Ditemukan 126175 dokumen yang sesuai dengan query
Farahdila Virta Fauziah
"Kesadaran menjadi salah satu indikator suatu makhluk hidup. Tidak hanya itu, kesadaran memiliki jangkauan ruang yang luas dan kompleks dalam proses memahaminya. Hal ini membuat sulitnya akses kita sebagai manusia dalam memahami dan mendefinisikan bagaimana kesadaran ini bekerja. Permasalahan ini dibuktikan dengan hadirnya berbagai disiplin yang mulai menjajaki permasalahan kesadaran, yang sejatinya ini merupakan permasalahan mendasar dari filsafat tradisional. Begitu pula dengan pasangan filsuf asal Amerika ini, yaitu Patricia Churchland dan Paul Churchland. Mereka melahirkan disiplin baru dengan menggunakan pendekatan interdisiplin antara neuron dan filsafat, yaitu neurofilosofi. Neurofilosofi ini akan menjelaskan konsepsi kesadaran secara lebih kompleks dan komprehensif, melihat pendekatannya yang cukup luas dan berani. Namun, dalam hal ini neurofilosofi tidak dapat menjelaskan kesadaran sebagai qualia. Kesadaran disini hanya mengandalkan saraf aktif dalam membentuk sistematika kesadaran. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode analisis komparatif antara disiplin ilmu saraf dan filsafat. Keeksistensian ilmu ini akan menjadi pertanyaan yang membuka cakrawala baru, karena pada dasarnya pendekatan interdisiplin yang digunakan pada ilmu ini sudah membuka ruang dan celah diskusi yang lebih kompleks. Ilmu ini nantinya akan memberikan celah dalam upayanya memaknai manusia pada masa mendatang.
Consciousness is an indicator of a living creature. Not only that, consciousness has a wide and complex spatial reach in the process of understanding it. This makes it difficult for us as humans to understand and define how this consciousness works. This problem is proven by the presence of various disciplines that are starting to explore the problem of consciousness, which is actually a fundamental problem of traditional philosophy. Likewise with this pair of philosophers from America, namely Patricia Churchland and Paul Churchland. They gave birth to a new discipline using an interdisciplinary approach between neurons and philosophy, namely neurophilosophy. This neurophilosophy will explain the concept of consciousness in a more complex and comprehensive way, considering its approach is quite broad and bold. However, in this case neurophilosophy cannot explain consciousness as qualia. Consciousness here only relies on active nerves in forming systematic consciousness. This research uses a qualitative approach with comparative analysis methods between the disciplines of neuroscience and philosophy. The existence of this science will be a question that opens new horizons, because basically the interdisciplinary approach used in this science has opened up space and gaps for more complex discussions. This knowledge will provide a gap in efforts to understand humans in the future."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library
Nadia Izzatunnisa
"Proyek akhir ini membahas mengenai penggunaan modalitas epistemik makna ‘keharusan’ jenis intraklausal, yaitu harus, perlu, wajib, mesti, dan patut, dalam korpus berita daring. Modalitas dimaknai sebagai ‘unsur leksikal yang pemakaiannya menggambarkan sikap pembicara terhadap proposisi’. Adanya tumpang-tindih makna dari setiap jenis modalitas menyebabkan perlunya pemahaman lebih mendalam mengenai jenis penggunaannya sehingga maksud tuturan dapat lebih mudah tercapai. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menggambarkan ranah penggunaan, perilaku sintaktis, dan kecenderungan penggunaan modalitas epistemik ‘keharusan’ intraklausal. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan desain deskriptif. Data yang digunakan berasal dari laman Leipzig Corpora Collection pada bagian news 2020. Melalui analisis kolokasi, penelitian ini menggambarkan bahwa ranah penggunaan pengungkap modalitas epistemik ‘keharusan’ intraklausal cenderung berada pada ranah kebijakan pemerintah. Hal tersebut menjadi salah satu penyebab pengungkap modalitas epistemik ‘keharusan’ intraklausal cenderung digunakan secara deontis daripada secara epistemis. Adanya sumber deontik dan risiko kuat dan lemah atas perintah yang diberikan kepada pelaku aksi menguatkan bahwa pengungkap modalitas epistemik ‘keharusan’ intraklausal pada korpus berita daring lebih dekat maknanya dengan modalitas deontik ‘perintah’ daripada dengan modalitas epistemik ‘keharusan’.
