Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 178889 dokumen yang sesuai dengan query
cover
R. Anna Tjandrajani
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia , 1999
T59104
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Nizwar Said
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ,
S-pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Idham Amir
"Buah-buahan merupakan bahan makanan yang diperlukan dalam menu makanan bayi. Pada pemberian makanan tambahan untuk bayi, termasuk buah-buahan, terdapat beberapa aspek nutrisi klinis yang perlu diperhatikan, yaitu usia saat pemberian, jenis makanan yang diberikan, cara penyiapan dan cara pemberian makanan tersebut (Samsudin, 1987).
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran tentang pelaksanaan pemberian buah-buahan pada bayi sedangkan penelitian khusus ingin diketahui beberapa aspek nutrisi klinis dalam pemberian buah-buahan, yaitu pada saat pemberian buah-buahan yang pertama kali dan pemberian buah-buahan selanjutnya selama masa bayi. Di samping itu ingin diperoleh gambaran tentang latar belakang sosial dalam kaitannya dengan pemberian buah-buahan tersebut, yaitu keadaan sosial ekonomi, tradisi dan budaya."
1991
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Putro Widodo
"Pendahuluan
Keringat dihasilkan oleh kelenjar keringat dengan komposisi 99 % air dan sisanya merupakan larutan yang mirip dengan larutan yang terdapat di dalam plasma. Natrium (Na+) dan klorida (Cl-) merupakan komponen terbanyak pada keringat.
Uji keringat adalah pengukuran secara kualitatif dan kuantitatif kadar Na+ dan Cl- yang terkandung di dalam keringat.
Mengetahui batasan nilai normal kadar elektrolit keringat sangat diperlukan untuk menegakkan diagnosis penyakit fibrosis kistik (FK). Seperti diketahui bahwa uji keringat merupakan uji diagnostik utama untuk menegakkan penyakit FK, karena lebih dari 99 % kasus FK kadar elektrolit (Na+ dan Cl-) keringatnya lebih tinggi dari normal dan menetap (uji keringat positif). Keadaan ini ternyata tidak dijumpai pada penyakit lain ( Peterson dkk., 1959; Shwachman, 1983 ). Dan untuk mengetahui batasan nilai normal, diperlukan adanya suatu baku nilai elektrolit keringat yang dianggap normal ( Wood dkk., 1976; Shwachman, 1962).
Banyak kasus FK tidak dapat didiagnosis karena kematian pada waktu bayi yang disebabkan adanya mekonium ileus, penyakit paru yang progresif, atau tidak adanya sarana diagnostik sehingga laporan insidens sangat berbeda di berbagai negara (Di Sant Agnese dkk., 1967).
Selain itu, diketahui juga bahwa penyakit FK tetap merupakan penyakit "life-limiting", walaupun kelangsungan hidup selama 25 tahun terakhir ini meningkat secara dramatis (Doershuk dan Boat, 1983). Namun demikian masih diperlukan diagnosis dini sehingga dapat diberikan pengobatan/tindakan secara dini pula, untuk memperoleh harapan kelangsungan hidup yang lebih panjang (Di Sant Agnese dkk., 1967; Wood dkk., .1976).
Di Sant Agnese dkk.(1967) berpendapat dengan migrasi dan perpindahan orang-orang Kaukasia ke Asia (terjadi kawin "campuran") akan merubah frekuensi penyakit FK di Asia. "WHO/ICF meeting " (1985) melaporkan 65 kasus FK pada orang Jepang, sedang di Indonesia Handoyo dkk. (1980) melaporkan satu kasus FK pada seorang gadis Indonesia keturunan Cina berumur 18 tahun. Karjoo dkk. (1984) menemukan 3 kasus FK pada bayi dan anak Iran, hal ini menunjukkan bahwa gen FK telah ada di masyarakat Iran tetapi masih jarang.
Manfaat klinis dari hasil uji keringat terlihat dari adanya laporan Shwachman dkk.(1970) yang menemukan 130 kasus FK, 63 kasus di antaranya didiagnosis sebelum timbul gejala, 13 kasus dengan gejala ringan dan 54 kasus didiagnosis selama perawatan.
"
1992
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lannywati Ghani
"Diare persisten merupakan masalah kesehatan di Indonesia. Angka kematian akibat diare persisten pada balita berkisar antara 45%.
