Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2237 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nola Arianty Gatardi
"Sebuah sinema elektronik atau yang lebih dikenal dengan singkatan sinetron, memiliki beragam jenis cerita yang ditayangkan oleh stasiun televisi. Sinetron pun menjadi salah satu jenis tayangan yang paling sering disaksikan oleh masyarakat. Tanpa disadari oleh penontonnya, bagaimana cerita dalam sinetron berkembang dan dieksekusi dapat dianalisis dengan teori realisme dan naturalisme. Karena dekat dengan masyarakat, dua teori tersebut mampu mengevaluasi apakah cerita dan penampilan pemain menunjukkan hal-hal yang memang realistis dan natural. Menurut hasil peneliti, sinetron religi bertajuk “Buku Harian Nayla” ini masuk kedalam kategori realisme, karena sesuai dengan kenyataan. Dalam analisis kritis ini, sinetron “Buku Harian Nayla” tidak mengikuti gaya atau format sinetron religi di Indonesia pada umumnya.

An electronic cinema or better known as soap operas, has various types of stories that are shown on television stations. Soap operas are one of the shows that are often watched by the public. Without being realized by the public that soap operas can be analyzed through the theory of realism and naturalism. These two theories are able to evaluate how the story and the appearances of the players in showing things that are realistic and natural. According to the results of the researchers, the religious soap opera titled "Nayla's Diary" is included in the category of realism, because it is in accordance with reality. In this critical analysis, the soap opera "Nayla's Diary" does not follow the style or format of religious soap operas in Indonesia in general."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2021
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Theresia Widiningtyas
"Televisi telah menjadi pusat interaksi keluarga sehari-hari. Sementara itu munculnya televisi swasta di Indonesia mendorong maraknya tayangan sinetron di layar televisi. Mayoritas
pemirsa Indonesia adalah keluarga. Karena itu para pembuat program juga banyak menampilkan Jatar kehidupan keluarga dalam sinetron agar pemirsa dapat mengidentifikasikan dirinya sendiri
dengan tokoh-tokoh yang ada dalam sinetron tersebut. Namun yang diangkat sebagai tema cerita seringkali menampilkan ketimpangan relasi dalam keluarga. Di lain pihak, dalam masyarakat Indonesia konsep keluarga itu sendiri ternyata juga banyak mempengaruhi sektor
publik seperti sekolah, tempat kerja bahkan negara.
Konsep keluarga dan kekeluargaan yang dimiliki bangsa Indonesia secara tidak langsung ikut membentuk budaya politik Orde Baru yang tidak demokratis serta. penuh kolusi, korupsi dan nepotisme. Dominannya figur orangtua, terutama ayah merupakan faktor yang
mempengaruhi pemaknaan relasi antaranggota dalam keluarga Indonesia, dan akhirnya pada relasi antarelemen dalam sektor publik seperti Sekolah, tempat kerja maupun negara. Dominasi ayah atau suami rnerupakan penjelmaan ideologi patriarki dalam keluarga.
Kalangan feminis liberal berpandangan bahwa patriarki muncul karena adanya perbedaan biologis antara laki-laki dan perempuan. Sementara itu kaum feminis· Marxis melihat patriarki dilahirkan oleh masyar:akat yang kapitalistik. Kaum feminis radikal lebih melihat patriarki muncul akibat penguasaan kaum laki-laki terhadap seksuali s dan kemampuan reproduksi perempuan.
Sedangkan kaum feminis sosialis berpandangan batiwa patriarki muncul dari sebuah proses historis dalam masyarakat Menurut mereka, patriarki dan kapitalisme merupakan dua fenomena
sosial yang berbeda dan jika keduanya berkembang akan menindas perempuan lebih buruk lagi.
