Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 78999 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Zulfa Oktafiani
"Kedudukan perempuan dalam masyarakat sering menjadi sorotan para pengarang cerita maupun peneliti. Satu dari sekian banyak novel yang ditemukan terdapat lika-liku kehidupan seorang perempuan adalah trilogi berjudul Kelangan Satang karya Suparta Brata (2012). Fokus penelitian ini adalah mengangkat tentang kondisi perempuan dalam hubungannya dengan laki-laki yang mengalami beberapa ketidakadilan yang terjadi dalam novel tersebut. Tujuan penelitian ini yaitu mendeskripsikan wujud bias gender pada perempuan, relevansinya pada kehidupan nyata, dan nilai moral yang direpresentasikan dalam novel Kelangan Satang karya Suparto Brata (2012). Penelitian ini menggunakan teori analisis gender dari Mansour Fakih (2013), pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif analisis, dan mimetik. Dengan memanfaatkan metode penelitian tersebut dapat dilakukan interpretasi terhadap data yang diperoleh dari dalam novel tersebut maupun konteksnya dengan situasi budaya masyarakat Jawa. Penelitian ini bersumber pada novel trilogi kelangan Satang buku bagian II dengan judul Kaduk Wani dan buku bagian III dengan judul Ketanggor karya Suparto Brata (2012). Hasil penelitian ini menujukkan adanya wujud bias gender pada tokoh perempuan yang meliputi adanya bentuk subordinasi, stereotip negatif, dan kekerasan verbal, adanya hubungan antara bias gender dalam novel dan kehidupan nyata, serta nilai moral yang terkandung.

The position of women in society is often the focus of story writers and researchers. One of many novels found that have twists and turns in a woman's life is a trilogy entitled Kelangan Satang by Suparta Brata (2012). Focus of this research is to raise about the condition of women with men who experience some of the injustices in the novel. The purpose of this study is to describe the form of gender bias in women, its relevance in real life, and the moral values ​​represented in the novel Kelangan Satang by Suparto Brata (2012). This study uses the theory of gender analysis from Mansour Fakih (2013), a qualitative approach with descriptive analysis method, and mimetic. By utilizing this research method, interpretation can be make of the data obtained from the novel and its context with the cultural situation of the Javanese people. This research is based on the novel trilogy kelangan Satang book part II with the title Kaduk Wani and part III book with the title Ketanggor by Suparto Brata (2012). The results of this study show that there is a form of gender bias in female characters which includes forms of subordination, negative stereotypes, and verbal violence, the relationship between gender bias in the novel and real life, and the moral value."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Adinda Zahra Laxmitha
"Dewasa ini kekerasan terhadap perempuan  baik itu secara verbal maupun non-verbal semakin marak dikarenakan adanya diskriminasi dan stereotype yang disematkan lingkungan kepada perempuan. Banyak karya sastra termasuk novel Jawa mengonfigurasikan isu-isu ketidakadilan dan kekerasan berbasis gender. Novel kumpulan roman dari Suparto Brata berjudul Ser! Randha Cocak menggambarkan tentang perjuangan kehidupan perempuan di tengah ranah publik dan stigma janda. Rumusan masalah penelitian ini adalah bagaimana strategi tindakan tokoh perempuan dalam menghadapi lingkungan yang mendiskriminasi mereka? Tujuan penelitian ini adalah menguraikan strategi perempuan Jawa dalam menyelesaikan masalah diskriminasi dan stigma digambarkan oleh Suparto Brata melalui ketiga tokoh perempuan utama dalam Novel Ser! Randha Cocak. Landasan konseptual yang digunakan adalah konsep hidup nrima dan prinsip rukun hormat Jawa, dengan pendekatan kritik sastra feminis. Penelitian menggunakan metode kualitatif deskriptif analisis. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik Showing dan Telling. Kesimpulan penelitian menunjukkan keberhasilan ketiga tokoh perempuan utama dalam memperjuangkan kesetaraan gender, yakni berhasil mengubah habitus lingkungan tentang ekpektasi-ekspresi terhadap perempuan dengan tindakannya. Perjuangan ketiga tokoh perempuan tersebut melahirkan keterbukaan atau pelepasan ekspektasi masyarakat terhadap perempuan sehingga perempuan mendapatkan peran serta kedudukan yang sama dengan laki-laki, dalam rangka memajukan kehidupan diri serta berperan dalam masyarakat.

