Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 91865 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fathiya Nissa Mulyaningrum
"Keluarga berencana dinilai sebagai upaya pasangan dan individu dalam merencanakan jumlah dan jarak kelahiran yang diinginkan. Kebutuhan yang tidak terpenuhi dalam penggunaan kontrasepsi, memunculkan masalah unmet need kontrasepsi khususnya jika terjadi kelahiran pada usia ibu yang berisiko. Usia ibu yang sudah berada pada fase biologis terakhir(pre-menopause) jika mengalami kehamilan akan merugikan janin dan kesehatan ibu ketika persalinan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan unmet need pada wanita usia 35-49 tahun di berbagai regional di Indonesia. Metode yang digunakan berupa analisis bivariat dan stratifikasi data sekunder berdasarkan regional wilayah survei demografi dan kesehatan Indonesia. Melalui analisis data SDKI 2017, UMN di Indonesia wanita rentang usia ≥35 tahun mencapai 11.7% dengan jumlah limiting paling banyak(79.8%) yaitu 1226 kasus. Yogyakarta memiliki prevalensi kebutuhan kontrasepsi yang terpenuhi tertinggi sebesar 95.8%. Papua Barat mencatat prevalensi unmet need tertinggi secara nasional sebesar 27.4%. Hasilnya faktor yang mempengaruhi adalah faktor pekerjaan dan tingkat ekonomi rumah tangga, jumlah paritas, durasi tinggal bersama, dukungan suami, dan sumber informasi metode kontrasepsi melalui petugas kesehatan.

Family planning is regarded as an essential effort by couples and individuals to manage the desired number and spacing of births. The unmet need for contraceptive use poses a significant concern, particularly when pregnancies occur at an advanced maternal age, which carries inherent health risks. Pregnancies in women approaching the final biological phase (pre-menopause) can adversely affect both fetal and maternal health during childbirth. This study aims to analyze the factors associated with unmet contraceptive need among women aged 35-49 years across various regions in Indonesia. The research employs bivariate analysis and data stratification based on regional data from the Indonesian Demographic and Health Survey (IDHS). Analysis of the 2017 IDHS data reveals that the unmet need for contraception among Indonesian women aged ≥35 years stands at 11.7%, with the majority of unmet need cases (79.8%) being for limiting births, amounting to 1226 cases. Yogyakarta exhibits the highest prevalence of met contraceptive needs at 95.8%, while West Papua reports the highest national prevalence of unmet need at 27.4%. The study identifies several influencing factors, including employment and household economic status, parity, duration of cohabitation, husband’s support, and the source of contraceptive method information provided by health workers."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indinesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ulfah Mashfufah
"Tolok ukur keberhasilan pembangunan adalah peningkatan kesejahteraan penduduk. Sesuai dengan komitmen pembangunan nasional yang pada hakekatnya bersifat adil, demokrasi, terbuka, partisipatif dan terintegrasi, maka pada saat ini, pemerintah berupaya mengurangi kesenjangan pembangunan yang terjadi antar daerah, terutama pada daerah-daerah yang sulit dijangkau, rawan konflik/bencana, aksesibilitas yang rendah serta infrastruktur yang terbatas yang dikenal dengan Daerah Tertinggal.
Salah satu faktor yang berpengaruh pada tingkat kesejahteraan adalah besarnya beban yang ditanggung oleh satu keluarga. Semakin banyak jumlah anak, berarti semakin besar tanggungan kepala rumah tangga dalam memenuhi kebutuhan material dan spiritual anggota rumah tangganya. Bagi daerah tertinggal, angka pertambahan jumlah penduduk akan menjadi beban tersendiri, padahal sumber daya daerah tersebut sangat terbatas. Dengan demikian, program yang perlu diprioritaskan oleh Daerah Tertinggal adalah program KB.
Dan hasil analisis SDKI 2002-2003, menunjukkan bahwa prevalensi pemakaian kontrasepsi di Indonesia sebesar 60%, sedangkan untuk Daerah Tertinggal, belum ada data tentang prevalensi pemakaian kontrasepsi. Dengan penelitian ini, diharapkan akan didapatkan gambaran tentang pemakaian kontrasepsi, faktor-faktor yang berhubungan, serta faktor dominan yang berhubungan dengan pemakaian kontrasepsi pada wanita usia subur di Daerah Tertinggal Indonesia yang terdaftar dalam SDKI 2002-2003.
