Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 185573 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Yarra Rania Nurul Iman
"Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis keberadaan wacana heteronormatif manga boys’ love (BL) dan bagaimana wacana tersebut memengaruhi popularitas BL di Indonesia. Penulis menggabungkan metode model analisis femininitas dan maskulinitas oleh Zhou, et al. (2018), analisis teks, dan interpretasi komposisi visual oleh Rose (2001) untuk menganalisis keberadaan wacana heteronormatif dalam manga Dakaretai Otoko 1-i ni Odosarete Imasu dan metode analisis tematis oleh Clarke dan Braun (2013) untuk menganalisis tanggapan pembaca BL Indonesia di Twitter. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Dakaretai Otoko 1-i ni Odosarete Imasu merupakan BL dengan wacana heteronormatif dan pembaca BL Indonesia di Twitter juga lebih sering mengungkit aspek heteronormatif manga tersebut. Preferensi pembaca BL Indonesia yang memilih manga BL dengan karakter heteronormatif dapat dibaca sebagai bukti kuatnya internalisasi norma-norma heteronormatif di Indonesia yang didukung oleh nilai-nilai agama dan sosial.

This research discusses the existence of heteronormative themes in boys’ love (BL) manga and determines how they affect the popularity of BL in Indonesia. This research combines Zhou, et al. (2018)’s femininity and masculinity model, text analysis method, and compositional interpretation method by Rose (2001) to analyse the heteronormative themes in Dakaretai Otoko 1-i ni Odosarete Imasu and thematic analysis method to examine Indonesian BL readers’ comments on Twitter. Results have shown that Dakaretai Otoko 1-i ni Odosarete Imasu indeed has heteronormative themes and the comments on Twitter are mostly focused on heteronormative aspects of the manga. Indonesian BL readers’ tendency to prefer BL mangas with heteronormative themes can be seen as an evidence of the strong internalisation of heteronormative norms in Indonesia, which is also supported by the religious and social values."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
"This article discusses fan community of the boys love (BL) manga among young women in Indonesia. BL manga tells a romance between fellow men. It is a sub genre of shojo manga, the manga for girls and women readers in Japan. Both in Japan and outside Japan, the development of BL manga receives much attention from many researchers and observers of Japanese study. Using cultural-study perspective, they examine the phenomenon of BL manga and fujoshi community formed by BL construction of gender identity using a cultural-study perspective and gender performativity concepts by Judith Butler. By using its concepts we can see why and how the Indonesian female teens construct their gender identity through fandom of BL manga."
LINCUL 6:2 (2012)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Ruth Ulina
"Manga boys love (BL) merupakan salah satu budaya pop Jepang yang telah mendunia, berfokus pada kisah hubungan romantis antara laki-laki yang menghadirkan sejumlah tokoh-tokoh homoseksual dengan spektrum identitas gender yang beragam. Penelitian ini menganalisa proses “konstruksi identitas gender” tersebut, khususnya melalui tokoh Karasuma dalam manga BL bergenre omegaverse dengan judul Kurui Naku no wa Boku no Ban karya Kusabi Keri. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analisis dengan Queer Theory dari Judith Butler, didukung oleh konsep gender performativity dan gender identity sebagai pilar utama teori tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Karasuma sebagai seorang tokoh omega, awalnya digambarkan sebagai seorang “laki-laki” dengan identitas gender feminin, lemah, dan inferior sehingga kerap mengalami diskriminasi dan perlakuan tidak senonoh oleh kelompok alpha, kelompok laki-laki dengan identitas gender maskulin, dominan, kuat, dan superior. Namun Karasuma berusaha mengubah identitas gender feminin yang dilekatkan padanya, dengan mendobrak norma dan relasi gender tradisional yang berlaku melalui berbagai perlawanan dan strategi, atau “gender performativity”—mengikuti terminologi Butler—hingga berhasil mengonstruksi identitas gendernya sendiri, dan melahirkan identitas gender yang baru, yang disebut oleh Butler sebagai “identitas gender ketiga” atau masculine female. Sebagai genre narasi yang diproduksi dan dinikmati perempuan, Kurui Naku no wa Boku no Ban pun menjadi salah satu wacana baru yang mendekonstruksi gagasan heteronormativitas dalam masyarakat Jepang.

