Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 173904 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Minarti Edhisiwi Darminto
"Tujuan: 8eberapa penelitian melaporkan bahwa CDS+ atau Iimfosit T diregulasi menurun pada penderita kanker. Penelitian ini mencoba mengkaji hubungan CDS+ dan CEA pad a penderita kanker kolorektal. CEA dilaporkan berkorelasi dengan ukuran tumor yang berespon terhadap terapi dan sisa tumor pasca reseksi (sensitivitas dan spesifisitas 70-S0%). Ditambah dengan penurunan CDS, sensitivitas dan spesifisitas diharapkan dapat mencapai 100%.
Disain: Sel T CDS+ dievaluasi dengan flow cytometri multiwama. CDS-PE dihitung dengan latar CD3-FITC dan CD45-PerCP. CEA serum diukur dengna metode ELISA. Kasus kanker kolorektal diperoleh dari rumah sakit pusat rujukan nasional di Indonesia, RSCM. Karena CEA juga positif pada keganasan saluran cerna lainnya, kanker hepar dan lambung juga ikut dimasukkan.
Hasil: Ekspresi NKG2D pada CD8+ yang bersirkulasi di regulasi menurun dan berkorelasi signiofikan dengan interferon gamma pada pasien dengan kanker lambung (r=O.6S, p=O.007). Ekspresi NKG2D berhubungan erat dengna kanker tidak berdiferensiasi (p=0.021) dan kedalaman invasi (p=0.012). Tidak ditemukan perbedaan MICA terlaurt antara pasien kanker lambung dan control. Ekspresi NKG2D pada CDS+ menurun secara signifikan pada jaringan kanker dibandingkan di darah tepi (p=O.046). Pembedahan tumor total akan JIl~ngembalikan ekspresi NKG2D pada sel T (P=O.0049).
Kesimpulan: Penurunan ekspresi NKG2D mungkin menjadi salah satu imunologis pada penderita kanker kolorektal."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2008
T59079
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Khalikul Razi
"Latar belakang: Kanker kolorektal adalah salah satu kanker paling mematikan dan umum di seluruh dunia. Suplemen vitamin D dapat mempengaruhi risiko kanker, tetapi belum jelas efeknya pada pasien kanker kolorektal stadium awal hingga III. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pemahaman lebih lanjut tentang manfaat vitamin D dalam pengobatan kanker kolorektal di Indonesia.
Metode: Penelitian ini merupakan uji klinis acak terkontrol yang dilaksanakan pada September 2022–November 2023 di Poliklinik Bedah Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) dengan kriteria inklusi berusia di atas 18 tahun, memiliki diagnosis kanker kolorektal stadium I–III, serta belum menjalani operasi dan kemoterapi untuk kanker kolorektal. Kriteria eksklusi meliputi pasien dengan Skor Karnofsky <60%, merokok, memiliki inflammatory bowel disease, serta pasien dengan jenis keganasan selain karsinoma kolorektal.
Hasil: Rerata kadar vitamin D pada semua subjek sebelum intervensi adalah sebesar 16,66±6,23 ng/mL. Median kadar CEA pre intervensi sebesar 4,70 (min-max 1,30– 59,40). Terdapat perubahan yang signifikan dalam kadar CEA dalam kelompok eksperimental (median delta CEA: -0,20) dan respons terhadap suplementasi vitamin D bervariasi tergantung pada tingkat diferensiasi sel kanker.
Kesimpulan: Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa suplementasi vitamin D secara signifikan dapat menurunkan kadar CEA pada pasien dengan kanker kolorektal stadium I-III yang belum menjalani tindakan medis.

Background: Colorectal cancer is a globally prevalent and highly lethal malignancy. While vitamin D supplementation may impact cancer risk, its precise effect remains unclear, especially in patients with early to stage III colorectal cancer. This research aims to enhance our understanding of the potential advantages of vitamin D in colorectal cancer treatment in Indonesia.
Methods: This study is a randomized controlled clinical trial conducted from September 2022 to November 2023 at Cipto Mangunkusumo Hospital's Surgical Polyclinic (RSCM). Inclusion criteria encompass individuals aged 18 and above, diagnosed with stage I–III colorectal cancer, and without a history of surgical or chemotherapeutic colorectal cancer treatment. Exclusion criteria entail patients with a Karnofsky score below 60%, smokers, individuals with inflammatory bowel disease, and those diagnosed with malignancies other than colorectal carcinoma.
