Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 209232 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Yanuar Indah Pratiwi
"Antibiotik merupakan obat yang digunakan pada infeksi yang disebabkan oleh bakteri. Penggunaan antibiotik perlu dimonitoring karena penggunaan yang berlebihan dapat meningkatkan terjadinya resistensi. Evaluasi penggunaan obat secara kuantitatif dapat dilakukan menggunakan metode ATC/DDD (ATC/Anatomical Therapeutic Chemical, DDD/Defined Daily Dose) yang merupakan sistem klasifikasi dan pengukuran penggunaan obat. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui lima antibiotik yang paling banyak digunakan di Puskesmas Kecamatan Matraman dan di seluruh jaringan Puskesmas wilayah Kecamatan Matraman pada tahun 2022 dengan metode ATC/DDD. Data pemakaian antibiotik didapatkan dari Laporan Penggunaan dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO). Lima antibiotik yang paling banyak digunakan di Puskesmas Kecamatan Matraman tahun 2022 yaitu amoksisilin kaplet 500 mg (59.2%), ciprofloxacine tablet 500 mg (10.7%), cefadroxil kapsul 500 mg (7.6%), amoksisilin sirup kering 125 mg/5 mL (5.6%), dan thiamfenikol kapsul 500 mg (4.6%). Sementara lima antibiotik yang paling banyak digunakan di seluruh jaringan Puskesmas wilayah Kecamatan Matraman tahun 2022 yaitu amoksisilin kaplet 500 mg (58.0%), ciprofloxacine tablet 500 mg (11.0%), cefadroxil kapsul 500 mg (6.8%), amoksisilin sirup kering 125 mg/5 mL (4.8%), dan isoniazid tablet 300 mg (3.1%).

Antibiotics are drugs used to treat infections caused by bacteria. The use of antibiotics needs to be monitored because excessive use can increase the occurrence of resistance. Quantitative evaluation of drug use can be done using the ATC/DDDD (ATC = Anatomical Therapeutic Chemical; DDD = Defined Daily Dose) method, which is a classification and measurement system for drug use. The purpose of this study is to find out the five most widely used antibiotics in the Matraman District Health Center and in the entire Matraman District Health Center network in 2022 using the ATC/DDDD method. Antibiotic usage data is obtained from the Drug Use Report and Request Sheet. The five most widely used antibiotics at the Matraman District Health Center in 2022 are amoxicillin capsules 500 mg (59.2%), ciprofloxacine tablets 500 mg (10.7%), cefadroxil capsules 500 mg (7.6%), amoxicillin dry syrup 125 mg/5 mL (5.6%), and thiamphenicol capsules 500 mg (4.6%). Meanwhile, the five most widely used antibiotics in the entire Puskesmas network in Matraman District in 2022 are amoxicillin caplets 500 mg (58.0%), ciprofloxacine tablets 500 mg (11.0%), cefadroxil capsules 500 mg (6.8%), amoxicillin dry syrup 125 mg/5 mL (4.8%), and isoniazid tablets 300 mg (3.1%)."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Michicho Citra Zhangrila
"Peningkatan persentase resistensi antimikroba (AMR) yang cukup tinggi di Indonesia disebabkan oleh penggunaan antimikroba yang tidak tepat, terutama dalam pelayanan kesehatan. Salah satu cara untuk mengatasi AMR adalah dengan mengoptimalkan penggunaan antibiotik. Maka dari itu, diperlukan evaluasi penggunaan antibiotik di fasilitas pelayanan kesehatan untuk memastikan optimalisasi penggunaan antibiotik tersebut. Pada penelitian ini, dilakukan evaluasi penggunaan antibiotik secara kuantitatif dengan metode ATC/DDD di Puskesmas Kelurahan Kampung Melayu pada periode 2021. Pengumpulan data dilakukan secara retrospektif dengan menggunakan data sekunder berupa Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO) periode 2021 milik Puskesmas Kelurahan Kampung Melayu yang diperoleh dari arsip LPLPO di Puskesmas Kecamatan Jatinegara. Data diolah menggunakan Microsoft Excel 2022 berdasarkan jenis antibiotik, rute pemberian, dan klasifikasi ATC yang telah ditetapkan oleh WHO. Setelah itu dihitung total kekuatan antibiotik yang digunakan, serta analisis kuantitatif menggunakan metode DDD/1000 penduduk/hari. Berdasarkan persentase pemakaian dan nilai DDD/1000 penduduk/hari, lima antibiotik yang paling banyak digunakan yaitu Amoksisilin (52,78%; 0,4284 DDD), Azitromisin (18,86%; 0,1531 DDD), Siprofloksasin (8,08%; 0,0655 DDD), Sefadroksil (5,85%; 0,0475 DDD), dan Doksisiklin (5,09%; 0,0413 DDD). Jumlah total penggunaan antibiotik di Puskesmas Kelurahan Kampung Melayu selama tahun 2021 yaitu sebesar 6228,80 DDD dan 0,8116 DDD/1000 penduduk/hari.

