Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 52279 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Tri Trisnowati
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1991
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eldawati
"Latihan kekuatan otot preoperasi bertujuan untuk mencegah atropi otot, memelihara kekuatan otot sebelum operasi dan mempersiapkan ambulasi dini pasca operasi. Disain penelitian adalah quasi eksperimen dengan post test only (quasi experiment with control) terhadap 28 responden dengan 14 responden kelompok intervensi dan 14 responden kelompok kontrol. Kelompok intervensi diberikan latihan kekuatan otot sebelum operasi selama ± 1 minggu. Setiap hari pasien dilakukan latihan kekuatan otot 3 kali dalam sehari, selama ± 5 - 10 menit. Penilaian terhadap kemampuan ambulasi dengan alat ukur skala ILOA, dilakukan setelah responden dioperasi, baik terhadap kelompok intervensi maupun kelompok kontrol.
Hasil uji t- test independent, diperoleh ada perbedaan yang bermakna rata - rata kemampuan ambulasi pada kelompok intervensi lebih baik dari pada kelompok kontrol dengan nilai p 0.017 (𝛼 < 0.05). Rekomendasi penelitian ini latihan kekuatan otot preoperasi dapat menjadi standar operasional prosedur tindakan keperawatan di rumah sakit pada pasien pasca operasi fraktur ekstremitas bawah.

Muscle strength preoperative exercise aims to prevent muscle atrophy, maintains muscle strength before surgery and prepare early postoperative ambulation. Is a quasi-experimental research design with post test only (quasi-experiment with control) of 28 respondents with 14 respondents intervention group and 14 control group respondents. The intervention group strength training is given before surgery for ± 1 week. Every day patients do strength training 3 times a day, for ± 5 -10 minutes. Assessment of the ability to ambulate with a measuring instrument ILOA scale, respondents performed after surgery, either to the intervention group and control group.
The results of independent t-test, there were significant differences obtained mean of ability ambulation between the intervention group and control group with p value of 0.017 (α <0.05). Recommendations of this study is an exercise in muscle strength preoperative can become standard operating procedure in a hospital nursing actions in patients post-operative fracture of the lower extremities.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2011
T-Pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Emmelia Ratnawati
"Stroke pada lansia mengakibatkan keterbatasan kemandirian. Salam Trendi merupakan latihan fisik untuk mengurangi keterbatasan yang dilakukan di rumah dan bersifat individual. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi pengaruh latihan terhadap kekuatan otot, kecepatan berjalan, dan kemampuan fungsional lansia paska stroke di Kota Depok. Penelitian menggunakan desain Quasi Eksperimen pre dan post test design. Besar sampel 44 responden, dipilih dengan tehnik consecutive sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kekuatan otot lengan (p=0.042) dan kaki (p=0.005); kecepatan berjalan (p=0.002) berubah secara signifikan setelah diberikan latihan. Latihan ini direkomendasikan sebagai salah satu intervensi keperawatan pada lansia paska stroke di komunitas.

Stroke in older person resulted in dependency. A combined of deep breathing, stretching and Range of Motion is one of physical exercise to increase independence. This study aimed to measure effects of this exercise to muscle strength, walking speed, and functional ability of older person with post-stroke. A quasi-experimental with pre and post-test design was applied. Sample of 44 respondents were selected by consecutive sampling technique. Results showed that strength of arm and legs muscle and walking speed increased significantly after intervention given (p = 0.042; 0.005; 0.002). It is recommended to provide this exercise as nursing intervention at community.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2015
T43579
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Triandana Budi Wisesa
"Latar Belakang: Operator crane merupakan pekerjaan yang memiliki resiko tinggi mengalami gangguan muskuloskeletal. Studi epidemiologi yang dilakukan oleh Kuswaha et al menunjukkan bahwa dari 90% operator crane, 63% mengalami nyeri leher.1 Operator crane melakukan sebagian besar aktivitas kerja mereka dengan postur tubuh yang janggal pada leher, bahu dan punggung. Prevalensi nyeri leher yang tinggi dikaitkan dengan derajat fleksi leher yang tinggi serta postur statis dan janggal saat duduk. Postur membungkuk yang terus menerus dapat menyebabkan ketegangan dan tekanan pada jaringan lunak di sekitar tulang belakang. 2 Bekerja mengoperasikan crane dalam posisi duduk statis dan membungkuk ke bawah dan dalam waktu yang lama merupakan bagian dari tuntutan pekerjaan yang tidak dapat diubah secara teknis, sehingga perlu dilakukan kontrol, salah satunya dengan program peregangan. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan apakah peregangan yang dilakukan dalam waktu dua minggu (lebih singkat dari studi referensi) mampu menurunkan nilai VAS nyeri leher pada operator crane, serta untuk mengetahui berapa nilai penurunan VAS tersebut. pengukuran sebelum peregangan dan setelah peregangan.
