Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 150228 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nabilla Nur Hanifah
"Kebebasan dan ketubuhan merupakan dua hal yang saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya. Ketubuhan dapat dimaknai sebagai sebuah keberadaan eksistensial seperti yang tertuang di dalam novel Un Pays Pour Mourir (2015) karya Abdellah Taïa. Novel ini menceritakan tentang kehidupan tokoh utama yang bernama Zahira, seorang perempuan Maghribi yang bermigrasi ke Paris bersama dengan teman-temannya yang sama-sama berprofesi sebagai pelacur. Hal yang ingin dipaparkan melalui artikel ini adalah bagaimana setiap tokoh menggunakan tubuh mereka untuk mendapatkan kebebasannya sehingga mereka sadar atas eksistensi dirinya dan pada akhirnya dapat menempatkan dirinya sebagai subjek di dunianya. Berdasarkan metode kualitatif, ditemukan bahwa unsur ketubuhan menjadi penggerak fungsi utama di dalam novel ini sekaligus hambatan utama yang dihadapi oleh para tokoh baik dari lingkungan keluarga maupun lingkungan sosialnya. Melalui konsep kebebasan dan ketubuhan yang dihadirkan oleh penulis, timbul kesadaran mengenai kebebasan yang mereka miliki atas tubuhnya sehingga masing-masing tokoh akan memahami eksistensinya melalui tubuh yang mereka miliki. Tubuh yang dimiliki oleh seseorang seringkali dijadikan sebagai alat untuk mendapatkan kebebasan tersebut, baik untuk untuk tetap bertahan hidup dan menikmati kebebasan di dunia, atau dengan mematikan tubuhnya sehingga mendapatkan kebebasan yang abadi atau kematian.

Freedom and body are two things that are related to one another. The body can be interpreted as an existential being as stated in the novel Un Pays Pour Mourir (2015) by Abdellah Taïa. This novel tells about the life of the main character Zahira, a Maghreb woman who migrated to Paris with her friends and worked as prostitutes. This article discusses how each character uses their bodies to get their freedom so that they are aware of their existence and can finally place themselves as subjects in their world. Based on the qualitative method, it was found that the physical element becomes the main issue in this novel as well as the main obstacle faced by the characters both from the family and society. Through the concepts of freedom and body presented by the author, awareness arises about the freedom they have over their bodies so that each character will understand their existence through the bodies they have. A person's body is often used as a tool to get that freedom, either to survive and enjoy freedom in the world, or by turning his body off to get eternal freedom or death."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Dita Amelinda
"Artikel ini membahas representasi imigran perempuan Maghribi dalam novel Un pays pour mourir (2015) karya Abdellah Taïa yang termasuk dalam kesusastraan Frankofon. Taïa menghadirkan tokoh-tokoh yang terpinggirkan oleh masyarakat, khususnya imigran perempuan Maghribi dengan status sebagai pelacur. Penelitian ini berangkat dari kondisi double absence imigran perempuan Maghribi di bawah dominasi Pemerintah Prancis yang dihasilkan dari dua ketidakhadiran ganda: dari negara asal dan dari negara tujuan. Dengan metode deskriptif kualitatif, makalah ini menggunakan kajian naratif Roland Barthes. Kajian naratif selanjutnya akan dibaca dengan menggunakan teori representasi Stuart Hall, konsep Sayad tentang double absence dan teori feminisme Beauvoir. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana perempuan imigran Maghribi dibawa kembali ke karya sastra yang didominasi budaya patriarki. Hasil analisis menunjukkan bahwa perempuan Maghribi imigran direpresentasikan sebagai liyan atau the other yang sengsara akibat dua permasalahan sosial, yakni dominasi patriarki sebagai deuxième sexe dan double absence sebagai imigran. Selain itu, imigran perempuan Maghribi mengalami dilema eksistensial dengan terus-menerus berada dalam ketidakpastian sehingga mereka rela menjadi objek seks demi motif ekonomi. Ketidakpastian hidup mengakibatkan imigran perempuan Maghribi imigran menjadikan fantasi sebagai jalan keluar dari kepahitan realita.

