Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 138670 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Tambunan, Regina
"Tesis ini membahas pengaruh karakteristik demografi, kerentanan terkait perkawinan dan keinginan mempunyai anak dengan umur ideal kawin pertama pada remaja (15-24 tahun) di Indonesia. Penelitian ini merupakan penelitian analitik deskriptif dengan menggunakan metode penelitian kuantitatif. Rancangan penelitian dilakukan secara potong lintang atau cross sectional. Variabel penelitian akan diukur dan dikumpulkan dalam satu waktu. Penelitian ini menggunakan data sekunder Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) Tahun 2017 Remaja. Data umur ideal kawin pertama akan dianalisis secara univariat, bivariat dengan uji Chi-Square dan Regresi logistic sederhana, dan multivariat dengan menggunakan analisis Regresi Logistic Ganda dengan menggunakan aplikasi SPSS 25. Hasil penelitian diketahui rata-rata umur ideal kawin pertama remaja perempuan usia 15-24 tahun adalah 23 tahun walaupun diketahui 0,3% remaja masih memiliki umur ideal kawin pertama pada umur <18 tahun. Selain itu, hubungan antara umur ideal kawin pertama kali dengan umur ideal memiliki anak pertama kali, tempat tinggal, tingkat pendidikan, dan kuintil kekayaan memiliki hubungan yang significant secara statistik. Sedangkan umur ideal kawin pertama tidak memiliki hubungan significant secara statistic dengan jumlah anak ideal, umur remaja, keterpajanan dengan media massa, umur pertama kali mentruasi, umur pertama kali pacaran, umur pertama kali melakukan hubungan seksual, dan pengetahuan kesehatan reproduksi yaitu pengetahuan masa subur perempuan dan pengetahuan resiko kehamilan. Umur ideal memiliki anak pertama merupakan variable independent langsung yang pengaruhnya paling besar kepada umur ideal kawin pertama dimana memiliki OR 220,266 yang diintepretasi bahwa remaja perempuan yang memiliki umur ideal memiliki anak pertama kali < 20 tahun beresiko 220,266 memiliki umur ideal kawin pertama <18 Tahun. Sedangkan OR kuintil kekayaan diperoleh 1,578 yang diintepretasikan pada remaja yang kuintil kekayaan terbawah memiliki resiko 1,578 kali untuk memiliki umur ideal kawin pertama <18 Tahun.

This study focus on the influence of demographic characteristics, susceptibility related to marriage and the desire to have children with the ideal age of first marriage in adolescents (15-24 years) in Indonesia. This study is a descriptive analytical research using quantitative research methods. The research design was carried out in a cross-sectional approach. The research variables will be measured and collected at one time. This study uses secondary data from the 2017 Indonesian Health Demographic Survey (IHDS) for Adolescents. The data of the ideal age of the first marriage will be analyzed univariately, bivariate with Chi-Square and Simple logistical regression and multivariate with binary logistical regression analysis using the SPSS 25 application. The results of the study show that the average ideal age of first marriage for adolescent girls aged 15-24 years is 23 years old, although it is known that 0.3% of adolescents still have an ideal age for first marriage at the age of <18 years. In addition, the relationship between the ideal age of first marriage and the ideal age of having a child for the first time, place of residence, education level, and wealth quintile had a statistically significant relationship. Meanwhile, the ideal age of first marriage does not have a statistically significant relationship with the ideal number of children, adolescent age, exposure to mass media, the age of first menstruation, the age of first dating, the age of first sexual intercourse, and reproductive health knowledge, namely knowledge of women's fertile period and knowledge of pregnancy risk. The ideal age of having the first child is a direct independent variable that has the greatest influence on the ideal age of first marriage where having an OR of 220,266 which is interpreted that adolescent girls who have an ideal age of having a child for the first time < 20 years have a risk of 220.266 having an ideal age of first marriage <18 years. Meanwhile, the quantile OR of wealth was obtained 1.578 which was interpreted in adolescents whose lowest quantile wealth had a risk of 1.578 times to have an ideal age of first marriage <18 years."