Results: The mean vitamin D level in all subjects before the intervention was 16.66 ± 6.23 ng/mL. The median pre-intervention CEA level stood at 4.70 (min-max 1.30–59.40). There was a notable change in CEA levels within the experimental group (median delta CEA: -0.20), and the response to vitamin D supplementation exhibited variations depending on the degree of cancer cell differentiation.
Conclusion: The outcomes of this study indicate that vitamin D supplementation can significantly reduce CEA levels in patients with stage I-III colorectal cancer who have not received prior medical treatment.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Yusmaidi
"Latar Belakang. Pemberian kemoterapi oxaliplatin sebagai salah satu modalitas terapi kanker kolorektal telah terbukti memperbaiki angka kesembuhan, ketahanan hidup maupun masa bebas penyakit dan kualitas hidup penderita. Namun, juga memberikan berbagai efek samping toksisitas hematologi anemia, leukopenia, dan trombositopenia yang paling sering ditemukan.
Metode. Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan menggunakan rancangan hysterikal kohort. Penelitian dilakukan di Departemen Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Divisi Bedah Digestif RSCM, periode Januari 2016 - Desember 2016. Populasi sasaran adalah 65 pasien kanker kolorektal yang mendapat kemoterapi oxaliplatin adjuvan.
Hasil. Usia pasien kanker kolorekta berkisar antara 18 tahun sampai dengan 73 tahun rata-rata 50,8 tahun, perbandingan pria 32 49,2 dan wanita33 50,8. dari 65 pasien kanker kolorektal distribusi lokasi tumor terbanyak pada rektum 39 60, sigmoid 11 16,9, kolon desenden 7 10,8, kolon tranversum 5 7,7, kolon asenden 2 3,1, dan pada caecum 1 1,5. Stadium terbanyak adalah stadium II dan tindakan pembedahan berupa Low Anterior Resction atau Anterior Perineal Resection. Terdapat penurunan rerata kadar hemoglobin yang bermakna dengan p

Background. The administration of oxaliplatin chemotherapy as one of the therapeutic modalities of colorectal cancer has been shown to improve the rate of cure, survival and disease free and quality of life of patients. However, it also provides the most common side effects of hematologic toxicity anemia, leukopenia, and thrombocytopenia.
Methods. This research is an observational using hysterical cohort design. It was conducted in Department of Surgery Faculty of Medicine, University of Indonesia Division of Digestive Surgery RSCM, periode January 2016 December 2016. The target population is 65 patients of colorectal cancer receiving adjuvant oxaliplatin chemotherapy.
Results The age of colorectal cancer patients ranged from 18 to 73 years mean 50.8 years, male 32 49.2 and female 33 50.8. 65 patients of colorectal cancer distributed the most tumor sites in the rectum 39 60, sigmoid 11 16.9, descending colon 7 10.8, tranversum colon 5 7.7, ascending colon 2 3.1, and at caecum 1 1.5. Most stages are stage II and the operate type of Low Anterior Resction or Anterior Perineal Resection. There was a significant decrease in mean hemoglobin level with p
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
T57665
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Azzahra Nisya Zulkarnain
"Terapi kanker kolorektal dengan menggunakan agen kemoterapi seperti 5-flourourasil, kapesitabin, irinotekan, leukovorin, dan oksaliplatin memiliki permasalahan terkait tingkat toksisitasnya yang tinggi, selain itu agen kemoterapi bekerja secara tidak spesifik pada target tertentu yang dapat merusak sel-sel normal sehingga diperlukan obat yang bekerja secara selektif pada reseptor tertentu. Berdasarkan beberapa penelitian mengenai kanker kolorektal, telah ditemukan sebuah reseptor yang terlibat pada mekanisme kanker kolorektal. Reseptor tersebut adalah TNIK (TRAF2 dan NCK-interacting Kinase ). Penelitian ini bertujuan untuk menemukan kandidat inhibitor TNIK yang berasal dari senyawa bahan alam Indonesia yang diprediksi memiliki potensi untuk menghambat sel kanker kolorektal . Senyawa bahan alam yang berasal dari pangkalan data HerbalDB dilakukan penapisan virtual terhadap reseptor target TNIK (TRAF2 dan NCK-interacting Kinase ) dengan ID 5AX9 pada situs RSCB PDB. Penapisan virtual dilakukan menggunakan program AutoDock yang telah divalidasi sebelumnya menggunakan senyawa pengecoh. Program penambatan AutoDock divalidasi menggunakan parameter EF dan AUC. Grid box yang dipilih berdasarkan hasil validasi, yakni grid box 60 x 60 x 60 dengan evaluasi energi maksimal sebesar 250.000 (Short). Berdasarkan hasil penapisan virtual, diperoleh sepuluh senyawa yang memberikan nilai ΔG terbaik, yaitu Mutatokrom, Anteraksantin, Mangostenon a, Violaksantin, Morusin, Kriptokrom, Erikristagallin, (+)-Talrugosin, Kasiamin c, Stigmastanol. Nilai energi pengikatan yang diberikan dari kesepuluh senyawa tersebut berada pada rentang -11,17 – 9,79 kkal/mol sehingga dapat disimpulkan bahwa sepuluh senyawa hasil penelitian tersebut dapat dijadikan sebagai kandidat inhibitor TNIK.

