Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 172343 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Jesslyn Metta Santi
"Fast food adalah jenis makanan yang sudah diolah atau dimasak dalam waktu singkat dan disajikan cepat atas dasar pesanan, dalam kondisi yang masih panas, dan dapat dibawa pergi untuk dikonsumsi di jalan. Fast food ditandai dengan kandungan gizi yang tidak seimbang, dimana sebagian besar mengandung kalori, lemak, gula dan garam yang relatif tinggi, tetapi kandungan serat rendah. Saat ini, industri fast food telah berkembang pesat di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Hal ini dapat mempengaruhi pola makan remaja akibat peningkatan frekuensi konsumsi fast food. Remaja sedang mengalami perubahan dalam pola gaya hidup, seperti perilaku makan yang berubah dan pilihan makanan yang dikonsumsi cenderung tidak sehat, yaitu makanan yang tinggi gula, garam, dan lemak. Dibuktikan dari WHO (2020) yang menyatakan bahwa 80% remaja di seluruh dunia sering mengonsumsi fast food dan Nilsen (2009) menyatakan 69% masyarakat Indonesia sering mengonsumsi fast food. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan konsumsi fast food pada mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia angkatan 2023. Penelitian ini dilakukan dengan metode cross-sectional yang melibatkan 151 responden. Pengambilan data dilakukan pada bulan Maret – April 2024 dengan metode simple random sampling. Hasil penelitian menujukkan bahwa 76,2% responden mengonsumsi fast food dengan frekuensi sering (≥ 3 kali/minggu). Hasil analisis uji bivariat menunjukkan adanya perbedaan signifikan antara uang saku untuk membeli fast food (p-value 0,007; OR 3,111), emotional eating (p-value 0,025; OR 3,821), jarak kampus ke gerai fast food (p-value 0,002; OR 3,600), promosi fast food (p-value 0,042; OR 2,445), dan paparan media sosial instagram (p-value <0,001; OR 28,8) dengan konsumsi fast food. Namun, tidak terdapat perbedaan signifikan antara jenis kelamin (p-value 0,370), uang saku keseluruhan (p-value 0,331), pengetahuan gizi dan fast food (p-value 1,000), peer group (p-value 0,344), online food delivery (p-value 1,000), dan jarak tempat tinggal ke gerai fast food (p-value 0,685). Setelah mengetahui hasil penelitian, diharapkan mahasiswa dapat mengonsumsi makanan yang lebih sehat dan membatasi penggunaan media sosial dan pengaruh iklan serta promosi fast food.

Fast food is a type of food that has been processed or cooked in a short time and that is served quickly on order basis, in a still hot condition, and can be taken away to be eaten in the street. Fast food is characterized by unbalanced nutritional intake, which is mostly high in calories, fat, sugar and salt, but low in fiber. Currently, the fast food industry has grown rapidly around the world, including in Indonesia. This may affect adolescents' diet due to increased frequency of fast food consumption. Adolescents are experiencing changes in lifestyle patterns such as changing dietary behavior and food choices that are consumed which are often unhealthy, such as foods that contain high amounts of sugar, salt, and fat. Evidenced by WHO (2020) which states that 80% of adolescents around the world often consume fast food and Nilsen (2009) states that 69% of people in Indonesia often consume fast food. This study aims to determine factors related to fast food consumption among students of the Faculty of Public Health, University of Indonesia class of 2023. This research was conducted using a cross-sectional method involving 151 respondents. Data collection was carried out from Maret – April 2024 using the simple random sampling. The results showed that 76,2% of respondents consumed fast food frequently (≥ 3 times/week). The results of the bivariate test analysis showed that there is a significant difference between pocket money to buy fast food (p-value 0,007; OR 3,111), emotional eating (p-value 0,025; OR 3,821), campus distance to fast food outlets (p-value 0,002; OR 3,600), fast food promotion (p-value 0,042; OR 2,445), dan of social media instagram exposure (p-value <0,001; OR 28,8) dengan konsumsi fast. However, it is no significant difference between gender (p-value 0,370), total pocket money (p-value 0,331), nutrition and fast food knowledge (p-value 1,000), peer group (p-value 0,344), online food delivery (p-value 1,000), dan residential distance to fast food outlets (p-value 0,685). After knowing the research results, it is hoped that college students can eat healthier foods and limit the use of social media and the influence of advertisements and fast food promotions."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aiko Theophilia Wahyutomo