The increase in the percentage of antimicrobial resistance (AMR) in Indonesia is relatively high and primarily caused by inappropriate use of antimicrobials, especially in healthcare services. One way to address AMR is by optimizing the use of antibiotics. Therefore, it is necessary to evaluate the use of antibiotics in healthcare facilities to ensure their optimal use. This study quantitatively evaluated antibiotic usage using the ATC/DDD method at the Puskesmas Kelurahan Kampung Melayu during the period 2021. Data collection was done retrospectively using secondary data, specifically the Drug Use and Request Form (LPLPO) for 2021, obtained from the archives of the Puskesmas Kecamatan Jatinegara. The data were processed using Microsoft Excel 2022, categorized by antibiotic type, administration route, and WHO-established ATC classification. Subsequently, the total antibiotic strength used was calculated, and quantitative analysis was performed using the DDD/1000 inhabitants/day method. Based on the percentage of usage and DDD/1000 inhabitants/day values, the five most commonly used antibiotics were Amoxicillin (52.78%; 0.4284 DDD), Azithromycin (18.86%; 0.1531 DDD), Ciprofloxacin (8.08%; 0.0655 DDD), Cefadroxil (5.85%; 0.0475 DDD), and Doxycycline (5.09%; 0.0413 DDD). The total amount of antibiotics used at the Puskesmas Kelurahan Kampung Melayu in 2021 was 6228.80 DDD and 0.8116 DDD/1000 inhabitants/day."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Arva Pandya Wazdi
"Penggunaan antibiotik harus dilakukan dan kontrol penggunaan antibiotik sudah direkomendasikan dari WHO. Hal ini bertujuan untuk menekan resistensi mikroba terhadap antibiotik karena ancaman resistensi antibiotik adalah salahsatu yang dikhawatirkan oleh WHO. Dalam perespan dan penggunaan antibiotik dapat dianalisis dengan metode ATC/DDD untuk evaluasi rasionalitas penggunaan antibiotik. Analisis menggunakan metode ATC/DDD ini dilakukan di Puskesmas Kecamatan Duren Sawit pada periode Januari-Desember 2022. Setelah dilakukan analisis didapatkan penggunaan antibiotik di Puskesmas Kecamatan Duren Sawit pada periode Januari – Desember 2022 tergolong sangat tinggi terutama pada golongan antibiotik beta laktam dengan kecenderungan peresepan yang kurang rasional. Dari hasil analisis ini dapat dilakukan pengetesan resistensi mikroba terhadap antibiotik di lingkungan Puskesmas Kecamatan Duren Sawit untuk melihat sebaran mikroba resisten terhadap golongan antibiotik sebagai evaluasi pendekatan pengobatan yang optimal.