Colorectal cancer therapy using chemotherapeutic agents such as 5-flourouracil, capecitabin, irinotecan, leucovorin, and oxaliplatin has problems related to its high level of toxicity, besides that chemotherapeutic agents don’t work specifically on certain targets so that they can damage normal cells, so the drugs that work selectively on certain receptors are needed . Based on several studies about colorectal cancer, a receptor has been found which is involved in colorectal cancer mechanism. This receptor is TNIK (TRAF2 and NCK-interacting Kinase). The aim of this research is to find candidates for TNIK inhibitors derived from Indonesian natural compounds which are predicted to have the potential to inhibit colorectal cancer cells. Natural compounds derived from the HerbalDB database were subjected to virtual screening using TNIK as a target receptor (TRAF2 and NCK-interacting Kinase ) ID 5AX9 obtained on the RSCB PDB site. Virtual screening was done using an AutoDock program that had been previously validated using actives and decoys compounds. The AutoDock program was validated using the parameters of EF and AUC. The grid box which was used in virtual screening using AuotoDock based on the validation results is 60 x 60 x 60 with a maximum energy evaluation 250,000 (Short). Based on the results of virtual screening, ten compounds which gave the best ΔG values were Mutatochrome, Antheraxanthin, Mangostenone a, Violaxanthin, Morusin, Cryptochrome, Erycristagallin, (+)-Thalrugosine, Cassiamin c, Stigmastanol. The binding energy values ​​given from the ten compounds were in the range of -11.17 to 9.79 kcal/mol so it can be concluded that the ten compounds from the virtual screening results could be proposed as candidate TNIK inhibitors."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Khalisha Sasikirana
"Mutasi gen HRAS, KRAS, NRAS, dan BRAF telah dilaporkan terjadi pada kanker kolorektal. Multiplex Ligation-Dependent Probe Amplification (MLPA) merupakan metode yang mampu mendeteksi variasi copy number dari suatu gen spesifik dan memiliki kelebihan dibandingkan metode lain. Deteksi mutasi gen HRAS, KRAS, NRAS, dan BRAF pada kanker kolorektal menggunakan metode MLPA di Indonesia belum dilaporkan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengoptimasi metode MLPA dan mendeteksi mutasi gen HRAS, KRAS, NRAS, dan BRAF secara simultan pada kanker kolorektal menggunakan metode MLPA. Sampel penelitian berupa jaringan sebanyak 41 sampel yang berasal dari pasien kanker kolorektal di Rumah Sakit Kanker Dharmais. Sampel penelitian telah dikumpulkan sejak tahun 2017 dan disimpan dalam biobank. Mutasi gen HRAS, KRAS, NRAS, dan BRAF dianalisis dari sampel jaringan menggunakan metode MLPA dengan Kit SALSA MLPA Probemix P298-A1 BRAF-HRAS-KRAS- NRAS (MRC-Holland) kemudian dilakukan fragment Analysis menggunakan mesin Capillary Electrophoresis [3500xL genetic analyzer]. Data hasil fragment analysis selanjutnya dianalisis menggunakan perangkat lunak Coffalyser.Net. Hasil penelitian menunjukkan optimasi metode MLPA berhasil dilakukan serta mutasi gen HRAS, KRAS, NRAS, dan BRAF berhasil dideteksi dengan membandingkan perubahan jumlah copy number pada ratio chart sampel jaringan kanker dan sampel jaringan normal. Berdasarkan hasil yang diperoleh, metode MLPA berhasil dioptimasi dan mutasi pada gen HRAS, KRAS, NRAS, dan BRAF berhasil terdeteksi. Mutasi gen HRAS, KRAS, NRAS, dan BRAF terdeteksi dari seluruh 41 sampel dengan persentase masing-masing 17.07%, 26.82%, 2.43%, dan 19.51%. Mutasi yang terdeteksi adalah mutasi duplikasi dan delesi.