Depok: Fakultas Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nadhilla Sekar Pramesty
"Rata-rata Usia Kawin Pertama di Indonesia adalah 20,25 tahun. Rendahnya usia menikah biasanya tidak dibarengi dengan tingginya tingkat pendidikan yang berkaitan dengan siklus tidak setaraan dan kemiskinan yang tiada akhir. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pendidikan terhadap usia kawin pertama di Indonesia. Penelitian ini menggunakan data BPS tahun 2015-2020 dengan unit analisis 34 provinsi di Indonesia. Penelitian in menggunakan instrumen variabel untuk menangani permasalahan endogenitas dalam penelitian ini sehingga diperlukan variabel instrumen untuk mengatasinya. Instrument Variable Two Stage Least Square (IV2SLS) adalah metode yang digunakan dalam penelitian ini, dan rasio jumlah guru terhadap populasi murid sebagai variabel instrumen. Hasil first stage menunjukkan bahwa rasio jumlah guru terhadap populasi murid merupakan instrumen yang baik dan memenuhi asumsi relevance. Hasil estimasi IV2SLS menunjukkan bahwa pendidikan berpengaruh positif terhadap penundaan usia kawin pertama. Adanya peningkatan akses internet juga berkontribusi positif pada penundaan usia kawin pertama di Indonesia. Untuk meningkatkan usia kawin pertama dari 20,25 tahun (usia kawin pertama 2020) menjadi 21 tahun diperlukan peningkatan pendidikan sebesar 1,5 tahun dari 10,8 di tahun 2020.

The average age at first marriage in Indonesia is 20.25 years. The low age at marriage is usually not accompanied by a high level of education which is associated with an endless cycle of inequality and poverty. This research aims to determine the effect of education on the age at first marriage in Indonesia. This research uses BPS data for 2015-2020 with analysis units from 34 provinces in Indonesia. This research uses variable instruments to deal with endogeneity problems in this research so that instrument variables are needed to overcome them. Instumental Variable Two Stage Least Square (IV2SLS) is the method used in this research, and the ratio of the number of teachers to the student population is the instrument variable. The first stage results show that the ratio of the number of teachers to the student population is a good instrument and meets the relevance assumptions. The IV2SLS estimation results show that the education has a positive effect on delaying the age at first marriage. The increase in internet access has also contributed positively to delaying the age at first marriage in Indonesia. To increase the age at first marriage from 20.25 years (age at first marriage in 2020) to 21 years requires an increase in the education by 1.5 from 10.8 in 2020."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Solihat
"ABSTRAK
Pertumbuhan penduduk merupakan peristiwa terjadinya perubahan jumlah penduduk pada suatu wilayah, baik bertambah maupun berkurang. Indonesia merupakan negara yang memiliki laju pertumbuhan penduduk yang masih tinggi.BKKBN menyebutkan bahwa rata-rata Wanita Usia Subur melahirkan 2,6 anak dan laju pertumbuhan penduduk dapat ditekan jika rata-rata Wanita Usia Suburmelahirkan 2,1 anak. Kelompok usia remaja merupakan komponen yang beradapada usia produktif. Kelompok usia muda adalah paling dominan di antara kelompok usia lainnya. SDKI tahun 2002/2003 menunjukkan penurunan menjadi10,4 remaja yang sudah pernah melahirkan atau sedang mengandung anakpertama, pada tahun 2007, terdapat 8,5 remaja sudah pernah melahirkan dan sedang mengandung anak pertama yaitu sebesar 6,6 remaja sudah pernah melahirkan dan 1,9 remaja sedang mengandung anak pertama BKKBN, 2008 .Hal ini dapat menyebabkan berbagai masalah yang kompleks terkait dengan pendidikan, kemiskinan, norma sosial budaya, dan geografis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi fertilitas remaja kawin di Indonesia, analisis lanjut data SDKI tahun 2012 dengan pedoman kuesioner WUS Wanita Usia Subur. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan desain studi crossectional. Pengolahan data dilakukan pada bulan Februari-Juni 2017 dengan sampel yang diambil berjumlah 2176 responden memenuhi kriteria inklusi. Hasil yang didapat adalah usia kawin pertama, usia pertama melakukan hubungan seksual, dan usia pertama melahirkan memiliki nilai estimasi resiko terbesar dibandingkan dengan variabel lain. Remaja yang berumur2anak dibandingkan dengan remaja yang berumur ge;20 tahun saat kawin pertama. Terdapat beberapa responden yang berusia kurang dari 20 tahun saat kawin pertama, melakukan hubungan seksual pertama kali, dan saat melahirkan pertama kali. Oleh karena itu, penguatan sosialisasi pendewasaan kehamilan, penguatan program PKPR, dan sosialisasi serta penguatan program KB dalam penjarangan kehamilan yang dapat disampaikan melalui KUA kepada para calon pengantin sangat diperlukan untuk menekan permasalahan yang terjadi pada usia remaja.