Penelitian ini merupakan analisis lanjut dari data SDKI 2002-2003 dengan desain cross sectional, dengan populasi berjumlah 1315 wanita usia subur yang tersebar di 9 propinsi. Pengolahan dan analisis data menggunakan aplikasi analisis regresi logistic ganda. Analisis mencakup analisis univariabel, analisis bivariabel dengan Khi Kuadrat dan regresi logistik sederhana serta analisis multivariabel dengan regresi logistik multivariat.
Hash analisis menunjukkan prevalensi pemakaian kontrasepsi pada wanita usia subur di Daerah Tertinggal masih rendah (45,9%) dan faktor sosiodemografi yaitu pendidikan responder, pekerjaan responden, jumlah anak yang dilahirkan mempunyai hubungan bermakna dengan pemakaian kontrasepsi, sedangkan faktor akses terhadap media/informasi yang mempunyai hubungan bermakna dengan pemakaian kontrasepsi adalah akses media televisi, akses informasi melalui keluarga, teman/tetangga serta akses informasi melalui tokoh masyarakatlagama. Dui 6 faktor tersebut, faktor jumlah anak yang dilahirkan merupakan faktor dominan yang berhubungan dengan pemakaian kontrasepsi.
Berdasarkan hasil di atas, untuk percepatan peningkatan kesejahteraan masyarakat di Daerah Tertinggal, disarankan agar dibentuk kerjasama lintas sektoral antara Kementerian Negara Pembangunan Daerah Tertinggal, BKKBN dan Depkes dalam penguatan kelembagaan dan jaringan KB serta perlunya peningkatan promosi dan informasi KB, balk melalui media televisi, peningkatan peran tokoh masyarakatlagama dan petugas kesehatan/KB. Sedangkan dari hasil penelitian terhadap faktor pendidikan, disarankan bagi Departemen Pendidikan bekerjasama dengan Kementerian PDT untuk lebih memperhatikan tingkat pendidikan masyarakat di Daerah Tertinggal.

The parameter of a successful development of the nation is a noted of the increasing on its citizen's well being. As the national development commitment, which has characteristics on fairness, democracy, openness, participated, and integrated, the government is try to reduce the disparity of the development between regions in Indonesia, especially to those area that remote, at risk for natural disaster or conflict, having low accessibility, and Iimited on infrastructures, that we know as underprivileged areas.
One of factor that influence the level of citizen's well being is the dependency ratio of the family has. The more they have children, the more they likely to have greater family members dependency and have to responsible in fulfilling the need for their family members, materially and spiritually. In case of underprivileged areas, the increase on population number will be another burden, as they only have limited resources. Therefore, a program that has to be prioritized is a Family Planning Program.
Results from the prior analyses of Indonesia DI-IS 2002 - 2003 showed that the contraceptive use prevalence of Indonesia is as high as 60%, but there in no figure for the underprivileged areas. Therefore, a continuation analyses of the data has been conducted in order to describe on factors related on contraceptive uses, as well as the most factors related to the contraceptive uses among women at reproductive age (WRA) at underprivileged areas that Iisted on Indonesia DHS 2002 - 2003.
There are 9 (nine) provinces listed as underprivileged areas that comprises in number of population on WRA as 1315 people. The data is analyzed using double logistic regression, which consists of univariable analyses, bivariable analyses with Chi-square and simple logistic regression, and multivariable analyses with multivariate logistic regression.
Analyses has showed that contraceptive use prevalence among WRA at underprivileged areas is still low (45.9%) and socio-demographic factors such as education, occupation, and number children ever born (CEB), is related significantly with the contraceptive use. While factors on access to media/information that also have significantly related with contraceptive use are television, family/friends/neighbors, and community/religious leaders. From those 6 (six) factors, CEB is the most or dominant factor that related to contraceptive uses.