Kembali lagi pada wajah keluarga yang ditampilkan di layar televisi. Pada saat TVRI masih menjadi satu-satunya televisi yang bersiaran di Indonesia, keluarga ditampilkan sesuai dengan ideologi penguasa. Keluarga yang ditampilkan di layar TVRI diposisikan sebagai
keluarga 'ideal' Indonesia yang selalu menjunjung nilai stabilitas dan harmoni, di bawah kepemimpinan ayah sebagai tokoh bijaksana dan 'tahu-segala'. Wajah keluarga yang ditampilkan
di layar televisi berubah saat televisi swasta diperbolehkan bersiaran di Indonesia. Kepentingan ekonomi dan perhitungan bisnis mempengaruhi pengelola televisi swasta dalam menentukan
program-programnya. Karena tema perselingkuhan dan kekerasan dalam keluarga ternyata mendapat tempat di hati pemirsa - dibuktikan dengan angka rating - maka tayangan-tayangan dengan tema tersebutlah yang dipertahankan. Selain dipengaruhi oleh rutinitas dan organisasi
media, teks media yang dihasilkan juga dipengaruhi oleh faktor individu, ideologi yang dimilliki masyarakat serta institusi lainnya seperti negara.
Penelitian ini mengambil tiga episode serial drama Keluarga Cemara sebagai kasus yang akan dianalisis. Metode analisis pad a tingkat analisis teks menggunakan semiotika. T eknik ini
dipilih penulis karena dapat melihat tanda-tanda simbolis di luar bahasa tertulis, dalam hal ini citra visual yang menjadi karakteristik program televisi. Tanda-tanda simbolis tersebut dapat
menunjukkan relasi antaranggota keluarga yang digambar1
analisis wacana kritis. Analisis intertekstualitas dilakukan untuk melihat adanya kesamaan ideologis dari pembuat teks yang sama dan dari program televisi lainnya yang mengangkat tema
keluarga. Hasil analisis menunjukkan adanya Qengaruh ideologi patriarki dalam representasi keluarga. Hal ini ditunjukkan lewat karakter tokoti-tokoh utamanya. Laki-laki sebagai ayah dan
suami ditampilkan sebagai figur yang dominan, pengambil keputusan utama dalam keluarga.
Ayah dan dan suami ditampilkan dalam fungsi produksi, yaitu rnenjadi pencari nafkah utama
dalam keluarga. Sedangkan perempuan ditampilkan sesuai dengan 'kodraf -nya yang
dikonstruksi oleh masyarakat, yaitu menjadi istri dan ibu. Analisis pada tingkat praktik wacana
menjelaskan kaitan antara fa of individu pembuat teks, dalam hal ini Arswendo Atrnowiloto,
dengan keluarga patriar1
tingkat ini juga menunjukkan adanya pengaruh kapitalisme pada kebijakan RCTI dalam
menayangkan program-programnya. Konteks historis dalam penelitian ini tampak pada analisis
praktik sosial-budaya. Hasil analisis pada tingkat ini menunjukkan situasi sosial-budaya
masyarakat Indonesia pada kurun waktu yang berbeda ikut mempengaruhi perbedaan
representasi keluarga dalam sinetron. ·
Kesimpulannya, keluarga yang direpresentasikan dalam sinetron masih merupakan
keluarga patriar1
membebaskannya dari pengaruh ideologi patriar1
mendorong sosialisasi ideologi patriarki dalam masyarakat, pada kasus ini lewat industri televisi.
Dengan demikian hal ini sesuai dengan pandangan kaum feminis sosialis bahwa patriarki dan
kapitalisme merupakan dua fenomena yang terpisah, namun secara dialektik berhubungan."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2002
S4063
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kartika Rosalia Indah
"Sinetron menjadi program televisi yang diminati remaja. Namun, tayangan sinetron kurang memperhatikan moral dan norma misalnya adegan bermesraan dengan lawan jenis. Faktor personal yang dapat membentengi diri dari pengaruh eksternal yaitu pengendalian diri. Penelitian bertujuan untuk mengetahui hubungan pengendalian diri dan intensitas menonton sinetron di televisi dengan risiko perilaku seksual remaja SMP X Jakarta. Penelitian menggunakan desain cross sectional pada 104 siswa SMP X Jakarta berusia 11- 17 tahun yang dipilih dengan teknik proportional stratified random sampling. Hasil uji analisis Chi square menyatakan tidak ada hubungan antara pengendalian diri dengan risiko perilaku seksual remaja SMP X Jakarta (p= 0,559; α= 0,1). Sedangkan, intensitas menonton sinetron di televisi dengan risiko perilaku seksual remaja SMP X Jakarta terdapat hubungan yang bermakna (p= 0,011; α= 0,1). Strategi pendidikan kesehatan untuk mengurangi perilaku seksual harus disesuaikan dengan karakteristik remaja agar memeroleh hasil yang efektif.