In recent years, The number of Abuse of Women is reaching a new high caused by discrimination and negative stereotyping toward women. There are numerous literature, Javanese novels included, configured issues of injustice and gender-based abuse. An Anthology by Suparto Brata titled "Ser! Randha Cocak" tells a story of struggles and stigmatization of being a widow in the public eye. The main problem formulation of this study is "how the female protagonist strategized her action againts hostile environments she lived in?". Conceptual foundation of this study is the concept of "acceptance" and "Javanese harmony", with feminist literature critical approach. this study utilized  Qualitative Descriptive analytical method. Data for this research is collected with "Showing & telling" technique. This study concludes that the three female protagonists succeed in their struggle promoting gender equality, by changing environment's habitus about expression-expectation on women and their actions. The protagonists finally realized openness or the release of society's expectation on women, allowing them to gain equal status to men in advancing both the lives of society and their own lives."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2020
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Hashila Gemellia
"Novel epistoler disebut sebagai genre sastra yang memiliki kemampuan dalam menyampaikan emosi secara efektif, karena dapat menampilkan sudut pandang subjektif karakternya secara mendalam. Dengan tokoh utama perempuan, novel ini mampu memperlihatkan subjektivitas karakter perempuan tersebut, dan mengaitkannya dengan gerakan feminisme gelombang keempat yang berfokus pada pemberdayaan perempuan. Artikel ini membahas isu mengenai diskriminasi gender yang terjadi pada tokoh-tokoh perempuan dalam novel Un Fils Parfait karya Mathieu Menegaux dan perjuangan mereka memperoleh keadilan. Daphné, seorang ibu dan wanita karir berkeinginan untuk membebaskan kedua putrinya dari suaminya, Maxime, yang diketahui melakukan tindakan agresi seksual pada mereka, meskipun tanpa adanya perlindungan ataupun pembelaan yang adil dari aparat kepolisian dan hukum Prancis. Penelitian ini bertujuan untuk memaparkan bentuk-bentuk resistensi yang dilakukan oleh tokoh Daphné untuk memperoleh keadilan gender, baik bagi dirinya sendiri maupun kedua putrinya. Dengan metode kualitatif, penelitian ini akan menggunakan teori struktur naratif Roland Barthes untuk membedah struktur teks dan teori resistensi oleh James C. Scott, serta dibantu oleh teori feminisme eksistensial dari Simone de Beauvoir (1949) untuk memahami perlawanan Daphné memperoleh kesetaraan agar tidak terjebak pada determinasi sosial. Hasil analisis mengemukakan bentuk resistensi yang terjadi pada tokoh Daphné adalah resistensi terbuka dan semi-terbuka yang digunakan untuk melawan diskriminasi gender di era modern.