Regarding to the analyses results, in order to accelerate the people's well being at the underprivileged areas, it is suggested that there should be a strong inter-sectors collaboration between National Ministry on The Development of Underprivileged Areas, National Family Planning Coordination Board and Ministry of Health to enhance the institutional and networking on promoting and dissemination of the information on Family PIanning through television, increase the role of community/religious leaders, as well as its FP providers. Another important findings upon education factors, it is suggested that collaboration between Ministry of National Education and National Ministry on The Development of Underprivileged Areas is also needed in order to increase the level of education among people at the underprivileged areas.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2006
T20305
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Carissa Putri Moegandi
"Latar belakang: Layanan kontrasepsi dalam program keluarga berencana merupakan bentuk pelayanan kesehatan reproduksi yang memiliki objektif dalam menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI). AKI yang masih tinggi serta pemakaian kontrasepsi yang rendah di provinsi Papua menandakan taraf kesehatan reproduksi yang masih belum optimal. Meskipun demikian, pemilihan penggunaan kontrasepsi dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor. Oleh karena itu, penelitian ini menganalisis mengenai hubungan faktor-faktor sosiodemografis serta penggunaan media massa dan internet dengan kejadian unmet need kontrasepsi di provinsi Papua.
Metode: Desain penelitian ini berupa studi potong lintang menggunakan data sekunder dari hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2017. Subjek penelitian ini adalah wanita usia subur dalam rentang 15-49 tahun yang berdomisili di Papua serta memiliki data kuesioner yang lengkap. Unmet Need kontrasepsi didefinisikan sebagai perempuan yang fertil dan aktif secara seksual dengan keinginan untuk menunda atau mencegah kehamilan, tetapi tidak menggunakan kontrasepsi. Analisis data dilakukan dengan uji Chi-Square dikarenakan data bersifat kategorik serta dilanjutkan dengan analisis multivariat dengan regresi logistik.
Hasil: Terdapat 458 total subjek yang digunakan dalam penelitian ini. Faktor yang memiliki hubungan dengan kejadian unmet need kontrasepsi di papua adalah tingkat pendidikan suami (p < 0.001), frekuensi membaca surat kabar/majalah (p = 0.017), frekuensi mendengar radio (p = 0.027), kepemilikan televisi (p = 0.005; OR = 0.443), frekuensi menonton televisi (p = 0.005), dan kepemilikan telepon seluler (p < 0.001; OR = 0.356).
Kesimpulan: Faktor yang berpengaruh dengan kejadian unmet need kontrasepsi di Papua adalah tingkat pendidikan suami, frekuensi membaca surat kabar/majalah, frekuensi mendengar radio, kepemilikan televisi, frekuensi menonton televisi, dan kepemilikan telepon seluler.

Introduction: Contraception in family planning program is one of the health care services delivered to lower the number of Maternal Mortality Rate (MMR). High MMR in Papua, Indonesia, reflected the need to optimize reproductive health care in the region. Despite that, the use of contraception itself is affected by numerous factors. This research aims to analyze sociodemographical factors and also the use of mass media and internet in affecting unmet need for contraception in Papua.
Method: This cross-sectional study used the secondary data obtained from 2017 Indonesia DHS (IDHS). Subjects in this study included all women of childbearing age (15-49 years old) in Papua with complete data from the survey. Unmet need for contraception was defined as fertile and sexually active women of childbearing age with the intention to postpone or limit their pregnancy without using any contraception method. Since all data were categorical, analysis were performed using Chi-Square test and logistic regression.

Result: A total of 458 subjects were included in this study. The factors that were found to affect unmet needs in Papua are husband’s educational level, (p < 0.001), frequency of reading newspaper/magazine (p = 0.017), frequency of listening to radio (p = 0.027), television ownership (p = 0.005; OR = 0.443), frequency of watching television (p = 0.005), and mobile phone ownership (p < 0.001; OR = 0.356).