ABSTRACT
Population growth is the occurrence of changes in the number of people in a region, either increased or decreased. Indonesia is a country that has a high population growth rate. BKKBN mentioned that the average Fertile Women gave birth to 2.6 children and the rate of population growth can be suppressed if the average of Women Aged Fertile gave birth to 2.1 children. The adolescent age group is a component that resides in the productive age. The younger age group is the most dominant among other age groups. IDHS in 2002/2003 showed a decrease to 10.4% of teenagers who had given birth or being pregnant with the first child, in 2007, there were 8.5% of teenagers had given birth and were pregnant with the first child that is 6.6% Childbirth and 1.9% of teenagers being pregnant with the first child (BKKBN, 2008). This can lead to complex problems related to education, poverty,
socio-cultural norms, and geography. This study aims to determine the factors affecting the fertility of adolescents mating in Indonesia, further analysis of data SDKI 2012 with guidelines questionnaire WUS (Female Age Fertile). This research uses a quantitative approach with cross sectional study. Data processing conducted in February-June 2017 with the sample taken amounted to 2176 respondents with inclusion criteria. The results obtained are the first marriage age, the first age of sexual intercourse, and the first age of birth has the greatest risk estimation value compared with other variables. Teenagers <20 years old at first marriage had a 4- fold higher risk of having > 2 children compared with ≥20 years of age at first
marriage.
"
2017
S69754
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anindya Amanah Primaningrum
"Sesuai dengan yang tertuang dalam RPJMN 2020-2024, untuk mengupayakan agenda meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas dan berdaya saing, dibutuhkan penduduk yang tumbuh seimbang dan tata kelola penduduk yang kuat. Umur kawin pertama merupakan salah satu faktor dari pertumbuhan penduduk, dimana waktu saat pertama kali melakukan perkawinan akan mempengaruhi individu yang terlibat dan keturunan yang dilahirkan di waktu mendatang. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh modal manusia terhadap umur kawin pertama. Sumber data penelitian ini adalah hasil Survei Aspek Kehidupan Rumah Tangga Indonesia (SAKERTI) 2007 dan 2014. Data dalam penelitian ini dianalisis dengan menggunakan metode regresi logistik biner. Hasil studi menunjukkan bahwa tingkat pendidikan, status kesehatan, dan pengeluaran per kapita mempengaruhi umur kawin pertama. Seseorang dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi akan menurunkan kemungkinannya untuk melakukan perkawin pada umur 25 tahun atau kurang. Seseorang dengan riwayat penyakit kronis akan meningkatkan kecenderungan untuk melakukan perkawinan pada usia 25 tahun atau kurang, dan pengeluaran per kapita keluarga yang lebih tinggi mengurangi kecenderungan untuk melakukan perkawinan pada usia 25 tahun atau kurang.

As stated in Indonesia’s RPJMN 2020-2024, to pursue the agenda of increasing human resources with high quality and competitive, population growth that is balance and a good population management are needed. The timing of entry to marriage is one of the factors of population growth. The timing of entry to marriage would affect people involved in family. This research aims to do a study on the impact of human capital on age at first marriage. Using the IFLS 2007 and 2014, the author regressed the data with binary logistic regression method, this study show that educational attainment, health status, and per capita expenditure affect age at first marriage. Someone with higher educational attainment less likely to marry when they are 25 years old or younger. Someone with chronic disease diagnose more likely to marry when they are 25 years old and younger. Lastly, the higher per capita expenditure the family of someone spent, will lessen the probability of that someone to marry when they are 25 years old or younger."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kurnia Indriyani
"Skripsi ini membahas preferensi jumlah anak di kalangan remaja berpendidikan tinggi (SMA ke atas) di Indonesia berdasarkan analisis data SDKI 2012. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi preferensi jumlah anak pada remaja dengan tingkat pendidikan tinggi di Indonesia.
Hasil penelitian menyarankan bahwa perlu adanya pembekalan kesehatan reproduksi yang baik bagi remaja melalui PIK R/M, bagi orang tua melalui BKR dan bagi guru di sekolah guna menjawab pertanyaan mengenai kesehatan reproduksi oleh muridnya, serta kepada instansi terkait guna menggencarkan kampanye 2 anak cukup laki-laki perempuan sama saja.