Epistolary novel is a literary genre that has the ability to convey emotions effectively, because it can display the subjective point of view of a character in depth. With a female main character, this novel is suitable to show the subjectivity of that female character, in accordance with the fourth wave feminism movement that focuses on empowering women. This article discusses the issue of gender discrimination that occurs in female characters in Mathieu Menegaux's novel, Un Fils Parfait, and their battle to achieve justice. Daphné, a mother and a career woman, fights to free her two daughters from her husband, Maxime, who is known to have sexually assaulted them, even without any protection or fair defense from the police and the French law. This study aims to describe the forms of resistance carried out by Daphné to obtain gender justice both for herself and her two daughters. With a qualitative method, this research will use Roland Barthes's theory of narrative structure to analyse the structure of the text and the theory of resistance by James C. Scott, as well as the existential feminism theory of Simone de Beauvoir (1949) to understand Daphné's resistance to achieve equality, so that she is not trapped in social determination. The results of the analysis show that the form of resistance that occurs in Daphné's character is open and semi-open resistance which is used to fight gender discrimination in the modern era."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Rina Ayu Lestari
"[ABSTRAK
Penelitian ini ditujukan untuk melihat keadaan para tokoh ibu yang berperan sebagai orang
tua tunggal di dalam novel For One More Day karya Mitch Albom (2006). Fokus dari
jurnal ini adalah untuk melihat bagaimana stereotip terhadap ibu tunggal khususnya d
wilayah Amerika Serikat sebagai latar novel tersebut. Penelitian ini menggunakan dua teori,
yaitu teori Kate Millet tentang aspek pratiarki dalam tulisannya yang the Theory of Sexual
Politics dan teori representasi oleh Stuart Hall. Ditemukan bahwa ibu yang berperan
sebagai orang tua tunggal mengalami diskriminasi hampir di seluruh aspek patriarki. Hasil
penelitian ini berkontribusi dalam analisis terhadap ibu tunggal dalam karya sastra dan isu
perempuan pada umumnya untuk memahami mengapa isu ini terus berulang dari satu masa
ke masa berikutnya, kompleksitas, dan menjadi masalah yang nyata dalam masyarakat ABSTRACT This project is directed towards an exploration of single mothers in the novel For One
More Day by Mitch Albom (2006). How stereotypes towards single mothers in the United
States are represented in the novel is the focus of this study. Kate Millet‟s aspects of
patriarchy and Stuart Hall‟s the Theory of Representation are the frameworks of this study.
The findings of the study show that single mothers are discriminated almost in every aspect
of patriarchy. This study contributes to the literary works analysis on representation of
single mothers and women in general to understand why these issues are repeated time to
time, complex, and problematic to our society;This project is directed towards an exploration of single mothers in the novel For One
More Day by Mitch Albom (2006). How stereotypes towards single mothers in the United
States are represented in the novel is the focus of this study. Kate Millet‟s aspects of
patriarchy and Stuart Hall‟s the Theory of Representation are the frameworks of this study.
The findings of the study show that single mothers are discriminated almost in every aspect
of patriarchy. This study contributes to the literary works analysis on representation of
single mothers and women in general to understand why these issues are repeated time to
time, complex, and problematic to our society;This project is directed towards an exploration of single mothers in the novel For One
More Day by Mitch Albom (2006). How stereotypes towards single mothers in the United
States are represented in the novel is the focus of this study. Kate Millet‟s aspects of
patriarchy and Stuart Hall‟s the Theory of Representation are the frameworks of this study.
The findings of the study show that single mothers are discriminated almost in every aspect
of patriarchy. This study contributes to the literary works analysis on representation of
single mothers and women in general to understand why these issues are repeated time to
time, complex, and problematic to our society, This project is directed towards an exploration of single mothers in the novel For One
More Day by Mitch Albom (2006). How stereotypes towards single mothers in the United
States are represented in the novel is the focus of this study. Kate Millet‟s aspects of
patriarchy and Stuart Hall‟s the Theory of Representation are the frameworks of this study.