"Minuman berpemanis merupakan jenis minuman dengan berbagai bentuk gula tambahan. Peningkatan konsumsi minuman berpemanis dan dampaknya terhadap kesehatan perlu menjadi perhatian yang serius. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan konsumsi minuman berpemanis pada mahasiswa sarjana non kesehatan Universitas Indonesia tahun 2024. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan desain penelitian potong lintang. Data penelitian dikumpulkan melalui pengisian kuesioner secara mandiri oleh 141 mahasiswa sarjana non kesehatan Universitas Indonesia. Data dianalisis menggunakan uji Chi-Square untuk mengetahui hubungan antara variabel independen terhadap variabel dependen. Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 28 (19,9%) mahasiswa memiliki tingkat konsumsi minuman berpemanis yang tinggi dan 113 (80,1%) mahasiswa memiliki tingkat konsumsi minuman berpemanis yang rendah. Penelitian ini menunjukkan adanya hubungan antara jenis kelamin dengan konsumsi minuman berpemanis. Sedangkan, status ekonomi, aksesibilitas, literasi gizi, paparan media sosial, dan citra tubuh tidak menunjukkan adanya hubungan dengan konsumsi minuman berpemanis. Pemberian edukasi gizi serta pelibatan aktif mahasiswa dalam mempromosikan perilaku sehat sangat diperlukan sebagai upaya penurunan faktor risiko akibat konsumsi minuman berpemanis pada mahasiswa.

Sweetened drinks are a type of beverage with various forms of added sugar. The increase in consumption of sugar-sweetened beverages and its impact on health needs to be a serious concern. This research aims to determine the factors related to the consumption of sweetened beverages among non-health undergraduate students at the University of Indonesia in 2024. This research uses a quantitative approach with a cross-sectional research design. Research data was collected by completing questionnaires independently among 141 non-health undergraduate students at the University of Indonesia. The data was analyzed using the Chi-Square test to determine the relationship between the independent and dependent variables. The research results showed that 28 (19.9%) students had a high level of sweetened drink consumption and 113 (80.1%) students had a low level of sweetened drink consumption. This research also showed a relationship between gender and the consumption of sweetened beverages. Meanwhile, economic status, accessibility, nutritional literacy, exposure to social media, and body image did not show any relationship with the consumption of sweetened beverages. Providing nutritional education and active involvement of students in promoting healthy behavior is necessary to reduce risk factors due to the consumption of sweetened beverages in students."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adelya Fina Kuswardani
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan frekuensi konsumsi fast food modern pada Mahasiswa FKM UI angkatan 2021. Pada penelitian ini, variabel dependennya adalah frekuensi konsumsi fast food modern dan variabel independennya adalah tingkat stres, jenis kelamin, pengetahuan gizi, kontrol diri, uang saku, pengaruh peer group dan pengaruh media sosial. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain cross-sectional. Pengambilan data dilakukan pada bulan Juni 2022 kepada 145 mahasiswa FKM UI angkatan 2021 yang sesuai dengan kriteria inklusi dan kriteria eksklusi. Data dikumpulkan melalui pengisian kuesioner secara daring (online). Data yang diperoleh kemudian dianalisis secara univariat dan bivariat yang menggunakan chi-square. Hasil menunjukkan bahwa sebanyak 66,2% responden memiliki tingkat konsumsi fast food modern dengan frekuensi sering, yaitu mengonsumsi fast food modern >3 kali per minggu. Hasil juga menunjukkan bahwa tingkat stres, pengetahuan gizi, kontrol diri, uang saku, dan pengaruh media sosial berhubungan dengan konsumsi fast food modern pada remaja.