Soap opera was a kind of television program which was interested by adolescent. But, it had less attention to moral and norms value such as sex scene. Individual factor that could resist themselves from external influences was self control. The aim of the study was to determine the correlation between self control and intensity of watching soap opera on television with adolescent?s risk sexual behavior in Junior High School X Jakarta. Cross sectional was conducted among 104 students of Junior High School X Jakarta aged 11- 17 years whom selected by proportional stratified random sampling technique. Self control had no significantly associated with adolescent?s risk sexual behavior in Junior High School X Jakarta (p= 0,559; α= 0,1). Meanwhile, the intensity of watching soap opera on television with adolescent?s risk sexual behavior in Junior High School X Jakarta had significant correlation (p= 0,011; α= 0,1). Health education strategies to decrease risk sexual behaviour must be adjusted to adolescent?s characteristics in order to obtain effective results
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2015
S60159
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
London: Routledge, 1995
302.234 5 TOB
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Herry Hermawan
"Sinetron tidak hanya dapat dipandang sebagai karya seni budaya tapi juga produk komunikasi di mana keduanya memiliki hubungan timbal balik. Artinya sinetron mencakup pengoperan simbol yang mengandung arti, sedangkan arti dari setiap lambang tersebut merupakan produk kebudayaan dari setiap sistem nilai. Sebab itu sinetron dapat dikategorikan sebagai suatu proses sosial. Konsekuensinya, keberhasilan sinetron tak hanya diukur dari ada tidaknya keterpaduan antara unsur komersial dengan kualitas tapi juga dari ada tidaknya faktor-faktor yang dapat menumbuhkan Berta rnendorong partisipasi sosial masyarakat dalam setiap proses perubahan ke arah yang lebih baik.
Kendati demikian dari data-data yang ditunjukkan oleh SRI dan FSI memperlihatkan bahwa karya-karya sinetron yang bisa di klasifikasikan sebagai sinetron menengah - yang mampu memadukan unsur komersial dengan kualitas - hampir tidak ada atau sulit didapat, apalagi sinetron menengah yang memuat pesan-pesan pembangunan. Ironinya justru sebagian menyuguhkan sinetron atas, yang mementingkan segi estetika dan sebagian lain sinetron bawah yang mengutamakan sisi komersial saja. Kenyataan ini dapat dilihat dari munculnya perbedaan apresiasi yang mencolok antara khalayak dengan Dewan Juri FSI.
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa timbulnya perbedaan tersebut mencermin kan adanya perbedaan dalam tolak ukur serta motivasi antara khalayak dengan Dewan Juri FSI Barangkali perbedaan ini lebih bersifat `kodrati'. Tetapi tidak demikian jika kita melirik kepada karyanya, karena ia lah yang sebetulnya menjadi ajang pertemuan keduanya.
Dengan demikian perbedaan penilaian tersebut, secara umum, juga mencerminkan bahwa hasil rating SRI lebih merujuk kepada kegagalan para sineas kita dalam konsepsinya namun berhasil dalam eksekusinya Sedangkan program unggulan FSI lebih menunjukkan keberhasilan para sineas dalam segi konsepsi tetapi gagal dalam eksekusinya.
Di samping itu, ternyata pula, peranan stasiun televisi dalam menyeleksi karya karya sinetron serta para produser tuna menentukan tinggi rendahnya kualitas sinetron Indonesia. Dari hasil temuan dapat dikemukakan bahwa bagian terbesar produsen lebih menelaankan pada pencapaian basil rating atau lebih menekankan kepada kepentingan bisnis. Begitu juga selektivitas yang dilakukan stasiun stasiun televisi masih kurang.
Tentu saja semua ini tak dapat dilepaskan dari faktor lingkungan. Artinya perbedaan penilaian ini juga mengindikasikan lingkungan masyarakat yang belum dapat sepenuhnya melahirkan atau menciptakan kreator-kreator sinetron yang handal. Di samping itu adanya regulasi pemerintah yang sangat ketat turut memasung kreativitas para sineas Indonesia.