Studi ini bermaksud mengetahui faktor-faktor risiko terjadinya diare persisten. Penelitian ini menggunakan desain penelitian kasus kontrol dengan variabel terikat adalah diare persisten dan variabel babas adalah status gizi, jenis kelamin, malabsorpsi lemak, intoleransi laktosa, tinja berlendir, tinja berdarah, penggunaan antibiotik, anemi dan penyakit penyerta. Kasus adalah anak yang menderita diare yang berlanjut lebih dari 14 hari dan kontrol adalah anak yang menderita diare yang akut dan sembuh sebelum 7 hari. Baik kasus maupun kontrol adalah penderita diare yang dirawat di Bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI-RSCM dari 1 Januari 1990 sampai dengan 31 Desember 1996, terkumpul 121 kasus dan 484 kontrol yang dianalisis menggunakan analisis regresi logistik multivariat.
Pada analisis regresi logistik multivariat didapatkan faktor risiko yang potensial adalah gizi kurang, pemakaian antibiotik, tinja berlendir, tinja berdarah, malabsorpsi lemak, intoleransi laktosa dan anemi. Penelitian ini menyimpulkan perlunya mempertimbangkan faktor-faktor risiko diare persisten dalam tatalaksana diare akut pada anak.

Risk Factors Of Persistent Diarrhoea In Children Hospitalized In The Departement Of Child Health, Medical Faculty, University Of Indonesia, Cipto Mangunkusumo Hospital, Jakarta 1990-1996.Persistent diarrhoea is still a major health problem in children. It is mentioned that the case fatality rate of persistent diarrhoea in the under five is about 45%. This study is intended to determine risk factors which are potential to cause persistent diarrhoea.
This study is a case control study with persistent diarrhoea as dependent variable and nutritional state, sex, fat malabsorption, lactose intolerance, mucoid stool, blood stool, antibiotics use, anemia, and accompanying diseases as independent variable. Persistent diarrhoea is defined as diarrhoea occured for more than 14 days. Control groups are children with acute diarrhoea and cured before 7 days.
Both cases and controls are diarrhoea patient who were hospitalized in the Departement of Child Health Cipto Manungunkusumo Hospital from 1st of January 1996 to 31st of December 1996.
There were 121 cases and 484 controls. The statistical analysis was done using multivariate logistic regressions.The result showed that potential risk factors are malnutrition, antibiotics, mucoid stool, blood stool, fat malabsorption, lactose intolerance, and anemia.It is very important to consider those risk factors in the management of children with acute diarrhoea in order to prevent persistent diarrhoea."
Depok: Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ferry Damardjati
"Pemeriksaan trombosit dan waktu protrombin dikatakan merupakan prediktor terjadinya fibrosis hati, akan tetapi hal ini masih diperdebatkan. Ultrasonografi (USG) merupakan alat yang dapat memberikan gambaran permukaan hati. Colli dick melaporkan, bila dijumpai ekogenisitas yang tidak homogen pada permukaan hati, kemungkinan besar telah terjadi fibrosis atau sirosis hati.
RUMUSAN MASALAH
1. Sampai saat ini belum banyak studi yang melaporkan bagaimana perjalanan klinis infeksi VHC pada anak. Masih sedikit penelitian yang melaporkan perjalanan penyakit infeksi VHC pada anak yang menderita hemofilia. Belum pemah dilakukan penelitian infeksi VHC kronik pada pasien hemofilia di Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI/RSCM.
2. Beberapa penelitian melaporkan pemeriksaan non invasif, mudah, mudah dan cukup balk dalam menilai derajat beratnya penyakit hati secara tidak langsung pada pasien dengan infeksi VHC. Pemeriksaan ini terdiri dari ALT, rasio AST/ ALT, jumlah trombosit. Sampai saat ini belum pernah dilakukan penelitian gambaran ALT, rasio AST/ALT, jumlah trombosit pasien hemofilia yang terinfeksi VHC di Departemen Iimu Kesehatan Anak FKUI/RSCM.
TUJUAN PENELITIAN
Umum
Mengetahui gambaran klinis infeksi VHC pada pasien hemofilia di Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI/RSCM.
Khusus
1. Mengetahui proporsi pasien hemofilia yang menderita infeksi VHC kronik.
2. Mendapatkan gambaran manifestasi klinis infeksi VI-IC pada pasien hemofilia.
3. Mendapatkan gambaran :
- Jumlah trombosit
- Peningkatan ALT
- Rasio AST/ ALT"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2006
T58473
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kishore R J Siswan
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1993
T58774
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bambang Irawan
"Kelainan rongga mulut sebagai manifestasi leukemia dapat disebabkan antara lain karena adanya penekanan sumsum tulang, efek dari kemoterapi dan infiltrasi sel-sel leukemia. Selain dari faktor tersebut kelainan rongga mulut dapat diperberat oleh faktor Iokal (dental plak don kalkulus). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh kondisi status kebersihan mulut dan status hematologi terhadap timbulnya kelainan rongga mulut.