The use of antibiotics must be carried out and control of antibiotic use has been recommended by WHO. This aims to suppress microbial resistance to antibiotics because the threat of antibiotic resistance is one that WHO is concerned about. The prescription and use of antibiotics can be analyzed using the ATC/DDD method to evaluate the rationality of antibiotic use. Analysis using the ATC/DDD method was carried out at Puskesmas Kecamatan Duren Sawit in the period January-December 2022. After the analysis was carried out, it was found that the use of antibiotics in Puskesmas Kecamatan Duren Sawit in the January-December 2022 period was classified as very high, especially in the beta-lactam antibiotics group with a high prescribing tendency. less rational. From the results of this analysis, testing for microbial resistance to antibiotics can be carried out in Puskesmas Kecamatan Duren Sawit environment to see the distribution of microbes that are resistant to antibiotic groups as an evaluation of optimal treatment approaches.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Arva Pandya Wazdi
"Peresepan antibiotik adalah salah satu yang harus dikontrol. Hal ini bertujuan untuk mencegah terjadinya resistensi antibiotik yang berlebihan. Hal ini menjadi signfikan ketika berada di lingkup rumah sakit karena banyak dokter yang meresepkan antibiotik untuk lini pertama pengobatan sehingga menyebabkan banyaknya mikroba resisten. Oleh karena itu diharuskan adanya analisis peresepan dan penggunaan antibiotik. Analaisis ini dapat dilakukan dengan menggunakan analisis ATC/DDD yang sudah ditetapkan oleh WHO untuk menganalisis penggunaan antibiotik. Maka dari itu, dilakukan analisis peresepan dan penggunaan antibiotik di RSUP Fatmawati dengan periode Juli – Desember 2022. Hasil analisis ATC/DDD yang dilakukan menunjukkan penggunaan antibiotik di RSUP Fatmawati yang masih tinggi terutama pada antibiotik untuk mengobati TB seperti rifampicin dan ethambutol, antibiotik lain yang tinggi penggunaannya adalah antibiotik cefixim yang biasanya diresepkan sebagai lini pertama ISPA. Oleh karena itu perlunya diadakan pemantauan lebih terkait penggunaan antibiotik tersebut terutama pengetesan berkala mikroba terkait ISPA dan TB yang berada di RSUP Fatmawati untuk melihat resistensi antimikroba yang bertujuan untuk mencegah untreatable nosocomial invection.

Antibiotic prescribing is one that must be controlled. This aims to prevent excessive antibiotic resistance. This becomes significant when in the hospital setting because many doctors prescribe antibiotics as the first line of treatment, causing many resistant microbes. Therefore, it is necessary to analyze the prescribing and use of antibiotics. This analysis can be carried out using the ATC/DDD analysis which has been established by WHO to analyze antibiotic use. Therefore, an analysis of the prescribing and use of antibiotics was carried out at Fatmawati Hospital for the period July – December 2022. The results of the ATC/DDD analysis carried out showed that the use of antibiotics at Fatmawati Hospital was still high, especially antibiotics to treat TB such as rifampicin and ethambutol, other antibiotics that The highest use is the antibiotic cefixim which is usually prescribed as the first line of ARI. Therefore, it is necessary to carry out more monitoring regarding the use of antibiotics, especially periodic testing of microbes related to ARI and TB at Fatmawati General Hospital to see antimicrobial resistance with the aim of preventing untreatable nosocomial infections.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Resti Fizriani
"Praktik Kerja Profesi Apoteker di RSUP Fatmawati bertujuan untuk menganalisis profil penggunaan antibiotik meropenem pada bulan Mei tahun 2023 di RSUP Fatmawati. Kajian dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif. Tahapan kajian meliputi pengumpulan data pasien dari sistem informasi rumah sakit (ISIMRS), SIMGOS dan Open Labs, penyajian data dalam bentuk tabel deskriptif dan penarikan kesimpulan. Hail kajian menunjukkan arakteristik pasien antibiotik meropenem di RSUP Fatmawati pada Bulan Mei Tahun 2023 mencakup 184 pasien, dengan mayoritas berjenis kelamin laki-laki dan berasal dari kelompok pasien geriatri (61-70 tahun) dengan kesudahan pasien pulang dari rumah sakit. Karakteristik peresepan antibiotik meropenem di RSUP Fatmawati pada Bulan Mei Tahun 2023 sebanyak 5669 vial meropenem dengan regimen dosis paling banyak yaitu 3x1 gram dan asal ruangan pasien yang diberikan antibiotik paling banyak yaitu gedung bougenville, lantai 4 - ICU. Hasil biakan kultur menunjukkan resistensi terhadap Acinetobacter baumannii