HRAS, KRAS, NRAS, and BRAF gene mutation has been reported in colorectal cancer. Multiplex Ligation-Dependent Probe Amplification (MLPA) is a method capable of detecting copy number variation of a specific gene. This method has advantages over other methods, however, the detection of gene mutation in colorectal cancer using MLPA in Indonesia has not been reported so far. The aim of this study is to optimize MLPA method and detect HRAS, KRAS, NRAS, and BRAF gene mutation simultaneously on colorectal cancer using the MLPA method. Research samples consist of 41 fresh colorectal cancer tissues collected from colorectal cancer patients in Dharmais Cancer Hospital. Research samples has been collected and stored in a biobank since 2017. HRAS, KRAS, NRAS, and BRAF gene mutation are analyzed from the research samples using the MLPA method with SALSA MLPA Probemix P298-A1 BRAF-HRAS-KRAS-NRAS (MRC-Holland) kit. Afterwards, fragment analysis is done using the Capillary Electrophoresis [3500xL genetic analyzer] machine. The results are then analyzed using the Coffalyser.Net software. This research succeeds in optimizing the detection of HRAS, KRAS, NRAS, and BRAF gene mutation on colorectal cancer using MLPA method and detecting the gene mutation of HRAS, KRAS, NRAS, dan BRAF by comparing the ratio chart of a normal and cancer tissue. The MLPA method was successfully optimized and the HRAS, KRAS, NRAS, and BRAF gene mutation successfully detected. The HRAS, KRAS, NRAS, and BRAF gene mutation successfully detected from 41 samples, with percentages of 17.07%; 26.82%; 2.43%; and 19.51%. The detected mutations are duplication and deletion."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tarigan, Tiffany Rosa Sudarso
"Pendahuluan: Tata laksana yang tersedia untuk kanker kolorektal masih kurang efektif dan memiliki berbagai efek samping. Protein lunasin dapat mempengaruhi kanker melalui berbagai mekanisme, salah satunya epigenetik, melalui asetilasi histon. Dengan kemampuan kemopreventif dan kemoterapeutiknya, lunasin berpotensi sebagai adjuvant untuk terapi konvensional kanker.
Metode: Tiga puluh mencit Swiss Webster dibagi menjadi enam kelompok, yaitu normal, kontrol positif dan negatif, dan tiga kelompok perlakuan. Selain kelompok normal, dilakukan induksi karsinogenesis dengan injeksi AOM + DSS. Mencit perlakuan diberikan ekstrak kedelai dengan dosis 250 mg/kgBB, 300 mg/kgBB, dan 350 mg/kgBB selama 4 minggu. Ekspresi histon deasetilase (HDAC) dinilai dengan IHC optical density score.
Hasil: Rata-rata ekspresi HDAC pada kelompok normal = 202,4%; kontrol negatif = 239,3%; kontrol positif = 175,25%; dosis 250 mg/kgBB = 202,03%, dosis 300 mg/kgBB = 219,53%, dosis 350 mg/kgBB = 166,68%. Ekspresi HDAC pada dosis ekstrak kedelai 250 mg/kgBB (p=0,221) dan 300 mg/kgBB (p=0,347) tidak berbeda signifikan dengan kontrol negatif. Terdapat perbedaan signifikan ekspresi HDAC pada dosis sebesar 350 mg/kgBB (p=0,014).
Kesimpulan: Lunasin dalam ekstrak kedelai dengan dosis 350 mg/kgBB dapat menurunkan ekspresi HDAC pada model karsinogenesis kanker kolorektal.