Dari hasil penelitian terhadap 62 penderita leukemia baik akut maupun kronis ditemukan kelainan rongga mulut sebenyak 77,41 Z. Kelainan yang terbanyak ditemukan adalah perdarahan gusi dengan petekie don ekimosis diikuti pembesaran gusi, ulkus, gingivitis dan kelainan lain berupa pigmentasi. Hasil penelitian ini menunjukkan status hemetologi (gambaran darah tepi) sangat berpengaruh terhadap timbulnya kelainan rongga mulut don Oral Hygiene memperbera t kelainan tersebut dan Pekerjaan merupakan faktor-faktor yang memungkinkan terjadinya piutang. Karakteristik Piutang Dan Pasien Rawest Inap Bayar Sendiri adalah Pelunasan dan Angsuran Piutang Tanpa Tanggal Pembayaran dan Piutang Ragu-Ragu.
Saran-saran yang bisa disampaikan adalah mengoptimalkan fungsi-fungsi yang terkait dengan manajemen piutang terutama Penataan Rekening dan Penagihan. Monitoring ketat atas pemilihan kelas, pelaksanaan prosedur tetap pasien masuk dan lepas rawat serta meningkatkan kemampuan dan motivasi kerja petugas melalui pendidikan, latihan dan Reward yang memadai.
vii + 99 halaman : 9 tabel, 2 gambar, 12 lampiran."
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hartaniah Sadikin
" LATAR BELAKANG
Penyakit diare hingga kini masih merupakan penyebab utama angka kesakitan dan angka kematian pada balita. Telah dilakukan usaha terus-menerus untuk menurunkan morbiditas dan mortalitas diare, namun masih ada dugaan bahwa belum seluruh masyarakat terutama ibu dan petugas kesehatan melakukan tatalaksana diare secara besar.
Angka kesakitan diare di Indonesia dewasa ini diperkirakan antara 120-300 kejadian per 1000 penduduk per tahun, 60-80% di antaranya terdapat pada balita. Dari sejumlah ini diperkirakan sebanyak 1% akan menderita diare dehidrasi berat dengan angka kematian sekitar 175.000 per tahun, di antaranya terdapat 135.000 bayi dan anak balita (Ditjen PPM & PLP Depkes, 1990). Di negara sedang berkembang, 45 % populasi adalah anak berumur kurang dari 15 tahun, dengan jumlah balita sebanyak 20% (BPS, 1979). Di Indonesia, pada tahun 1987 terdapat 39,4 % anak berumur kurang dari. 15 tahun, dari sejumlah ini terdapat balita sebanyak 12,6 % (Grant, 1989).
Selain itu diare jugs merupakan penyebab utama gizi kurang, yang akhirnya dapat menimbulkan kematian karena penyebab lain, misalnya infeksi saluran nafas. Sebagian besar angka kematian diare ini diduga karena kurangnya pengetahuan masyarakat terutama ibu, mengenai upaya pencegahan dan penanggulangan diare dehidrasi (Munir, 1982).
Tinggi rendahnya angka kejadian diare ini dalam masyarakat ditentukan antara lain oleh : 1). Faktor lingkungan dan 2).Faktor perilaku masyarakat. Kedua faktor ini memegang peranan yang penting dalam mencegah dan menanggulangi diare, sehingga untuk dapat menunjang program pembangunan nasional di bidang kesehatan yang bertujuan mencapai " Sehat untuk semua pada tahun 2000 ". harus mendapat perhatian yang besar ( Sunoto, 1986).
