Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 209251 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Yanuar Indah Pratiwi
"Antibiotik merupakan obat yang digunakan pada infeksi yang disebabkan oleh bakteri. Penggunaan antibiotik perlu dimonitoring karena penggunaan yang berlebihan dapat meningkatkan terjadinya resistensi. Evaluasi penggunaan obat secara kuantitatif dapat dilakukan menggunakan metode ATC/DDD (ATC/Anatomical Therapeutic Chemical, DDD/Defined Daily Dose) yang merupakan sistem klasifikasi dan pengukuran penggunaan obat. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui lima antibiotik yang paling banyak digunakan di Puskesmas Kecamatan Matraman dan di seluruh jaringan Puskesmas wilayah Kecamatan Matraman pada tahun 2022 dengan metode ATC/DDD. Data pemakaian antibiotik didapatkan dari Laporan Penggunaan dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO). Lima antibiotik yang paling banyak digunakan di Puskesmas Kecamatan Matraman tahun 2022 yaitu amoksisilin kaplet 500 mg (59.2%), ciprofloxacine tablet 500 mg (10.7%), cefadroxil kapsul 500 mg (7.6%), amoksisilin sirup kering 125 mg/5 mL (5.6%), dan thiamfenikol kapsul 500 mg (4.6%). Sementara lima antibiotik yang paling banyak digunakan di seluruh jaringan Puskesmas wilayah Kecamatan Matraman tahun 2022 yaitu amoksisilin kaplet 500 mg (58.0%), ciprofloxacine tablet 500 mg (11.0%), cefadroxil kapsul 500 mg (6.8%), amoksisilin sirup kering 125 mg/5 mL (4.8%), dan isoniazid tablet 300 mg (3.1%).

Antibiotics are drugs used to treat infections caused by bacteria. The use of antibiotics needs to be monitored because excessive use can increase the occurrence of resistance. Quantitative evaluation of drug use can be done using the ATC/DDDD (ATC = Anatomical Therapeutic Chemical; DDD = Defined Daily Dose) method, which is a classification and measurement system for drug use. The purpose of this study is to find out the five most widely used antibiotics in the Matraman District Health Center and in the entire Matraman District Health Center network in 2022 using the ATC/DDDD method. Antibiotic usage data is obtained from the Drug Use Report and Request Sheet. The five most widely used antibiotics at the Matraman District Health Center in 2022 are amoxicillin capsules 500 mg (59.2%), ciprofloxacine tablets 500 mg (10.7%), cefadroxil capsules 500 mg (7.6%), amoxicillin dry syrup 125 mg/5 mL (5.6%), and thiamphenicol capsules 500 mg (4.6%). Meanwhile, the five most widely used antibiotics in the entire Puskesmas network in Matraman District in 2022 are amoxicillin caplets 500 mg (58.0%), ciprofloxacine tablets 500 mg (11.0%), cefadroxil capsules 500 mg (6.8%), amoxicillin dry syrup 125 mg/5 mL (4.8%), and isoniazid tablets 300 mg (3.1%)."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Michicho Citra Zhangrila
"Peningkatan persentase resistensi antimikroba (AMR) yang cukup tinggi di Indonesia disebabkan oleh penggunaan antimikroba yang tidak tepat, terutama dalam pelayanan kesehatan. Salah satu cara untuk mengatasi AMR adalah dengan mengoptimalkan penggunaan antibiotik. Maka dari itu, diperlukan evaluasi penggunaan antibiotik di fasilitas pelayanan kesehatan untuk memastikan optimalisasi penggunaan antibiotik tersebut. Pada penelitian ini, dilakukan evaluasi penggunaan antibiotik secara kuantitatif dengan metode ATC/DDD di Puskesmas Kelurahan Kampung Melayu pada periode 2021. Pengumpulan data dilakukan secara retrospektif dengan menggunakan data sekunder berupa Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO) periode 2021 milik Puskesmas Kelurahan Kampung Melayu yang diperoleh dari arsip LPLPO di Puskesmas Kecamatan Jatinegara. Data diolah menggunakan Microsoft Excel 2022 berdasarkan jenis antibiotik, rute pemberian, dan klasifikasi ATC yang telah ditetapkan oleh WHO. Setelah itu dihitung total kekuatan antibiotik yang digunakan, serta analisis kuantitatif menggunakan metode DDD/1000 penduduk/hari. Berdasarkan persentase pemakaian dan nilai DDD/1000 penduduk/hari, lima antibiotik yang paling banyak digunakan yaitu Amoksisilin (52,78%; 0,4284 DDD), Azitromisin (18,86%; 0,1531 DDD), Siprofloksasin (8,08%; 0,0655 DDD), Sefadroksil (5,85%; 0,0475 DDD), dan Doksisiklin (5,09%; 0,0413 DDD). Jumlah total penggunaan antibiotik di Puskesmas Kelurahan Kampung Melayu selama tahun 2021 yaitu sebesar 6228,80 DDD dan 0,8116 DDD/1000 penduduk/hari.