Background: The available treatments for colorectal cancer still have limited efficacy and various side effects. There are various mechanisms for lunasin protein to affect cancer, one of them is epigenetics, by histone acetylation. Lunasin has the potential to be conventional cancer therapy adjuvant with its chemopreventive and chemotherapeutic abilities.
Method: Thirty Swiss Webster mice is divided into six groups: normal, positive control, negative control, and three experimental groups. Except normal group, mice undergo carcinogenesis induction with AOM + DSS injection. Experimental mice receive soy extract with 250 mg/kgBW, 300 mg/kgBW and 350 mg/kgBW dosage for 4 weeks. Histone deacetylase (HDAC) expression is measured with IHC optical density score.
Result: Average HDAC expression on normal groups = 202,4%; negative control = 239,3%; positive control = 175,25%; 250 mg/kgBW dose = 166,68%; 300 mg/kgBW dose = 219,53%, 350 mg/kgBW dose = 166,68%. There is no significant difference between HDAC expression in 250 mg/kgBW (p=0,221) and 300 mg/kgBW (p=0,347) dose of soy extract with negative control. There is significant difference of HDAC expression with 350 mg/kgBW dose of soy extract (p=0,014).
Conclusion: Lunasin in soy extract with 350 mg/kgBW dose can decrease HDAC expression in colorectal cancer carcinogenesis model.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"ABSTRAK
Kanker kolorektal merupakan salah satu penyakit kanker yang angka kejadiannya semakin meningkat. Tujuan penelitian ini menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan kualitas hidup penderita kanker kolorektal. Penelitian pre eksperimental korelasional deskriptif dengan menggunakan desain kajian potong lintang dengan tehnik total sampel yang menderita kanker kolorektal. Sampel berjumlah 50 orang yang diperoleh dari RS di Kota Makassar. Data dianalisis dengan menggunakan uji korelasi Pearson dan Spearman untuk melihat hubungan serta uji Chi square untuk melihat perbedaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara fatigue dengan kualitas hidup penderita kanker kolorektal (p˂ 0,05), ada hubungan antara depresi dengan kualitas hidup penderita kanker kolorektal (p˂ 0,05), dan ada perbedaan status perkawinan dengan kualitas hidup penderita kanker kolorektal (p˂ 0,05) sehingga melalui uji regresi linear didapatkan depresi merupakan faktor yang paling berhubungan dengan kualitas hidup penderita kanker kolorektal (p˂ 0,05). Aspek psikis merupakan komponen penting yang perlu diperhatikan dalam merawat pasien kanker kolorektal untuk mendapatkan kualitas hidup yang lebih baik.
ABSTRACT
Depression Related to Life Quality of Colorectal Cancer Patients in Makassar City Hospital. Colorectal cancer is a cancer which incidence increased year by year. This research aimed to analyse factors related to the quality of life of patients with colorectal cancer. The research applied descriptive pre-experimental correlations with a cross-sectional study design with a total sample technique of colorectal cancer. A sample of 50 people was obtained from the hospital in the city of Makassar. Data were analyzed using the Pearson and Spearman correlation test to find out the relationship, and Chi square test to find out the difference. The results showed that there was a relationship between fatigue and the quality of life of patients with colorectal cancer (p˂0,05) there was a relationship between depression and quality of life of patients with colorectal cancer (p˂0,05), and there were differences in marital status and quality of life for cancer patients colorectal (p˂0,05), so that through a linear regression test found depression was the most associated factor with quality of life of patients with colorectal cancer (p˂0,05). The important point during taking care of patients with colorectal cancers is consent in the psychological aspects to have a better quality of life."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
610 JKI 22:2 (2019)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Aurora Hastomo
"Latar belakang: Masalah resistensi dan biaya pengobatan yang besar pada kanker kolorektal memicu penelitian lebih mendalam mengenai alternatif pengobatannya. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan pengetahuan mengenai potensi sitotoksik Aloe vera, sebagai salah satu tanaman herbal, dalam mengatasi kanker kolon. Penelitian ini juga membandingkan dua ekstrak Aloe vera pada pelarut berbeda terhadap sel kanker kolon HT-29. Manfaat penelitian ini adalah mengembangkan penelitian dan pengembangan obat herbal, khususnya Aloe vera, untuk mengatasi kanker kolon HT-29.
