Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 115241 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Eko Priatno
"Latarbelakang : Splenektomi pada kelainan hematologi cukup sering ditemukan dalam pelayanan kesehatan bedah. Splenektomi juga sering dihubungkan dengan peningkatan resiko sepsis pascasplenektomi yang merupakan suatu keadaan yang immune compromise. Pada penelitian kami melakukan analisis terhadap pasien yang dilakukan splenektomi pada berbagai kelainan hematologi pada periode Januari 2000 - April 2010, yang difokuskan pada indikasi, komplikasi dan outcome splenektomi. Metode : Penelitian dilakukan secara deskriptif retrospektif. Sembilan belas pasien dilakukan splenektomi atas indikasi : Idiopathic Thrombocytopenic Purpura / ITP ( 1 pasien ), Talasemia HbE ( 13 pasien ), Non Hodgkin Malignant Lymphoma! NHML ( 3 pasien) and Chronic Myeloid Leukemia / CML 2 pasien). Hasi/ : Indikasi splenektomi adalah anemia Refrakter (68%), limfoma spleen primer (16%), painful splenomegali (11%) dan trombositopenia resisten terhadap terapi steroid (5%). Splenektomi pada ITP dan talasemia bermamfaat mengurangi kebutuhan transfusi serta resikonya, menghilangkan efek mekanik splenomegali dan mencegah resiko krisis sekuestrasi akut. Didapatkan morbiditas pada 4 pasien ( dari 19 kasus ) dan mortalitas pada 4 pasien (dari 19 kasus ), mortalitas lebih tinggi pada kasus keganasan hematologi. Simpukln : Dengan persiapan perioperatif yang baik, splenektomi adalah aman dan bermamfaat pada kelainan hematologi."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2010
T58811
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mururul Aisyi
"Thalassemia merupakan kelainan herediter sintesis hemoglobin yang pertama kali digambarkan oleh Cooley dan Lee pada tahun 1925. Setelah tahun 1940 baru diketahui karakter genetik yang sebenarnya dari penyakit ini. Penyakit ini merupakan suatu bentuk homozigot dari kelainan genetik resesif, yang pada keadaan heterozigot menunjukkan manifestasi hematologis lebih ringan. Kondisi homozigot dengan manifestasi klinis yang berat tersebut dikenal sebagai thalassemia mayor, sedangkan bentuk heterozigot dinamakan thalassemia minor.
Thalassemia merupakan kelainan genetik tersering di dunia. Kelainan ini terutama ditemukan pada daerah sabuk yang melingkar dari Mediterania ke Timur Tengah, India, Birma dan Asia Tenggara. Di Indonesia, frekuensi pembawa gen penyakit ini sekitar 5%, sehingga dapat diperkirakan akan didapatkan 5000 kasus baru per tahun. Karena adanya penyebaran penduduk, penyakit ini telah menjadi masalah kesehatan di dunia.
Masalah pada penderita thalassemia sangat kompleks dan memerlukan penanganan yang menyeluruh dan terpadu. Masalah yang mungkin timbul dapat berupa anemia kronik sampai kepada kelainan berbagai organ tubuh baik sebagai akibat proses penyakit tersebut maupun efek samping pengobatannya. Di samping masalah medis tersebut di atas penyakit ini juga menimbulkan masalah psikososial yang besar baik bagi penderita maupun lingkungannya. Isolasi sosial, rasa percaya diri yang rendah, prestasi akademik rendah, depresi dan ketakutan akan kematian lebih dini merupakan beberapa dampak yang dapat ditimbulkan akibat perjalanan kronik penyakit Dengan demikian penatalaksanaan penderita thalassemia seyogyanya bersifat holistik baik dare aspek fisis medis maupun psikososial.
Pendapat bahwa anak-anak thalassemia lebih rentan terhadap infeksi dibandingkan dengan anak normal telah diterima selama bertahun-tahun. Berbagai penelitian dilakukan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mungkin terlibat tetapi sejauh ini belum didapatkan hasil yang memuaskan. Kerentanan terhadap infeksi didapat akibat penyakitnya sendiri atau akibat pengoba tan dan tindakan dalam perjalanan penyakit thalassemia. Selain kondisi kelebihan besi dan anemia berat, peningkatan kerentanan terhadap infeksi tersebut diamati terjadi lebih sering pada pasien dan pasca splenektomi.