Conclusion: Factors which were found to affect unmet need for contraception in Papua are husband’s educational level, frequency of reading newspaper/magazine, frequency of listening to radio, television ownership, frequency of watching television, and mobile phone ownership.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arryan Rizqi Aulia Purnamasari
"Unmet need menjadi masalah kesehatan pada remaja berstatus kawin. Keberadaan remaja telah mendominasi penduduk di dunia. Berdasarkan laporan UNICEF 2019 populasi penduduk remaja (usia 10-19 tahun) 16% dari total penduduk dunia. Indonesia menjadi salah satu negara yang mengalami masalah kepadatan penduduk, dengan jumlah populasi setara 3,5% dari total populasi dunia. Penelitian dengan desain cross sectional, untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan unmet need di Indonesia tahun 2017. Sampel dalam penelitian adalah 626 wanita berusia 15-19 tahun berstatus kawin 626 orang. Proporsi Unmet need kontrasepsi pada kehamilan PUS remaja wanita usia 15-19 tahun pada SDKI 2017 sebesar 8,5 %. Hasil penghitungan pemodelan penelitian didapatkan proporsi unmet need kontrasepsi pada kehamilan PUS remaja wanita 10,4%, dengan proporsi di daerah perkotaan sebesar 53,84% dan di daerah pedesaan sebesar 46,15%. Faktor yang berhubungan dengan unmet need kontrasepsi pada kehamilan remaja di Indonesia yaitu: budaya diperoleh p-value 0,0001 OR= 17,702 (95%CI: 9,293 – 33,717), pemberian layanan informasi petugas kesehatan p-value 0,045 OR= 1,941 (95%CI: 1,084 – 3,595), dan tempat tinggal p-value 0,004 OR= 0,453 (95%CI: 0,270 – 0,760).

Unmet need is a health problem in married adolescents. The existence of teenagers has dominated the population in the world. Based on the 2019 UNICEF report, the population of adolescents (aged 10-19 years) is 16% of the total world population. Indonesia is one of the countries experiencing population density problems, with a population equivalent to 3.5% of the total world population. Research with a cross sectional design, to find out the factors related to unmet need in Indonesia in 2017. The sample in this study was 626 women aged 15-19 years with 626 married status. The proportion of Unmet need for contraception in couple of reproductive age pregnancies of adolescent girls aged 15-19 years in the 2017 IDHS is 8.5%. The results of the calculation of the research modeling showed that the proportion of unmet need for contraception in female adolescent couple of reproductive age pregnancies was 10.4%, with the proportion in urban areas being 53.84% and in rural areas being 46.15%. Factors related to the unmet need for contraception in adolescent pregnancy in Indonesia are: culture, p-value 0.0001 OR= 17.702 (95% CI: 9.293 – 33.717), provision of information services to health workers p-value 0.045 OR= 1.941 (95% CI: 1.084 – 3.595), and place of residence p-value 0.004 OR= 0.453 (95% CI: 0.270 – 0.760)."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Izzatun Nidaa
"Salah satu isu terkait kontrasepsi adalah ketidaklangsungan penggunaan kontrasepsi karena merupakan determinan yang mempengaruhi Contraception Prevalence Rate. Ketidaklangsungan penggunaan kontrasepsi dapat menyebabkan dampak masalah kesehatan masyarakat yaitu kehamilan tidak diinginkan. Penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran faktor-faktor ketidaklangsungan penggunaan kontrasepsi suntik, implan dan IUD di Kabupaten Lombok Barat, Lombok Timur dan Sumbawa. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional dengan data sekunder dari Survei Pemantauan dan Evaluasi Penggunaan Kontrasepsi di Jawa Timur dan NTB. Sampel penelitian adalah ibu yang berstatus menikah dan berusia 15-49 tahun. Jumlah sampel yang dianalisis sebanyak 5023 responden. Hasil penelitian proporsi ketidaklangsungan penggunaan kontrasepsi suntik, implan dan IUD di total tiga kabupaten sebesar 29,2%. Faktor predisposisi yang berhubungan adalah umur dan jumlah anak hidup. Faktor pemungkin, jenis alat kontrasepsi tidak berhubungan di tiga kabupaten. Faktor penguat, KIE KB dan diskusi KB dengan suami berhubungan secara total di tiga Kabupaten. Sehingga disarankan untuk Pemerintah Provinsi dan NTB untuk melakukan penyuluhan intensif tentang perlunya melanjutkan penggunaan alat kontrasepsi terutama pada ibu-ibu berusia diatas 35 tahun atau yang memiliki anak lebih dari 3, menggencarkan pemberian informasi KB oleh kunjungan petugas kesehatan atau tokoh masyarakat dan meningkatkan peran suami.