Boys Love manga (BL) is a worldwide Japanese pop culture, focusing on the story of romantic relationships between men which presents homosexual figures with diverse set of gender identities. This study analyzes the process of "construction of gender identity", specifically through the character Karasuma in the BL omegaverse manga titled Kurui Naku no wa Boku no Ban by Kusabi Keri. This research uses descriptive analysis method in Judith Butler’s Queer Theory and is supported by the concept of gender performativity and gender identity. This research finds that Karasuma as an omega figure, was initially described as a male with feminine, weak, and inferior gender identity, as a result, he often experiences discrimination and indecent treatment by alpha characters or men with masculine, dominant, strong, and superior traits. However, Karasuma tried to change the feminine gender identity attached to him, by opposing traditional gender norms and relations through various resistances and strategies, or "gender performativity"—following Butler's terminology—to succeed in constructing his own gender identity, and thereby generate a new gender identity that is what Butler calls "third gender identity" or masculine female. As a narrative genre that is produced and enjoyed by women, Kurui Naku no wa Boku no Ban has become a new discourse that deconstructs the idea of heteronormativity in Japanese society."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2020
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Fatia Nurizky
"Manga sebagai salah satu bagian dari kebudayaan populer Jepang memiliki satu genre yang unik yaitu Boys Love (BL). Genre ini berfokus kepada romansa yang terjadi di antara dua orang laki-laki homoseksual. Penelitian ini menggunakan teori wacana dan menggunakan metode semiotika untuk mengkaji tanda-tanda yang terdapat di dalam manga Boys Love. Tanda-tanda tersebut melingkupi apa yang menggambarkan anti-heteronormativitas dan anti-hegemoni maskulinitas dalam masyarakat Jepang. Melalui kajian tanda dalam manga tersebut, diharapkan perlawanan-perlawanan terhadap wacana heteronormativitas dan hegemoni maskulinitas dapat dilihat dan diteliti secara mendalam.

Manga as one aspect of Japanese Popular Culture has one unique genre called Boys Love (BL). This genre focuses on romance between homosexual men. This research uses discourse theory and semiotic method to decipher the signs contained in Boys Love manga. Those signs includes the depictions of anti-heteronormativity and anti-hegemonic masculinity in Japanese society. Through the sign deciphering, it is expected that the oppositions against heteronormativity and hegemonic masculinity can be seen and researched thoroughly."
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2016
T45073
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aryayoga Harjuno Ananda
"Dalam perjalanan kesusastraan Indonesia, tema seksualitas dan LGBTQ+ baru muncul pada tahun 2004 dengan diterbitkannya novel Cermin Merah karya Nano Riantiarno. Tema tersebut dapat dikatakan sebagai tema baru, jika mengingat masyarakat Indonesia yang masih memegang prinsip bahwa hubungan seksual antara laki-laki dan perempuan adalah sebuah kodrat manusia yang harus dijalankan. Itulah prinsip yang disebut heteronormativitas. Dominannya prinsip heteronormativitas ini pun kemudian ditunjukkan di dalam karya sastra, salah satunya dalam novel Cermin Merah. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan bagaimana gambaran pandangan heteronormatif terhadap tokoh LGBTQ+ di dalam novel tersebut. Penelitian ini menggunakan metode deskripsi kualitiatif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa masyarakat dengan prinsip heteronormatif dalam novel ini menganggap bahwa hubungan heteroseksual sebagai sebuah kemutlakan yang didukung oleh norma-norma yang berlaku (sosial, budaya, dan agama) serta dengan mendasarinya pada faktor reproduksi manusia. Oleh sebab itu, masyarakat dalam novel Cermin Merah menolak penyimpangan orientasi seksual yang dilakukan oleh tokoh Arsena beserta tokoh-tokoh lainnya karena dianggap berbeda dan melanggar norma yang berlaku. Penolakan tersebut kemudian berujung pada tindakan diskriminatif terhadap tokoh LGBTQ+, khususnya tokoh Arsena, Edu, dan Anto. Seiring perkembangan zaman, orientasi seksual manusia pun semakin berkembang sehingga perlu ada keterbukaan dalam menghadapi persoalan tersebut.