This study aims to determine the factors associated with the frequency of consumption of modern fast food in FKM UI students batch 2021. In this study, the dependent variable is the frequency of consumption of modern fast food and the independent variables are stress levels, gender, knowledge of nutrition and fast food, self control, amount of money they have, also peer group and social media influence. This study is a quantitative study with a cross-sectional design. Data collection was carried out in June 2022 to 145 FKM UI students, batch 2021, according to the inclusion criteria and exclusion criteria. Data was collected through filling out online questionnaires (online). The data obtained were analyzed by univariate and bivariate method using chi-square design. The results show that as many as 66.2% of respondents have a high level of consumption of modern fast food, based on the frequency of consuming modern fast food > 3 times per week. The results also show that stress levels, knowledge of nutrition and fast food, self-control, money, and the influence of social media are related to the consumption of modern fast food in adolescents."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hannah Silvia
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan konsumsi pangan probiotik pada mahasiswi Program Studi Gizi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia tahun 2011. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan menggunakan desain studi cross sectional dan pengambilan sampel dilakukan dengan cara sampel jenuh pada mahasiswi Program Studi Gizi seluruh angkatan.
Hasil penelitian menunjukkan konsumsi terakhir pangan probiotik pada > 4 minggu lalu sebesar 37,4%, disusul oleh responden yang mengonsumsi pangan probiotik pada < 2 minggu lalu yakni 34,6%, konsumsi 2-4 minggu lalu sebesar 27,9%. Pihak yang menganjurkan konsumsi adalah inisiatif sendiri yakni 86,3%, sebagian besar mengaku merasakan manfaat dari konsumsi probiotik yakni 56,9%, tidak melihat saran/petunjuk pemakaian produk yakni sebesar 72,1%, dan responden mengkonsumsi dua merek produk pangan probiotik sebesar 50,3%. Rata-rata skor pengetahuan responden mengenai probiotik adalah 38,84 poin dari skor maksimal 80 poin. Sebanyak 44,7% memiliki uang saku Rp.0-Rp 500.000, memiliki skor aktivitas fisik 0,7184, tidak memiliki riwayat konstipasi dalam satu bulan terakhir sebesar 83,1%, dan memiliki rata-rata frekuensi keterpaparan media promosi mengenai probiotik sebanyak 29,15 kali dalam satu bulan.
Hubungan yang bermakna hanya ditemui pada variabel aktivitas fisik (p=0,016), sedangkan variabel lainnya tidak memiliki hubungan yang signifikan yakni hubungan konsumsi pangan probiotik sebagai variabel dependent dengan pengetahuan (p=0,173), besar uang saku (p=0,695), riwayat konstipasi dalam satu bulan terakhir (p=0,915), dan media promosi probiotik (p=0,833) sebagai variabel independen. Dibutuhkan penelitian lanjutan pada kelompok usia yang berbeda dengan penambahan variabel penelitian seperti kebiasaan makan.

This study aims to determine the factors associated with the consumption of probiotic foods in female students of Nutrition Program of Public Health Faculty at the University of Indonesia in 2011. This study is a quantitative study using cross-sectional study design and sampling is done by saturated sampling of students at Nutrition Program Study throughout the year.
The result showed final consumption of probiotic foods in > 4 weeks ago are 37,4%, followed by respondents who consumed probiotic foods at < 2 weeks ago are 34,6%, consumption of 2-4 weeks ago are 27,9%. Students that promote the consumption their own initiative are 86,3%, most claim to feel the benefits of probiotic foods consumption are 56,9%, did not see a suggestion/user of products are 72,1%, and the respondents consume two brands of probiotic food products are 50,3%. An average score of knowledge about probiotics is 38,84 points from 80 maximum points. A total of 44,7% had an allowance (per month) of Rp.0-Rp.500.000, an average score of physical activity are is 0,7184, no history of constipation in the past month are 83,1%, and has an average 29,15 time in a month of exposure to media promotion of probiotics.
