Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 133017 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ardi Rakhmat Ismail
"Biaya investasi HPHE dapat diestimasikan melalui direct cost yaitu biaya material dari komponen-komponen yang dibutuhkan seperti heat pipe dan fin ditambah dengan beberapa estimasi biaya lainnya seperti labor cost, overhead cost dan operating profit. Pemasangan HPHE di dalam sistem HVAC dimana seratus persen udara luar dibutuhkan seperti Clean Room dapat mengurangi konsumsi energi listrik melalui pemanfaatan waste heat recovery dengan proses pre-cooling yaitu pendinginan tambahan ke udara luar sebelum memasuki cooling coil. Besarnya biaya listrik yang dihemat oleh HPHE kemudian dapat dihitung berdasarkan nilai pre-cooling, coefficient of performance, waktu pemakaian dan tarif biaya listrik. Software studi kelayakan tekno-ekonomi dikembangkan dengan metode payback period yaitu metode dengan cara membandingkan biaya investasi HPHE dan biaya penghematan listrik untuk mengetahui periode tercepat dimana biaya investasi sudah tertutup oleh biaya penghematan dan mengetahui bagaimana pengaruh input spesifikasi, dimensi dan kondisi operasional HPHE terhadap periode tersebut. Nilai pre-cooling didapatkan dari penelitian yang telah dilakukan sebelumnya dengan nilai masing-masing 30℃, 35℃, 40℃ , 45℃ dan 1,5 m/s, 2,5 m/s, 3,0 m/s dimana 3, 6 dan 9 baris heat pipe digunakan. Hasil perhitungan payback period oleh software studi kelayakan tekno-ekonomi HPHE dari beberapa input yang berbeda kemudian akan diperlihatkan.

HPHE investment costs can be estimated through direct costs, namely the material costs of the required components such as heat pipes and fins plus several other estimated costs such as labor costs, overhead costs and operating profit. The installation of HPHE in the HVAC system where one hundred percent of outside air is needed, such as a Clean Room, can reduce electrical energy consumption through the use of waste heat recovery with a pre-cooling process, namely additional cooling to the outside air before entering the cooling coil. The amount of electricity costs saved by HPHE can then be calculated based on the pre-cooling value, the coefficient of performance, usage time and electricity cost rates. Techno-economic feasibility study software was developed with the payback period method, namely a method by comparing the investment costs of HPHE and the cost of saving electricity to find out the fastest period in which the investment costs have been covered by the cost savings and to find out how the input specifications, dimensions and operational conditions of the HPHE will affect that period. The pre-cooling value is obtained from research that has been done previously with the respective values ​​of 30 ℃, 35 ℃, 40 ℃, 45 ℃ and 1.5 m / s, 2.5 m / s, 3.0 m / s where 3 , 6 and 9 rows of heat pipe are used. The results of the calculation of the payback period by the techno-economic feasibility study software of HPHE from several different inputs will then be shown."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Rafif Diyartazhar
"Konsumsi energi dari sistem pengkondisian udara pada gedung perkantoran menempati urutan tertinggi pada konsumsi energi keseluruhan dari gedung tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan heat pipe heat exchanger (HPHE) pada sistem heating, ventilation and air conditioning (HVAC) office building dan menganalisis penggunaan korelasi Sp number. HPHE yang digunakan pada penelitian ini merupakan straight HPHE yang terdiri dai 6 baris yang terdiri dari empat heat pipe pada tiap baris. Temperatur fresh air divariasikan pada temperatur 30, 35, 40 dan 45  °C dengan kecepatan udara masuk pada sisi evaporator (ve,in) sebesar 1,0; 1,5 dan 2,0 m/s. Penelitian dilakukan pada model sistem HVAC office building dengan beban ruangan pada chamber pengujian divariasikan pada nilai 200 dan 300 W. Hasil eksperimen menunjukkan Nilai efektifitas terbesar 40,324% pada kecepatan udara inlet (vin) 1,0 m/s dengan temperatur fresh air 45 °C dan beban ruangan sebesar 200 W. Heat recovery HPHE terbesar mencapai 398,72 W pada variasi kecepatan udara inlet 2,0 m/s dengan temperatur fresh air 45 °C dan beban ruangan 200 W. Nilai absolute error terkecil dari penggunaan korelasi Sp number terdapat pada variasi kecepatan udara inlet 2,0 m/s dengan beban ruangan 300 W, yaitu sebesar 11% dan absolute error terbesar pada variasi kecepatan udara inlet 1,0 m/s dengan beban ruangan 200 W, yaitu sebesar 51,17%.