Metode: Studi analitik dengan desain within group experiment with repeated measurement. Dilakukan terhadap 25 orang responden yang dipilih secara consecutive sampling dengan mempertimbangkan kriteria inklusi dan eksklusi penelitian. Penelitian dilakukan dengan pemberian edukasi gerakan peregangan yang dilakukan dalam durasi sekitar lima menit, dilakukan dua kali dalam sehari yaitu sebelum dan setelah bekerja, dilakukan lima hari dalam satu minggu, selama dua minggu. Kemudian dilakukan pengukuran nilai Visual Analog Scale (VAS) sebelum dilakukan peregangan dengan sesudah dilakukan 5 hari peregangan dan 10 hari peregangan.
Hasil: Didapatkanya nilai prevalensi nyeri tengkuk sebanyak 39,6% serta terdapat penurunan signifikan dari nilai nyeri sebelum dilakukan peregangan (VAS = 5 (3-7)) dengan nilai nyeri setelah dilakukan peregangan (VAS = 3 (1-5)) dengan nilai p<0,01 dari uji wilcoxon. Tidak didapatkannya perubahan yang bermakna terhadap faktor individu yang dinilai, baik berdasarkan variabel umur, status gizi, kebiasaan olahraga, dan kebiasaan merokok.
Kesimpulan: Peregangan otot dapat menurunkan nilai nyeri tengkuk leher pada subjek penelitian operator crane, yang diukur berdasarkan Visual Analogue Scale (VAS) dengan intervensi peregangan dilakukan  selama 2 minggu.      

Background: Working to operate a crane in a sitting position for a long time with the back and neck bent is considered to be associated with an increased risk of neck and back pain disorders in crane operators, and is part of the job demands that cannot be changed technically. It is necessary to control the incidence of neck pain in crane operators, one of which is by stretching. The purpose of this study was to prove whether stretching that was carried out within two weeks (shorter than the reference study) was able to reduce the VAS value in neck pain in crane operators.
Methods: This study used an analytical study in the form of within group experiment with repeated measurement design. This research was conducted at the X container terminal located in North Sumatra, carried out when there were still social restrictions on the Covid-19 pandemic in October 2020. This study involved 25 respondents, who were obtained through consecutive sampling. Interventions were carried out by providing education for the McKenzie stretching movements which were about five minutes duration, twice a day, before and after work, for five days a week, in two weeks. Then the Visual Analog Scale (VAS) value was measured before stretching, 5 days of stretching and 10 days of stretching. The stretching and VAS measurement activities were monitored by the company doctor as well as the research team whose perceptions were matched.
Results: The prevalence value of neck pain was 39,6% and there was a statistically significant decrease in VAS levels from VAS = 5 (3-7) before stretching to VAS = 3 (1-5) after stretching for 2 weeks with p values 0.000. There were no significant changes in individual factors that could potentially be confounding factors, such as age, nutritional status, exercise habits, and smoking habits during the experiment.
Conclusion: Muscle stretching can reduce the value of neck pain in crane operator research subjects, which was measured based on the Visual Analog Scale (VAS) with stretching interventions carried out for 2 weeks.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tarigan, Rosina Br.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2008
T-Pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Marietta Shanti
"Tujuan: Mengetahui perbandingan efek latihan isokinetik dan isometrik terhadap nyeri, kekuatan otot dan kemampuan fungsional pada pasien osteoarthritis lutut.