A significant association was only found on the variable of physical activity (p=0,016), whereas other variables had no significant relationship which is the relationship of food consumption of probiotic foods as a dependent variable with knowledge, (p=0,173), large pocket money (p=0,695), history of constipation in the past month (p=0,915), and media promotion (p=0,833) as independent variables. Further research is needed in different age groups with the addition of the study variables such as eating habit.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dinda Syalwa, Author
"Fast food modern adalah makanan cepat saji yang berasal dari luar negeri, umumnya berasal dari negara barat, atau jenis fast food dalam negeri yang memiliki karakteristik menyerupai fast food luar negeri, contohnya fried chicken, french fries, pizza, dan lain-lain. Umumnya fast food modern memiliki kandungan gizi yang tidak seimbang, yaitu tinggi kalori, lemak, protein, dan garam. Frekuensi konsumsi fast food modern yang berlebihan akan berdampak buruk bagi kesehatan remaja, di antaranya overweight dan obesitas yang kemudian akan berisiko menimbulkan berbagai penyakit degeneratif di masa mendatang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan frekuensi konsumsi fast food modern pada remaja di SMA Negeri 38 Jakarta tahun 2024. Variabel dependen dalam penelitian ini, yaitu frekuensi konsumsi fast food modern. Sementara variabel independennya adalah jenis kelamin, pengetahuan gizi dan fast food, preferensi fast food, sikap terhadap fast food, pendidikan terakhir ayah, pendidikan terakhir ibu, pekerjaan ayah, pekerjaan ibu, pengaruh peer group, penggunaan layanan Online Food Delivery (OFD), uang saku, serta pengaruh media sosial. Metode penelitian ini adalah kuantitatif dengan desain studi cross-sectional. Pengambilan data dilakukan pada bulan Mei tahun 2024 kepada 160 siswa-siswi kelas X dan XI SMA Negeri 38 Jakarta yang sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi. Data dikumpulkan melalui pengisian angket secara daring (online). Data yang telah diperoleh selanjutnya dianalisis secara univariat dan bivariat menggunakan uji chi-square. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar, yaitu sebanyak 80% remaja mengonsumsi fast food modern dengan frekuensi sering (≥ 3 kali/minggu). Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara preferensi fast food (p-value = 0,036; OR = 2,534; 95% CI = 1,128 - 5,691), pendidikan terakhir ayah (p-value = 0,000; OR = 10,290; 95% CI = 2,983 – 35,495), pendidikan terakhir ibu (p-value = 0,007; OR = 3,824; 95% CI = 1,474 – 9,918), pengaruh peer group (p-value = 0,018; OR = 2,778; 95% CI = 1,248 – 6,183), uang saku (p-value = 0,040; OR = 2,459; 95% CI = 1,115 – 5,426), dan pengaruh media sosial (p-value = 0,048; OR = 2,434; 95% CI = 1,086 – 5,455) dengan frekuensi konsumsi fast food modern pada remaja. Oleh karena itu, disarankan agar para remaja membatasi frekuensi konsumsi fast food modern (< 3 kali/minggu) dan beralih ke pola hidup yang lebih sehat dengan mengonsumsi makanan yang bergizi seimbang, yaitu mengandung karbohidrat, protein, lemak, serta sayur dan buah yang cukup. Selain itu, para remaja juga disarankan untuk membatasi konsumsi gula, garam, dan lemak.