Throughout the history of Indonesian literature, sexuality and LGBTQ+ related themes begun to appear in 2004 with the release of Nano Riantiarno’s Cermin Merah. These two themes are relatively new in Indonesia, considering that Indonesian people still holds a principle which believes that sexual relationship between men and women is human nature that must be upholded. That principle is called heteronormativity. The domineering presence of this principle is later shown in literature works, one of which is in Cermin Merah. This research is aimed to explain how heteronormative view towards LGBTQ+ characters is represented in said novel. This research is made using descriptive-qualitative method. Results showed that heteronormative people in this novel treated heterosexual relationship as something absolute supported by the norms that applied in their society (social, cultural, and religion) as well as the human reproductive factor. Therefore, the people in Cermin Merah completely neglected Arsena and the other characters’ sexual deviance because it violated their norms. Their rejection led to discriminative actions towards LGBTQ+ characters in this novel, specifically Arsena, Edu, and Anto. As time goes by, human’s sexual orientation keeps on growing which is why there needs to be an openness in order to deal with its presences."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2022
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Yusak Novanto
"ABSTRAK
Menurut Bowlby (dalam Sperling & Herman, 1994), attachment atau kelekatan emosional yang teijadi antara anak/bayi dan figur pengasuh utamanya akan berpengaruh pada kehidupan seorang mulai dari lahir sampai ke Hang kubur. Perilaku attachment masa kanak - kanak tadi akan direfleksikan dalam hubungan cinta seseoiang dengan pasangannya ketika ia meraasuki usia dewasa ffluda. Setiap orang akan mengembangkan pola adult attachment yang berbeda berdasarkan kombinasi tertentu dari dimensi avoidance dan anxiety yang melandasinya.
Salah satu teori tentang cinta, yaitu teori segitiga cinta Stemberg (1988) mengemukafcan bahwa cinta merupakan gabungan dari komponen intimacy, passion, dan commitment. Topik ini menarik dan layak untuk diteliti fcarena attachment dan cinta ini akan berpenganA pada bidang-bidang kehidupan liianusia yang lainnya. (baik pengaitih negatif maupun positif), sefflentata itu di Indonesia, penelitian semacam ini belum banyak dilakukan. Oleh karena itu, dalam penelitian ini akan dicoba untuk menyelidiki pengaruh dimensi - dimensi adult attachment terhadap komponen - komponen cinta.
Metode Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adatah metode korelasional yang berusaha melihat hubungan yang terjadi di antara variabe! - variabel penelitian. Sedangkan tehnik utama yang digunakan adatah analisis regresi ganda dan korelasi produk momen Pearson, serta uji beda means dengan t test. Dimensi avoidance dan anxiety adult attachment diufcur dengall menggunakan skala ECR {Experiences in Close Relationships) yang disusun oleh Brennan dkk (1998). Skala ini terdiri dari dua subskala berbentuk skala Likert 1-7 yang masing - masing terdiri atas 18 item pemyataan yang mengukur dimensi yang berbeda.
Sedangkan untuk komponen cinta, alat ukumya adaiah skala segitiga cinta Stemberg (1988) yang l^rtjifi dari tiga subskala berbentuk skala Likert 1-7 yang rrtasing - masirig terdiri dari 15 item peitiyataan yang mengufcur kompoiien - komponen cinta yang berbeda.