Disain: Eksperimental paralel.
Subjek: 28 orang pasien berusia antara 50-64 tahun, dibagi secara acak menjadi dua kelompok.
Tempat: Bagian Ilmu Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi. Perjan RS Dr. Hasan Sadikin. Bandung.
Intervensi: Pasien menjalani program latihan isokinetik atau isometrik selama 6 minggu.
Parameter: VAS, peak torque, indeks Lequesne yang diukur setiap minggu.
Hasil: Kedua kelompok menunjukkan penurunan yang bermakna pada intensitas nyeri (p<0,001) dan indeks Lequesne (p<0,001), juga peningkatan yang bermakna pada peak torque (p<0,001) setelah 6 minggu. Tidak terdapat perbedaan yang bermakna antara kedua kelompok.
Kesimpulan: Kedua jenis latihan berguna pada pasien osteoarthritis berusia lanjut Pada kelompok isokinetik tidak didapatkan subjek yang mengeluh nyeri yang bermakna.

Objective: To compare the effect of isokinetic and isometric strengthening exercise on pain, strength and functional capacity of patients with knee osteoarthritis.
Design: Experimental parallel.
Participants: 28 patients, age 50-64 years, were randomly assigned into two groups.
Setting: Department of Physical Medicine and Rehabilitation. Hasan Sadikin Hospital Bandung.
Interventions: Patients received either a regimen of isokinetic exercise or a regimen of isometric exercise for 6 weeks.
Main outcome measure : VAS, peak torque and Lequesne index were measured each week.
Result: Both training groups showed significant decrease in pain score (pc0, 001) and Lequesne index (p<0, 001) and an increase in peak torque (p<0,001). However there is no significant difference of those parameters between groups.
Conclusion: Both exercises can benefit elderly patients with knee osteoarthritis as shown by the increase of strength and functional capacity. In the isokonetic group there were no subjects who experienced an increase in pain.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2005
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yuliastati
"Keterbatasan fungsi motorik kasar merupakan salah satu masalah yang sering terjadi pada anak dengan tuna grahita sedang. Upaya yang dapat dilakukan untuk meminimalkan gangguan ini diantaranya adalah dengan melakukan latihan rentang gerak sendi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara latihan rentang gerak sendi pada ekstremitas bawah terhadap kekuatan otot dan luas gerak sendi anak dengan tuna grahita sedang. Desain yang digunakan adalah quasi-experimental dengan control group pretest-postest design. Sampel berjumlah 30 anak di dua sekolah luar biasa di Bogor. Hasilnya menunjukkan ada peningkatan kekuatan otot dan luas gerak sendi lutut dan panggul pada kelompok intervensi. Latihan ini dapat membantu anak tuna grahita meningkatkan fungsi motoriknya dan dapat dikembangkan di sekolah.

Limitations of gross motor function is one problem that often occurs in children with mental retardation. Joint range of motion exercises are one of the efforts that can be done to deal with clients with limited motor function. This study aims to determine the relationship between joint range of motion exercises on lower limb muscle strength and extent of joint motion children with moderate mental retardation. The design used was quasi-experimental with the control group pretest-postest design. Sample are 30 children at two SLB in Bogor. The results showed increase in muscle strength and extent of knee and hip joint motion in the intervention group. This exercise can be used to help children with limited motor function improving their motor function and can be developed into one of the programs in SLB."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2011
T-Pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Fajar
"ABSTRAK