Modern fast food is a type of fast food that originates from foreign countries, typically from Western countries, or a type of domestic fast food that has characteristics resembling foreign fast food, such as fried chicken, french fries, pizza, and others. Generally, modern fast food has an unbalanced nutritional content, being high in calories, fat, protein, and salt. Excessive consumption of modern fast food can negatively impact adolescent health, leading to issues like overweight and obesity, which in turn increase the risk of various degenerative diseases in the future. This study aims to identify factors associated with the frequency of modern fast food consumption among adolescents at SMA Negeri 38 Jakarta in 2024. The dependent variable in this study is the frequency of modern fast food consumption. The independent variables are gender, nutrition and fast food knowledge, fast food preference, attitude towards fast food, father's latest education, mother's latest education, father's occupation, mother's occupation, peer group influence, use of Online Food Delivery (OFD) services, pocket money, and social media influence. This research method is quantitative with a cross-sectional study design. Data collection was conducted in May 2024 on 160 students from grades X and XI at SMA Negeri 38 Jakarta who met the inclusion and exclusion criteria. Data was collected through online questionnaires. The collected data was then analyzed univariately and bivariately using the chi-square test. The results of this study indicate that the majority, 80% of adolescents, consume modern fast food frequently (≥ 3 times/week). The study also reveals significant relationships between fast food preference (p-value = 0,036; OR = 2,534; 95% CI = 1,128 - 5,691), father's latest education (p-value = 0,000; OR = 10,290; 95% CI = 2,983 – 35,495), mother's latest education (p-value = 0,007; OR = 3,824; 95% CI = 1,474 – 9,918), peer group influence (p-value = 0,018; OR = 2,778; 95% CI = 1,248 – 6,183), pocket money (p-value = 0,040; OR = 2,459; 95% CI = 1,115 – 5,426), and social media influence (p-value = 0,048; OR = 2,434; 95% CI = 1,086 – 5,455) with the frequency of modern fast food consumption among adolescents. Therefore, it is recommended that adolescents limit their frequency of modern fast food consumption (< 3 times/week) and switch to a healthier lifestyle by consuming nutritionally balanced foods, which contains adequate amounts of carbohydrates, protein, fat, as well as vegetables and fruits. Additionally, adolescents are also advised to limit their intake of sugar, salt, and fat.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rani Berlian Aderisa
"Konsumsi sugar sweetened beverages secara rutin dapat menyebabkan terjadinya obesitas, diabetes, penyakit kronis, dan kematian dini. Di Indonesia terjadi peningkatan perkembangan industri sugar sweetened beverages secara khusus untuk jenis minuman boba drinks yang mengalami peningkatan pemesanan sampai lebih dari 8.500% pada tahun 2018. Tujuan dilakukannya penelitian adalah untuk melihat gambaran frekuensi konsumsi boba drinks dan menganalisis faktor yang berhubungan khususnya pada remaja akhir. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan desain studi cross sectional. Data penelitian dikumpulkan secara primer pada bulan Mei hingga Juni tahun 2020 pada Mahasiswa FKM UI, Depok, Jawa Barat dengan jumlah responden 262 orang. Data yang terkumpul dianalisis secara univariat dan bivariat menggunakan uji chi-square dengan bantuan perangkat lunak IBM SPSS Statistics 20. Hasil penelitian menemukan adanya hubungan signifikan antara konsumsi boba drinks dengan aksesibilitas online, pengetahuan terkait sugar sweetened beverages, sikap terhadap sugar sweetened beverages, pengaruh teman, dan pengaruh keluarga namun belum dapat menunjukkan hubungan signifikan antara konsumsi boba drinks dengan jenis kelamin, pengeluaran untuk konsumsi, aksesibilitas langsung, pengaruh media massa, dan status gizi. Hasil penilitian menyarankan dilakukannya edukasi gizi serta penyediaan informasi gizi jajanan yang tersedia di lingkungan FKM UI. Peneliti juga menyarankan dilakukannya kampanye gizi yang melibatkan mahasiswa secara langsung.