One of the issues related to the use of contraception is contraceptive discontinuation as a determinant affecting Contraception Prevalence Rate. Contraceptive discontinuation can cause public health problem such as unwanted pregnancy. This study aims to describe of the factors associated with injection contraceptive, implant and IUD discontinuation in West Lombok Barat, East Lombok and Sumbawa. This study used a cross-sectional design and secondary data from the Monitoring and Evaluation Survey Use of Contraception in East Java and West Nusa Tenggara Province. The samples were mothers who are married and aged 15-49 years. The number of samples analyzed is 5023 respondents. The results of the study the proportion of injection contraceptive, implant and IUD discontinuation in a total of three districts is 29.2 %. Predisposing factors that statistically correlated are age and number of living children. Enabling factors, types of contraceptives is not statistically correlated in three districts. Reinforcing factors, IEC KB and discussion about KB with husband is statistically correlated in total of three districts. So it is recommended to the Provincial Government of NTB to conduct intensive counseling about the need to continue the use of contraceptives, especially in women older than 35 years or who have children over 3, to intensify the provision of family planning information by visiting health workers or community leaders and enhance the role of the husband."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S53527
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Maharani Putri
"Penelitian ini dibuat dengan tujuan untuk menggambarkan kejadian unmet need KB pada wanita menikah 2 tahun pascasalin dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Penelitian ini menggunakan data Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007 dengan analisis univariat dan bivariat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara umur, pendidikan, tingkat ekonomi, jumlah anak hidup, agama, pengambilan keputusan pemeriksaan kesehatan ibu, keadaan abstinen, komunikasi dengan pasangan, wilayah tempat tinggal, pemberian ASI eksklusif, kematian anak, keterpaparan dengan informasi KB, pengetahuan terhadap alat kontrasepsi, sikap terhadap kontrasepsi, dan ukuran ideal keluarga terhadap kejadian unmet need pada wanita 2 tahun pascasalin.

This study was made in order to describe the incidence of unmet need for contraception in women married 2 years postpartum and the factors that influence it. This study uses data Indonesia Demographic and Health Survey (IDHS) 2007 with univariate and bivariate analyzes. The results showed that there is a relationship between age, education, economic level, the number of living children, religion, maternal health screening decision, the state of abstinence, communication with partner, region of residence, exclusive breastfeeding, infant mortality, exposure to family planning information, knowledge against contraceptives, attitudes toward contraception, and ideal family size on the incidence of unmet need in women married 2 years postpartum.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S46058
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rosita Muliawati
"Wanita usia 35 tahun keatas merupakan masa mengakhiri kehamilan sebab diketahui bahwa melahirkan pada usia tersebut memiliki risiko medik. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan penggunaan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) pada wanita usia 35 tahun keatas serta faktor-faktor yang berhubungan. Penelitian ini menggunakan data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007 dan 2012 dengan analisis univariat, bivariat, dan multivariat.
Hasil menunjukkan bahwa penggunaan MKJP pada wanita usia 35 keatas pada SDKI 2007 sebesar 29,2%, sedangkan pada SDKI 2012 sebesar 24,4%. Faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan MKJP pada SDKI 2007 dan 2012 adalah pendidikan, jumlah anak hidup, dan pengambilan keputusan. Faktor yang paling berperan dengan penggunaan MKJP pada penelitian ini adalah pengambilan keputusan yang dilakukan oleh suami (OR =1,90 - 2,35).

Women aged over 35 years is a period terminating a pregnancy because it is known that giving birth at that age have a medical risk. This study aims to describe the use of Long-Term Contraception Method (LTM) in women over the age of 35 years and the factors associated. This study uses data Indonesian Demographic and Health Survey (IDHS) 2007 and 2012 with the univariate, bivariate, and multivariate analyzes.