 


The energy consumption of the air conditioning system in an office building ranks highest in the overall energy consumption of the building. This study aims to determine the effect of using a heat pipe heat exchanger (HPHE) on the heating, ventilation and air conditioning (HVAC) office building system and analyze the use of Sp number correlation. The HPHE used in this study is a straight HPHE consisting of 6 lines consisting of four heat pipes in each row. The temperature of fresh air was varied at temperatures of 30, 35, 40 and 45 °C with the air velocity entering the evaporator side (ve, in) of 1.0; 1.5 and 2.0 m/s. The research was conducted on an office building HVAC system model with room loads in the testing chamber varied at values of 200 and 300 W. The experimental results show the greatest effectiveness value is 40.324% at the inlet air velocity (vin) 1.0 m/s with a fresh air temperature of 45 °C. and room load of 200 W. The largest HPHE heat recovery reached 398.72 W at a variation of the inlet air velocity 2.0 m/s with a fresh air temperature of 45 °C and a room load of 200 W. The smallest absolute error value from the use of the Sp number correlation was found in the variation of the inlet air velocity of 2.0 m/s with a room load of 300 W, which is 11% and the largest absolute error in the variation of the inlet air velocity of 1.0 m/s with a room load of 200 W, which is 51.17%.

 

"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Yunus
"Pada teknologi penyimpanan basah, bahan bakar nuklir bekas disimpan di rak penyimpanan yang ditempatkan di dalam kolam air. Untuk mempertahankan temperatur air kolam agar berada pada batas kondisi operasi normal, panas yang dihasilkan akibat sisa peluruhan bahan bakar akan didinginkan oleh sistem pendingin. Pada penelitian ini akan dilakukan upaya penghematan energi pada sistem pendingin kolam bahan bakar bekas khususnya pada sistem chiller. Tujuan dari penelitian ini adalah mengembangkan desain Heat pipe Heat Exchanger (HPHE) pada sistem refrigerasi yang digunakan pada sistem pendingin loop sekunder. Dengan menggunakan sistem refrigerasi yang dilengkapi HPHE ini diharapkan dapat meningkatkan efektifitas dan penghematan penggunaan energi. Prototipe HPHE yang dikembangkan terdiri 5 buah heat pipe yang disusun sejajar dan dipasang diantara evaporator dan kompresor. Untuk melihat pengaruh HPHE terhadap performa sistem, maka dilakukan pengujian sistem refrigerasi dengan dan tanpa HPHE dan variasi beban kalor pada evaporator dengan variasi temperatur awal air 35 °C, 40 °C, 45 °C, 50 °C, dan 55 °C. Proses pengujian dilakukan selama 30 menit dengan daya penuh. Dari hasil pengujian diperoleh bahwa seiring dengan peningkatan variasi temperatur air, sistem refrigerasi mengalami penurunan kerja kompresor, peningkatan efek pendinginan, serta kenaikan coefficient of performance (COP). Penggunaan HPHE pada sistem refrigerasi terbukti mampu meningkatkan performa sistem dengan kerja kompresor yang semakin menurun, serta efek pendingin dan nilai COP yang semakin meningkat. Hasil optimal diperoleh pada variasi temperatur awal 55 °C dengan nilai kerja kompresor 48,1 kJ/kg, efek pendinginan 282,03 kJ/kg, dan COP 5,9. Resistansi termal HPHE semakin menurun seiring dengan kenaikan variasi temperatur air dengan nilai resitansi terbaik yaitu 0,37 °C/W. Dengan demikian, HPHE sangat potensial untuk diterapkan di sistem refrigerasi termasuk pada sistem pendingin kolam bahan bakar nuklir bekas demi meningkatkan efisiensi pendinginan dan menurunkan konsumsi listrik.