Komponen utama imunitas terhadap infeksi bakteri adalah sistem fagositosis dan proses opsonisasi yang terkait dengan imunoglobulin dan komplemen. Faktor-faktor ini ditemukan tidak berfungsi secara adekuat pada penderita thalassemia khususnya yang telah menjalani splenektomi atau dengan penimbunan zat besi. Splenektomi menyebabkan hilangnya organ dengan fungsi fagositosis dan produksi antibodi. Penderita asplenik berisiko tinggi mendapat infeksi fulminan oleh bakteri berkapsul. Kelebihan besi menguntungkan bagi pertumbuhan bakteri yang membutuhkan besi untuk pertumbuhannya. Di sisi lain, timbunan besi merusak sel limfosit dan menghambat fungsi-fungsinya terutama aktivitas neutrofil dan monosit terhadap bakteri."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2005
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hoffbrand, A. Victor
"This work is a standard textbook of haemotology for medical students. It will provide students with an account of the essential features of clinical and laboratory haemotology, with selected reading lists and colour diagrams. Summary:
Introduces the formation and function of blood cells, and diseases that arise from dysfunction and disruption of these processes. This book explains basic science, diagnostic tests and clinical features and management."
Jakarta: BP FKUI, 2013
616.15 HOF k
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Firly Mariani
"Obat herbal atau jamu banyak digunakan masyarakat sebagai pengobatan alternatif yang bersifat empiris, satu diantaranya adalah untuk pengobatan asam urat. Penggunaan obat herbal untuk pemeliharaan kesehatan perlu didukung dengan pengujian ilmiah untuk menjamin keamanan penggunaannya, yaitu dengan mengamati gejala toksik yang mungkin terjadi pada hewan uji dengan penggunaan dalam jangka waktu yang lama. Pada penelitian ini jamu teh celup asam urat diberikan setiap hari secara oral selama 90 hari untuk mengetahui pengaruh hematologis dan histologis tikus putih jantan galur Sprague Dawley. Tikus dibagi dalam tiga kelompok dosis uji yaitu berturut-turut 1800, 3600, 7200 mg/kg bb dan satu kelompok kontrol dan masing-masing terdiri atas 10 ekor tikus. Pemeriksaan jumlah sel darah merah, sel darah putih, trombosit dan kadar hemoglobin dilakukan pada hari ke-0,45, dan 91 sedangkan pembedahan organ paru untuk pemeriksaan histologi dilakukan pada hari ke-91. Penilaian hematologis dapat dilihat dari uji statistik (ANAVA) 1 arah, sedangkan penilaian kondisi paru didasarkan hasil pengamatan secara mikroskopik. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa pemberian sediaan jamu tidak berpengaruh terhadap hematologi (p > 0,05) dan histologi paru.
Many people in Indonesia using herbal or Traditional medicine as an empirical alternative medication, one of them is for hyperuricemia therapy. The use of herbal medicine for maintaining need support by scientific research to ensure the safety, among others by conducting a toxicity testing to observe whether toxic symptom occurred in a long period usage in experimental animal. In this research a herbal tea for curing hyperuricemia was given orally for 90 days to observe the influence on hematology and lung histology of the male albino rats Sprague Dawley. The experimental rats were divided into three group of dosages viz 1800, 3600, and 7200 mg/kg body weight and one group of control. Each group consisting of 10 mice. The measuring of hemoglobin concentration and enumeration the number of red blood cells, white blood cells, and platelet were carried out on day-0, day-45th, and day-91st, while histology examination of the lung was done on day-91st. The hematological assessment could be seen from One Way ANOVA statistic test, whereas the lung condition assessment based on the result from microscopic observation. The experimental result showed that there was no sign of influence in experimental rats hematology (p>0,05) and lung histology."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2006
S32958
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yuyu Mulyati
"ABSTRAK
Frekuensi denyut jantung jantan dan betina rata-rata 88 denyut/menit (x̅ = 88 denyut/menit), pada suhu kamar (x̅ = 25,97°C) dan kelembaban udara (x̅ = 62,17%). Berat badan jantan (x̅ = 50,32 gram) dan betina (x̅ = 68,747 gram). Jumlah eritrosit jantan (x̅ = 604.333 sel/mm3 darah) dan betina (x̅ = 571.633 sel/mm darah). Kadar hematokrit jantan (x̅ = 35,77$) dan betina (x̅ = 30,97^). Kadar hemoglobin jantan (x̅ = 15,27 gram/100 ml darah) dan betina (x̅ = 12,95 gram/100 ml darah).