Berdasarkan penelaahan yang dilakukan dapatlah dikemukakan beberapa proposisi sebagai berikut :
Jika suatu sinetron mampu memadukan antara unsur komersial dengan kualitas maka di samping akan diminati khalayak juga akan masuk nominasi unggulan Dewan Juri serta Komite Seleksi FS1.
Suatu sinetron yang marnpu memadukan antara unsure komersial dengan kualitas akan dapat menjangkau khalayak lebih luas dibandingkan jika menekankan pada salah satu aspek saja, komersial atau kualitas.
Suatu sinetron yang dapat memadukan kedua unsur, komersial dan kualitas, jika diberi muatan atau pecan-pecan yang konsiruktif akan mampu menumbuhkan serta mendorong partisipasi sosial masyarakat dalam proses pembangunan."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ghina Novarisa
"Penelitian ini membahas bagaimana kekerasan simbolik beroperasi dalam sinetron Catatan Hati Seorang Istri dengan membongkar ideology patriarki sebagai ideology dominan dalam sinetron tersebut. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan metode analisis wacana Sara Mills dan teknik pengumpulan data melalui analisis teks, serta studi literatur. Konsep kekerasan simbolik yang digunakan dalam penelitian ini adalah bagaimana dominasi yang dilakukan laki-laki terhadap perempuan melahirkan kekerasan simbolik.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sinetron Catatan Hati Seorang Istri menampilkan dominasi laki-laki terhadap perempuan berupa dominasi mengatas namakan kewajiban wilayah domestik, dominasi dengan menutup mulut perempuan, dominasi menempatkan perempuan sebagai objek seksual. dan dominasi menyebabkan perempuan bersuara. Dominasi inilah yang mendasari kekerasan simbolik pada sinetron Catatan Hati Seorang Istri.

This research explain how symbolic violence operates in the soap opera "Catatan Hati Seorang Istri" with expose the patriarchal ideology as the dominant ideology in the soap opera. This is a qualitative research with discourse by Sara Millls as the method to analyze the text and text analysis technique along with literature study to collect the data. The concept of symbolic violence, that is used in this research, assumes that domination by men against women produce symbolic violence.
The result of this research indicates "Catatan Hati Seorang Istri" showing domination of men over women in the form of dominance grouped under the obligation of the domestic, dominance with shut mouth women, domination of putting women as sexual objects. And the dominance of the female-voiced cause. The dominance of underlying symbolic violence on soap opera "Catatan Hati Seorang istri".
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2015
T43737
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
New Jersey: Lawrence Erlbaum Associates, 2004
791.456 ENT
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Kim, Kwan-pyo
Seoul: Inmul kwa Sasangsa, 2012
KOR 791.457 KIM t
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Diah Catur Budiarti
"Daya tarik tayangan program Impresario 008 di RCTI dan peranannya dalam membangun citra produk SLI 008 diangkat menjadi fokus masalah penelitian. Pemilihan fokus masalah didasarkan atas pertimbangan bahwa, meski televisi diakui keunggulannya dalam menyajikan pesan secara serempak dan demonstratif serta penayangan program Impresario 008 yang atraktif diduga mampu menarik perhatian khalayak, seberapa besar peran tayangan tersebut dalam pembentukan citra produk SLI 008 belum teridentifikasi secara faktual. Permasalahan ini dituangkan ke dalam hipotesis, semakin tinggi daya tarik tayangan program Impresario 008 semakin besar peranannya dalam pembentukan citra SLI 008, maupun citra dalam aspek kognitif, afektif, dan konatif.
Sampel penelitian terdiri atas 40 orang, yang berasal dari kelompok umur, pekerjaan utama, dan jenis kelamin yang berbeda. Namun kesemuanya pernah menyaksikan tayangan Impresario 008 dan sebagian pernah menggunakan produk dan layanan SLI 008 untuk berbagai kepentingan. Data dijaring melalui angket dan wawancara. Data dianalisis menggunakan rumus korelasi Spearman, karena data yang terkumpul memenuhi asumsi yang mendasari penggunaan rumus ini, yakni data sekurang-kurangnya berskala ordinal.