This essay is about number of children preference among adolescents with high education (Senior High Shool and higher) in Indonesia based on data analysis IDHS 2012. The purpose of this research is to know the factors that influence the number of children preference in adolescents with high education in Indonesia.
Results of the study suggest that the need for debriefing good reproductive health for adolescents through PIK R/M, for parents through the BKR and for teachers at school to answer questions about reproductive health by their students, as well as to relevant agencies to intensify the campaign two children are enough male or female alike."
2015
S59089
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anissa Azura
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dua tipe ruminasi (intrusive dan deliberate) terhadap posttraumatic growth pada remaja yang mengalami pengalaman buruk. Ruminasi merupakan pemikiran yang berulang-ulang mengenai suatu pengalaman, sementara posttraumatic growth merupakan perubahan psikologis positif sebagai hasil perjuangan menghadapi situasi hidup yang amat menantang. Dalam penelitian ini digunakan tiga instrumen: Ceklis Pengalaman Buruk, Event Related Rumination Inventory (ERRI), dan Posttraumatic Growth Inventory Revised for Children and Adolescents (PTGI-R-C). Sebanyak 276 remaja usia 13-19 tahun berpartisipasi dalam penelitian ini. Ditemukan bahwa kedua tipe ruminasi memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap posttraumatic growth. Hasil analisis mediasi menunjukkan bahwa pengaruh intrusive rumination terhadap posttraumatic growth dimediasi oleh deliberate rumination.

The objective of the present study was to investigate the effect of two types of rumination (intrusive and deliberate) on posttraumatic growth among adolescents who experienced negative events. Three instruments were used in this study: Negative Experience Checklist, Event Related Rumination Inventory (ERRI), and Posttraumatic Growth Inventory Revised for Children and Adolescents (PTGI-R-C). 276 adolescents age of 13-19 years old participated in this study. The result of this study showed that both types of rumination positively and significantly affect posttraumatic growth. Mediation analysis revealed that the effect of intrusive rumination to posttraumatic growth is mediated by deliberate rumination."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2015
S59004
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alexandra Azalea Vargas
"Penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah terdapat hubungan yang signifikan antara keterlibatan ayah dengan masalah perilaku remaja di Jakarta Pusat. Masalah perilaku yang diukur dalam penelitian ini adalah masalah emosional, distres psikologis, conduct problem, dan perilaku kekerasan. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan alat ukur keterlibatan ayah, Strength and Difficulties Questionnaire (SDQ) untuk mengukur masalah emosional dan conduct problem, Hopkins Symptom Checklist-25 (HSCL-25) untuk mengukur distres psikologis, dan alat ukur perilaku kekerasan. Responden dalam penelitian ini adalah siswa kelas X yang berasal dari tiga sekolah menengah atas (SMA) di Jakarta Pusat dan ayah yang menjadi responden dalam penelitian ini. Sebanyak 403 responden anak dan 133 responden ayah dipilih melalui teknik random sampling. Berdasarkan teknik analisis data pearson correlation test, terdapat hubungan yang signifikan antara keterlibatan ayah dan tiga bentuk masalah perilaku, yakni masalah emosional, distres psikologis, serta conduct problem. Adapun pada perilaku kekerasan tidak ditemukan hubungan yang signifikan dengan keterlibatan ayah.

This quantitative study investigated the relationship between father involvement and behavior problems among adolescents in Central Jakarta. Behavior problems consisted of emotional problem, psychological distress, conduct problem, and violent behavior. Father involvement inventory are used to measure father involvement, subtest of emotional symptom and conduct problem of The Strength and Difficulties Questionnaire (SDQ) to measure emotional and conduct problem, The Hopkins Symptom Checklist-25 (HSCL-25) to measure psychological distress, and violent behavior inventory to measure violent behavior. There were 403 adolescents and 133 father participated in this study, selected by random sampling. According to measurement using Pearson Correlation Test, the results indicated that there were significant relationships between father involvement and emotional problem, psychological distress, as well as conduct problem. No significant relationships were found between father involvement and violent behavior."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
S55790
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nicolas
"Pendahuluan
Varicella merupakan penyakit dengan tingkat penularan tinggi yang dapat dicegah
dengan vaksinasi. Penelitian ini bertujuan mengevaluasi penerimaan orangtua
terhadap vaksinasi varicella bagi anak berusia di bawah 12 tahun, yang belum
pernah diteliti di Indonesia sebelumnya.
