas ini akan menganalisis apa saja tindakan yang dilakukan oleh pemerintah Jepang untuk mempromosikan anime dalam rangka diplomasi budaya populer di Cina dan Korea Selatan serta bagaimana masyarakat di kedua negara tersebut menerima upaya diplomasi budaya populer dari pemerintah Jepang.
As an imperialist country who occupied several Asian countries during the Second World War, Japan have strained relations with countries that used to be occupied such as China and South Korea. Nevertheless, Japanese popular culture products such as anime and manga are popular in China and South Korea, despite the poor relations between those countries and Japan. The potential of anime to be a diplomatic tool makes the Japanese government launchs programs to promote anime in China and South Korea in order to improve relations between Japan and those countries. This paper will analyze what have the Japanese government done to promote anime within the pop culture diplomacy program in China and South Korea, and how those countries citizen`s react towards the Japanese government program."
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2020
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja Universitas Indonesia Library
Farah Faizah
"Mi instan asal Korea Selatan menjadi salah satu produk terlaris di Indonesia, namun kedudukan halal pada produknya belum dapat dipastikan. Dapat diketahui, dalam beberapa tahun terakhir terlihat peningkatan interest pada konsumen pada produk-produk halal, ini mengindikasikan adanya peningkatan halal awareness terhadap minat beli pada konsumen muslim. Mengingat 87% penduduk Indonesia menganut agama Islam, maka Indonesia menjadi pangsa pasar potensial bagi produk-produk halal, namun diketahui walaupun mi instan asal Korea Selatan belum memiliki status halal yang jelas, permintaan pada produknya di Indonesia tetap terbilang tinggi. Dengan demikian, peneliti ingin mengetahui perlukah pihak produsen untuk memperhatikan kesadaran halal yang ada pada konsumen dengan meneliti lebih dalam mengenai bagaimanakah pengaruh halal awareness terhadap minat beli konsumen pada produk mi instan asal Korea Selatan. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif eksplanatif, dengan melakukan penyebaran kusioner pertanyaan tertutup dan menggunakan teknik non-probability purposive sampling pada 102 orang responden. Ditemukan dari hasil olah data menggunakan SPSS bahwa Halal Awareness berpengaruh terhadap minat beli konsumen di DKI Jakarta. Hasil dari penelitian ini akan memberikan informasi penting bagi produsen makanan untuk mengidentifikasi strategi dan menentukan langkah yang sesuai bagi pihak produsen nantinya.
Instant noodle from South Korea became one of the best selling products in Indonesia, but the halal position on its products can not be ascertained. It can be seen, in recent years seen an increase in consumer interest on halal products, this indicates an increase in halal awareness of buying interest in Muslim consumers. Given that 87% of Indonesians are Muslim, Indonesia is a potential market for halal products, but it is known that although instant noodles from South Korea do not have a clear halal status, the demand for their products in Indonesia remains high. Thus, researchers want to know whether the producers to pay attention to halal awareness that existed in the consumer by examining more deeply about how the effect of halal awareness on consumer buying interest in instant noodle products from South Korea. This research uses explanative quantitative approach, by conducting questionary closed questioning and using non-probability purposive sampling technique on 102 respondents. Found from the data if using SPSS that Halal Awareness effect on consumer buying interest in DKI Jakarta. The results of this study will provide important information for food manufacturers to identify strategies and determine the appropriate steps for the producers later."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2018
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Steadear Said Hambal Hamengku Alam
"Peningkatan jumlah pelanggan baru di platform toko daring beberapa tahun terakhir diiringi juga dengan peningkatan penjualan produk makanan. Sebagian besar masyarakat Indonesia yang merupakan pemeluk agama Islam tentu memberikan perhatian pada apa yang mereka konsumsi, khususnya terkait produk makanan halal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh sertifikasi halal pada intensi membeli produk makanan melalui toko daring dengan melihat efek mediasi dari sikap konsumen terhadap makanan halal. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental terhadap 286 responden generasi Z yang muslim, berusia 18-25 tahun, dan dilakukan secara daring. Manipulasi dilakukan kepada dua kelompok secara acak dengan memberikan paparan gambar produk makanan fiktif: tanpa sertifikasi halal dan dengan sertifikasi halal, yang dijual di toko daring. Hasil analisis menunjukkan bahwa tidak terdapat indirect effect dan direct effect yang signifikan pada penelitian ini. Dengan demikian, sikap terhadap makanan halal tidak memediasi hubungan antara sertifikasi halal dan intensi membeli produk makanan melalui toko daring. Oleh karena itu, pelaku bisnis toko daring tidak mengutamakan adanya sertifikasi halal pada produk makanan yang mereka jual harus membuat konsumen daring lebih berhati-hati ketika membeli makanan secara daring.