Pharmacist Professional Work Practices at Fatmawati Hospital aims to analyze the profile of use of the antibiotic meropenem in May 2023 at Fatmawati Hospital. The study was carried out using descriptive methods. The study stages include collecting patient data from the hospital information system (ISIMRS), SIMGOS and Open Labs, presenting the data in the form of descriptive tables and drawing conclusions. The results of the study show that the characteristics of meropenem antibiotic patients at Fatmawati General Hospital in May 2023 included 184 patients, the majority of whom were male and came from the geriatric patient group (61-70 years) with the patients later returning home from the hospital. Characteristics of meropenem antibiotic prescriptions at Fatmawati General Hospital in May 2023 were 5669 vials of meropenem with the highest dose regimen being 3x1 gram and the room where the most antibiotics were given was the Bougainville building, 4th floor - ICU. Culture results showed resistance to Acinetobacter baumannii.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
"[Tingginya tingkat infeksi nosokomial di ICU menyebabkan penggunaan antibiotik ICU cenderung lebih tinggi dari ruang rawat yang lain. Penggunaan antibiotik ini sering kali tidak menunggu hasil uji kepekaan bakteri. Hal ini menyebabkan resistensi terhadap antibiotika semakin cepat terjadi. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui jenis antibiotik yang banyak digunakan di ICU RSCM dan mengetahui jumlah penggunaan antibiotik berdasarkan perhitungan Defined Daily Dose (DDD) WHO di ICU RSCM periode Januari hingga Maret 2015. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif observasional dengan menggunakan rekam medis pasien. Dari 167 rekam medis yang diikutkan dalam penelitian ini, tiga antibiotik dengan frekuensi pemakaian terbanyak adalah meropenem (15.31%), seftriakson (14.43%), dan fosfomisin (11.57%). Hasil penilaian kuantitas penggunaan antibiotik berdasarkan metode DDD menunjukkan tiga antibiotik dengan DDD tertinggi adalah meropenem (433.51 DDD/1000 hari rawat), dilanjutkan dengan seftriakson (268.04 DDD/1000 hari rawat dan amikasin (180.41 DDD/1000 hari rawat). Hasil ini cukup tinggi jika dibandingkan dengan kuantitas penggunaan antibiotik rumah sakit lain, The high incidence nosocomial infection in Intensive Care Unit could increase the antibiotics administration. Furthermore, the administration of antibiotics often not based on the results of bacterial susceptibility test. This phenomenon cause the high level of bacterial resistance in ICU. The aim of this study was to determine the most frequent antibiotics used in ICU and to evaluate antibiotic consumption quantitatively using ACT/DDD method in ICU RSCM. This research is a descriptive-observasional study using medical record of the patient. From 167 medical records, three antibiotics with the highest frequency administration were meropenem (15.31%), ceftriaxone (14.43%), dan fosfomycin (11.57%). By using DDD method, three antibiotics with the highest DDD were meropenem (433.51 DDD/1000 bed days), ceftriaxone (268.04 DDD/1000 bed days), and amikacin (180.41 DDD/1000 bed days). This result is quite high when compared with antibiotic consumpsion in another hosp]"
[, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia], 2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amalia Utami
"Apotek merupakan sarana pelayanan kefarmasian tempat apoteker melakukan praktek kefarmasian. Kegiatan perencanaan merupakan salah satu kegiatan pelayanan kefarmasian di apotek dalam Permenkes No. 73 Tahun 2016 yang berkaitan dengan manajemen perbekalan farmasi. Perencanaan dan pengadaan obat merupakan faktor penting dalam tahap pengelolaan obat di apotek yang dapat menunjang ketersediaan perbekalan farmasi. Analisis Pareto (ABC) adalah salah satu metode pengendalian persediaan kebutuhan obat yang memiliki prinsip bahwa sebagian kecil barang memiliki kontribusi terhadap sebagian besar dari total nilai. Analisis pareto ABC berguna sebagai acuan dalam menentukan prioritas pemesanan berdasarkan nilai atau harga persediaan, selain itu dapat berguna untuk memfokuskan jenis persediaan utama yang dapat memberikan pemasukan tinggi bagi apotek. Analisis data secara pareto dilakukan dengan cara menghitung nilai investasi dari masing-masing nama dokter penulis. Pelaksanaan analisis Pareto (ABC) harus dilakukan secara berkala agar proses pengadaan dan pengendalian obat dapat berjalan efektif dan efisien.