The findings of the study show that single mothers are discriminated almost in every aspect
of patriarchy. This study contributes to the literary works analysis on representation of
single mothers and women in general to understand why these issues are repeated time to
time, complex, and problematic to our society]"
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2015
MK-PDF
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Ari Prasetiyo
"Disertasi ini membahas keterkaitan antara kehidupan Suparto Brata dengan hasil karya tulisnya serta membahas pandangan Suparto Brata berkaitan dengan peranan dan kedudukan perempuan Jawa sebagaimana terepresentasikan dalam novel Donyane Wong Culika dan Bekasi Remeng-Remeng. Penelitian ini menggunakan pendekatan sosiologi sastra yang mengaitkan unsur intrinsik (berupa fakta kemanusiaan fiksionalitas) dengan unsur ekstrinsik (fakta kemanusiaan realitas). Temuan atas penelitian ini adalah bahwa latar belakang kehidupan Suparto Brata berupa hadirnya tiga perempuan (ibu, ibu mertua, istri) serta nilai-nilai budaya Jawa yang terkandung dalam ungkapan-ungkapan bahasa Jawa sangat mempengaruhi isi karya sastranya. Pandangan dan sikap perempuan Jawa berkaitan dengan permasalahan gender dilandasi oleh empat jenis motivasi yaitu motif biogenetis, motif sosiogenetis, motif teogenetis, serta motif psikogenetis. Berdasarkan keempat motivasi tersebut, sosok perempuan Jawa dapat dikatakan sebagai sosok perempuan yang humanis dan religius. Kesimpulan penelitian ini adalah bahwa peranan perempuan Jawa sangat dominan. Perempuan Jawa dapat melakukan hal-hal yang berkaitan dengan masalah domestik sekaligus publik. Dikarenakan peranannya yang sangat besar tersebut, kedudukan perempuan Jawa menjadi sangat tinggi dan sangat terhormat.

This dissertation discusses the interrelationship between life of Suparto Brata with the results of his writings and discuss Suparto Brata`s view about the role of and position of Javanese women as represented in the novel Donyane Wong Culika and Bekasi Remeng-Remeng. This study uses sociology of literature approach that linked the intrinsic elements (in the form of humanitarian fact of fiction) with extrinsic elements (humanitarian facts of reality). The findings of this research is that the background of life of Suparto Brata form of the presence of three women (mother, mother-in-law, wife) and Javanese cultural values contained within the Java language expressions greatly influence the content of his literary work. The views and attitudes of Javanese women related to gender issues based on the four types of motivation that biogenetic motive, sosiogenetic motive, theogenetic motive, and the psikogenetic motive. Based on the fourth motivations, Javanese women can be regarded as the humanist and religious figure of women. The conclusion of this study is that the role of Javanese women is very dominant. Javanese women can do things that are related to domestic issues and public at once. Due to the very huge role, the position of Javanese women become very high and very respectable."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2016
D2184
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Discrimination is an attitude and behavior that violates human rights. Discrimination can also be interpreted as a treatment for individuals differently based on race, religion, or gender . Any harassment, restriction or exclusion to race religion, or gender includes discriminatory actions. The theme of discrimination experienced by many women made the writer want to examine it from literature point of view, especially Japanese literature. The problem in this paper is gender discrimination experienced by the main character in novel Ginko. In Ginko novel written by Junichi Watanabe, the theme of discrimination against women is very strong, as experienced by the main character named Gin Ogino. This study used feminist standpoint research with the assumption that gender discrimination in society in the novel cannot be separated from women's real experiences perceived by the author. In addition to stand on or derived from real experiences from the first woman doctor in Japan, which with all her efforts to break away from discrimination against women endured throughout her life: before marriage, divorce, attending medical school to become a doctor even after she was graduated from medical school, she still experienced gender discrimination. This study found that gender discrimination experienced by Ginko because she is a woman, in which at that time (the Meiji era) there were clear boundaries between men and women. Difficulty and discrimination experienced are because Ginko's ideals were considered impossible, because she wanted to become a doctor. Her ability and cleverness were obstructed just because she is a woman. It can be concluded in the Meiji era, there was discrimination against women reflected in the Novel Ginko."