The increase in the percentage of antimicrobial resistance (AMR) in Indonesia is relatively high and primarily caused by inappropriate use of antimicrobials, especially in healthcare services. One way to address AMR is by optimizing the use of antibiotics. Therefore, it is necessary to evaluate the use of antibiotics in healthcare facilities to ensure their optimal use. This study quantitatively evaluated antibiotic usage using the ATC/DDD method at the Puskesmas Kelurahan Kampung Melayu during the period 2021. Data collection was done retrospectively using secondary data, specifically the Drug Use and Request Form (LPLPO) for 2021, obtained from the archives of the Puskesmas Kecamatan Jatinegara. The data were processed using Microsoft Excel 2022, categorized by antibiotic type, administration route, and WHO-established ATC classification. Subsequently, the total antibiotic strength used was calculated, and quantitative analysis was performed using the DDD/1000 inhabitants/day method. Based on the percentage of usage and DDD/1000 inhabitants/day values, the five most commonly used antibiotics were Amoxicillin (52.78%; 0.4284 DDD), Azithromycin (18.86%; 0.1531 DDD), Ciprofloxacin (8.08%; 0.0655 DDD), Cefadroxil (5.85%; 0.0475 DDD), and Doxycycline (5.09%; 0.0413 DDD). The total amount of antibiotics used at the Puskesmas Kelurahan Kampung Melayu in 2021 was 6228.80 DDD and 0.8116 DDD/1000 inhabitants/day."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Resti Fizriani
"Praktik Kerja Profesi Apoteker di RSUP Fatmawati bertujuan untuk menganalisis profil penggunaan antibiotik meropenem pada bulan Mei tahun 2023 di RSUP Fatmawati. Kajian dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif. Tahapan kajian meliputi pengumpulan data pasien dari sistem informasi rumah sakit (ISIMRS), SIMGOS dan Open Labs, penyajian data dalam bentuk tabel deskriptif dan penarikan kesimpulan. Hail kajian menunjukkan arakteristik pasien antibiotik meropenem di RSUP Fatmawati pada Bulan Mei Tahun 2023 mencakup 184 pasien, dengan mayoritas berjenis kelamin laki-laki dan berasal dari kelompok pasien geriatri (61-70 tahun) dengan kesudahan pasien pulang dari rumah sakit. Karakteristik peresepan antibiotik meropenem di RSUP Fatmawati pada Bulan Mei Tahun 2023 sebanyak 5669 vial meropenem dengan regimen dosis paling banyak yaitu 3x1 gram dan asal ruangan pasien yang diberikan antibiotik paling banyak yaitu gedung bougenville, lantai 4 - ICU. Hasil biakan kultur menunjukkan resistensi terhadap Acinetobacter baumannii

Pharmacist Professional Work Practices at Fatmawati Hospital aims to analyze the profile of use of the antibiotic meropenem in May 2023 at Fatmawati Hospital. The study was carried out using descriptive methods. The study stages include collecting patient data from the hospital information system (ISIMRS), SIMGOS and Open Labs, presenting the data in the form of descriptive tables and drawing conclusions. The results of the study show that the characteristics of meropenem antibiotic patients at Fatmawati General Hospital in May 2023 included 184 patients, the majority of whom were male and came from the geriatric patient group (61-70 years) with the patients later returning home from the hospital. Characteristics of meropenem antibiotic prescriptions at Fatmawati General Hospital in May 2023 were 5669 vials of meropenem with the highest dose regimen being 3x1 gram and the room where the most antibiotics were given was the Bougainville building, 4th floor - ICU. Culture results showed resistance to Acinetobacter baumannii.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Arva Pandya Wazdi