Metode Sampel penelitian merupakan orangtua yang dipilih secara consecutive sampling.
Perhitungan jumlah sampel menggunakan rumus sampel tunggal. Kriteria inklusi
adalah orangtua yang memiliki anak berusia di bawah 12 tahun. Kriteria eksklusi
adalah orangtua yang tidak mengisi kuesioner dengan lengkap atau mengundurkan
diri dari penelitian. Data ditabulasi berdasarkan usia, pendidikan, pekerjaan,
penghasilan, pengetahuan, sikap, dan perilaku terhadap varicella, serta sikap
terhadap vaksinasi. Uji yang digunakan adalah metode uji Chi-square untuk
mengetahui hubungan dari faktor tersebut dengan penerimaan terhadap vaksinasi
varicella.
Hasil
Dari 113 responden, 12 (10,6%) menolak pemberian vaksinasi varicella bagi anak
mereka. Terdapat 47% responden yang memiliki pengetahuan kurang, 22,1%
memiliki sikap kurang, dan 4,4% memiliki perilaku kurang terhadap varicella.
Terdapat pula 5,3% responden yang memiliki sikap kurang terhadap vaksinasi.
Didapatkan hubungan yang signifikan antara sikap orangtua terhadap vaksinasi
dengan penerimaan orangtua terhadap vaksinasi varicella (p = 0,000). Tidak
terdapat hubungan yang signifikan antara usia (p = 0,108), pendidikan (p = 0,627),
pekerjaan (p = 0,138), penghasilan (p = 0,479), pengetahuan (p = 0,820), sikap (p
= 0,460), dan perilaku terhadap varicella (p = 0,087) dengan penerimaan vaksinasi
varicella.
Kesimpulan
Sikap orangtua terhadap vaksinasi memiliki hubungan yang signifikan dengan
penerimaan vaksinasi varicella.

Introduction
Varicella is a highly contagious disease that could be prevented by vaccination.
This study aims to evaluate the parents’ acceptance of vaccination for their children
under 12 years old in Indonesia, which there’s no similar study performed before.
Methods
The samples of this study were parents who were chosen by consecutive sampling.
The inclusion criterias were the parents who have children under 12 years. The
exclusion criterias are parents who did not fill all the questions or those who
resigned from the study. Data were tabulated based on age, education, occupation,
income, knowledge, attitude, and behavior towards varicella, and attitude towards
vaccination. Method used in this study to analyze the data was Chi-square test to
find correlation between those factors with varicella vaccination acceptance.
Results
Of the 113 respondents, 12 (10,6%) rejected varicella vaccination for their children.
There were 47% respondents with bad knowledge, 22,1% with bad attitude, and
4,4% with bad behavior toward varicella. There were also 5,3% respondents with
bad attitude toward vaccination. There was a significant correlation between
parental attitude toward vaccination with varicella vaccination acceptance (p =
0,000). There was no significant correlation between parental age (p = 0,108),
education (p = 0,627), occupation (p = 0,138), income (p = 0,479), knowledge (p =
0,820), attitude (p = 0,460), and behavior (p = 0,087) toward varicella with varicella
vaccination acceptance.
Conclusion Parental attitude toward vaccination have a significant correlation with varicella
vaccination acceptance.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Frida Oktavia
"Pandemi COVID-19 menjadi kondisi baru yang harus dihadapi seluruh lapisan masyarakat di dunia. Remaja merupakan salah satu kelompok usia yang rentan mengalami stres. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi tingkat stress remaja selama masa pandemi COVID-19. Metode: Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional yang dilakukan di salah satu sekolah di Jakarta pada bulan Mei-Juni 2021. Sampel dalam penelitian ini adalah remaja usia 13-14 tahun. Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling dengan total sampel 350 anak. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif univariat dan bivariat dengan uji chi square. Hasil: Hasil analisis data menunjukkan bahwa tingkat stres responden pada penelitian ini tergolong rendah, variabel yang berhubungan dengan stres adalah pembelajaran jarak jauh (p= 0.004). Kesimpulan: Pembelajaran jarak jauh memiliki hubungan dengan tingkat stres pada remaja. Tingkat pengetahuan terkait COVID-19, usia, jenis kelamin, dan pendapatan keluarga tidak memengaruhi tingkat stres pada remaja selama masa pandemi COVID-19. Implikasi pada bidang keperawatan adalah optimalisasi promosi kesehatan mental pada remaja. Rekomendasi pada penelitian selanjutnya adalah melaksanakan penelitian pada cakupan populasi yang lebih luas dengan rentang usia remaja yang lebih variatif atau menganalisis faktor lain yang dapat memengaruhi stres pada remaja.