In wet storage technology, spent fuel is stored on storage racks placed within a water pool. To maintain the water pool temperature within the limits of normal operating conditions, the heat generated due to the residual decay of the spent fuel will be cooled by the cooling system. This study aims to implement energy-saving in the chiller system of the spent fuel pool cooling system, particularly focusing on the chiller system. The objective of this research is to develop a Heat Pipe Heat Exchanger (HPHE) design for the refrigeration system used in the secondary loop of the cooling system. By incorporating the HPHE in the refrigeration system, it is expected to enhance efficiency and energy conservation. The developed prototype of the HPHE consists of five parallelly arranged heat pipes installed between the evaporator and the compressor. To assess the impact of the HPHE on the system's performance, refrigeration system testing is conducted with and without the HPHE, considering variations in heat load on the evaporator with variation of initial water temperatures of 35 °C, 40 °C, 45 °C, 50 °C, and 55 °C. The testing process is carried out over 30 minutes at full power. Results from the testing indicate that with an increase in water temperature variations, The refrigeration system undergoes a reduction in compressor work, an enhancement in cooling efficiency, and an increase in the coefficient of performance (COP). The utilization of HPHE in the refrigeration system proves more effective in enhancing system performance, with a decreasing compressor work, an increasing cooling effect, and an elevated COP. The optimal results were obtained at an initial temperature variation of 55 °C, yielding a compressor work value of 48.1 kJ/kg, a cooling effect of 282.03 kJ/kg, and a COP of 5.9. The thermal resistance of the HPHE decreases with an increase in water temperature variation, with the best resistance value being 0.37 °C/W. Therefore, HPHE demonstrates significant potential for application in refrigeration systems, including those used in the cooling of spent fuel pools, to improve cooling efficiency and reduce electrical consumption."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Syahrul Muhammaddiyah
"Heat Pipe Exchanger telah banyak diaplikasikan di berbagai bidang, Salah satu bidang aplikasinya pada sistem Heating Ventilating Air Conditioning HVAC ruang operasi. Sistem HVAC ruang operasi rumah sakit memiliki parameter : temperatur, kelembaban relatif, kebersihan dan pergantian udara perjam. Parameter merupakan syarat mutlak untuk menjaga kualitas udara dalam ruangan indoor air quality dan kenyamanan termal ruang operasi. Rentang temperatur ruang operasi adalah 20-24 °C dan kelembaban relatif pada 30-60 RH. Nilai pergantian udara dalam ruangan operasi minimal 20 kali.
Tujuan penelitian untuk mendapatkan nilai efektifitas dan nilai heat recovery dari Heat Pipe Heat Exchanger HPHE yang diuji pada sistem tata udara. HPHE adalah piranti pasif yang mampu memberikan fungsi penghematan energi pada sistem tata udara. HPHE didisain terdiri dari 42 batang heat pipe tubular dilengkapi 120 wavy fin pada evaporator dan kondenser. HPHE dengan konfigurasi 3, 2, dan 1 baris, tiap konfigurasi diuji pada sistem tata udara dengan variasi temperatur aliran udara inlet evaporator : 28, 30, 35, 40, dan 45°C dan variasi kecepatan udara inlet pada 1, 1.5, dan 2 m/detik.
Hasil pengujian dari 3 konfigurasi HPHE didapatkan nilai ?T evaporator sebesar 3,24-10,99°C dan nilai efektifitas HPHE dalam rentang 48,3 - 55. Nilai efektifitas tertinggi 55 didapatkan pada kecepatan udara inlet 1 m/detik dan temperatur 45°C pada konfigurasi HPHE 3 Baris. Nilai heat recovery tertinggi dari pengujian terhadap HPHE adalah 6.614 kJ/Jam dihasilkan pada setting kecepatan udara inlet 2 m/detik dengan konfigurasi HPHE 3 Baris.

Heat Pipe Heat Exchanger has been widely applied in various fields. One area of application is on the operating room Heating Ventilating Air Conditioning HVAC system. The hospital operating room HVAC system has parameters temperature, relative humidity, cleanliness and air change per hour. Parameters are an absolute requirement to maintain indoor air quality indoor air quality and thermal comfort of the operating room. The operating room temperature range is 20-24°Celcius and relative humidity at 30-60 RH. The value of indoor air change at least 20 times per hour.