"Penggunaan antibiotik harus dilakukan dan kontrol penggunaan antibiotik sudah direkomendasikan dari WHO. Hal ini bertujuan untuk menekan resistensi mikroba terhadap antibiotik karena ancaman resistensi antibiotik adalah salahsatu yang dikhawatirkan oleh WHO. Dalam perespan dan penggunaan antibiotik dapat dianalisis dengan metode ATC/DDD untuk evaluasi rasionalitas penggunaan antibiotik. Analisis menggunakan metode ATC/DDD ini dilakukan di Puskesmas Kecamatan Duren Sawit pada periode Januari-Desember 2022. Setelah dilakukan analisis didapatkan penggunaan antibiotik di Puskesmas Kecamatan Duren Sawit pada periode Januari – Desember 2022 tergolong sangat tinggi terutama pada golongan antibiotik beta laktam dengan kecenderungan peresepan yang kurang rasional. Dari hasil analisis ini dapat dilakukan pengetesan resistensi mikroba terhadap antibiotik di lingkungan Puskesmas Kecamatan Duren Sawit untuk melihat sebaran mikroba resisten terhadap golongan antibiotik sebagai evaluasi pendekatan pengobatan yang optimal.

The use of antibiotics must be carried out and control of antibiotic use has been recommended by WHO. This aims to suppress microbial resistance to antibiotics because the threat of antibiotic resistance is one that WHO is concerned about. The prescription and use of antibiotics can be analyzed using the ATC/DDD method to evaluate the rationality of antibiotic use. Analysis using the ATC/DDD method was carried out at Puskesmas Kecamatan Duren Sawit in the period January-December 2022. After the analysis was carried out, it was found that the use of antibiotics in Puskesmas Kecamatan Duren Sawit in the January-December 2022 period was classified as very high, especially in the beta-lactam antibiotics group with a high prescribing tendency. less rational. From the results of this analysis, testing for microbial resistance to antibiotics can be carried out in Puskesmas Kecamatan Duren Sawit environment to see the distribution of microbes that are resistant to antibiotic groups as an evaluation of optimal treatment approaches.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Arva Pandya Wazdi
"Peresepan antibiotik adalah salah satu yang harus dikontrol. Hal ini bertujuan untuk mencegah terjadinya resistensi antibiotik yang berlebihan. Hal ini menjadi signfikan ketika berada di lingkup rumah sakit karena banyak dokter yang meresepkan antibiotik untuk lini pertama pengobatan sehingga menyebabkan banyaknya mikroba resisten. Oleh karena itu diharuskan adanya analisis peresepan dan penggunaan antibiotik. Analaisis ini dapat dilakukan dengan menggunakan analisis ATC/DDD yang sudah ditetapkan oleh WHO untuk menganalisis penggunaan antibiotik. Maka dari itu, dilakukan analisis peresepan dan penggunaan antibiotik di RSUP Fatmawati dengan periode Juli – Desember 2022. Hasil analisis ATC/DDD yang dilakukan menunjukkan penggunaan antibiotik di RSUP Fatmawati yang masih tinggi terutama pada antibiotik untuk mengobati TB seperti rifampicin dan ethambutol, antibiotik lain yang tinggi penggunaannya adalah antibiotik cefixim yang biasanya diresepkan sebagai lini pertama ISPA. Oleh karena itu perlunya diadakan pemantauan lebih terkait penggunaan antibiotik tersebut terutama pengetesan berkala mikroba terkait ISPA dan TB yang berada di RSUP Fatmawati untuk melihat resistensi antimikroba yang bertujuan untuk mencegah untreatable nosocomial invection.