Subyek penelitian adalah mahasiswa usia dewasa muda di Universitas Indonesia (84 orang) dengan pertimbangan bahwa pada usia inilah manusia mulai mengembangkan hubungan cinta dengan lawan jenisnya sehingga usia ini sangat sesuai untuk menjadi subyek penelitian. Tehnik pengambilan sampel yang digunakan adalah accidental sampling.
Hasii penelitian ini menunjukkan adanya koretasi yang signifikan antara dimensi avoidance adult attachment dengan ketiga komponen cinta intimacy, passion, dan commitment. Korelasi yang teijadi cukup besar (korelasi lebih dari 0,3) dengan hubungan yang berlawanan arah. Ditemukan juga korelasi yang signifikan antara dimensi anxiety adult attachment dengan komponen cinta passion. Secara umum dapat dikatakan kedua dimensi itu berpenganih terhadap ketiga komponen cinta, namun secara statistik, pengaruh yang signifikan hanya dimiliki oleh dimensi avoidance saja.Kedua dimensi itu memberifcan fcontribusi rata - rata sebesar 33 % kepada komponen - komponen cinta.
Hasil tambahan yang lainnya adalah tidak ditemukan adanya perbedaan antara responden pria dan wanita pada dimensi adult attachment dan komponen - komponen cinta. Kemudian ditemukan juga bahwa lama hubungan cinta saat ini temyata mempunyai hubungan yang positif dengan komponen intimacy dan commitment.
Saran praktis dari penelitian ini adalah ketika seseorang mulai menjalin cinta dengan pasangannya, ada baiknya jika ia mengetahui pola adult attachment yang dimilikinya serfa komponen - komponen cinta dengan tujuan jika terjadi sesuatu yang kurang memuaskan dalam hubungan cinta, ia dapat mengusahakan bebempa langkah yang hams ditempuh agar hubungan dapat beqalan langgeng. Misalnya, meningkatkan komponen intimacy dengan melakukan perjalanan bersama dan saling terbuka satu sama Iain, atau meningkatkan komponen commitment dengan cara mempertahankan hubungan meskipun ada hflrangf^Tt yang mencoba mengganggu hubungan cinta tersebut.
Saran metodologis dari penelitian ini adalah ditambahnya jumtah sampel penelitian dan dilakukan penganekaragaman karakteristik subyek sehingga hasil yang dicapai lebih kaya. Saran yang lain adalah ditambahkannya alat ukur dengan metode yang Iain (wawancara, eksperimen, observasi) supaya dapat dilakukan validasi silang untuk meningkatkan keakuratan pengukuran dan kemantapan konstruk yang diukur."
2001
S2838
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Devanda Ghoziandi
"From the perspective of the predominantly heterosexual society, giving a tribute to the LGBTQ+ community in performance can be considered an act of respect. However, such an act can be counterproductive to the LGBTQ+ community. To build a case in seeing the root of the problem, this thesis examines Taylor Swift’s music video and song “You Need to Calm Down,” which was purposely made for her advocacy for LGBTQ+ people. It is argued that the music video does not depict LGBTQ+ people in the most realistic way as it prolongs or extends the harmful stereotypes of LGBTQ+ people, and the gender performances that are acted out or played in the music video do not conform to the gender performativity concept that has become the ground of LGBTQ+ rights. Additionally, the said gender performances are also considered unfavorable as they compare the struggle of LGBTQ+ people to a personal problem that shows a heteronormative bias. Using the analysis of cinematic devices as a method, it is concluded that Swift’s advocacy for LGBTQ+ people has its complexity that falls on heteronormative bias, problematic gender performativity, and unfavorable stereotypes.