Regular consumption of sugar sweetened beverages contribute to the development of obesity, diabetes, chronic disease, and early death. In Indonesia, the sugar sweetened beverages industry has been developing drastically, especially for boba drinks which sales increase for more than 8.500% on 2018. The purpose of this study is to see the consumption pattern of boba drinks and associated factors especially on late adolescent. This study is a quantitative study using cross-sectional design. The data for this study was collected from May until June, 2020 on Student of Public Health Faculty, Universitas Indonesia, Depok, West Java with 262 sample. The data was statistically analyzed in univariate and bivariate with the help of IBM SPSS Statistics 20 software. This study found a significant relation between boba drinks consumption with online accessibility, knowledge regarding sugar sweetened beverages, attitude towards sugar sweetened bevarages, friends/peers influence, and family influence but can’t find any significant relation between boba drinks consumption with sex, food expenses, direct accessibility, mass media influence, and nutritional status. The result from this study suggests to hold nutrition education and providing nutritional information for snacks sold around Public Health Faculty Universitas Indonesia. Researcher also suggests to hold a nutrition campaign involving students."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yolanda Claudia Zipora
"Rendahnya literasi kesehatan reproduksi di kalangan remaja Indonesia menyebabkan berbagai masalah kesehatan. Penelitian ini bertujuan menggambarkan literasi kesehatan reproduksi mahasiswa dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Desainnya potong lintang dengan sampel 482 mahasiswa sarjana Universitas Indonesia berusia <20 tahun. Pengukuran literasi menggunakan kuesioner yang diadaptasi dan uji bivariabel untuk analisis. Hasilnya menunjukkan mayoritas mahasiswa memiliki literasi kesehatan reproduksi sedang menuju kurang, dengan skor terbaik pada pencegahan penyakit dan terendah pada pelayanan kesehatan. Mahasiswa perempuan dan rumpun kesehatan memiliki literasi kesehatan reproduksi lebih baik. Penelitian ini menyarankan peningkatan edukasi dan layanan kesehatan reproduksi serta penelitian lanjutan.

Low reproductive health literacy among Indonesian teenagers causes various health problems. This research aims to describe students' reproductive health literacy and the factors that influence it. The design was cross-sectional with a sample of 482 University of Indonesia undergraduate students aged <20 years. Literacy measurement uses an adapted questionnaire and bivariable tests for analysis. The results show that the majority of students have moderate to poor reproductive health literacy, with the best scores on disease prevention and the lowest on health services. Female and health students have better reproductive health literacy. This research suggests improving reproductive health education and services as well as further research."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vinny Nurhamiza
"Food Insecurity Experience adalah keterbatasan yang dialami oleh individu maupun kelompok untuk mendapatkan makanan yang aman dan bergizi secara teratur yang diiringi oleh pengalaman berupa ketidakpastian mengenai makanan yang akan dapat dikonsumsi sehari-harinya. Food insecurity dapat berdampak pada penurunan kesejahteraan, kekurangan gizi spesifik, hingga kelaparan. Kelompok mahasiswa sebagai individu dewasa termasuk kelompok rentan terhadap risiko food insecurity. Penelitian ini menelaah adanya hubungan melalui pengukuran beda proporsi food insecurit pada mahasiswa S1 FMIPA di Universitas Indonesia berdasarkan jenis kelamin, pendapatan pribadi, cooking self-efficacy, tingkat pengetahuan gizi, uang saku, alokasi biaya makan, pemilihan makanan meliputi: kepentingan persepsi sehat, kepentingan persepsi harga, dan kepentingan persepsi aksesibilitas. Penelitian dilakukan dengan metode kuantitatif menggunakan desain studi cross-sectional, pada bulan Maret hingga Juni 2021. Partisipan penelitian terdiri dari 134 mahasiswa dengan metode purposive sampling melalui pengisian kuesioner secara daring. Hasil Penelitian menemukan bahwa sebanyak 64,9% responden mengalami food insecurity. Hasil analisis bivariat juga menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan pada food insecurity experience dengan cooking self-efficacy (p-value 0,046), uang saku (p-value 0,006), alokasi besaran biaya makan (p-value 0,045), pemilihan makanan: kepentingan persepsi harga (p-value 0,001).