Antibiotic prescribing is one that must be controlled. This aims to prevent excessive antibiotic resistance. This becomes significant when in the hospital setting because many doctors prescribe antibiotics as the first line of treatment, causing many resistant microbes. Therefore, it is necessary to analyze the prescribing and use of antibiotics. This analysis can be carried out using the ATC/DDD analysis which has been established by WHO to analyze antibiotic use. Therefore, an analysis of the prescribing and use of antibiotics was carried out at Fatmawati Hospital for the period July – December 2022. The results of the ATC/DDD analysis carried out showed that the use of antibiotics at Fatmawati Hospital was still high, especially antibiotics to treat TB such as rifampicin and ethambutol, other antibiotics that The highest use is the antibiotic cefixim which is usually prescribed as the first line of ARI. Therefore, it is necessary to carry out more monitoring regarding the use of antibiotics, especially periodic testing of microbes related to ARI and TB at Fatmawati General Hospital to see antimicrobial resistance with the aim of preventing untreatable nosocomial infections.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ronaldo
"Resistensi antibiotik terjadi akibat bakteri berevolusi dan rentan terhadap antibiotik sehingga dapat meningkatkan risiko penyebaran penyakit serta kematian. Antibiotik golongan karbapenem merupakan antibiotik kelompok reserve, yang dapat diakses namun penggunaannya harus disesuaikan dengan pasien dan kondisi yang sangat spesifik, ketika antibiotik lainnya telah gagal atau tidak sesuai dalam pengobatan. Penggunaan meropenem di RSUP Fatmawati dibanding antibiotik lini ke 3 lainnya sangat jauh berbeda signifikan, oleh karena itu perlu dikaji terkait karakteristik pasien, regimen, indikasi, ada tidaknya konsultasi KPRA (Komite Pengendalian Resistensi Antimikroba) dan hasil kultur serta sensitivitas antimikroba. Karakteristik pasien yang menggunakan terapi antibiotik reserve meropenem pada April 2023 didominasi oleh laki-laki (52,8%) daripada perempuan (47,2%) dengan rentang usia 51-60 yang terbanyak (23,9%). Kultur dan sensitivitas yang dilakukan (389 kali/April 2023) menyatakan bahwa hasil terbanyak berupa biakan negatif (76,6%), disusul dengan Acinetobacter baumannnii (6,9%) dan Klebsiella pneumonia (6,4%). Hasil biakan yang tidak negatif atau ditemukannya kuman patogen terdapat 91 biakan (23,4%) dari 389 biakan. Sampel yang masih sensitif terhadap antibiotik meropenem sebanyak 38 sampel (41,8%), sampel yang sudah resisten sebanyak 39 sampel (42,9%) dan yang tidak diketahui sebanyak 14 sampel (15,3%). Konsultasi terhadap tim PPRA dilakukan hanya 129 dari 176 pasien. Hasil konsultasi dapat diterima pemberiannya (32 pasien), ditolak pemberiannya (22 pasien), dan tidak direspon oleh tim PPRA (75 pasien)

Antibiotic resistance occurs because bacteria evolve and become susceptible to antibiotics, increasing the risk of disease spread and death. Carbapenem class antibiotics are reserve group antibiotics, which can be accessed but their use must be tailored to patients and very specific conditions, when other antibiotics have failed or are not suitable in treatment. The use of meropenem at Fatmawati General Hospital compared to other 3rd line antibiotics is significantly different, therefore it is necessary to study patient characteristics, regimens, indications, the presence or absence of KPRA (Antimicrobial Resistance Control Committee) consultation and culture results and antimicrobial sensitivity. The characteristics of patients who used meropenem reserve antibiotic therapy in April 2023 were dominated by men (52.8%) rather than women (47.2%) with the highest age range of 51-60 (23.9%). The culture and sensitivity performed (389 times/April 2023) stated that the most results were negative cultures (76.6%), followed by Acinetobacter baumannnii (6.9%) and Klebsiella pneumonia (6.4%). There were 91 cultures (23.4%) out of 389 cultures that were not negative or found pathogenic germs. There were 38 samples (41.8%) that were still sensitive to meropenem, 39 samples (42.9%) that were resistant, and 14 samples (15.3%) that were unknown. Consultation with the PPRA team was conducted for only 129 out of 176 patients. The results of the consultation were accepted (32 patients), rejected (22 patients), and not responded to by the PPRA team (75 patients).