COVID-19 becomes a new condition which must be faced by all people in the world. Adolescence is a group age which vulnerable to stress. This study aims to determine the factors which affect the adolescent’s stress level during COVID-19 outbreak. Methods: this study used the cross-sectional design and implemented at one of the school in Jakarta in Mei-June 2021. The sample was adolescents age 13- 14 years old and choosed by purposive technique sampling. The total sample in this study is 350 students. This study used univariate and bivariate descriptive statical analysis with chi square test to analyze the data. Results: the results show that the adolecent’s stress level in this study is low and distance learning is the only one factor affecting adolescents’s stress level (p= 0.004). Conclusion: Distance learning is correlated with with adolescent’s stress level. There is no correlation between knowledge about of COVID-19, age, different gender, and family income with adolescent’s stress level. Nurses can optimize the mental health promotions to help them stable. For futher, researches can do the same research with wider population or analyze another factors which can affect the adolescent’s stress level."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aditya Tejabaswara
"Latar belakang: Menars merupakan kondisi ketika seorang remaja putri mengalami menstruasi pertama kali. Di Indonesia, usia menars diketahui mengalami tren penurunan. Menars dini dapat meningkatkan berbagai risiko terjadinya masalah- masalah kesehatan, di antaranya masalah reproduktif dan psikologis. Perubahan gaya hidup hingga asupan nutrisi diyakini menjadi faktor-faktor yang dapat mempengaruhi usia menars baik secara langsung maupun tidak langsung. Untuk itu, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara indeks massa tubuh, aktivitas fisik, pekerjaan orang tua dan pendapatan orang tua.
Metode: Penelitian ini dilakukan dengan desain cross-sectional. Pengukuran berat badan dan tinggi badan, pengisian kuesioner, dan wawancara 24 hour recall dilakukan dalam pengumpulan data. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan uji Kruskal- Wallis dan Mann-Whitney. Uji post-hoc Mann-Whitney juga dilakukan untuk variabel yang signifikan.
Hasil: Didapatkan 352 sampel yang sudah menstruasi dari sekolah dasar dan sekolah menengah pertama di Jakarta, Depok, Bandung dan Tegal. Rerata usia menars berada pada usia 12 tahun. Berdasarkan analisis data, didapatkan terdapat hubungan antara indeks massa tubuh dan usia menars (p < 0,000). Namun, tidak didapatkan adanya hubungan yang signifikan antara aktivitas fisik, pekerjaan orang tua dan pendapatan orang tua terhadap usia menars (p > 0,05).
Kesimpulan: Terdapat hubungan antara indeks massa tubuh (IMT) dan usia menars, sedangkan aktivitas fisik, pekerjaan orang tua dan pendapatan orang tua tidak berhubungan dengan usia menars.

Background: Menstruation is a condition when a young woman experiences her first menstruation. In Indonesia, the age of menstruation is known to be experiencing a decreasing trend. Early menstruation can increase the risk of various health problems, including reproductive and psychological problems. Changes in lifestyle and nutritional intake are believed to be factors that can influence the age of menstruation both directly and indirectly. For this reason, this study aims to analyze the relationship between body mass index, physical activity, parental employment, and parental income.
Methods: This research was conducted with a cross-sectional design. Measurement of body weight and height, filling out questionnaires, and 24-hour recall interviews were carried out in data collection. Data analysis in this study used the Kruskal-Wallis and Mann-Whitney tests. Mann-Whitney post-hoc tests were also performed for significant variables.
Result: There were 352 menstruating samples from elementary and junior high schools in Jakarta, Depok, Bandung and Tegal. The average age of menstruation is 12 years. Based on data analysis, it was found that there was a relationship between body mass index and age at menarche (p < 0.000). However, there was no significant relationship between physical activity, parental employment, and parental income on menstrual age (p > 0.05).
Conclusions: There is a relationship between body mass index (BMI) and age at menarche, while physical activity, parental occupation and parental income are not related to age at menarche.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>