Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 73768 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Hardi Siswo Soedjana
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1998
T58981
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siahaan, Hendriek
"Pendahuluan
Kaki Diabetik merupakan penyebab utama amputasi ekstremitas non traumatik. Pengenalan dan manajemen awal terhadap faktor-faktor predisposisi amputasi dapat mencegah tindakan amputasi.
Metode
Kami mengumpulkan data klinis dan laboratorium, data komplikasi-komplikasi diabetes, dan data riwayat komorbiditas pada 242 pasien yang dirawat dengan permasalahan kaki diabetik untuk menilai faktor-faktor predisposisi amputasi. Kami membagi pasien-pasien ini menjadi 2 grup (amputasi dan tidak amputasi) dan melakukan anasisis komparatif menggunakan variabel faktor-faktor predisposisi amputasi pada kedua grup.
Hasil
Dari dua buah grup dibandingkan apakah terdapat hubungan yang signifikan dengan faktorfaktor predisposisi amputasi sebagai variabel independen.Secara analisis univariat didapatkan pada grup amputasi terdapat insidens yang lebih tinggi signifikan (p<0,05) pada faktor predisposisi sepsis, ketoasidosis, neuropati perifer dan iskemia diabetik. Didapatkan odds ratio 2,57 untuk sepsis (95% CI:1,44-4,60; P=0,001); 2,67 untuk ketoasidosis (95% CI:1,16-2,58;
P=0,018); 1,79 untuk iskemia diabetik (95% CI:0.970-3,37; P=0,041); dan 4,30 untuk neuropati perifer (95% CI:0.95-19,2; P=0,030).
Kesimpulan
Sepsis, ketoasidosis, neuropati perifer dan iskemia diabetik merupakan faktor-faktor predisposisi amputasi yang signifikan pada pasien-pasien kaki diabetik.

Introduction
Diabetic foot is the main cause of nontraumatic lower extremity amputation. Early recognition and management of predisposing factors for amputation may prevent amputations.
Method
We collected clinical and laboratory data, details of diabetes complications and history of comorbidities in 242 patients who were admitted for management of diabetic foot to determine the predisposing factors of amputation in these patients. We devided these patients into two groups, those whose treatment included amputation and those who were treated conservatively
and carried out a comparative analysis of the variables in the two groups.
Result
From the two groups we compared if there is significant relationship with the predisposing factors for amputation as independent variable. In univariat analysis we found higher incidence (p<0,05) of sepsis, ketoacidosis, peripheral neuropathy and diabetic ischemia on amputated group. Univariat adjusted odds ratios was 2,57 for sepsis (95% CI:1,44-4,60; P=0,001); 2,67 for
ketoacidosis (95% CI:1,16-2,58; P=0,018); 1,79 for diabetic ischemia (95% CI:0.970-3,37; P=0,041); and 4,30 for peripheral neuropathy (95% CI:0.95-19,2; P=0,030).
Conclusion
Sepsis, ketoacidosis, peripheral neuropathy and diabetic ischemia are significant predisposingfactors for amputation in patients hospitalized for diabetic foot lesions.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2103
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yonathan Adi Purnomo
"Infeksi kaki diabetik adalah faktor predisposisi utama amputasi ekstremitas bawah pada penyebab non trauma. Namun baru sedikit studi yang menyelidiki faktor - faktor risiko spesifik. Metode penelitian studi kohort retrospektif sampel besar dengan melakukan observasi data rekam medik 201 pasien dengan diagnosis infeksi kaki diabetic di RS Dr. Cipto Mangunkusumo antara tahun 2008 hingga tahun 2010. Faktor - faktor risiko kami lakukan analisis univariat, bivariat serta multivariat kemudian dilakukan model regresi logistik dan mengkonversi koefisien model ke risk score numerik. Pada hasil sebanyak 25.7% menjalani amputasi ekstremitas bawah diperoleh persamaan dengan kalibrasi Hosmer and Lemeshow Test yang baik dan nilai AUC adalah sebesar 82%. Penelitian pendahuluan ini menghasilkan sistem skoring yang sederhana dan mudah digunakan untuk mengetahui risiko amputasi ekstremitas bawah pada pasien yang menderita infeksi kaki diabetik.