Selain mampu menarik minat khalayak, tayangan Impresario 008 juga teridentifikasi menjadi variabel yang turut terlibat dalam pembentukan citra khalayak tentang produk SLI 008, sebagaimana terlihat dari koefisien determinasi daya tarik dan citra kognitif (47,75%), daya tarik dan citra afektif (36,97%), citra konatif (29,59%), maupun antara daya tarik dan citra secara keseluruhan (50,69%).
Rendahnya koefisien determinasi citra konatif dibanding aspek lainnya mengimplikasikan bahwa keputusan khalayak tentang pilihan produk SLI 008 ketika akan melakukan kontak ke luar negeri membutuhkan variabel lain yang dapat memperkuat pemahaman dan meneguhkan keyakinan yang sudah terbentuk sebagai dampak aktivitasnya menyaksikan tayangan Impresario 008. Sedangkan pembentukan citra produk SLI 008 yang tidak sepenuhnya bergantung kepada tayangan program Impresario 008 mengindikasilcan pentingnya mensinergikan tayangan tersebut dengan aktivitas Public Relations lainnya, sehingga memperkuat efektivitas pembentukan citra produk."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2002
T1160
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andi Fachrudin M.
"Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar didunia, dan berpenduduk terbesar ke empat di dunia dengan jumlah 203,5 juta jiwa. Hal tersebut menjadi sangat erat hubungannya dengan perkembangan teknologi komunikasi di era globalisasi saat ini, yang sangat berpengaruh terhadap ketahanan keluarga masyarakat untuk memperkokokoh ketahanan nasional.
Menurut data Biro Pusat Statistik/BPS (survey aksesbilitas penduduk Indonesia terhadap media massa tahun 2000) Aksesbilitas penduduk Indonesia terhadap televisi sebesar 78,22%, yang bila dihitung dari 203,5 juta jiwa adalah 168 juta jiwa penduduk, televisi terbukti sangat besar diminati oleh masyarakat Indonesia dibandingkan media massa lainnya. Sedangkan penduduk Indonesia sebagian besar 67,34% tinggal di pedesaan dengan taraf hidup dan pendidikan yang masih relatif rendah, serta kegemaran membaca pada masyarakat Indonesia juga dikenal paling rendah didunia. Dengan kenyataan yang demikian menyebabkan peran serta televisi sangat penting dalam menyampaikan pesan-pesan pembangunan dan membina kesadaran masyarakat dalam berbangsa serta membangun masyarakat Indonesia yang berkualitas.
Program siaran televisi merupakan karya budaya demikian pula dengan prilaku anggota keluarga yang dapat berubah karena dipengaruhi menjadi negatif ataupun positif. Keluarga sebagai lembaga yang paling penting dan paling mendasar dalam masyarakat adalah sebagai bagian dari ketahanan nasional.
Permasalahan yang ada dalam penelitian ini yaitu:
1. Sampai sejauh mana pengaruh program siaran televisi terhadap ketahanan keluarga pada masyarakat pedesaan di Banten?
2. Program siaran televisi manakah yang paling disukai masyarakat pedesaan di Banten?
3. Stasiun televisi manakah yang paling disukai masyarakat pedesaan di Banten? dimana efektivitas penyebaran pesan-pesan pembangunan melalui siaran televisi dapat membina kesadaran berbangsa. Namun hal itu dipengaruhi oleh faktor faktor sosial budaya yang hidup di masyarakat dengan latar belakang adat istiadat, agama, pendidikan, kebudayaan yang beraneka ragam dan taraf hidup yang masih relatif rendah serta jangkauan media cetak yang masih terbatas terrnasuk minat membaca yang kurang.
Selanjutnya penelitian ini bertujuan untuk:
1. Menganalisis pengaruh program siaran televisi terhadap ketahanan keluarga masyarakat pedesaan di Banten.
2. Menganalisis program siaran televisi yang paling disukai masyarakat pedesaan di Banten.
3. Menentukan stasiun televisi nasional yang paling disukai masyarakat pedesaan di Banten.
Metode penelitian yang dipakai adalah Metode Analisis pada tujuan penelitian pertama, serta Tabel Analisis pada tujuan penelitian kedua dan ketiga dengan mengunakan data primer dan sekunder yang didapat dari jawaban kuesioner responden.