Drugstore is a pharmaceutical service facility were pharmacists practice pharmacy. Planning activity is one of the pharmaceutical service activities in pharmacies in Permenkes No. 73 of 2016 relating to pharmaceutical supply management. Drug planning and procurement are important factors in the drug management stage in pharmacies that can support the availability of pharmaceutical supplies. Pareto analysis (ABC) is a method of controlling drug inventory which has the principle that a small portion of goods contributes to a large proportion of the total value. ABC pareto analysis is useful as a reference in determining priority orders based on inventory value or price, besides that it can be useful for focusing on the main types of inventories that can provide high income for pharmacies. Pareto data analysis is carried out by calculating the investment value of each author's doctor's name. The implementation of Pareto analysis (ABC) must be carried out periodically so that the drug procurement and control process can run effectively and efficiently."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Tasya Wijayanti
"Formularium nasional merupakan daftar obat terpilih yang dibutuhkan dan digunakan sebagai acuan penulisan resep pada pelaksanaan pelayanan kesehatan dalam penyelenggaraan program jaminan kesehatan. Pembuatan formularium nasional diharapkan dapat menjadi acuan untuk tiap tingkatan fasilitas kesehatan memilih obat yang tepat. Oleh karena itu, diperlukan suatu evaluasi untuk melihat kesesuaian penggunaan obat yang digunakan di Puskesmas Kecamatan Kalideres dengan daftar obat yang disarankan pada formualrium nasional. Metode penelitian yang digunakan dalam pembuatan tugas khusus ini adalah penelitian observasional dengan design cross sectional. Data diambil secara retrospektif terhadap data sekunder yaitu data penggunaan obat yang diperoleh dari instalasi farmasi Puskesmas Kecamatan Kalideres periode Januari-Februari 2022. Pengambilan data dilakukan dengan metode convenience sampling terhadap 5 resep yang mewakili setiap harinya. Secara keseluruhan, terdapat 295 pasien yang dijadikan sampel dalam penelitian ini dengan total resep yang diperoleh adalah 902 resep. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa sebanyak 91,67% obat yang diresepkan oleh dokter pada bulan Januari dan 94,55% di bulan Februari tahun 2022 di Puskesmas Kecamatan Kalideres telah memenuhi kesesuaian obat yang terdaftar di Fornas tahun 2021.