Diabetic foot infection is the primary predisposition for lower extremity amputation in non-trauma etiology. There were only few studies that has determined specific risk factors. This pilot study methods used large sample retrospective cohort study by observing 201 medical records of patients with diabetic foot infection diagnosis in Cipto Mangunkusumo Hospital for 2008 to 2010. We did univariate, bivariate, multivariate analysis continue with logistic regression model and converting coefficient model to numeric risk score. Result, there were 27.7% had lower extremity amputation, logistic regression with good equation result on Hosmer and Lemeshow test and AUC score were 82%. This pilot study produce a simple scoring system and easy to use to identify lower extremity amputation risks on diabetic foot infection patient.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Aulia Fitria
"Tujuan: Membuktikan kesahihan dan keandalan Foot and Ankle Ability Measure (FAAM) dalam versi Bahasa Indonesia
Metode: Desain uji potong lintang. Penelitian dilakukan pada 42 orang tentara pasukan khusus dengan instabilitas pergelangan kaki. Setiap responden mengisi kuesioner FAAM versi Bahasa Indonesia yang sudah diujicobakan terlebih dahulu. Kemudian dilakukan pengisian kuesioner SF-36 sebagai baku emas kuesioner kualitas hidup untuk menilai kesahihan konvergen. 2 minggu dari pengisian pertama dilakukan pengisian kembali kuesioner FAAM untuk menilai keandalan test-retest.
Hasil: Didapatkan korelasi bermakna dengan nilai korelasi sedang untuk antara FAAM subskala aktivitas keseharian dengan skor komponen mental dan skor komponen fisik terhadap dengan nilai r secara berurutan 0,417, dan 0,458. Didapatkan korelasi bermakna dengan nilai korelasi sedang untuk antara FAAM subskala olahraga dengan skor komponen fisik dan fungsi fisik terhadap dengan nilai r secara berurutan 0,430 dan 0,464. Didapatkan konsistensi internal dengan cronbach alpha 0,917 dan 0,916 untuk subskala aktivitas keseharian dan subskala olahraga. Didapatkan nilai korelasi interkelas sedang untuk subskala olahraga sebesar 0,78.
Kesimpulan: FAAM versi Bahasa Indonesia memiliki kesahihan dan keandalan yang baik.

Objective: to assess validity and realibility of Foot Ankle Ability Measure in Indonesia version .
Method : design of this study is cross sectional study. This research was to 42 special force army personal with ankle instability. Every subject was asked to fill out Indonesian version of Foot and Ankle Ability Measure quetionairre. And SF-36 quetionairre as gold standard of quality of life to assess validity. After 2 weeks, subject is asked to fill FAAM quetionairre again to assess test-retest realibility.
Result : There was significant correlation with moderate value between FAAM-I activity daily living subscale and mental component summary and physical component summary with r 0,417 and 0,458 respectively. There was also significant correlation with moderate value between FAAM-I sport subscale with r 0,430 and 0,464 respectively. The internal consistency with cronbach alpha was 0,917 and 0,916 for ADL subscale and sport subscale. Interclass correlation for sport subscale was 0,78.
Conclusion : Indonesian version of FAAM have good validity and realibility.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
T58755
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Baltimore: The Williams & Wilkins, 1976
617.585 COM
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Mosca, Vincent S.
"The most complex fields are often the most challenging to teach; thankfully, Principles and Management of Pediatric Foot and Ankle Deformities and Malformations was written by the most renowned teacher in pediatric foot and ankle surgery, offering orthopedists, foot and ankle surgeons and podiatrists an invaluable and comprehensive guide to the assessment and treatment of children's feet. This text was designed to be practical, accessible, and immediately applicable-focusing on principles of treatment rather than reductive ""cookbook"" approaches that privilege piecemeal techniques over holist"
Philadelphia: Wolters Kluwer, 2014
617.585 MOS p
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
"A comprehensive textbook of some of the most common and difficult to deal with pathologies. The first truly international, multidisciplinary manual of foot and ankle surgery by the specialty’s leaders and most experienced surgeons. The management of various conditions in the foot and ankle will be approached by authors in different parts of the world. Authors will be invited to provide radiographs, diagrams, and intra-operative pictures to illustrate the procedures described. Current up to date trends and techniques using a scientific approach including evidence based guidelines where applicable. "
London : Springer, 2012
e20426485
eBooks  Universitas Indonesia Library
cover
Tancous, Jean J.