Adapun hasil penelitian yang didapat adalah sebagai berikut:
1. Semua variabel program siaran televisi (siaran berita, hiburan, dan niaga) signifikan pada taraf 5%, kecuali variable X3 (siaran pendidikan) tidak signifikan. Variabel siaran berita adalah variabel yang terbesar mampu meningkatkan ketahanan keluarga apabila ditambah satu unit yaitu sebesar 69%.
2. Sedangkan R2 = 0,85 atau 85% yang berarti program siaran televisi secara bersama-sama mampu menjelaskan variansi ketahanan keluarga sebesar 85%, adapun 15% lagi dipengaruhi oleh variabel lainnya.
3. Selanjutnya program siaran televisi yang paling disukai oleh responden adalah program siaran berita sebesar 53,3% di televisi SCTV, yang terbesar dipilih oleh kelompok Bapak 40,6%.
4. Serta stasiun televisi yang paling disukai oleh responden adalah stasiun televisi INDOSIAR dimana program siaran hiburan 33,3% dan siaran niaga 26,6% mendapat prosentase terbesar.
Dunia pertelevisian Indonesia dimulai pada tahun 1962 dengan berdirinya TVRI, selanjutnya berkembang pesat pada tahun 1979 setelah diluncurkannya Satelit Komunikasi PALAPA yang mendukung penerimaan siaran televisi diseluruh tanah air yang terbentang luas dari Sabang hingga Marauke. Masyarakat Indonesia ketika itu telah jenuh dengan sajian seremonial dan gambaran kehidupan miskin yang selalu ditampilkan TVRI, Masyarakat terlihat antusias sejak berdirinya televisi swasta pertama yaitu RCTI pada tahun 1989, yang berturut-turut muncullah TPI, SCTV, ANTV dan INDOSIAR dan saat ini telah/siap mengudara METRO-TV, TRANS-TV, TV-7, LA-TV, GLOBAL-TV. Yang semuanya kenyataan menuju siaran nasional (program siaran sarat kekerasan dan pornografi) tanpa menghiraukan perbedaan pendidikan, taraf hidup, dan sosial budaya masyarakat di seluruh Indonesia.
Program siaran televisi swasta sebagian besar hanya menjual mimpi yang laku dipasar (produk import dan produk lokal yang cenderung meniru budaya asing) berdasarkan research dari konsultan internasional yang lebih dipercaya dibandingkan mengaca kepribadian bangsa Indonesia yaitu AC-NIELSEN. Hanya program siaran TVRI yang selalu mengedepankan rasa kebangsaan dengan membina kesadaran berbangsa melalui layar kaca, seperti menampilkan penyiar multikultural, kebudayaan daerah-daerah melalui stasiun penyiarannya, menyuguhkan berita yang menyejukkan, dan menyiarkan produk import hanya 5 %. Akan tetapi TVRI justru seakan ingin ditekan agar tidak berkutik oleh penguasa, kalangan DPR, dan konglomerat yang sebagian besar memang memiliki asset di televisi swasta dengan tidak memberikan TVRI siaran iklan dan kesepakatan 12,5% dari transaksi iklan TV swasta, adapun yang diberikan dana pada TVRI hanya dari APBN yang hanya bisa menghidupi 10 % saja dari kegiatan operasionalnya. Namun betapapun besarnya beban yang dipikul TVRI, dengan penanganan yang benar akan mengurangi atau bahkan dapat menghilangkan resiko rusaknya mental bangsa sehingga dapat memperkuat ketahanan keluarga.
Propinsi Banten menjadi lokasi penelitian karena sebagai daerah penyanggah lbukota Jakarta, daerah pariwisata, dan jalur transportasi penting yang menghubungkan Pulau Jawa dan Pulau Sumatra.
Pihak manajemen seluruh televisi di Indonesia sebaiknya melakukan berbagai perbaikan terhadap penanganan program siaran televisi yang akan ditampilkan pada masyarakat Indonesia secara nasional, dengan memperhatikan rasa kebangsaan dan pembinaan ketahanan keluarga."
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2002
T1853
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>