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
"[Tingginya tingkat infeksi nosokomial di ICU menyebabkan penggunaan antibiotik ICU cenderung lebih tinggi dari ruang rawat yang lain. Penggunaan antibiotik ini sering kali tidak menunggu hasil uji kepekaan bakteri. Hal ini menyebabkan resistensi terhadap antibiotika semakin cepat terjadi. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui jenis antibiotik yang banyak digunakan di ICU RSCM dan mengetahui jumlah penggunaan antibiotik berdasarkan perhitungan Defined Daily Dose (DDD) WHO di ICU RSCM periode Januari hingga Maret 2015. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif observasional dengan menggunakan rekam medis pasien. Dari 167 rekam medis yang diikutkan dalam penelitian ini, tiga antibiotik dengan frekuensi pemakaian terbanyak adalah meropenem (15.31%), seftriakson (14.43%), dan fosfomisin (11.57%). Hasil penilaian kuantitas penggunaan antibiotik berdasarkan metode DDD menunjukkan tiga antibiotik dengan DDD tertinggi adalah meropenem (433.51 DDD/1000 hari rawat), dilanjutkan dengan seftriakson (268.04 DDD/1000 hari rawat dan amikasin (180.41 DDD/1000 hari rawat). Hasil ini cukup tinggi jika dibandingkan dengan kuantitas penggunaan antibiotik rumah sakit lain, The high incidence nosocomial infection in Intensive Care Unit could increase the antibiotics administration. Furthermore, the administration of antibiotics often not based on the results of bacterial susceptibility test. This phenomenon cause the high level of bacterial resistance in ICU. The aim of this study was to determine the most frequent antibiotics used in ICU and to evaluate antibiotic consumption quantitatively using ACT/DDD method in ICU RSCM. This research is a descriptive-observasional study using medical record of the patient. From 167 medical records, three antibiotics with the highest frequency administration were meropenem (15.31%), ceftriaxone (14.43%), dan fosfomycin (11.57%). By using DDD method, three antibiotics with the highest DDD were meropenem (433.51 DDD/1000 bed days), ceftriaxone (268.04 DDD/1000 bed days), and amikacin (180.41 DDD/1000 bed days). This result is quite high when compared with antibiotic consumpsion in another hosp]"
[, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia], 2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nahdiya Rahmah
"Antibiotik sebagai terapi infeksi bakteri berperan sangat besar dalam meningkatkan hasil pengobatan pasien. Selain dampak positif, antibiotik juga dapat menimbulkan permasalahan baru yaitu resistensi antibiotik. Pemerintah Indonesia melakukan strategi pengendalian resistensi antimikroba dengan cara  penggunaan antibiotik secara bijak dan meningkatkan ketaatan terhadap prinsip pencegahan dan pengendalian infeksi. Evaluasi penggunaan antibiotik dapat dilakukan secara kuantitatif dan kualitatif. WHO merekomendasikan Anatomical Therapeutic Chemical (ATC) dan Defined Daily Dose (DDD) sebagai bentuk evaluasi penggunaan obat, khususnya antibiotik secara kuantitatif. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis penggunaan antibiotik periode Januari-Maret 2023 di RSUP Fatmawati dengan metode ATC/DDD dan segmen DU90%. Data diperoleh dari resep obat yang dikumpulkan oleh Instalasi Sistem Rumah Sakit (ISIRS) RSUP Fatmawati dan data lama rawat inap pasien didapatkan dari laporan Tata Usaha (TU) Farmasi RSUP Fatmawati. Data kemudian diolah untuk mendapatkan nilai DDD per 100 hari rawat dan DDD per 100 hari rawat tiap antibiotik yang diurutkan dari data terbesar hingga terkecil. Data kemudian dihitung % kumulatif dan diklasifikasikan antibiotik yang termasuk segmen 90%. Hasil penelitian diperoleh 28 antibiotik yang memiliki kode ATC dan DDD digunakan di RSUP Fatmawati periode Januari-Maret 2023.Nilai total DDD/ 100 hari rawat inap antibiotik di RSUP Fatmawati sebesar 63,112 dan  levofloxacin merupakan antibiotik dengan nilai DDD/ 100 hari rawat inap tertinggi yaitu  30,181. Antibiotik yang termasuk dalam segmen DU90% adalah levofloxacin, ampisilin-sulbaktam, ciprofloxacin, azithromisin, cefexime, cefoperazone, clindamisin, sulfomethoxazole dan trimethoprim.