The results showed that the use of LTM in IDHS 2007 of 29.2%, whereas in 2012 amounted to 24.4% IDHS. Factors associated with the use of LTM in 2007 IDHS is education, number of living children, ideal number of children, and decision making. Factors associated with the use of LTM in IDHS 2012 is education, number of living children, and decision making. The factors that most contribute to the
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
S55057
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kartini
"Salah satu upaya yang dilakukan pemerintah untuk menurunkan tingkat pertumbuhan penduduk adalah melalui program Keluarga Berencana. Sejak otonomi daerah program KB banyak mengalami perubahan/kendala yang mengakibatkan turunnya tingkat pemakaian alat kontrasepsi terutama penggunaan alat kontrasepsi jangka panjang. Cakupan akseptor KB aktif di Kecamatan Kendari Barat Kota Kendari yang terdiri dari 2 buah Puskesmas, yaitu Puskesmas Kemaraya dan Puskesmas Benu-Benua, baru mencapai 65%, masih di bawah target Nasional yaitu 75%.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan desain cross sectional. Populasi Dalam penelitian adalah seluruh pasangan usia subur yang berjumlah 7.617 orang dengan besar sampel 210 orang yang diambil secara cluster random sampling. Data dianalisa dengan menggunakan uji chi square pada tingkat kepercayaan 95%.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan alat kontrasepsi lebih banyak pada mereka yang memiliki pengetahuan baik (p-value = 0,000), sikap yang positif (p-value = 0,000), kepercayaan baik terhadap alat kontrasepsi (p-value = 0,013), informasi yang cukup mengenai alat kontrasepsi (p-value = 0,002) serta dukungan yang baik dari suami (p-value = 0,001) sehingga dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor tersebut ada hubungan yang signifikan dengan penggunaan alat kontrasepsi.
Petugas kesehatan disarankan untuk memberikan KIE ( Komunikasi Informasi dan Edukasi) kepada setiap pasangan usia subur sehingga mereka memiliki pengetahuan yang baik, sikap positif dan meyakini dengan benar mengenai alat kontrasepsi yang digunakan

One of effort had been made by government to lower population growth rate are through family planning program. Since region autonomy, family planing program had many changes/problems which caused of decreasing amount of using contraception tools, especially long-term of using contraception tools. Range of active KB acceptor in Sub-district of West Kendari consists of 2 public health center, namely public health center Kemaraya and public health center Benu-Benua which reach 65%, still below of national target 75%.
This study is a descriptive study by cross sectional design. Population in this study are all of couples of child-bearing age amounted 7,617 people, with large of samples are 210 people taken as cluster random sampling. Data analyzed using chi square test on confidence level of 95%.
Study result shows that using of contraception tools carried by them who have good knowledge (p-value = 0.001), positive attitude (pvalue = 0.001), good trust for contraception tools (p-value = 0.013), adequate information about contraception tool (p-value = 0.002) and good support from husband (p-value = 0.001), for conclusion, there are significant relationship in these factors to using contraception tools.
Health provider was suggested to implement Information Communication and Education to every couples of childbearing age in order that they have good knowledge, positive attitude, and trust in using contraception tools.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2011
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Erna Mutiara
"Prevalensi penggunaan kontrasepsi di beberapa propinsi wilayah Indonesia Timur masih lebih rendah dari prevalensi nasional. Salah satu penyebabnya masih banyaknya hard to reach area atau daerah-daerah yang masih tertinggal dalam kemampuannya memberikan pelayanan KB dan kesehatan yang optimal pada masyarakat, sehingga informasi dan aksesibilitas KB masih rendah. Di samping itu ada beberapa faktor lain yang berperan seperti faktor sosio-demografi (umur, lama pernikahan, pendidikan, pekerjaan, daerah tempat tinggal, jumlah anak masih hidup), faktor sosio-psikologi (keinginan untuk mempunyai anak) dan faktor yang berhubungan dengan pelayanan (tempat tinggal terlama sampai umur 12 tahun, paparan media massa, akses pelayanan KB).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi penggunaan kontrasepsi di 8 propinsi Indonesia Timur (Nusa Tenggara Timur, Timor Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Maluku dan Irian Jaya) dan hubungan antara faktor-faktor tersebut dengan penggunaan kontrasepsi berdasarkan data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 1994.