Gaya hidup tidak sehat seperti kurang aktifitas fisik, konsumsi makanan tinggi lemak, dan stress, menjadi penyebab masalah hipertensi pada agregat dewasa di masyarakat perkotaan. Latihan Isometrik merupakan salah satu alternatif latihan fisik untuk menurunkan tekanan darah. Tujuan penulisan ini untuk memberikan gambaran keefektifan latihan isometrik dengan dukungan keluarga untuk menurunkan tekanan darah pada keluarga Ibu S. Metode yang digunakan adalah asuhan keperawatan keluarga dan studi kasus mulai dari tahap pengkajian sampai dengan tahap evaluasi. Intervensi latihan isometrik pada keluarga Ibu S dengan hipertensi dapat menurunkan tekanan darah 20 mmHg pada tekanan Sistolik dan 10 mmHg pada tekanan Diastolik. Latihan Isometrik dilakukan dalam rentang waktu 3 menit satu kali sesi sebanyak 21 kali selama 3 minggu. Intervensi latihan isometrik dapat direkomendasikan menjadi salah satu intevensi keluarga dengan hipertensi

ABSTRACT
Unhealthy lifestyle such as luck of physical activity, high fat dietary intake and stress cause hypertension for adult aggregates in urban communities. Isometric Exercise is one of the alternative physical exercise to lower blood pressure. The purpose of this scientific creation to provide an overview of the effectiveness Isometric Exercise with family support to lower blood pressure in the Ms. S family. The methods used are family nursing care and case studies from the assessment stage to the evaluation stage. Isometric Exercise intervention to Ms. S family with hypertension can lower Sistolic Blood Pressure 20 mmHg and Diastolic Blood Pressure 10 mmHg. Isometric Exercise is performed within 3 minutes of one session 21 times for 3 weeks. Isometric Exercise interventions can be recommended to be one of the family interventions with hypertension. "
2018
PR-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Septia Mandala Putra
"Latar belakang: Insidensi penyakit kardiovaskular meningkat signifikan diseluruh dunia dan menjadi penyebab utama kematian. Penyakit kardiovaskular pada tenaga kesehatan dapat meningkatkan angka ketidakhadiran kerja dan menjadi masalah bagi sistem layanan kesehatan. Karantina pada Pandemi COVID-19 secara umum dapat mengurangi aktivitas fisik dan latihan fisik harian, sehingga mengganggu kebugaran fisik dan kesehatan jantung. Perlunya pengembangan latihan fisik untuk mencegah risiko penyakit kardiovaskular pada nakes, salah satunya Senam Jantung Sehat dan latihan kekuatan otot. 
Tujuan: Mengetahui risiko penyakit kardiovaskular dan pengaruh intervensi latihan secara virtual terhadap faktor risiko penyakit kardiovaskular serta komponen kebugaran terkait kesehatan pada tenaga kesehatan. 
Metode: Studi intervensi dengan membandingkan 2 kelompok (uji dan kontrol). Randomized. Tiga puluh empat subjek tenaga kesehatan kedalam kelompok intervensi (Senam Jantung Sehat dan latihan kekuatan otot), diberikan secara virtual melalui aplikasi Zoom, Senam Jantung Sehat dilakukan 3x seminggu dan latihan kekuatan otot diberikan 2x seminggu setelah selesai Senam Jantung Sehat, dengan jeda 3 hari. Tiga puluh empat subjek tenaga kesehatan dalam kelompok kontrol hanya diberikan edukasi aktivitas fisik. Intervensi diberikan selama 3 bulan, dengan total 36 sesi. Analisa data dilakukan untuk menilai perbedaan rerata dan delta dengan uji T tidak berpasangan dan Mann Whitney. 
Hasil: Analisa data dilakukan pada 5 subjek sesuai dengan kriteria >60% kehadiran, dimana 29 subjek gagal menghadiri 60% kehadiran karena berbagai alasan. Risiko utama penyakit kardiovaskular adalah Indeks massa tubuh (IMT). Rata rata angka kepatuhan latihan fisik pada kelompok uji adalah 33,1 %. Ditemukan penurunan IMT dan persen lemak tubuh lebih baik pada kelompok uji dibandingkan kelompok kontrol (p=0,025 dan p= 0,031). Penurunan kekuatan otot punggung lebih baik pada kelompok kontrol dibandingkan kelpmpok uji (p=0,007). Penurunan nilai pada tekanan darah sistolik, total kolesterol, low density lipoprotein dan peningkatan kebugaran kardiorespirasi memiliki kecenderungan yang lebih baik meskipun tidak bermakna secara statistik. 