Antibiotics as a therapy for bacterial infections play a very large role in improving patient treatment outcomes. In addition to the positive impact, antibiotics can also cause new problems, namely antibiotic resistance. The Indonesian government has a strategy to control antimicrobial resistance by using antibiotics wisely and increasing adherence to the principles of infection prevention and control. Evaluation of antibiotic use can be done quantitatively and qualitatively. WHO recommends Anatomical Therapeutic Chemical (ATC) and Defined Daily Dose (DDD) as a form of quantitative evaluation of drug use, especially antibiotics. This study aims to analyze the use of antibiotics for the period January-March 2023 at Fatmawati General Hospital using the ATC/DDD method and the DU90% segment. Data obtained from prescription drugs collected by the Hospital System Installation (ISIRS) of Fatmawati General Hospital and data on the length of hospitalization of patients obtained from the report of Administration (TU) Pharmacy of Fatmawati General Hospital. The data were then processed to obtain the value of DDD per 100 days of care and DDD per 100 days of care for each antibiotic sorted from the largest to the smallest data. The data then calculated the cumulative % and classified antibiotics that included 90% segment. The results obtained 28 antibiotics that have ATC codes and DDD used in Fatmawati General Hospital for the period January-March 2023. The total value of DDD / 100 days of antibiotic hospitalization at Fatmawati General Hospital is 63,112 and levofloxacin is an antibiotic with the highest DDD / 100 days of hospitalization value of 30,181. Antibiotics included in the DU90% segment are levofloxacin, ampicillin-sulbactam, ciprofloxacin, azithromycin, cefexime, cefoperazone, clindamycin, sulfomethoxazole and trimethoprim.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Stella Maureen Wijaya
"Intensitas penggunaan antibiotik yang relatif tinggi dapat menimbulkan permasalahan seperti resistensi bakteri terhadap antibiotik sehingga perlu dilakukan evaluasi penggunaan obat golongan antibiotik. Daftar realisasi obat antibiotik tahun 2022 didapat dari Puskesmas Kelurahan Cipinang Muara. ATC dan DDD obat diperoleh dari situs WHO (www.whocc.no/atc_ddd_indexhpx/). Data jumlah populasi penduduk di Kelurahan Cipinang Muara diperoleh dari https://timur.jakarta.go.id/kelurahan/cipinang-muara yaitu sebanyak 55.982 jiwa. Pengolahan data dilakukan menggunakan program Microsoft Excel. Hasil evaluasi penggunaan obat antibiotik menggunakan menunjukkan bahwa antibiotik yang mencakup 90% dari penggunaan obat antibiotik di Puskesmas Kelurahan Cipinang Muara adalah Amoksisilin, Kotrimoksazol, Siprofloksasin, dan Doksisiklin. Penggunaan antibiotik terbesar yaitu Amoksisilin dengan presentase 46,99% dari penggunaan seluruh obat golongan antibiotik. Biaya obat antibiotik terbesar yaitu Amoksisilin dengan presentase 61,50% dari pengeluaran seluruh obat golongan antibiotik. Biaya per DDD atau Cost/DDD terbesaar yaitu Kloramfenikol dengan nilai Cost/DDD sebesar Rp 6.540 / DDD.