The increase in the number of new customers on e-commerce platforms in recent years has been accompanied by a rise in food product sales. Considering that the majority of Indonesia's population follows the Islamic faith, they pay particular attention to what they consume, especially regarding halal food products. This research aimed to investigate the influence of halal certification on the intention to purchase food products through e-commerce by examining the mediating effect of consumers' attitudes towards halal food. The research conducted an experimental study involving 286 respondents from the Generation Z, aged 18 to 25 years, through online means. Two randomly assigned groups were exposed to fictitious food product images: one without halal certification and the other with halal certification, both being sold on an e-commerce platform. The results of the analysis revealed no significant indirect or direct effects in this study. Consequently, attitudes towards halal food do not mediate the relationship between halal certification and the intention to purchase food products through e-commerce. Therefore, e-commerce businesses are not required to prioritize the presence of halal certification on the food products they sell. This finding implies that online consumers need to exercise caution when purchasing food items through e-commerce platforms."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Ho, Lee Jong
"Dalam studi ini, kami menyarankan dasar dan rencana pemasaran untuk memperluas ahli makanan Korea, terutama konsumen Indonesia, dengan meningkatkan pemahaman tentang industri halal dan kesadaran konsumen di Indonesia dan memberikan informasi tentang masalah sertifikasi halal. Menyarankan cara untuk memperkuat kredibilitas sertifikasi halal di Korea dan berupaya membangun kepercayaan antara kedua negara melalui industri makanan. Makalah ini mengembangkan model berbasis sembilan konstruksi. Kesadaran halal, Kesadaran Korea, Keyakinan Agama, logo Halal, Paparan, kredibilitas COO, merek Islami dan bahan-bahan produk digunakan sebagai faktor yang telah ditentukan sebelumnya untuk mengukur niat beli konsumen. Studi ini menunjukkan bahwa semakin tinggi pemahaman tentang Korea, semakin tinggi keandalan makanan bersertifikat halal Korea. Dengan kata lain, mempromosikan Korea, menyebarkan makanan Korea, dan memberikan citra positif berarti bahwa produk halal yang diekspor dari Korea dapat dibuat lebih andal. Konsumen mengetahui produk sampingan yang berasal dari masalah yang mereka kenal, terutama produk-produk yang dipercaya untuk memberikan standar yang ditentukan. Kepercayaan agama, kesadaran halal, bahan produk memiliki dampak positif pada niat pembelian. Penelitian ini diharapkan memiliki kontribusi teoritis dan praktis baik dalam masyarakat akademik dan praktisi, terutama kepada mereka yang terlibat dalam industri makanan.