LINCUL 8:1 (2014)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Raudra Rachmilia Putri
"ABSTRAK
Salah satu negara yang menganut budaya patriarki adalah Indonesia. Dalam budaya patriarki, perempuan sering dianggap bergantung pada laki-laki dan memiliki kelas lebih rendah dalam status sosial budaya. Adat dan nilai-nilai budaya mengharuskan perempuan berada di wilayah domestik. Budaya patriarki dalam masyarakat Jawa membuat perempuan mengalami ketidakadilan gender berupa subordinasi dan stereotipe. Novel Kartini karya Abidah El Khalieqy merupakan salah satu novel yang menyoroti perjuangan perempuan demi hak dan kesetaraan perempuan. Penelitian ini bertujuan untuk menunjukkan subordinasi dan stereotipe yang dialami oleh perempuan dan upaya perempuan untuk mendapatkan posisi yang setara dengan laki-laki.

ABSTRACT
One of the countries that adopted a patriarchal culture is Indonesia. In patriarchal culture, women are often being represented as the ones who always depend themselves on men and somehow, has a lower class in social and cultural status than men. The tradition and norms of Indonesian cultures requires women to take a role on domestic sector only. Patriarchal culture, specifically in Java, caused gender inequality towards women. Those type of gender inequality, often to be called gender bias, are subordination and stereotype. The novel called Kartini by Abidah El Khalieqy is one of the novel that focused on women rsquo s struggle and battles to achieve a more equal position, the same as men. This research is going to point out types of gender inequality gender bias that can be found in this novel such as subordination and stereotype that happened to women, also their efforts to achive an equal position, the same position as men."
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2017
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Liestya Stefani
"ABSTRAK
Setelah perang kemerdekaan dari Prancis (1954 ? 1962), Aljazair
mengalami perang saudara pada tahun 1990an antara agama dan pemerintah yang
menyebabkan perempuan menjadi korban dengan pembatasan aktivitas mereka.
Beberapa perempuan tidak menerima keadaan tersebut dan melakukan
emansipasi, salah satunya dengan menulis. Salah satu penulis perempuan feminis
Aljazair adalah Maïssa Bey dengan karya pertamanya, yaitu Au commencement
était la mer. Di dalam novel ini, Bey mendeskripsikan diskriminasi gender yang
dialami oleh perempuan Aljazair pada masa tersebut serta perlawanan terhadap
diskriminasi yang dilakukan oleh perempuan dan laki-laki. Melalui analisis unsur
intrinsik yang menggunakan teori struktural Roland Barthes mengenai hubungan
sintagmatik dan paradigmatik dan teori sekuen M. P. Schmitt dan Alain Viala,
ditemukan tiga bentuk diskriminasi gender dalam novel ini, yaitu stereotip,
marginalisasi, dan subordinasi. Selain itu, diketahui pula bahwa laki-laki ataupun
perempuan dapat menjadi pelaku ataupun penentang diskriminasi. Perlawanan
yang dilakukan terhadap diskriminasi gender berupa penggugatan stereotip serta
dukungan terhadap emansipasi perempuan untuk menghilangkan marginalisasi,
sedangkan subordinasi masih belum dapat dihindari karena berkaitan dengan
budaya patriarkal yang dianut oleh masyarakat. Kepala keluarga memiliki peran penting dalam diskriminasi gender ini.ABSTRACT
After the war of independence from France (1954 ? 1962), Algeria
experienced a civil war in the 1990s between religion and the government that led
to women becoming victims to restrictions on their activities. Some women did
not accept this situation and did the emancipation, by writing. One of Algerian
feminist writers is Maïssa Bey with her first work, named Au commencement était
la mer. In this novel, Bey describes gender discrimination experienced by
Algerian women in the era as well as the fight against it done by women and men.
Through analysis of the intrinsic unsure which use the structural theory of Roland
Barthes syntagmatic and paradigmatic relations and M. P. Schmitt and Alain
Viala theory of sequences, found three forms of gender discrimination in this
novel, such as stereotypes, marginalization, and subordination. In addition, also
known that men and women could be perpetrators or opposing discrimination.