Kesimpulan: Pemberian intervensi pada kelompok uji secara umum tidak berbeda secara statistik jika dibandingkan dengan kelompok kontrol, namun intervensi pada kelompok uji memiliki kemungkinan dalam mencegah risiko penyakit kardiovaskular.

Background: The incidence of cardiovascular disease has increased significantly worldwide and is a major cause of death. Cardiovascular disease in health workers can increase absenteeism and become a problem for the health care system. Quarantine in the COVID-19 Pandemic in general can reduce physical activity and daily physical exercise, thereby interfering with physical fitness and heart health. The need for the development of physical exercise to prevent the risk of cardiovascular disease, one of which is Senam Jantung Sehat and muscle strength training. 
Objectives: To determine the risk of cardiovascular disease and the effect of virtual exercise intervention on cardiovascular disease risk factors and health-related fitness components in health workers.
Methods: An intervention study by comparing 2 groups (test and control). Randomized. Thirthy four subjects of health workers into the intervention group (Senam Jantung Sehat and muscle strength training), administered virtually through the Zoom application, Senam Jantung Sehat was performed 3x a week and muscle strength training were given 2x a week after completion of Senam Jantung Sehat, with a 3-day break. Thirty-four subjects of health workers in the control group were only given physical activity education. The intervention was given for 3 months, for a total of 36 sessions. Data analysis was carried out to assess the mean and delta differences with the unpaired T test and Mann Whitney.
Results: Data analysis was carried out on 5 subjects according to the criteria of >60% attendance, where 29 subjects failed to attend 60% attendance for various reasons. The main risk of cardiovascular disease is body mass index (BMI). The average physical exercise adherence rate in the test group was 33.1%. It was found that the decrease in BMI and percent body fat was better in the test group than the control group (p=0.025 and p=0.031). The decrease in back muscle strength was better in the control group than the test group (p=0.007). The decrease in systolic blood pressure, total cholesterol, low density lipoprotein and increased cardiorespiratory fitness tended to be better, although not statistically significant. 
Conclusion: The intervention in the test group in general was not statistically different when compared to the control group, but the intervention in the test group had the possibility of preventing the risk of cardiovascular disease.
"
Jakarta: Fakultas kedokteran Universitas Indonesia, 2022
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nawanto A. Prastowo
"Waktu latihan mempengaruhi peningkatan kadar antigen t-PA (ant t-PA). Waktu latihan sore meningkatkan kadar ant t-PA lebih tinggi dibanding waktu latihan pagi pada intensitas latihan yang sama. Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh waktu latihan aerobik intensitas 60-70% laju jantung maksimal (LJM, 220-umur) selama 15 menit terhadap peningkatan kadar dnt t-PA. Subyek terdiri dari 16 laki-laki sehat, tidak terlatih berumur 25-35 tahun yang menjalani uji sepeda pagi (06.30-08.30 wib) dan sore (15.00-17.00) pada selang waktu 2 hari. Uji Wilcoxon sign ranked menunjukkan peningkatan kadar ant t-PA yang bermakna setelah latihan pagi dan sore sebesar 43,5% (P=0,03) dan 35% (P=0,03). Uji Wilcoxon U menunjukkan tidak terdapat perbedaan bermakna antara peningkatan kadar ant t-PA setelah latihan pagi dan sore. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa waktu latihan pagi atau sore tidak berpengaruh terhadap peningkatan kadar ant t-PA pada intensitas latihan sedang.

Increased t-PA antigen (t-PA ant) level during exercise is affected by diurnal variation. Exercise in the afternoon increases t-PA ant higher than exercise in the morning. Purpose of this study was to examine the effect of time of day aerobic exercise on t-PA ant level. Subjects were 16 sedentary, healthy untrained male, performed 2 session ergo cycle at 60-70 maximal heart rate (MHR, 220-age) both Morning (06.30-08.30) and afternoon (15.00-17.00) by 2 days separated. Wilcoxon sign ranked test show t-PA ant increased significantly after exercise in the morning (43.5%, P=0,03) and afternoon (38%, P=0,03) but not significant different between morning and afternoon (P=0,97). It was concluded that time of day exercise did not affect t-PA ant level in moderate aerobic exercise intensity."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2004
T55780
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>