The objective of the study was to obtain the efficiency and heat recovery values of Heat Pipe Heat Exchangers HPHE tested on the air system. HPHE is a passive device that provides energy saving function in the HVAC system. The HPHE is designed to consist of 42 tubular heat pipe tubes equipped with 120 wavy fins on evaporator and condenser. HPHE with 3, 2, and 1 row configurations, each configuration tested on an air system with variations of evaporator inlet airflow temperature 28, 30, 35, 40, and 45°C and variations in air velocity at 1, 1.5, and 2 m seconds.
Test results from 3 HPHE configurations obtained T evaporator value of 3.24 10.99°C and HPHE effectiveness value in the range of 48.3 55. The highest effectiveness value of 55 was obtained at air velocity of inlet 1 m sec and temperature 45°C in HPHE 3 row configuration.The highest HPHE heat recovery value of 6,614 kJ hour was obtained at air velocity of 2 m sec inlet with HPHE 3 row configuration.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
T47780
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Trisno Anggoro
"Tingginya konsumsi energi dari sistem tata udara di rumah sakit, khususnya ruang operasi, disebabkan adanya persyaratan khusus yang harus dipenuhi untuk memastikan kondisi lingkungan di dalam ruang operasi yang steril serta bersih bagi staf dan pasien. Oleh karena itu, perlu adanya langkah konservasi energi di bangunan rumah sakit dengan menerapkan metode dan peralatan yang dapat menurunkan konsumsi energi tanpa mengorbankan kenyamanan sekaligus meningkatkan kualitas udara yang bersih dan steril. Integrasi heat pipe dalam suatu sistem tata udara merupakan salah satu contoh aplikasi peningkatan efisiensi energi. Studi eksperimental dilakukan untuk menginvestigasi kinerja termal dari heat pipe sebagai alat penukar kalor (heat exchanger) atau yang umum disebut dengan heat pipe heat exchanger (HPHE).
Pada penelitian ini HPHE dirancang dan dibuat untuk me-recovery kalor di dalam udara yang keluar dari simulator ruangan. HPHE terdiri dari heat pipe jenis tubular dengan fluida kerja air yang disusun staggered hingga sebanyak 6 baris dengan ukuran menyesuaikan dimensi ducting (lebar 470 mm, tinggi 300 mm, tebal 20 mm) dan ditambahkan fins di sepanjang heat pipe tersebut. Dimensi heat pipe yang digunakan memiliki panjang 700 mm, diameter luar 13 mm, dan 30 fins terpasang di masing-masing heat pipe. Terdapat beberapa parameter yang mempengaruhi kinerja HPHE.
Serangkaian eksperimen dilakukan untuk mengetahui pengaruh dari temperatur inlet udara di dalam ducting (30°C, 35°C, 40°C, 45°C), jumlah baris heat pipe (2 baris, 4 baris, 6 baris), dan kecepatan udara masuk (1 m/s, 1.5 m/s, 2 m/s). Hasilnya menunjukkan bahwa efektivitas HPHE mengalami peningkatan seiring dengan kenaikan temperatur inlet udara. Efektivitas terbesar diperoleh ketika menggunakan 6 baris heat pipe dengan kecepatan aliran udara masuk 1 m/s dan temperatur inlet udara 45°C. Jika ruang operasi rumah sakit beroperasi selama 8 jam/hari dan 365 hari/tahun, maka penurunan konsumsi energi pada sistem tata udara rumah sakit, khususnya ruang operasi, dapat diketahui dari prediksi besarnya heat recovery yang mencapai 4.1 GJ/tahun.

The high-energy consumption of hospitals HVAC systems, particularly the operating room, due to the specific requirements that must be met to ensure the environmental conditions in the operating room are healthy, convenient, and safe for staff and patients. Therefore, energy conservation efforts are needed in the hospital by applying the method and device that can reduce electricity consumption without sacrificing comfort while improving air quality is clean and sterile. The use of heat pipes in an HVAC system is one example of the application of energyefficiency improvements. Experimental studies conducted to investigate the thermal performance of the heat pipe as a heat exchanger or commonly named a heat pipe heat exchanger (HPHE).