Jumlah leukosit jantan (x̅ = 16.900 sel/mm darah) dan betina (x̅ = 14.283 sel/mm darah). Jumlah trombosit jantan (x̅ = 13 sel/40 lapangan penglihatan) dan betina (x̅ = 14 sel/40 lapangan penglihatan). Jumlah eritroplastid jantan (x̅ = 0,005% dari eritrosit) dan betina (x̅ = 0,028^ dari eritrosit). Limfosit merupakan jenis leukosit yang terbanyak jumlahnya. urutan berikutnya adalah heterofil, monosit, eosinofil dan basofil. Berdasarkan hasil analisis dengan uji korelasi jenjang Spearman pada α= 0,05, tidak terdapat korelasi antara berat badan dengan frekuensi denyut jantung, jumlah eritrosit, nilai hematokrit serta kadar hemoglobin pada B. melanostictus Schneider. Analisis dengan uji Mann-whitney pada α = 0,05, diperoleh frekuensi denyut jantung dan jumlah eritrosit pada B. melanostictus jantan tidak berbeda denqan betina. Sedangkan nilai hematokrit dan kadar hemoglobin jantan berbeda dengan betina."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Indonesia, 1990
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Steven Jonathan
"Latar Belakang: Kanker paru dapat memiliki gejala dan tanda yang salah satunya disebabkan sindrom paraneoplastik. Salah satu sindrom paraneoplastik melibatkan sistem hematologi yang terdiri dari anemia, leukositosis, netrofilia, hipereosinofilia, trombositosis dan hiperkoagulabilitas. Belum ada data/penelitian di Indonesia mengenai sindrom paraneoplastik hematologi pada kanker paru.
Metode: Penelitian ini adalah studi potong lintang analitik yang dilakukan di poliklinik onkologi toraks RSRRN Persahabatan dalam periode September 2018 hingga Februari 2019 terhadap semua pasien kanker paru kasus baru yang sudah tegak diagnosis serta memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi yang diambil secara total sampling.
Hasil: Subjek memiliki rerata usia 56,7+11,4 tahun. Sebagian besar laki-laki, berstatus gizi normal (42,6%), memiliki riwayat merokok (75%) dan IB sedang (52%). Jenis histologi tersering KSS (39,7%) dengan stage lanjut (83,8%) dan PS <2 (94,1%). Proporsi anemia paraneoplastik adalah 40,4% yang berhubungan dengan status gizi kurang dan tersering berjenis normositik normokromik. Proporsi leukositosis paraneoplastik adalah 39% yang berhubungan dengan jenis kelamin laki-laki dan riwayat merokok. Proporsi netrofilia paraneoplastik 51,5% yang berhubungan dengan jenis kelamin laki-laki, riwayat merokok dan jenis histologi KSS. Proporsi hipereosinofilia dan trombositosis paraneoplastik masing-masing adalah 2,9% dan 18,4%. Proporsi hiperkoagulabilitas paraneoplastik adalah 91,2% yang didominasi peningkatan kadar D-dimer.
Kesimpulan: Sindrom paraneoplastik hematologi yang paling sering ditemukan pada pasien kanker paru adalah hiperkoagulabilitas, netrofilia dan anemia. Diperlukan penelitian lanjutan untuk menilai hubungan sindrom paraneoplastik hematologi dengan prognosis pasien.

Background: Lung cancer could have signs and symptoms which was caused by paraneoplastic syndromes. One of those paraneoplastic syndromes involves hematologic system consisting of anemia, leukocytosis, neutrophilia, hypereosinophilia, thrombocytosis and hypercoagulability. There has been no data/research in Indonesia regarding hematologic paraneoplastic syndrome in lung cancer.