Dari perspektif masyarakat yang didominasi heteroseksual, melibatkan komunitas LGBTQ+ dalam karya seni dapat dianggap sebagai tindakan penghormatan. Namun, tindakan semacam itu dapat menjadi kontraproduktif bagi komunitas LGBTQ+. Untuk melihat akar masalahnya, penelitian ini mengkaji video musik dan lagu Taylor Swift “You Need To Calm Down”, yang sengaja dibuat sebagai wujud pembelaannya terhadap komunitas LGBTQ+. Beberapa argumen mengatakan video music tersebut tidak menggambarkan komunitas LGBTQ+ dengan cara yang paling realistis karena memperpanjang atau memperluas stereotip negatif dari orang-orang LGBTQ+, dan pertunjukan gender yang diperankan atau dimainkan dalam video musik tidak sesuai dengan konsep performativitas gender yang menjadi landasan hak-hak LGBTQ+. Selain itu, pertunjukan gender tersebut juga dinilai kurang baik karena membandingkan perjuangan komunitas LGBTQ+ dengan masalah pribadi yang menunjukkan bias heteronormatif. Dengan menggunakan metode analisis perangkat sinematik, disimpulkan bahwa advokasi Swift untuk komunitas LGBTQ+ memiliki kompleksitas yang terjerumus pada bias heteronormatif, performativitas gender yang bermasalah, dan stereotip yang tidak menguntungkan."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Mauluna Salsabila
"Konsep bahasa cinta menguraikan bagaimana kita mengekspresikan cinta dan memperoleh perasaan dicintai melalui lima bahasa cinta utama yaitu: word of affirmation, quality time, act of service, receiving gift, dan physical touch. Mengenali perbedaan dalam bahasa cinta dapat berdampak signifikan pada keberhasilan suatu hubungan romantis karena dapat memenuhi kebutuhan emosional pasangan dengan tepat. Sementara itu, tingkat kebutuhan emosional seseorang untuk dicintai berasal dari pola kelekatan di masa kecil. Eksplorasi dari kemungkinan hubungan keduanya berkontribusi pada pemahaman hubungan romantis dan dapat meningkatkan kemampuan untuk menavigasi hubungan intim. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengeksplorasi hubungan antara pola kelekatan dan bahasa cinta dewasa awal di Indonesia. 142 peserta yang pernah atau sedang berada dalam hubungan romantis dengan rentang usia 18-25 tahun dan tinggal di Indonesia (N=142) mengikuti penelitian ini. Pola kelekatan diukur menggunakan Experienced in Close Relationships-Revised (ECR-R) dan bahasa cinta diukur menggunakan Five Love Languages Scale (FLLS). Pada penelitian ini ditemukan hubungan yang signifikan antara pola kelekatan dan bahasa cinta sehingga hipotesis penelitian terbukti dan dapat diterima. Penelitian ini dapat digunakan sebagai preliminary study dalam menyelidiki dinamika hubungan antara pola kelekatan dan bahasa cinta.

One aspect of romantic relationships that is currently becoming a topic of conversation is the concept of love languages introduced by Chapman. His theory outlines how we express love and get the feeling of being loved through five main love languages: word of affirmation, quality time, act of service, receiving gifts, and physical touch. Recognizing the differences in love languages can significantly impact the success of a relationship because it can properly address the emotional needs of a partner. Meanwhile, the level of one's emotional need to be loved comes from attachment patterns in childhood. Further exploration of the two's possible relationships contributes to a more comprehensive understanding of romantic love and ultimately enhances our ability to navigate intimate relationships. This research aims to explore the relationship between love language and attachment style. 142 participants who had or were in a romantic relationship aged 18-25 years and lived in Indonesia (N=142) participated in this study. Attachment styles were measured using Experienced in Close Relationships-Revised (ECR-R) and love language was measured using the Five Love Languages Scale (FLLS). In this study, a significant relationship was found between attachment patterns and love language so that the research hypothesis was proven and accepted. This research can be used as a preliminary study in investigating the dynamics of the relationship between attachment patterns and love language."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Boys are in a crisis-boys in treatment and boys next door. Practitioners need to know more about research that helps to elucidate this crisis of boyhood as well as new clinical insights, derived from a modern rethinking of boyhood."
150 PPS 37 (2-3) 2006
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Geneva: World Health Organization, 2000
613.04233 WOR w
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>