In this study, HPHE is designed to recover the heat of exhaust air from a room simulator. HPHE consists of a tubular heat pipe with water as a working fluid that is arranged staggered by up to six rows with sizes to fit ducting dimensions (width: 470 mm, height: 300 mm, thickness: 20 mm) and added fins along the heat pipe. The tubular heat pipe has a length of 700 mm, an outer diameter of 13 mm, and 30 fins mounted on each heat pipe. Several parameters affect performance HPHE.
A series of experiments was conducted to determine the effect of the inlet air temperature in the ducting (30°C, 35°C, 40°C, 45°C). Moreover, the influence of the number of heat pipe rows (two rows, four rows, six rows) and velocity air (1 m/s, 1.5 m/s, 2m/s) was also investigated. The results show that the effectiveness of HPHE increase in line with the rise in inlet air temperature. The highest effectiveness was obtained when using 6-row heat pipes with the inlet air velocity of 1 m/s and the inlet air temperature of 45°C. The reduction of energy consumption in HVAC system can be seen from the prediction annual heat recovery with 8 h/day and 365 days/year will be 4.1 GJ/yr.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
T45937
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ragil Sukarno
"Sistem pengkondisian udara (HVAC) mempunyai peranan yang sangat dominan dalam memberikan kenyamanan ruang bagi penghuninya. Namun kebutuhan energi untuk pengoperasiannya sangat tinggi, sehingga dibutuhkan sistem HVAC yang lebih efesien dengan konsumsi energi yang lebih rendah. Sistem energy recovery dengan menggunakan heat pipe merupakan cara yang sangat efektif dalam usaha penghematan energi dan mengurangi efek global warming. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengembangkan desain dan konfigurasi baru dari heat pipe heat exchanger (HPHE) sebagai media precooling dan media reheating pada sistem pengkondisian udara. Selain itu juga untuk mengembangkan sebuah korelasi karakteristik parameter desain dan parameter operasi HPHE terhadap efektifitas perpindahan kalor dan penghematan energi serta untuk mengetahui pengaruh penggunaan HPHE terhadap kinerja dari sistem pengkondisian udara dalam bentuk coefficient of performance (COP). Dari hasil eksperimen dan analisis kinerja akan dikembangkan sebuah aplikasi perangkat lunak atau software untuk mengevaluasi desain HPHE yang bisa digunakan untuk memprediksi efektifitas HPHE, suhu udara keluar setelah melewati sisi evaporator HPHE (precooling) dan potensi penghematan energi dari penggunaan sistem HVAC yang dilengkapi HPHE. Metode penelitian yang dilakukan adalah eksperimen. Untuk mengetahui karakteristik dan kinerja sistem HVAC yang dikombinasikan dengan HPHE dilakukan eksperimen dengan memvariasikan konfigurasi straigth heat pipe, U-shaped heat pipe, dan gabungan straigth dan U-shaped heat pipe. Straigth heat pipe divariasikan dalam 3, 6, dan 9 baris, dan terdiri dari 4 heat pipe per baris. Sedangkan pada U-shaped heat pipe divariasikan dalam 1 dan 2 baris, dan masing-msaing 8 heat pipe per baris. Straigth dan U-shaped heat pipe dilengkapi dengan sirip-sirip wavy fin untuk memperluas area perpindahan kalor. Eksperimen dikondisikan pada suhu udara masuk antara 30 – 45 oC dan kecepatan udara masuk 1,5 - 2,5 m/s. Analisis menggunakan metode ε-NTU juga dilakukan untuk memprediksi efektifitas, suhu keluar sisi evaporator, dan energy recovery HPHE. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan straigth HPHE memberikan efek yang besar terhadap penurunan suhu di sisi evaporator HPHE atau precooling. Penurunan suhu udara segar yang masuk pada sisi evaporator HPHE paling tinggi adalah 9,1 oC dan penghematan energi maksimal adalah sebesar 567,3 W pada 0,080 m3/s. Penggunaan U-shaped HPHE memberikan dampak positif terhadap precooling dan reheating. Penurunan suhu udara segar paling tinggi sebesar 4,0 oC dan pada saat yang sama memberikan efek reheating paling tinggi sebesar 4,5 oC, menghasilkan penghematan energi precooling dan reheating paling tinggi masing-masing adalah sebesar 228,1 W, dan penurunan kelembaban relatif ruangan sebesar 21,1 % yang dicapai pada penggunaan 2 baris U-shaped HPHE. Hasil pengujian sistem energy recovery gabungan Straigth dan U-shaped HPHE memperlihatkan bahwa penambahan U-shaped HPHE untuk sistem energy recovery pada sistem HVAC memberikan pengaruh yang signifikan. Penurunan suhu total maksimal mencapai 10,7 oC dan penurunan kelembaban relatif mencapai maksimal 25,5 %. Pada pengujian yang dilakukan berdasarkan standar ruangan untuk ruang isolasi di rumah sakit, menunjukkan bahwa penerapan sistem energy recovery gabungan straigth dan U-shaped HPHE memberikan kombinasi yang paling baik, dimana memberikan penghematan energi yang signifikan, sekaligus memberikan pengaruh positif dalam usaha mencapai kondisi ruangan sesuai yang dipersyaratkan. Sistem HVAC yang dilengkapi dengan HPHE dapat meningkatkan efisiensi sistem HVAC dalam bentuk Coefficient of performance (COP), dimana penggunaan straigth HPHE dapat meningkatkan COP 6–55% dan penggunaan U-shaped HPHE 2 baris dapat meningkatkan COP 8 – 39 %. Dari hasil pengujian dan analisis bilangan tak berdimensi telah dihasilkan sebuah korelasi Sp number yang bisa digunakan untuk memprediksi tahanan thermal dari sebuah heat pipe tunggal. Selain itu juga telah dihasilkan sebuah persamaan ε-NTU terkoreksi yang bisa digunakan untuk memprediksi efektifitas HPHE, yang mana kedua persamaan ini akan sangat berguna untuk mengetahui kinerja sebuah heat pipe baik dalam tahap desain maupun tahap pengoperasian. Pengembangan software HPHE yang menggunakan metode ε-NTU terkoreksi juga memberikan hasil yang akurat, dimana tingkat kesesuaian suhu udara keluar evaporator secara prediksi dari software dan hasil eksperimen minimal sebesar 99 %. Sehingga, software ini dapat digunakan sebagai acuan awal untuk memprediksi kinerja suatu desain HPHE sebelum dilakukan tahap desain dan manufaktur.

Sistem pengkondisian udara (HVAC) mempunyai peranan yang sangat dominan dalam memberikan kenyamanan ruang bagi penghuninya. Namun kebutuhan energi untuk pengoperasiannya sangat tinggi, sehingga dibutuhkan sistem HVAC yang lebih efesien dengan konsumsi energi yang lebih rendah. Sistem energy recovery dengan menggunakan heat pipe merupakan cara yang sangat efektif dalam usaha penghematan energi dan mengurangi efek global warming. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengembangkan desain dan konfigurasi baru dari heat pipe heat exchanger (HPHE) sebagai media precooling dan media reheating pada sistem pengkondisian udara. Selain itu juga untuk mengembangkan sebuah korelasi karakteristik parameter desain dan parameter operasi HPHE terhadap efektifitas perpindahan kalor dan penghematan energi serta untuk mengetahui pengaruh penggunaan HPHE terhadap kinerja dari sistem pengkondisian udara dalam bentuk coefficient of performance (COP). Dari hasil eksperimen dan analisis kinerja akan dikembangkan sebuah aplikasi perangkat lunak atau software untuk mengevaluasi desain HPHE yang bisa digunakan untuk memprediksi efektifitas HPHE, suhu udara keluar setelah melewati sisi evaporator HPHE (precooling) dan potensi penghematan energi dari penggunaan sistem HVAC yang dilengkapi HPHE. Metode penelitian yang dilakukan adalah eksperimen. Untuk mengetahui karakteristik dan kinerja sistem HVAC yang dikombinasikan dengan HPHE dilakukan eksperimen dengan memvariasikan konfigurasi straigth heat pipe, U-shaped heat pipe, dan gabungan straigth dan U-shaped heat pipe. Straigth heat pipe divariasikan dalam 3, 6, dan 9 baris, dan terdiri dari 4 heat pipe per baris. Sedangkan pada U-shaped heat pipe divariasikan dalam 1 dan 2 baris, dan masing-msaing 8 heat pipe per baris. Straigth dan U-shaped heat pipe dilengkapi dengan sirip-sirip wavy fin untuk memperluas area perpindahan kalor. Eksperimen dikondisikan pada suhu udara masuk antara 30 – 45 oC dan kecepatan udara masuk 1,5 - 2,5 m/s. Analisis menggunakan metode ε-NTU juga dilakukan untuk memprediksi efektifitas, suhu keluar sisi evaporator, dan energy recovery HPHE. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan straigth HPHE memberikan efek yang besar terhadap penurunan suhu di sisi evaporator HPHE atau precooling. Penurunan suhu udara segar yang masuk pada sisi evaporator HPHE paling tinggi adalah 9,1 oC dan penghematan energi maksimal adalah sebesar 567,3 W pada 0,080 m3/s. Penggunaan U-shaped HPHE memberikan dampak positif terhadap precooling dan reheating. Penurunan suhu udara segar paling tinggi sebesar 4,0 oC dan pada saat yang sama memberikan efek reheating paling tinggi sebesar 4,5 oC, menghasilkan penghematan energi precooling dan reheating paling tinggi masing-masing adalah sebesar 228,1 W, dan penurunan kelembaban relatif ruangan sebesar 21,1 % yang dicapai pada penggunaan 2 baris U-shaped HPHE. Hasil pengujian sistem energy recovery gabungan Straigth dan U-shaped HPHE memperlihatkan bahwa penambahan U-shaped HPHE untuk sistem energy recovery pada sistem HVAC memberikan pengaruh yang signifikan. Penurunan suhu total maksimal mencapai 10,7 oC dan penurunan kelembaban relatif mencapai maksimal 25,5 %. Pada pengujian yang dilakukan berdasarkan standar ruangan untuk ruang isolasi di rumah sakit, menunjukkan bahwa penerapan sistem energy recovery gabungan straigth dan U-shaped HPHE memberikan kombinasi yang paling baik, dimana memberikan penghematan energi yang signifikan, sekaligus memberikan pengaruh positif dalam usaha mencapai kondisi ruangan sesuai yang dipersyaratkan. Sistem HVAC yang dilengkapi dengan HPHE dapat meningkatkan efisiensi sistem HVAC dalam bentuk Coefficient of performance (COP), dimana penggunaan straigth HPHE dapat meningkatkan COP 6–55% dan penggunaan U-shaped HPHE 2 baris dapat meningkatkan COP 8 – 39 %. Dari hasil pengujian dan analisis bilangan tak berdimensi telah dihasilkan sebuah korelasi Sp number yang bisa digunakan untuk memprediksi tahanan thermal dari sebuah heat pipe tunggal. Selain itu juga telah dihasilkan sebuah persamaan ε-NTU terkoreksi yang bisa digunakan untuk memprediksi efektifitas HPHE, yang mana kedua persamaan ini akan sangat berguna untuk mengetahui kinerja sebuah heat pipe baik dalam tahap desain maupun tahap pengoperasian. Pengembangan software HPHE yang menggunakan metode ε-NTU terkoreksi juga memberikan hasil yang akurat, dimana tingkat kesesuaian suhu udara keluar evaporator secara prediksi dari software dan hasil eksperimen minimal sebesar 99 %. Sehingga, software ini dapat digunakan sebagai acuan awal untuk memprediksi kinerja suatu desain HPHE sebelum dilakukan tahap desain dan manufaktur."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Calim
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1994
S36338
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Farhan Aditya Wibowo
"Sistem HVAC pada office building berperan penting untuk menyediakan kenyamanan yang ideal bagi pengguna di dalamnya. Hal ini menyebabkan besarnya konsumsi energi di sektor perkantoran. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas dan heat recovery dari penggunaan heat pipe heat exchanger dan return air. Volume return air yang digunakan dalam penelitian ini sebesar 30% dan HPHE yang digunakan berjumlah dua modul yang terdiri dari 3 baris heat pipe per modul. Pada inlet evaporator dialiri udara dengan variasi temperatur: 30, 35, 40, dan 45°C, serta dengan kecepatan 1,0; 1,5; dan 2,0 m/s. Beban pada ruangan bervariasi 200 dan 300W. Hasil dari percobaan ini mendapatkan nilai efektifitas HPHE terbesar pada percobaan temperature udara masuk 45oC; vin 1m/s; vout 2m/s; dan beban ruangan 200W yaitu sebesar 0,403 atau 40,3%. Heat recovery HPHE terbesar didapatkan pada percobaan temperature udara masuk 45oC; vin 2m/s; vout 2m/s; dan beban ruangan 200W yaitu sebesar 398,720W. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa penggunaan return air memengaruhi temperatur inlet evaporator.