Methods: This study was a cross-sectional analytic study conducted at the thoracic oncology clinic in Persahabatan Hospital during September 2018 to February 2019 for all patients with new case of lung cancer whose diagnosis established and fulfilled the inclusion and exclusion criteria taken in total sampling.
Results: Subjects had a mean age of 56.7+11.4 years. Most of them were male, had normal nutritional status (42.6%), had a smoking history (75%) and moderate IB (52%). The most common type of histology was SCC/squamous cell carcinoma (39.7%) with advanced stage (83.8%) and PS <2 (94.1%). The proportion of paraneoplastic anemia was 40.4% which was associated with poor nutritional status and commonly normocytic normochromic. The proportion of paraneoplastic leukocytosis was 39%, associated with male sex and smoking history. The proportion of paraneoplastic neutrophilia was 51.5%, related to male sex, smoking history and SCC histology type. The proportions of paraneoplastic hypereosinophilia and thrombocytosis were 2.9% and 18.4%, respectively. The proportion of paraneoplastic hypercoagulability was 91.2% and dominated by the increase of D-dimer level.
Conclusion: The most common hematologic paraneoplastic syndrome found in lung cancer patients were hypercoagulability, netrophilia and anemia. Further research is needed to assess the correlation of hematologic paraneoplastic syndrome and the prognosis of the patients.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
T55540
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam FK UI, 2008
618.3 PEN
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Widi Atmoko
"Latar belakangMekanisme patofisiologi yang menyebabkan terjadinya chordee pada pasien dengan hipospadia dan fase tersembunyi dari penis buried penis pada lemak prepubis masih belum sepenuhnya dimengerti. Reseksi dari jaringan dartos pada umumnya bisa membuat penis kembali menjadi lurus pada pasien dengan hipospadia dan mengkoreksi kasus ini sama pada buried penis, yang menunjukkan adanya patofisiologi yang mirip pada kedua kondisi tersebut yang terkait dengan jaringan dartos. Tujuan: Studi ini bertujuan untuk membandingkan karakteristik jaringan ikat beserta vaskularisasi dari fascia dartos antara penis normal, buried penis, dan hipospadia. Desain studi: Kami melakukan studi ini dari Mei 2013 hingga November 2016. Dartos fascia dikumpulkan dari 3 kelompok, yaitu: normal penis, buried penis, dan hipospadia. Kami membandingkan jaringan dari 3 kelompok ini menggunakan pewarnaan Mason Trichrome, Gomori's silver impregnasi, Weigert resorcin-fuchsin, dan CD 31 imunohistokimia untuk mengevaluasi serat kolagen, retikulin, elastin, dan sel endothelial dari pembuluh darah. Semua data yang didapatkan kemudian dikuantifikasi menggunakan image J dan dilakukan analisis statistic one way ANOVA. Penilaian dilakukan oleh dua orang ahli patologi secara tersamar tanpa mengetahui diagnosis klinis dari pasien. Hasil: Total didapatkan 60 pasien dengan 20 pasien tiap grup. Sebagian besar serat kolagen pada buried penis dan hipospadia menunjukkan serat yang lebih tebal dan jumlah yang lebih sedikit dibandingkan dengan penis normal. Terdapatkan penurunan jumlah total kolagen dan elastin pada dartos fascia hipospadia dan buried penis. Di sisi lain, rasio dari retikulin yang merepresentasikan kolagen tipe III terhadap total kolagen mengalami peningkatan dibandingkan penis normal. Diskusi: Ini adalah studi pertama yang membandingkan karakteristik histopatologi, histokimia, dan imunohistokimia dari jaringan ikat pada pasien buried penis dan hipospadia. Walaupun dartos fascia pada buried penis dan hipospadia tebal dan inelastis saat dipalpasi atau saat traksi/counter traksi, jaringan ini memiliki vaskularisasi yang baik. Dartos fascia ini inelastis dan bukan merupakan jaringan normal, dan karakteristiknya berbeda dengan jaringan fibrosis. Akan tetapi, studi lebih lanjut dengan jumlah sampel yang lebih besar diperlukan dan harus mendiferensiasikan derajat dari chordee pada pasien dengan hipospadia dan buried penis. Kesimpulan: Terdapat perbedaan antara jaringan dartos fascia pada hipospadia dan buried penis dengan jaringan penis normal. Jaringan ini merupakan jaringan abnormal padsa pasien hipospadia dan buried penis. Sehingga, kami merekomendasikan untuk dilakukan eksisi jaringan ini saat operasi rekonstruksi. Studi lebih lanjut diperlukan untuk mengetahui patofisiologi dari kondisi ini.