The relatively high intensity of antibiotic use can cause problems such as bacterial resistance to antibiotics so it is necessary to evaluate the use of antibiotic class drugs. The list of antibiotic drug realization in 2022 was obtained from the Cipinang Muara Village Health Center. ATC and DDD of drugs were obtained from the WHO website (www.whocc.no/atc_ddd_indexhpx/). Data on the total population in Cipinang Muara Village was obtained from https://timur.jakarta.go.id/kelurahan/cipinang-muara which is 55,982 people. Data processing was done using Microsoft Excel program. The results of the evaluation of antibiotic drug use show that antibiotics that cover 90% of antibiotic drug use at the Cipinang Muara Village Health Center are Amoxicillin, Cotrimoxazole, Cyprofloxacin, and Doxycycline. The largest use of antibiotics is Amoxicillin with a percentage of 46.99% of the use of all antibiotic class drugs. The largest antibiotic drug cost is Amoxicillin with a percentage of 61.50% of all antibiotic class drug expenditures. The cost per DDD or Cost / DDD is Chloramphenicol with a Cost / DDD value of Rp 6,540 / DDD.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Anggia Bia Amanda
"Penggunaan antibiotik yang tidak rasional dapat menyebabkan resistensi antibiotik, sehingga meningkatkan angka morbiditas, mortalitas, dan biaya pengobatan menjadi lebih mahal. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pola peresepan dan kerasionalan peresepan antibiotik di dua puskesmas terakreditasi madya yaitu Puskesmas Abadijaya dan Puskesmas Sukmajaya Kota Depok periode Januari-Maret 2020. Desain penelitian yang digunakan adalah potong-lintang, dengan sampel berupa resep antibiotik periode Januari-Maret 2020. Metode pengambilan sampel berupa total sampling untuk pola peresepan antibiotik sebanyak seluruh resep dan simple random sampling untuk kerasionalan peresepan antibiotik minimal 384 resep. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pola peresepan antibiotik berdasarkan jenisnya yang paling banyak diresepkan adalah amoksisilin (83.9%) di Puskesmas Abadijaya dan (84%) di Puskesmas Sukmajaya. Penyakit yang paling banyak diderita oleh pasien adalah common cold (26.5%) di Puskesmas Abadijaya, sedangkan faringitis akut (26.8%) di Puskesmas Sukmajaya. Hasil analisis ketidakrasionalan peresepan antibiotik di Puskesmas Abadijaya menunjukkan bahwa sebanyak 12.8% tidak memenuhi kriteria pemilihan antibiotik, 0.5% tidak memenuhi kriteria dosis pemberian, 2.6% tidak memenuhi kriteria frekuensi pemberian dan 78.9% tidak memenuhi kriteria durasi pemberian. Sedangkan di Puskesmas Sukmajaya menunjukkan bahwa sebanyak 15.6% tidak memenuhi kriteria pemilihan antibiotik, 2.3% tidak memenuhi kriteria dosis pemberian, 4.2% tidak memenuhi kriteria frekuensi pemberian dan 79.7% tidak memenuhi kriteria durasi pemberian. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa ketidakrasionalan peresepan antibiotik masih terjadi di Puskesmas yang sudah terakreditasi madya, yaitu Puskesmas Abadijaya dan Puskesmas Sukmajaya.

Irrational use of antibiotic can cause resitance antibiotic, hence it increases in morbidity, mortality and medical costs. This research aimed to evaluate the pattern and the rationality of antibiotic prescribing at two public health center with madya accreditation such as Abadijaya Health Center and Sukmajaya Health Center Depok January-March 2020. The research design used was cross-sectional with the sample consisted of all antibiotic prescriptions January-March 2020. The sampling method was total sampling for pattern of antibiotic prescribing as much as all prescriptions and simple random sampling for the rationality of antibiotic prescribing with the minimum of 384 prescriptions. The result showed that the most prescribed antibiotic prescription pattern based on the type of antibiotic was amoxicillin (83.9%) at Abadijaya Health Center and (84%) at Sukmajaya Health Center. The most common illnesses suffered by patients were common cold (26.5%) at Abadijaya Health Center, meanwhile acute pharyngitis (26.8%) at Sukmajaya Health Center. Irrationality of antibiotic use in Abadijaya Health Center found were improper antibiotic selection (12.8%), improper dosage (0.5%), improper frequency of administration (2.6%), and improper duration of administration (78.9%). Irrationality of antibiotic use in Sukmajaya Health Center found were improper antibiotic selection (15.6%), improper dosage (2.3%), improper frequency of administration (4.2%), and improper duration of administration (79.7%). Therefore, it can be concluded that irrationality of antibiotic prescribing still occurred in health center with Madya Accreditation, such as Abadijaya Health Center and Sukmajaya Health Center."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>