Metode: Penelitian yang dilakukan adalah penelitian analitik berbasis laboratorium dengan melakukan dua uji, yaitu uji fitokimia dan uji sitotoksisitas. Uji fitokimia dilakukan untuk mengetahui kandungan senyawa pada ekstrak Aloe vera. Uji fitokimia yang dilakukan adalah uji flavonoid, saponin, terpenoid, glikosida, alkaloid, fenol, dan tanin. Uji sitotoksisitas dilakukan untuk menilai inhibisi ekstrak Aloe vera terhadap sel kanker kolon HT29 menggunakan metode MTT assay. Jumlah sampel yang digunakan sebanyak 72 sampel. Metode analisis yang digunakan berupa uji normalitas shapiro wilk, uji komparatif One way Anova, dan uji komparatif post hoc bonferroni.
Hasil: Uji fitokimia ekstrak etanol Aloe vera menunjukkan positif kandungan flavonoid, tanin, dan terpenoid. Hasil uji fitokimia ekstrak etil asetat Aloe vera menunjukkan hasil positif kandungan flavonoid, tanin, terpenoid, dan alkaloid. Uji sitotoksisitas menunjukkan hasil nilai IC50 ekstrak etanol adalah 22,62 µg/mL dan ekstrak etil asetat adalah 63,05 µg/mL. Hasil uji saphiro wilk menunjukan data bersifat normal. Hasil uji komparatif menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara kedua jenis ekstrak tersebut.
Kesimpulan: Kandungan yang terdapat pada Aloe vera, baik ekstrak etanol maupun ekstrak etil asetat, adalah flavonoid, tanin, dan terpenoid, serta pada ekstrak etil asetat alkaloid juga terkandung yang mana kandungan-kandungan tersebut membuat ekstrak etanol dan etil asetat Aloe vera termasuk ke dalam kategori sitotoksik potensial (IC50< 100 µg/mL) dengan ekstrak etanol lebih poten dibanding dengan ekstrak etil asetat.

Background: The problem of resistance and the high cost of treatment in colorectal cancer triggers more in-depth research on alternative treatments. This study aims to develop knowledge about the cytotoxic potential of Aloe vera, as an herbal plant, in treating colon cancer. This study also compared two Aloe vera extracts in different solvents against HT-29 colon cancer cells. The benefit of this research is to develop research and development of herbal medicines, especially Aloe vera, to treat HT-29 colon cancer.
Methods: The research conducted was a laboratory-based analytical study by conducting two tests, namely the phytochemical test and the cytotoxicity test. Phytochemical tests were carried out to determine the content of compounds in Aloe vera extract. The phytochemical tests carried out were tests on flavonoids, saponins, terpenoids, glycosides, alkaloids, phenols, and tannins. Cytotoxicity test was carried out to assess the inhibition of Aloe vera extract against HT29 colon cancer cells using the MTT assay method. The number of samples used was 72 samples. The analytical methods used are the Shapiro Wilk normality test, the One way Anova comparative test, and the Bonferroni post hoc comparative test.
Results: Phytochemical test of Aloe vera ethanol extract showed positive content of flavonoids, tannins and terpenoids. The phytochemical test results of Aloe vera's ethyl acetate extract showed positive results for the content of flavonoids, tannins, terpenoids, and alkaloids. The cytotoxicity test showed that the IC50 value of the ethanol extract was 22.62 µg/mL and that of the ethyl acetate extract was 63.05 µg/mL. The results of the Shapiro Wilk test show that the data is normal. The comparative test results showed that there were significant differences between the two types of extracts.
Conclusion: The ingredients contained in Aloe vera, both ethanol extract and ethyl acetate extract, are flavonoids, tannins, and terpenoids, and the ethyl acetate extract also contains alkaloids which make the ethanol and ethyl acetate extracts of Aloe vera included in the category of potential cytotoxic (IC50 < 100 µg/mL) with ethanol extract is more potent than with ethyl acetate extract.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sulistiya Puspa Nugraha
"Pola hidup masyarakat perkotaan yang tidak sehat seperti jarang melakukan aktivitas fisik serta kurang mengkonsumsi sayur dan buah-buahan menyebabkan masyarakat di kawasan perkotaan rentan terkena kanker kolorektal. Kanker kolorektal merupakan salah satu penyebab pasien harus menjalani operasi kolostomi. Tindakan kolostomi menyebabkan penurunan kualitas hidup pasien. Dengan pemberian edukasi tentang perawatan kolostomi serta penyesuaian terhadap perubahan pada pasien pasca kolostomi dapat mencegah penurunan kualitas hidup pasien.