The resistance to gender discriminations could be criticizing stereotypes as well as
supporting the women emancipation to eliminate marginalization, whereas
subordination still cannot be avoided because it is associated with patriarchal
culture embraced by the community. The head of family has an important role in this gender discrimination.;After the war of independence from France (1954 ? 1962), Algeria
experienced a civil war in the 1990s between religion and the government that led
to women becoming victims to restrictions on their activities. Some women did
not accept this situation and did the emancipation, by writing. One of Algerian
feminist writers is Maïssa Bey with her first work, named Au commencement était
la mer. In this novel, Bey describes gender discrimination experienced by
Algerian women in the era as well as the fight against it done by women and men.
Through analysis of the intrinsic unsure which use the structural theory of Roland
Barthes syntagmatic and paradigmatic relations and M. P. Schmitt and Alain
Viala theory of sequences, found three forms of gender discrimination in this
novel, such as stereotypes, marginalization, and subordination. In addition, also
known that men and women could be perpetrators or opposing discrimination.
The resistance to gender discriminations could be criticizing stereotypes as well as
supporting the women emancipation to eliminate marginalization, whereas
subordination still cannot be avoided because it is associated with patriarchal
culture embraced by the community. The head of family has an important role in this gender discrimination.;After the war of independence from France (1954 ? 1962), Algeria
experienced a civil war in the 1990s between religion and the government that led
to women becoming victims to restrictions on their activities. Some women did
not accept this situation and did the emancipation, by writing. One of Algerian
feminist writers is Maïssa Bey with her first work, named Au commencement était
la mer. In this novel, Bey describes gender discrimination experienced by
Algerian women in the era as well as the fight against it done by women and men.
Through analysis of the intrinsic unsure which use the structural theory of Roland
Barthes syntagmatic and paradigmatic relations and M. P. Schmitt and Alain
Viala theory of sequences, found three forms of gender discrimination in this
novel, such as stereotypes, marginalization, and subordination. In addition, also
known that men and women could be perpetrators or opposing discrimination.
The resistance to gender discriminations could be criticizing stereotypes as well as
supporting the women emancipation to eliminate marginalization, whereas
subordination still cannot be avoided because it is associated with patriarchal
culture embraced by the community. The head of family has an important role in this gender discrimination."
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2016
MK-PDF
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Marisa Puspita Sary
"Konseptualisasi gender menyoroti proses konstruksi sosial mengenai kelaki-lakian dan keperempuanan sebagai kategori-kategori yang berlawanan dengan nilai-nilai sosial yang timpang. Adapun yang menjadi tekanan kuat pada teori-teori gender dalam hal ini adalah kekuasaan sosial, konstruksi persamaan dan perbedaan serta isu-isu dominasi Dominasi ini dibentuk, dirembeskan, dan dipertahankan melalui berbagai institusi dan nilai-nilai dalam masyarakat.
Media massa merupakan salah satu institusi yang secara sadar atau tidak turut andil dalam mengukuhkan keyakinan gender yang sudah tertanam di alam bawah sadar perempuan dari seluruh dunia bahwa mereka 'dikodratkan' menjadi ibu rumah tangga, dalam konteks yang lebih luas menjadi obyek yang inferior di hadapan subyek lad-lad yang superior. Melalui media massa, perspektif gender dapat secara efektif diperkenalkan kepada masyarakat mengingat media massa merupakan pembentuk opini publik yang potensial sehingga diharapkan memiliki peran yang besar dalam menyebarluaskan perspektif gender.