This final project discusses the use of intraclausal ‘keharusan’ epistemic modalitiy, such as harus, perlu, wajib, mesti, dan patut, in the online news corpus. Modality is defined as a ‘lexical element that describes the speaker’s attitude towards the proposition’. The overlapping meaning of each type of modality causes the need for a deeper understanding so that the meaning of the utterance can be more easily achieved. The purpose of this study is to describe the domain, syntactic behavior, and the tendency towards the use of intraclausal ‘keharusan’ epistemic modality. The method used in this research is a qualitative method with a descriptive design. The data comes from the Leipzig Corpora Collection news 2020 section. Through collocation analysis, this study describes that the domain of using intraclausal ‘keharusan’ epistemic modality is in the government policy. This is one of the reasons why the intraclausal ‘keharusan’ epistemic modality tends to be used deontically rather than epistemically. The existence of deontic sources and the strong and weak risks confirm that the intraclausal ‘keharusan’ epistemic modality in the online news corpus is closer meaning to the ‘perintah’ deontic modality rather than ‘keharusan’ epistemic modality."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library
The, Liang Gie
Yogyakarta: Karya Kencana, 1977
100 THE s
Buku Teks SO Universitas Indonesia Library
Kevin Maoza
"Antifragile merupakan pendekatan yang dirumuskan Nassim Nicholas Taleb untuk merespons peristiwa dengan probabilitas kecil yang memiliki dampak signifikan. Peristiwa yang disebutnya sebagai black swan ini memiliki properti yang menjadikan metode konvensional tidak dapat memprediksi kemunculan nya, sehingga Taleb menghadirkan Antifragile sebagai alternatif. Antifragile merupakan pendekatan berbasis kualitas yang mencoba menilai kerentanan suatu sistem dengan me determinasi apakah ia memiliki kualitas fragile, robust atau antifragile sebagai kualitas. Tulisan ini bertujuan untuk memperkenalkan pendekatan antifragile melalui konsep nonlinear. Artikulasi lebih lanjut terhadap pendekatan ini diharapkan menunjukkan dua kekurangan yang dimiliki pendekatan bersangkutan. kekurangan pertama berupa kesulitan dalam me determinasi kualitas berkaitan dengan jenis black swan yang di persepsi. kekurangan kedua ditunjukkan dengan memperlihatkan kontradiksi antara gagasan antifragile dengan konsep black swan dalam tulisan Taleb yang sebelumnya.
Antifragile is an approach formulated by Nassim Nicholas Taleb as a response to an event that has small probabilities with significant impact. This event, known as the black swan, has characteristics that make it impossible for traditional methods to predict its emergence. As an alternative, Taleb presenting antifragile as a replacement. Antifragile is a quality-based approach that tries to assess system vulnerability to determinate if the system concerned had a fragile, robust, or antifragile as quality. The purpose of this article is to introduce the concept of antifragile as a respond to the black swan using asymmetry and non-linearity. Further elaboration of this view is expected to show that there are two shortcomings within the said approach. First shortfall concerned with a difficulty to determinate the quality of system related to the type of black swan perceived. The second shortfall is showed by point a contradiction between antifragile idea and concept of black swan within Taleb previous discourse."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2020
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja Universitas Indonesia Library
Timotius Kurniawan
"Skripsi ini mempunyai fokus pada pembahasan mengenai teori Paul Taylor yang kaitannya dengan perkembangan teknologi dan dampaknya terhadap alam. Respect for Nature merupakan sebuah counter dari paradigma sebelumnya, antroposentrisme, yang mengedepankan manusia sebagai tujuan utama. Respect for Nature merupakan suatu jalan sebagai tolak ukur manusia dalam memandang dan memanfaatkan alam yang mengedepankan keadilan ekologis.
This thesis has focused on the discussion of the theory Paul Taylor associated with the development of technoligi and their impact on environtment. Respect for Nature is a counter of the previous paradigm, antropocentrism, which emphasizes the human as the main objective. Respect for Nature is a human way as a benchmark in looking forward and take advantage of natural ecological justice."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2012
S43269
UI - Skripsi Open Universitas Indonesia Library
Zaprulkhan
Jakarta: Rajawali, 2012
100 ZAP f
Buku Teks SO Universitas Indonesia Library
"Penelitian ini berusaha memberikan penjelasan secara ilmiah mengenai fenomena penggunaan tanda-tanda budaya Bali pada baliho kampanye calon anggota DPD RI di daerah pemilihan propinsi Bali. Pada kampanye pemilu legislatif tahun 2014, baliho tetap banyak dipilih para caleg sebagai media kampanye. Berbagai cara dan strategi dilakukan untuk menarik perhatian para pemilik suara. Salah satunya dengan memanfaatkan tanda-tanda budaya Bali pada tampilan baliho. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana tanda-tanda budaya Bali ditampilkan pada baliho dan makna dari tanda-tanda budaya Bali tersebut. Penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif, objek penelitian ini adalah baliho kampanye para caleg DPD RI di daerah pemilihan Bali. Pengumpulan data dilakukan dengan cara dokumentasi dan studi pustaka.
Tahapan analisis: pertama data yang berhasil dihimpun dikelompokkan dan diidentifikasi untuk memberikan penjelasan terhadap tanda-tanda budaya Bali yang ditampilkan. Kedua, dengan menggunakan analisis semiotika untuk mengetahui makna yang terkandung dari penggunaan tanda-tanda budaya itu. Kesimpulan yang dihasilkan bahwa tanda-tanda budaya Bali dengan identitas serta mitos yang menyertai tanda-tanda itu.
"
SWISID 2:2 (2014)
Artikel Jurnal Universitas Indonesia Library
Paul Suparno
Yogyakarta: Kanisius, 1997
100 PAU f
Buku Teks SO Universitas Indonesia Library
Yogyakarta: Kanisius, 1993
100 MAN
Buku Teks SO Universitas Indonesia Library
Margaretha Paulus
Jakarta: Wedatama Widya Sastra, 2006
111.1 PAU p
Buku Teks SO Universitas Indonesia Library