Jakarta: Bhratara Karya Aksara , 1981
675 TAN d
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1989
616.845 PEN
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Yoga Devaera
"Bayi baru lahir sering mengalami berbagai prosedur invasif. Nyeri akibat tindakan tersebut dapat dirasakan oleh bayi karena jalur transmisi nyeri telah berfungsi mulai usia gestasi 20-22 minggu. Bayi prematur mungkin merasakan nyeri lebih kuat karena densitas ujung saraf perasa nyeri di kulit Iebih tinggi dibanding bayi yang lebih tua dan kemampuan adaptasi terhadap nyeri baru mulai terbentuk pada usia gestasi 32-36 minggu.
Nyeri akan menimbulkan respons fisiologis, perilaku dan biokimiawi.l Hal tersebut menjadi dasar penilaian nyeri (skala nyeri) pada neonatus_3 Nyeri dapat mempengaruhi stabilitas kardiovaskuler dan perubahan tekanan intrakranial. Kedua hal tersebut diduga berhubungan dengan kejadian perdarahan intraventrikuler.3.4 Nyeri juga mempunyai efek jangka panjang. Perubahan ambang nyeri, hiperinervasi pada daerah nyeri, somatisasi dan gangguan perilaku dapat dijumpai pada bayi yang mengalami nyeri berulang. Penanganan nyeri yang tidak adekuat saat prosedur invasif pertama akan menurunkan respons terhadap analgesik dosis biasa yang diberikan pada scat prosedur berikutnya.
Penanganan nyeri pada bayi baru lahir masih belum menjadi perhatian. Hal ini disebabkan beberapa hal, diantaranya: ketidakmampuan bayi untuk verbalisasi nyeri, keengganan memakai analgesik karena takut terhadap efek sampingnya, kesalahan menafsirkan ekspresi nyeri pada bayi sebagai ekspresi rasa takut serta perhatian diutamakan untuk menangani penyakit dasarnya. Pencegahan nyeri seharusnya termasuk salah satu tujuan terapi dalam menangani bayi baru lahir. Penanganan nyeri dapat dilakukan melalui intervensi farmakologik dan non-farmakologik. intervensi nonfarmakologik lebih disukai pada prosedur invasif minor karena efek sampingnya minimal. Pemberian larutan sukrosa merupakan suatu jenis intervensi non-farmakologik yang paling banyak diteliti. Mekanisme analgesik larutan ini belum jelas diduga terjadi melalui mekanisme opioid endogen. Suatu meta-analisis menyarankan penggunaan rutin larutan sukrosa sebagai analgesik pada bayi baru lahir yang menjalani prosedur invasif minor. Penelitian lain menunjukkan bahwa larutan manis lain seperti glukosa, fruktosa, aspartam dan sakarin memberikan efek serupa. Tidak ada bukti yang menyatakan bahwa sukrosa lebih balk daripada glukosa.
Larutan glukosa untuk pemakaian intravena merupakan sediaan yang mudah dan mudah didapat di Indonesia. Hingga saat ini belum ada penelitian tentang efek analgesik glukosa oral pada prosedur invasif minor bayi baru lahir di Indonesia. Penelitian ini ditujukan untuk menilai efikasi larutan glukosa oral sebagai analgesik pada bayi barn lahir yang mengalami prosedur invasif minor.
RUMUSAN MASALAH
Apakah pemberian larutan glukosa 30% per oral dapat memberikan efek analgesik pada bayi baru lahir saat dilakukan prosedur invasif minor?"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2006
T18025
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>