The national formulary is a list of selected drugs needed and used as a reference for writing prescriptions in the implementation of health services in the administration of health insurance programs. The creation of a national formulary is expected to be a reference for each level of health facility to choose the right drug. Therefore, an evaluation is needed to see the suitability of the use of drugs used in the Kalideres District Health Center with the list of recommended drugs in the national formulary. The research method used in making this special assignment is an observational study with a cross-sectional design. Data were collected retrospectively from secondary data, namely data on drug use obtained from the pharmacy installation of the Kalideres District Health Center for the period January-February 2022. Data was collected using the convenience sampling method for 5 representative prescriptions every day. Overall, there were 295 patients who were sampled in this study with a total of 902 prescriptions obtained. Based on the results of the study, it can be concluded that 91.67% of the drugs prescribed by doctors in January and 94.55% in February 2022 at the Kalideres District Health Center met the suitability of drugs registered at Fornas in 2021."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ayu Savira Rahmafitri
"Pada tahun 2015 WHO melaporakan didapatkan 64% negara Asia Tenggara antibiotik dibeli tanpa resep. Dampak buruk bagi kesehatan apabila penggunaan antibiotik secara tidak rasional adalah resistensi antibiotik, meningkatnya biaya perawatan, dan peningkatan angka kematian. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pola dan kerasionalan peresepan antibiotik di dua puskesmas terakreditasi dasar Kota Depok Januari-Maret 2020. Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional. Sampel yang digunakan adalah seluruh resep antibiotik yang memenuhi kriteria inklusi pada Januari-Maret 2020. Hasil penelitian menunjukkan pola peresepan antibiotik berdasarkan jenisnya yang paling banyak digunakan adalah kotrimoksazol (37%) di Puskesmas Limo dan amoksisilin (90.3%) di Puskemas Pancoran Mas. Berdasarkan jenis penyakitnya, antibiotik banyak diresepkan pada penyakit faringitis akut (34.4%) di Puskesmas Limo dan infeksi saluran pernapasan akut atas non-spesifik (38%) di Puskesmas Pancoran Mas. Ketidakrasionalan peresepan antibiotik pada Puskesmas Limo yaitu tidak tepat pemilihan antibiotik sebanyak 94 resep (24.5%), tidak tepat dosis sebanyak 65 resep (16.9%), tidak tepat frekuensi pemberian sebanyak 84 resep (21.9%), dan tidak tepat duasi pemberian sebanyak 265 resep (69%). Sedangkan ketidakrasionalan peresepan antibiotik pada Puskesmas Pancoran Mas yaitu tidak tepat pemilihan antibiotik sebanyak 49 resep (12.8%), tidak tepat dosis sebanyak 26 resep (6.8%), tidak tepat frekuensi pemberian sebanyak 27 resep (7%), dan tidak tepat durasi pemberian sebanyak 316 resep (82.3%). Diperoleh nilai signifikansi ketidakrasionalan peresepan antibiotik berdasarkan 4 kriteria penilaian yaitu 0.000, sehingga dapat disimpulkan terdapat perbedaan kualitas peresepan antibiotik pada dua puskesmas terakreditasi dasar Kota Depok periode Januari-Maret Tahun 2020.

In 2015, WHO reported that in 64% of Southeast Asia countries antibiotic were available without prescription. The adverse effects on irrational use of antibiotics on health was antibiotic resistance, increased of treatment costs, and increased of mortality. The purpose of this research was to analyze the pattern and the rationality of antibiotic prescribing in two basic accredited Public Health Center in Depok City January-March 2020. The design used in this research was cross-sectional. The sample used was all antibiotic prescriptions that met the inclusion criteria in January-March 2020. Results of the study showed the most antibiotic used were cotrimoxazole (37%) at Limo Public Health Center and amoxicillin (90.3%) at Pancoran Mas Public Health Center. Based on the type of disease, antibiotics were often prescribed in acute pharyngitis (34.4%) at Limo Public Health Center and acute upper respiratory infections non-specific (38%) at Pancoran Mas Public Health Center. Irrational prescription at the Limo Public Health Center found were 94 prescriptions (24.5%) in the selection of antibiotics, 65 prescriptions (16.9%) in the correct dosage, 84 prescriptions (21.9%) in