This article discusses the representation of Maghrebian women immigrants in Abdellah Taïa's novel Un pays pour mourir (2015), a francophone literature novel. Taïa presents characters who are marginalized by society, specifically Maghrebian women immigrants with their status as prostitutes. This research departs from the condition of feeling “absent” of the immigrant Maghrebian women under French domination which appears to be twofold: from the country of origin and from the country of destination. With a descriptive qualitative method, this paper uses a narrative study from Roland Barthes. The narrative study will then be analyzed using Stuart Hall's representation theory, Sayad's concept of double absence and Beauvoir's theory of feminism. This study aims to find out how Maghreb immigrant women in the midst of patriarchal culture are brought back to literary works. The results of the analysis show that immigrant Maghrebian women is represented as the other who is oppressed by two social problems, patriarchal domination by being the second sex and double absence condition as immigrants. In addition, Maghrebian women immigrants experience existential dilemma of constantly being in the state of uncertainty that they are willing to prostitute themselves for economic motives. The uncertainty of life resulted in Maghrebian women immigrants to capture fantasy as an escape from reality."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2021
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Arief Budiman, contributor
Jakarta: Pustaka Alvabet, 2005
323.4 Bud K
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Taqi Misbah Yazdi
Jakarta: Al-Huda, 2006
123.5 MUH f
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Potter, David M.
California: Stanford University Press, 1976
323.4 POT f
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
New York: Department Of social Affairs, 1950
323.44 Uni f
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Dewey, John
Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1998
306 DEW ft
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Alya Zahra
"ABSTRAK
Beberapa dekade terakhir, teknologi terus berkembang pesat. Dapat dikatakan bahwa semakin canggihnya perangkat, platform, dan aplikasi sebagai bagian dari teknologi telah memengaruhi cara berkomunikasi antar manusia, sebagaimana dikatakan oleh Marshall McLuhan di dalam Teori Determinisme Teknologi. Namun, meningkatnya akses internet dan teknologi informasi membuat orang semakin mudah mendapatkan informasi dan berpendapat secara bebas di depan umum tentang apa yang mereka pikirkan. Besarnya penetrasi internet di Indonesia membuat kasus perundungan siber di media sosial semakin marak terjadi. Tidak hanya masyarakat biasa, selebriti juga rentan menjadi korban perundungan siber. Di era digital ini, InsertLive muncul sebagai akun gosip seputar informasi selebriti dengan 797 ribu pengikut di Instagram. Namun, perkembangan teknologi ini telah memengaruhi cara pengguna media sosial bertindak dan mengekspresikan pendapatnya secara bebas melalui akun InsertLive yang telah mengarah kepada perundungan siber. Akun gosip seperti InsertLive kerap mengunggah foto dan merangkai judul serta caption yang mengandung unsur penghinaan, merendahkan martabat manusia, dan penggiringan opini sehingga mendorong netizen untuk memperolok melalui kolom komentar. Ucapan menghina yang dimaknai sebagai bagian dari hak atas kebebasan berpendapat merupakan kekeliruan yang menjadi sebuah paradoks di media siber.

ABSTRACT
The last few decades, technology continues to develop rapidly. It can be said that the increasingly sophisticated devices, platforms, and applications as part of technology has influenced the way of communication between people, as Marshall McLuhan said in the Theory of Technological Determinism. However, increasing internet access and information technology makes it easier for people to get information and freely express their opinions in public about what they think. The large internet penetration in Indonesia has made cyber bullying cases on social media more widespread. Not only ordinary people, celebrities are also vulnerable to becoming victims of cyber bullying. In this digital age, InsertLive emerged as a gossip account about celebrity information with 797 thousand followers on Instagram. However, the development of technology has influenced the way social media users act and express their opinions freely through an InsertLive account that has led to cyber bullying. Gossip accounts like InsertLive often upload photos and arrange titles and captions that contain elements of humiliation, degradation, and lead opinions so that they drive netizens to mock through comments. Humiliation which are interpreted as part of the right to freedom of speech is a fallacy that became a paradox in cyber media."
2019
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Nibras Nada Nailufar
"ABSTRAK
Kebebasan selalu menjadi isu penting bagi pers di Indonesia, bahkan setelah pasca reformasi di mana demokratisasi berlangsung di segala lini kehidupan. Ancaman sensor oleh pemerintah yang sebelumnya menjadi momok bagi jurnalisme, kini diganti oleh konglomerasi dan konvergensi yang dikhawatirkan mengancam kebebasan pers. Artikel ini merupakan review terhadap dua penelitian yang berfokus pada hal tersebut. Penelitian pertama oleh Anett Keller pada 2004 melihat bagaimana kepemilikan sangat berpengaruh terhadap otonomi redaksi. Sepuluh tahun setelah itu Ross Tapsell juga menyorot kebebasan pers di era konvergensi yang sarat dengan konglomerasi, dan bagaimana teknologi merupakan masalah sekaligus jawaban dari kekhawatiran tentang kebebasan pers. Meskipun berangkat dengan fokus yang berbeda, kedua penelitian berhasil memetakan ancaman dan potensi bagi kebebasan pers Indonesia yang terus bergejolak.

ABSTRACT
Freedom of the press has always been a critical issue in the industry, moreover in the post-reform era where democratization is happening on every aspect. The government?s censor that previously being the main problem for journalism, now shift towards conglomeration and convergence that raise concern to freedom of the press. This article is a review to two researches that focus on that issue. The first is Anett Keller?s 2004 research that examine how ownership is significantly affecting newsroom autonomy. After ten years Ross Tapsell also aims to further examine freedom of the press in the convergence era, and how technology works as both threat and solution to freedom of the press. Although focuses differently, both research successfully map the threats and possibilities to Indonesia?s freedom of the press that is an ongoing process."
2016
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1971
S2336
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>