Perspektif gender di media massa khususnya di dunia jurnalistik dapat menimbulkan kepekaan gender (gender sensitivity), sehinggga tercipta suatu kesadaran bahwa fakta yang ada pada dasarnya merupakan hasil dari ketidaksetaraan dan keadilan gender yang berkaitan dengan dominasi kekuatan ekonomi-politik dan sosial budaya yang ada dalam masyarakat. Dengan adanya perspektif gender, media massa juga diharapkan dapat menjadi alat yang bermanfaat menjadi sarana untuk membebaskan dan memberdayakan kelompok-kelompok yang marjinal (khususnya perempuan). Berdasarkan permasalahan tersebut, permasalahan yang dikaji pada penelitian ini adalah : " Bagaimanakah frame jumalisme berperspektif gender terhadap pemberitaan isu-isu gender di Kompas dan Sinar Harapan sepanjang tahun 2003" Metode penelitian yang digunakan dalah metode analisis kualitatif, sedangkan perspektif metodologi penelitian ini adalah perspektif konstruktivisme. Sementara itu, metode analisisnya ialah analisis bingkai model Gamson dan Modigliani.
Subyek yang diteliti ialah berita-berita yang menampilkan isu-isu gender di Kompas dan Sinar Harapan sepanjang tahun 2003.Teori yang digunakan dalam penelitian ini ialah ; teori konstruksi atas realitas dari Berger dan Luckmann, teori Hierarcy of Influence dari Shoemaker dan Reese dan teori feminis yang digunakan dalam penelitian ini. Konsep jurnalisme berperspektif gender merupakan pendekatan yang muncul dari kesadaran bahwa perempuan menjadi warga kelas dua yang dalam segala aspek kehidupan tersubordinat. Pendekatan jurnalisme berperspektif gender merupakan pendekatan yang berdasarkan pandangan kritis. Dalam menganalisis teks berita isu-isu gender di Kompas & Sinar Harapan, penulis menggunakan paradigma konstruktivisme dalam rangka mengamati muatan jurnalisme berperspektif gender yang terdapat dalam teks pemberitaan tersebut.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Secara garis besar pemberitaan terhadap isu-isu gender yang ditampilkan Sinar Harapan menunjukkan bahwa untuk mewujudkan keadilan dan kesetaraan gender di berbagai bidang tidak hanya diperlukan intervensi dari aparat hukum dan pemerintah retapi juga penanganan yang serius terhadap pennasalahan yang menimpa kaum perempuan yang menyebabkan dirinya tertindas dan tersubordinasi.
Kompas lebih menekankan adanya problema kesetaraan gender dalam berbagai bentuk bentuk ketidakadilan perlakuan dan kesempatan terhadap perempuan adalah masalah yang kompleks (complicated). Hal ini disebabkan oleh kurangnya kesadaran perempuan sendiri akan hak-haknya, kondisi sosio cultural yang mengedepankan budaya patriarkis, kebiasaan atau adat dalam keluarga, masyarakat dan sistem pendidikan kita yang masih menerapkan pola asuh yang bias gender dan mendikotomikan ruang publik - ruang domestik, serta negara yang turut berperan seperti yang diharapkan.
Secara umum sensifitas gender telah terlihat pada pemberitaan Isu-Isu gender yang terdapat pada Sinar Harapan dan Kompas. Pemberitaan Isu-isu Gender yang ditampilkan Sinar Harapan dan Kompas terlihat sebagai bentuk idealisme dan kesadaran media terhadap fungsinya sebagai media massa, yaitu sebagai fungsi transmisi media yang strategis, karena menunjukkan kekuatan media massa dalam mempengaruhi masyarakat luas. Melalui fungsi ini media dapat menyampaikan ideologi maupun idealismenya, yang dapat mempengaruhi cara berpikir dan pelrilaku masyarakat untuk memiliki kesadaran terhadap pentingnya keadilan dan kesetaraan gender.