Sernboyan atau motto yang berbunyi " Pengobatan diare mulai di rumah dan penderita diare sebenarnya tidak perlu meninggal " telah dicanangkan sejak 15 tahun yang lalu. Sejak itu telah dipromosikan Oralit dan URO (Upaya Rehidrasi Oral), namun usaha tersebut belum mencapai sasaran pada seluruh lapisan masyarakat dan bahkan para petugas kesehatan pun masih banyak yang belum menggunakannya (Ismail, 1990).Hingga kini, masih saja ada masyarakat yang beranggapan bahwa (1). Diare merupakan gejala anak mau bertambah pintar, ngenteng-ngentengi "indah", dan sebagainya ;(2). Perlu menghentikan makanan dan minuman sehari-hari. tarmasuk ASI, selama diare; 3). Perlu memberikan obat. baik obat tradisional (jamu). daun jambu, popok daun-daunan. kerikan, maupun obat modern, baik yang harus dibeli dengan resep dokter, maupun yang dapat dibeli bebas di apotik atau di toko obat . Keadaan di atas kiranya sangat berkaitan dengan perilaku masyarakat terhadap penyakit diare dan perilaku masyarakat ini dipengaruhi oleh latar belakang pendidikan. lingkungan, keadaan social ekonomi, peranan tenaga penyuluh kesehatan, dan sebagainya (Ismail. dkk., 1986)
Dalam upaya mencapai "Sehat Untuk Semua" masih dirasakan kurangnya sumber daya yaitu tenaga, dana dan sarana-prasarana.
Untuk ini perlu peran serta masyarakat, khususnya ibu, yang mempunyai perilaku yang menunjang, yang selanjutnya juga berperan sebagai 'dokter' terdekat bagi keluarga. terutama bagi anaknya. Khusus pada diare. peran ibu ini sangat penting dalam usaha pencegahan dan penanganannya.
Peran ibu ini menjadi sangat penting karena di dalam merawat anaknya, ibu seringkali berperan sebagai pelaksana dan pembuat keputusan dalam pengasuhan anak, yaitu dalam hal memberi makan, memberi perawatan kesehatan dan penyakit, memberi stimulasi mental (Titi Sularyo dkk., 1984). Dengan demikian bila ibu barperilaku baik mengenai diare, ibu sebagai pelaksana dan pembuat keputusan dalam pengasuhan, diharapkan dapat memberikan pencegahan dan pertolongan pertama pada diare dengan baik.
Akhirnya penelitian mengenai seberapa jauh peran serta masyarakat terutama ibu. khususnya perilaku ibu mengenai diare pada balita dan penanganannya, perlu dilakukan, yang setahu peneliti, penelitian seperti ini belum pernah dilakukan di Bagian Anak FKUI/RSCM Jakarta
"
1991
T 6593
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Julia R.D. Nizam
"UKSA metode Sabroe dinyatakan positif bila diameter edema akibat penyuntikan serum lebih besar atau sama dengan 1,5 mm dibandingkan dengan diameter edema akibat penyuntikan satin, dan eritema akibat penyuntikan serum sewama dengan eritema akibat penyuntikan histamin. Dengan menggunakan kriteria tersebut, sensitivitas berkisar 65-71 %, dan spesifisitas mencapai 78-81 %.
RW Soebaryo (2002) dengan menggunakan metode tanpa kontrol positif (histamin), melaporkan angka kepositivan UKSA pada 31 pasien dari 127 pasien UK (24,4%). Penulis akan meneliti prevalensi kepositivan UKSA pada pasien UK dengan menggunakan pemeriksaan UKSA metode Sabroe yang dapat rnemberi hasil sensitivitas dan spesifisitas yang tinggi, sehingga dapat diperoleh angka morbiditas UA di antara pasien UK secara tepat.
PEMBATASAN DAN PERUMUSAN MASALAH
a. Penyebab UK sebagian besar (50-80 %) tidak diketahui (UKI). Sekitar 50% pasien UKI temyata memiliki etiologi autoimun. Untuk membuktikan etiologi autoimun dapat dilakukan pemeriksaan UKSA metode Sabroe yang memberikan angka sensitivitas dan spesifisitas yang tinggi untuk mendeteksi autoantibodi dalam serum pasien.
b. Gambaran klinis pasien yang memiliki autoantibodi fungsional cenderung lebih parah dibandingkan dengan pasien tanpa autoantibodi.
PERTANYAAN PENELITIAN
a. Berapakah angka kepositivan UKSA metode Sabroe pada pasien UK di Departemen IKKK RSCM ?
b. Apakah terdapat perbedaan keparahan klinis antara pasien UK dengan UKSA positif dan pasien UK dengan UKSA negatif ?
TUJUAN PENELITIAN
1. Mengetahui prevalensi kepositivan UKSA metode Sabroe pada pasien UK.
2. Menilai dan membandingkan gambaran klinis antara pasien UK dengan UKSA positif dan pasien UK dengan UKSA negatif."
Depok: Universitas Indonesia, 2004
T 21445
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>