In this study, we suggest the basis and marketing plan to expand the expert of Korean food, especially Indonesia consumer, by improving understanding of Halal industry and consumer awareness in Indonesia and providing information on Halal certification issue. Suggesting ways to strengthen the credibility of Halal certification in Korea and seek to build trust between the two countries through the food industry. This paper develops a nine-constructs-based model. Halal awareness, Awareness of Korea, Religious Belief, Halal logo, Exposure, COO credibility, Islamic brand and product ingredients are used as the pre-determined factors for measuring consumer's purchase intention. This study suggests that the higher the understanding of Korea, the higher the reliability of Korean-produced Halal-certified foods. In other words, promoting Korea, spreading Korean food, and providing a positive image means that the Halal products exported from Korea can be made more reliable. Consumers are aware of the by products derived from the issues they are familiar with, especially those products that are trusted to provide the prescribed standards. Also Religious belief, Halal awareness, Product ingredient have a positive impact on the purchasing intention. This research is expected to have theoretical and practical contributions in both academic society and practitioners, especially to the one who involved in food industry."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2019
T-pdf
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library
Irawan Agung Wibowo
"Government Regulation Number 42 of 2024 on the Implementation of Halal Product Assurance delays the halal certification obligation for MSMEs until October 2026. One of the considerations is that as of May 15, 2024, only 44.18% of MSME actors have been certified, out of the target of 10 million. This delay is supported by research showing that halal certification is not considered crucial by MSMEs, as buyers rarely ask whether the products they purchase are halal or not. Another factor discouraging MSME actors from processing the certification is the lack of pressure from the government. However, contrary research results show that halal certification is important for the sustainability of MSMEs in running their businesses and indicates a connection between halal certification and the economic resilience of MSME actors. Regardless of these findings, the halal status of food and beverage products is a necessity to protect the majority Muslim population. This includes Magelang, which is one of the cities with the highest Muslim population in Central Java, as well as a city with a Chinatown that has more than 2,000 Chinese ethnic residents.
This study uses a qualitative research method supported by quantitative data to describe the actual conditions, with a case study approach. The perceptions of MSME actors in the Chinese food sector in Magelang City towards halal certification are seen from three aspects: (1) Cognitive, understanding that halal certification is a guideline to ensure the product is halal according to regulations, and viewing halal certification as a business strategy to expand market acceptance. The lack of literacy and halal human resources causes business actors not to fully understand the Halal Product Assurance Law; (2) Affective, seeing the law as non-burdensome as long as its implementation is accompanied by inclusivity measures; (3) Conative, believing that displaying the halal logo and emphasizing Islamic positioning will remove consumer doubts about Chinese food products. This research also finds challenges faced by stakeholders in implementing halal certification. The halal certification has been shown to impact the economic resilience of family businesses in the Chinese food sector in Magelang City."
Jakarta: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library
M. Ganang Wira Pradana
"Penelitian ini berusaha menjawab penyebab kegagalan aksi diplomasi koersi Republik Rakyat Tiongkok terhadap Korea Selatan pasca keputusan Korea Selatan untuk menggelar sistem pertahanan udara THAAD (Terminal High Altitude Area Defense) yang dianggap mengancam keamanan nasional Tiongkok. Pihak pemerintah Tiongkok menggelar aksi retaliasi berupa sanksi informal dalam bentuk boikot tidak langsung terhadap berbagai aspek ekonomi Korea Selatan seperti pariwisata, usaha perdagangan, produk produk dan budaya Korea Selatan / Hallyu. Diplomasi koersi yang Tiongkok lakukan menggunakan strategi Try and See dan Gradual Turning of the Screw pada awal 2016 hingga 2017 agar pemerintah Korea Selatan menarik kembali sistem pertahanan THAAD tersebut. Dengan menerapkan teori efektifitas diplomasi koersi serta metode kualitatif, penelitian ini menemukan jawaban bahwa tidak berhasilnya aksi diplomasi koersi yang dijalankan Tiongkok pada periode 2016-2017 diakibatkan dari tidak terpenuhinya variabel efektifitas diplomasi koersi yakni legitimasi tujuan dan permintaan, kredibilitas ancaman, reputasi aktor, asimetri motivasi, serta insentif yang ada.
This study seeks analyze the causes of the failure of the People's Republic of China's coercive diplomacy against South Korea after South Korea's decision to deploy the THAAD (Terminal High Altitude Area Defense) air defense system which is considered a threat to China's national security. The Chinese government held a retaliation act in the form of informal sanctions of various aspects of the South Korean economy such as tourism, trade businesses, products and South Korean Hallyu culture. China's coercive diplomacy uses the Try and See and Gradual Turning of the Screw strategies in early 2016 to 2017 to get the South Korean government to withdraw the THAAD defense system. By using the theory of the coercive diplomacy effectiveness and qualitative methods, this study finds the answer that the failed coercive diplomacy attempt carried out by China in the 2016-2017 period resulted from the unfulfilled variables of the coercive diplomacy effectiveness, namely the legitimacy of goals and demands, credibility of threats, actor reputation, asymmetry of motivation, as well the incentives."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library