Studi dengan analisis data sekunder ini mendasarkan pada rancangan cross-sectional dengan jumlah sampel 5066 wanita berstatus kawin umur 15 - 49 tahun, tidak hamil dan tinggal di wilayah cacah terpilih pada waktu wawancara dilaksanakan. Analisis data meliputi analisis univariat, bivariat dan multivariat dengan menggunakan uji tabulasi silang dan analisis regesi logistik. Analisis dilakukan dengan menggunakan program STATA versi 4.0 dengan mempertimbangkan unsur strata, klaster, maupun pembobotannya.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa proporsi responden yang sekarang menggunakan kontrasepsi hampir sama dengan proporsi yang tidak menggunakan kontrasepsi, masing-masing sebesar 49,7 % dan 50,3 %. Responden yang menyatakan pernah menghubungi/dihubungi petugas KB sekitar 29,3 %, yang menunjukkan masih rendahnya akses pelayanan KB. Dari yang menyatakan tidak pernah menghubungi atau dihubungi petugas KB sebagian besar (82,2 %) berpendidikan rendah dan bertempat tinggal di desa (80,7 %). Ditemukan adanya hubungan yang bermakna dari semua variabel dengan penggunaan kontrasepsi, kecuali variabel pekerjaan responden. Dari hasil analisis bivariat ternyata variabel yang berperanan besar adalah variabel akses pelayanan KB. Kemungkinan responden yang menyatakan pernah kontak dengan petugas KB untuk menggunakan kontrasepsi sebesar 3,90 kali dibanding yang tidak pernah mengadakan kontak dengan petugas KB. Ditemukan adanya interaksi antara umur dengan jumlah anak masih hidup. Pada kelompok umur 15 - 19 tahun, kemungkinan responden yang memiliki anak 2 orang atau lebih untuk menggunakan kontrasepsi 0,91 kali dibanding yang memiliki anak < 2 orang (95 % CI = 0,17 - 4,82), sementara pada kelompok umur 30 tahun keatas, kemungkinan responden yang telah memiliki anak 2 orang atau Iebih untuk menggunakan kontrasepsi 5,81 kali dibanding yang memiliki anak < 2 orang (95 % CI = 4,01 - 8,43) setelah dikontrol dengan variabel lain.
Mengingat masih rendahnya akses pelayanan KB, perlu diupayakan langkah-langkah yang dapat memperluas kontak dengan petugas melalui kegiatan-kegiatan yang lebih produktif, program perlu lebih menjelaskan tentang keuntungan dari suatu Cara kontrasepsi, perlu upaya penyuluhan yang intensif kepada kelompok umur 15 - 19 tahun yang memiliki 2 anak atau lebih, berpendidikan rendah dan bertempat tinggal di pedesaan dan perlu penelitian lebih lanjut tentang rendahnya akses pelayanan KB selain karena alasan kondisi geografis.

The prevalence of contraceptive use in some provinces in Eastern Indonesia was still lower than national prevalence. One of its causes was still many hard to reach areas or areas which were left behind by progress in their capability to give family planning service and optimum health to the community, so that information and accessibility about family planning was still poor. Besides there were some other factors which contributed such as socio-demography factors (age, marital duration, education, occupation, type of place of residence, number of living children), socio-psychology factor (desire for more children) and factors related to service (childhood place of residence, exposure of mass media, accessibility of family planning service).
The objective of this study was to understand the prevalence of contraceptive use in 8 provinces in Eastern Indonesia (East Nusa Tenggara, East Timor, North Sulawesi, Central Sulawesi, South Sulawesi, South-East Sulawesi, Maluku and Irian Jaya) and the relationship between those factors and contraceptive use based on data of Indonesia Demographic and Health Survey (IDHS) 1994.
The study using this secondary data based on cross-sectional design and the number of samples were 5066 married women, aged 15 - 49 years, not pregnant and lived in selected census area at the time interview was conducted. The data analysis included univariate, bivariate and multivariate analysis by using cross-tabulation and logistic regression analysis. The analysis was conducted by using software STATA version 4.0 by considering strata, cluster and weight.
The result showed that the proportion of respondents used contraceptive almost the same as the proportion who did not use, respectively 49,7 % and 0,3 %. Respondents who had contact with family planning workers were 29,3 %, showed that family planning accessibility was still poor. From the respondents who said that they never visited family planning workers or be visited by family planning workers, most of them (82,2 %) had low education and lived in rural area (80,7 %). There was a significant relationship between all variables, except respondents' occupation, and contraceptive use. From the bivariate analysis, the variable that had great contribution was variable of family planning accessibility. The probability of respondents who said that they had ever visited family planning workers to use contraceptive use was 3,90 times compared to respondent who did not visit family planning workers. There was an interaction between age and number of living children. For the respondents aged 15 - 19 years, the probability of respondents had 2 children or more to use contraceptive was 0,91 times compared to respondents with no child and 1 child (95 % CI = 0,17 - 4,82), meanwhile for the age group 30 years and more, the probability of respondents had 2 children or more to use contraceptive was 5,81 times compared to respondents with no child and 1 child (95 % CI = 4,01 - 8,43) after be adjusted with other variables.