frequency of antibiotic administration, and 265 prescriptions (69%) in the duration of antibiotic administration. Irrational prescription at Pancoran Mas Public Public Health Center found were 49 prescriptions (12,8%) in the antibiotic selection, 26 prescriptions (6.8%) in the correct dosage, 27 prescriptions (7%) in the frequency of antibiotic administration, and 316 prescriptions (82.3%) in the duration of antibiotic administration. The significant value of the irrational prescription of antibiotics was obtained based on 4 assessment criteria is 0.000, so it can be concluded that there are differences in the quality of antibiotic prescribing in two basic accredited public health center in the City of Depok January-March 2020."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anggia Bia Amanda
"Penggunaan antibiotik yang tidak rasional dapat menyebabkan resistensi antibiotik, sehingga meningkatkan angka morbiditas, mortalitas, dan biaya pengobatan menjadi lebih mahal. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pola peresepan dan kerasionalan peresepan antibiotik di dua puskesmas terakreditasi madya yaitu Puskesmas Abadijaya dan Puskesmas Sukmajaya Kota Depok periode Januari-Maret 2020. Desain penelitian yang digunakan adalah potong-lintang, dengan sampel berupa resep antibiotik periode Januari-Maret 2020. Metode pengambilan sampel berupa total sampling untuk pola peresepan antibiotik sebanyak seluruh resep dan simple random sampling untuk kerasionalan peresepan antibiotik minimal 384 resep. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pola peresepan antibiotik berdasarkan jenisnya yang paling banyak diresepkan adalah amoksisilin (83.9%) di Puskesmas Abadijaya dan (84%) di Puskesmas Sukmajaya. Penyakit yang paling banyak diderita oleh pasien adalah common cold (26.5%) di Puskesmas Abadijaya, sedangkan faringitis akut (26.8%) di Puskesmas Sukmajaya. Hasil analisis ketidakrasionalan peresepan antibiotik di Puskesmas Abadijaya menunjukkan bahwa sebanyak 12.8% tidak memenuhi kriteria pemilihan antibiotik, 0.5% tidak memenuhi kriteria dosis pemberian, 2.6% tidak memenuhi kriteria frekuensi pemberian dan 78.9% tidak memenuhi kriteria durasi pemberian. Sedangkan di Puskesmas Sukmajaya menunjukkan bahwa sebanyak 15.6% tidak memenuhi kriteria pemilihan antibiotik, 2.3% tidak memenuhi kriteria dosis pemberian, 4.2% tidak memenuhi kriteria frekuensi pemberian dan 79.7% tidak memenuhi kriteria durasi pemberian. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa ketidakrasionalan peresepan antibiotik masih terjadi di Puskesmas yang sudah terakreditasi madya, yaitu Puskesmas Abadijaya dan Puskesmas Sukmajaya.

Irrational use of antibiotic can cause resitance antibiotic, hence it increases in morbidity, mortality and medical costs. This research aimed to evaluate the pattern and the rationality of antibiotic prescribing at two public health center with madya accreditation such as Abadijaya Health Center and Sukmajaya Health Center Depok January-March 2020. The research design used was cross-sectional with the sample consisted of all antibiotic prescriptions January-March 2020. The sampling method was total sampling for pattern of antibiotic prescribing as much as all prescriptions and simple random sampling for the rationality of antibiotic prescribing with the minimum of 384 prescriptions. The result showed that the most prescribed antibiotic prescription pattern based on the type of antibiotic was amoxicillin (83.9%) at Abadijaya Health Center and (84%) at Sukmajaya Health Center. The most common illnesses suffered by patients were common cold (26.5%) at Abadijaya Health Center, meanwhile acute pharyngitis (26.8%) at Sukmajaya Health Center. Irrationality of antibiotic use in Abadijaya Health Center found were improper antibiotic selection (12.8%), improper dosage (0.5%), improper frequency of administration (2.6%), and improper duration of administration (78.9%). Irrationality of antibiotic use in Sukmajaya Health Center found were improper antibiotic selection (15.6%), improper dosage (2.3%), improper frequency of administration (4.2%), and improper duration of administration (79.7%). Therefore, it can be concluded that irrationality of antibiotic prescribing still occurred in health center with Madya Accreditation, such as Abadijaya Health Center and Sukmajaya Health Center."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>