Introduction Pathophysiological mechanisms leading to chordee in patients with hypospadias and to the hidden state of buried penis in the prepubic fat remain unclear. Resection of dartos tissue usually makes the penis straight in patients with hypospadias and corrects it in those with buried penis, suggesting a common pathophysiology related to dartos tissue. Objective: This study aimed to compare connective tissue and vascularization of dartos fascia between normal penis, buried penis and hypospadias. Study design: We conducted this study from May 2013 to November 2016. We collected Dartos fascia specimens from 3 groups buried penis, hypospadias, and normal penis as control. We compared the fibers between these groups by Masson Trichrome histochemical staining, Gomori's silver impregnation staining, Weigert resorcin fuchsin staining and CD31 immunohistochemical staining for evaluation of collagen fibers, reticulin fibers, elastin fibers, and endothelial cells of blood vessels, respectively. The collagen fibers, reticular fibers, elastic fibers and vascular vessels were counted with ImageJ, and were analyzed using one way ANOVA test. The assessment conducted by two pathologists was blinded, without knowing the clinical diagnosis of patients. Results: A total of 60 patients with 20 patients for each group. Collagen fibers for most cases of buried penis and hypospadias showed thicker but lesser number of collagen fibers than normal penis. There was a reduction of total collagen and elastin of dartos fascia in hypospadias and buried penis cases. On the other hand, ratio of reticulin fibers which represent collagen type III to total collagen was increased in comparison to normal penis. Discussion: This is the first study which compare the histopathological, histochemical, and immunohistochemical features of dartos fascia connective tissue in patients with buried penis and hypospadias. Although dartos fascia in buried penis and hypospadias is thick and inelastic in palpation or during traction counter traction, it is well vascularized tissue. This inelastic dartos fascia tissue is an abnormal tissue, but its characteristic is not similar to fibrotic tissue. However, further study with larger sample is warrant and should differentiate degree of chordee in patients with hypospadias and buried penis. Conclusions: There was a difference between connective tissue of dartos fascia in buried penis and hypospadias patients compared to normal penis. Inelastic dartos fascia tissue in patients diagnosed with buried penis and hypospadias is an abnormal tissue. Therefore, it is suggested to excise this tissue during reconstructive surgery. Further research is needed to unveil the pathophysiology of the condition."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Yann Penduff
"ABSTRACT
Hypertension has been shown to be a risk factor for cerebral structural changes, but there is currently no evidence that hypertension control prevents their occurrence. We aimed to demonstrate whether controlling hypertension delays the occurrence of cerebral structural changes. We performed a cross sectional study comparing controlled and uncontrolled hypertensive patients to investigate whether structural changes occurred more in uncontrolled hypertensive patients, compared to controlled hypertensive patients. Data from 57 patients at RSUPN Dr. Ciptomangunkusumo was collected between March and April 2017, in which we compared the occurrence of cerebral structural changes between the controlled and uncontrolled groups. Cerebral atrophy.

ABSTRACT
Hipertensi diketahui dapat mengakibatkan perubahan struktur di otak, namun sampai saat ini tidak ada bukti jelas bahwa hipertensi yang terkontrol dapat mencegah terjadinya perubahan struktural pada otak. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui keuntungan pengendalian tekanan darah dalam mencegah perubahan struktural otak pada pasien hipertensi. Penelitian ini dilakukan dengan metode potong lintang, dengan membandingkan perubahan struktural otak pada pasien hipertensi terkontrol dan pasien hipertensi tidak terkontrol dan menilai apakah perubahan structural akan terjadi lebih banyak pada pasien tidak terkontrol dibandingkan dengan pasien terkontrol, Data pada penelitian diambil dari 57 pasien di RSUPN dr. Ciptomangunkusumo yang dikumpulkan pada periode Maret sampai April 2017. Pada grup pasien hipertensi tidak terkontrol, atropi otak."
2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mehta, Atul B.
Jakarta: Erlangga, 2008
616.15 MEH a
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>