Kecenderungan ideologi gender yang dominan mewarnai pemberitaan isu-isu gender di Sinar Harapan dan Kompas untuk isu perempuan di pentas politik ialah ideologi feminisme, untuk isu kekerasan terhadap perempuan adalah feminisme radikal, sedangkan untuk isu perempuan dan pendidikan adalah feminisme liberal. Dari hasil penelitian ini dapat terlihat bahwa pendekatan jurnalisme berperspektif gender dapat dijadikan acuan bagi para akademisi dan praktisi media untuk mendeteksi sensifitas gender media dalam memberitakan isu-isu gender."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2005
T14105
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vien Arina Ridwan
"Latar Belakang: Identifikasi jenis kelamin merupakan langkah awal yang penting dan akan memengaruhi analisis forensik selanjutnya. Pada kasus tertentu, identifikasi jenis kelamin terbatas pada tulang jenazah. Mastoid merupakan bagian tulang yang potensial, didukung dengan dimorfisme seksual tinggi, keutuhan dan simetrisitasnya. Tinggi mastoid konsisten menunjukkan nilai akurasi diskriminasi jenis kelamin yang cukup tinggi. Kombinasinya dengan parameter osteometrik lainnya meningkatkan akurasi hingga 85%. Di Indonesia, penelitian radiologis mengenai estimasi jenis kelamin berdasarkan parameter mastoid masih terbatas, sehingga diperlukan penelitian awal yang dapat mendukung penelitian pada cakupan yang lebih mendalam. Tujuan: Menilai perbandingan rerata pengukuran parameter osteometrik mastoid antara jenis kelamin, serta menentukan akurasi dan model prediksi estimasi jenis kelamin. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian perbandingan potong lintang, menggunakan data sekunder antemortem parameter osteometrik mastoid dari CT scan multiplanar. Tinggi mastoid sejati dan konvensional, diameter oblik dan sagital, serta volume mastoid diukur pada mastoid kanan dan kiri subjek. Jumlah subjek sebanyak masing-masing 105 perempuan dan laki-laki. Analisis komparatif dan penentuan titik potong dengan kurva ROC untuk menentukan akurasi (batas kemaknaan statistik alpha 5%). Model prediksi diperoleh dengan analisis regresi logistik. Hasil: Didapatkan perbedaan bermakna pada seluruh parameter mastoid antara laki-laki dan perempuan (p 0,000). Nilai AUC pada seluruh parameter mastoid berkisar antara 91,1%-96,5% dengan akurasi dalam estimasi jenis kelamin laki-laki berkisar antara 87%-93%. Estimasi jenis kelamin laki-laki menggunakaan kombinasi tinggi mastoid sejati dan konvensional, serta volume mastoid tertinggi dapat mencapai probabilitas sebesar 97%. Kesimpulan: Parameter osteometrik mastoid antara jenis kelamin menunjukkan perbedaan yang signifikan dan akurasi yang tinggi untuk estimasi jenis kelamin.

Background: Gender identification is an initial and essential step for further forensic analysis. In certain cases, gender identification is often restricted to skeletal remains. Mastoid process is potential skeletal remains for gender estimation, considering its sexual dimorphism, strength, and symmetry. Mastoid height demonstrates consistent high accuracy in gender discrimination. Combinated with other mastoid parameters enhances its accuracy for up to 85%. In Indonesia, radiological research on gender estimation using these parameters is limited, requiring initial study to support deeper research scope. Objective: To compare mastoid osteometric parameter measurements between gender, to assess its accuracy and prediction model for gender estimation. Methods: This study was a cross-sectional comparative study using secondary antemortem measurements of mastoid osteometric parameters from multiplanar CT scan, which included bilateral true and conventional mastoid height, oblique and sagittal diameter, and mastoid volume measurements. Measurement datas from 105 male and female subject were analyzed. Comparative analysis and cut-off point were determined using ROC curve analysis to obtain accuracy. Statistical significance threshold used was alpha 5%. Prediction model was obtained from logistic regression analysis. Results: All mastoid osteometric parameters showed significant differences between gender (p 0,000). AUC value from all parameters ranged from 91,1% to 96,5%, with accuracy for male gender estimastion ranged from 87% to 93%. Combination of true and conventional mastoid height, and mastoid volume offered probability of male estimation for up to 97%. Conclusion: Mastoid osteometric parameters in each gender group demonstrated statistically significant differences and highly accurate for gender estimation."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>