HVAC systems in office buildings play an important role in providing ideal comfort for users in the building. This causes a large amount of energy consumption in the office sector. This study aims to determine the effectiveness and heat recovery from the use of heat pipe heat exchangers and return air. The return air volume used in this study was 30% and the HPHE used was two modules consisting of 3 lines of heat pipe per module. At the inlet of the evaporator, air flows with variations in temperature: 30, 35, 40, and 45°C, and with a speed of 1.0; 1.5; and 2.0 m/s. The load on the room varies between 200 and 300W. The results of this experiment get the greatest HPHE effectiveness value at the 45oC intake air temperature experiment; vin 1m/s; vout 2m/s; and 200W room load that is equal to 0.403 or 40.3%. The largest HPHE heat recovery was found in the 45oC intake air temperature experiment; vin 2m/s; vout 2m/s; and the room load is 200W, which is 398,720W. The results of the study indicate that the use of return water affects the inlet temperature of the evaporator."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Budi Setiyawan
"Penggunaan metode Neural Network ini adalah hal yang baru dalam Heat Transfer, setidaknya pada Jurusan Teknik Mesin FI'UI, walaupun Neural Network Ielah berkembang dalam berbagai bidang, karena kemampuannya untuk memprediksi suatu fenomena berdasarkan tahap belajar yang diberikan. Kemampuan disebul juga sebagai kecerdasan buatan, karena mirip dangan kecerdasan yang dimiliki oleh manusla.
Dalam simulasi ini, neurnl network rersebut dilatib terlebih dahulu lll1luk memprediksi lemperatur output fluida panas dan dingin pada water to water heat exchanger. Metode ini dilakukan dengan menggunakan data basil percobaan Boris Omar Kahen pada skripsinya [8]. Setelah tahap ini selesai, kemudian neural network disimulasikan mengunakan data input baru, kemudian akan dilihal outputnya unluk dibandingkan dengan output sebenamya pada percobaan. Sebagai pembanding, penulis juga melakukan perhitungan manual menggunakan metode LMTD dan effectiveness-NTU, untuk diperbandingkan hasilnyn dengan simulasi neural network.
Setelah membandingkan output neural network , output hasil perhitungan menggunakan metode LMTD, dan output hasil perhitungan melode effectiveness­

The application of neural network is a first study in heat transfer , at least in Department of Mechanical Engineering FTUI, although the neural network has been grow in every discipline of sciencebecause of it;s ability to predict for the phenomellll, hase on learning step given. This ability called artificial intelegent, since ifs similarity \\lith human intelegent.
In this simulation.the neural network training first to predict output temperature of hot and cold fluid, from water to water heat exchanger. The method done with data from experiment of Boris Oman Kaher [8] in his study. The next step is to simulate the trained neural network vvith another data. and the output of neural network compared with the actual output from experiment The writer has use the LMTD method and effectiveness.-NTU method to calculate output temperature in order to compare with the output of neural network. After comparing the output from neural network, LMTD method and effectiveness-NTU method, with the actual output, it's seem that neural network has a good approach to the result of experiment.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2003
S37143
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>