By considering that family planning accessibility was still poor, it is necessary some ways which can extent contact with family planning workers by conducting more productive activities, family planning program should explain the advantage of contraceptive, it is necessary to give the information intensively to the women aged 15 - 19 years with 2 children or more, had low education and lived in rural area and it is necessary to carry out a further research about the poor of family planning accessibility not caused by geographical condition.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fia Azzhara
"Pemerintah telah merekomendasikan pemakaian Kontrasepsi Pasca Persalinan yang tepat waktu yaitu 2 bulan setelah melahirkan, karena secara aktif mampu mengurangi kehamilan yang tidak diinginkan dan kehamilan yang berjarak dekat dengan persalinan sebelumnya, yang dapat berimplikasi terhadap kematian bayi dan kematian ibu. Namun cakupan KB Pasca Persalinan masih rendah yaitu sebesar 30,23%. Penelitian ini bertujuan untuk menilai waktu memulai penggunaan kontrasepsi pasca persalinan di antara wanita kawin usia reproduksi di Indonesia dan mengidentifikasi determinannya dengan menggunakan analisis Regresi Cox. Penelitian ini menggunakan data SDKI 2017 dengan desain cross sectional, dan menggunakan sampel 2.459 wanita kawin usia subur yang melahirkan dalam 12 bulan sebelum wawancara. Estimasi Kaplan Meier menunjukkan bahwa probabilitas kumulatif kelangsungan wanita yang menggunakan kontrasepsi pasca persalinan di Indonesia sampai akhir pengamatan bulan ke-11 yaitu 79,9% dengan median survival time yaitu 3 bulan. Analisis regresi cox extended menunjukkan bahwa wanita dengan tingkat pendidikan menengah dan tinggi; wanita dengan status ekonomi menengah bawah, menengah, dan menengah atas; wanita yang bertempat tinggal di perkotaan; wanita yang melakukan hubungan seksual dalam 2 bulan setelah melahirkan; dan wanita yang mendapatkan dukungan suami adalah faktor yang mempengaruhi waktu mulai penggunaan kontrasepsi pasca persalinan. Oleh karena itu, perlu peningkatan kegiatan pemerataan sosialisasi, kualitas, dan kapasitas fasilitas pelayanan KB di daerah yang tertinggal, terpencil dan perbatasan; serta memperbaiki masalah klaim pelayananan kontrasepsi pasca persalinan di fasilitas kesehatan dengan pemisahan penggantian klaim untuk biaya persalinan dan pemasangan alat kontrasepsi pada calon akseptor agar penggunaan kontrasepsi pasca persalinan yang tepat waktu dapat disegerakan.

The government has recommended the timely use of Postpartum Contraception, which is 2 months after giving birth because it can actively reduce unwanted pregnancies and pregnancies that are close to previous deliveries, which can have implications for infant mortality and maternal mortality. However, the coverage of Postpartum Family Planning is still low at 30.23%. This study aims to assess the time to start postpartum contraceptive use among married women of reproductive age in Indonesia and identify its determinants using Cox Regression analysis. This study used IDHS 2017 data with a cross-sectional design and used a sample of 2,459 married women of childbearing age who gave birth within 12 months before the interview. Kaplan Meier's estimation shows that the cumulative probability of survival of women using postpartum contraception in Indonesia until the end of the 11th month of observation is 79.9% with a median survival time of 3 months. Cox extended regression analysis shows that women with secondary and higher education levels; women with lower middle, middle and upper middle-class economic status; women who live in urban areas; women who have sexual intercourse within 2 months after giving birth; and women who get husband's support are factors that influence the time to start using postpartum contraception. Therefore, it is necessary to increase socialization, quality, and capacity of family planning service facilities in underdeveloped, remote, and border areas; as well as fix the problem of claims for postpartum contraceptive services at health facilities by separating claim reimbursement for delivery costs and installing contraceptives for prospective acceptors so that timely use of postpartum contraception can be expedited."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Unversitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>