Tujuan penulisan ini adalah menunjukkan pentingnya edukasi tentang perawatan kolostomi serta penyesuaian terhadap perubahan pasca kolostomi. Evaluasi dari edukasi tentang perawatan kolostomi pada pasien kelolaan menunjukkan setelah diberikan edukasi pasien mampu memahami tentang cara perawatan stoma serta penyesuaian diet, aktivitas seksual, dan aktivitas ibadah pasca kolostomi.
Rekomendasi dari penulisan ini agar pasien pasca kolostomi dapat melakukan perawatan kolostomi secara mandiri serta dapat menyesuaikan perubahan pasca kolostomi sehingga tidak terjadi penurunan kualitas hidup.

lifestyles of urban communities such as rarely physical activity and less consumption of vegetables and fruits cause people in urban areas susceptible to colorectal cancer. Colorectal cancer is one of the causes of patients having to undergo colostomy surgery. Colostomy action leads to decreased quality of life of the patient. With the provision of education on colostomy care as well as adjustment to changes in post colostomy patients can prevent deterioration of patient's quality of life.
The purpose of this paper is to show the importance of education on colostomy care and adjustment to post colostomy changes. Evaluation of education on colostomy care in patients under management showed that after being educated the patient was able to understand colostomy care and dietary adjustments, sexual activity, and post colostomy religious activities.
Recommendation from this writing that post colostomy patients can do colostomy care independently and can adjust post colostomy changes so that there is no decrease in quality of life.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2017
PR-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ariansah Margaluta
"Pada kanker kolorektal dengan metastasis hati, pemilihan regimen kemoterapi memiliki peranan penting dalam manajemen penyakit. Cetuximab diberikan pada KKR dengan gen KRAS wild-type. Studi ini bertujuan untuk melihat faktor-faktor yang memengaruhi efektivitas Cetuximab pada KKR metastasis dinilai dari respon pengobatan berdasarkan CT-Scan dan kriteria RECIST. Studi ini merupakan studi deskriptif analitik retrospektif dengan desain potong lintang menggunakan data sekunder dari rekam medik pasien di RSCM dalam 3 tahun terakhir (januari 2015 – desember 2017). Dari 19 subjek, sebagian besar merupakan laki-laki dengan respon stabil pada seluruh variabel faktor (IMT normal, SGA B, tumor sisi kanan, hemikolektomi kanan, irinotecan-based agent, performance status karnofsky 80-90, derajat histologi diferensiasi sedang, dan WHO grade toxicity 0-1). Tidak didapatkan adanya respon komplit berdasarkan kriteria RECIST dan faktor yang bermakna secara statistik (p>0,05) terhadap pengaruh efektivitas Cetuximab pada kanker kolorektal metastasis hati. Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor tersebut tidak memengaruhi efektivitas Cetuximab pada pasien kanker kolorektal metastasis hati.

The choice of chemotherapy has an important role to manage a liver metastatic colorectal cancer (mCRC). Based on the newest recommendation, Cetuximab are suggestive to be given to mCRC patients with RAS wild-type. Therefore, the aim of this study is to investigate the contributing factors affecting the efficacy of Cetuximab in mCRC patients response based on CT-Scan and RECIST criteria. This study is a retrospective descriptive analtical study with cross sectional design using secondary data from RSCM’s medical records in the last 3 years (january 2015 – december 2017). From 19 subjects included in this study, most of the subjects are male with stabile disease (SD) response in all of the variable factors (normal BMI, SGA B, right-sided tumor, right-hemicolectomy, irinotecan-based chemotherapy agent, performance status Karnofsky 80-90, moderately-differentiated tumor, adn WHO grade toxicity 0-1). Complete response were not found in this study based on RECIST criteria. There were no significant factors (p>0.05) affecting the efficacy of Cetuximab in liver mCRC patients."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
SP-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>