Food Insecurity Experience is a limitation experienced by individuals and groups to get safe and nutritious food on a regular basis accompanied by an experience in the form of uncertainty about the food that will be able to be consumed daily. Food insecurity can have an impact on decreased well-being, specific malnutrition, and hunger. The group of students as adult individuals is a vulnerable group to the risk of food insecurity. This study examines the relationship through measuring the different proportions of food insecurity in undergraduates students at the Faculty of Mathematics and Sciences of Universitas Indonesia based on gender, personal income, cooking self-efficacy, nutritional knowledge level, allowance, allocation of food costs, food preferences including: perceives of health, perceives of price, and perceives of accessibility. The study was conducted using quantitative methods using a cross-sectional study design, from March to June 2021. The research participants consisted of 134 college students with the purposive sampling method through filling out an online questionnaire. The results of the study found that as many as 64,9% of respondents experienced food insecurity. The results of the bivariate analysis also showed that there was a significant relationship in food insecurity experience with cooking self-efficacy (p-value 0.,46), allowance (p-value 0,006), allocation of food costs (p-value 0.045), food preferences: perceives of price (p-value 0,001)."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nabila Marsya Syaihu Putri
"Sering mengonsumsi fast food dapat berdampak pada kenaikan berat badan dan munculnya penyakit degeneratif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor dominan frekuensi konsumsi fast food pada Mahasiswa FISIP UI Tahun 2016. Metode penelitian yang digunakan adalah kuantitatif dengan desain studi crosssectional. Data karakteristik personal, lingkungan, aksesibilitas, dan paparan media diperoleh dari kuesioner, data frekuensi konsumsi fast food dan besar porsi fast food diperoleh dari semi-quantitative FFQ, serta data konsumsi harian didapat dari 2x24- hours food recall. Kuesioner dibagikan kepada 127 responden yang dipilih dengan system random sampling, setelah mengisi kuesioner, responden diwawancara dengan FFQ dan food recall.
Hasil penelitian ini menunjukkan sebanyak 48% responden mengonsumsi fast food dengan frekuensi sering. Selain itu, terdapat perbedaan proporsi pada pengetahuan gizi dan fast food (p=0,001), preferensi fast food (p=0,001), pengaruh peer group (p=0,008), jarak restoran fast food (p=0,001), uang saku (p=0,001), katerpaparan iklan (p=0,017), dan keterpaparan promosi (p=0,000). Berdasarkan hasil analisis regresi logistik ganda, pengaruh keterpaparan promosi merupakan faktor dominan dalam menentukan frekuensi konsumsi fast food (p=0,000). Mahasiswa dengan pengaruh keterpaparan promosi yang kuat memiliki peluang 10,5 kali lebih sering mengonsumsi fast food dibandingkan mahasiswa dengan pengaruh lemah setelah dikontrol pengetahuan gizi, preferensi fast food, jarak restoran fast food, dan keterpaparan iklan.

The excessive of fast food consumption can have an impact to gain weight and increase risk of degenerative disease. The aim of this study is to determine the dominant factor in fast food consumption among college student of FISIP UI in 2016. The research method is quantitative and cross sectional design. Data about personal characteristics, social influences, accessibility, and media influences are collected by a questionnaire, semi-quantitative FFQ used to determine fast food frequency, and 2x24 hours food recall also used to determine daily consumption. The questionnaires were given to 127 college student at FISIP UI which selected by simple random sampling, after filled the questionnaire, respondents being interviewed with Semi-quantitative FFQ and food recall questionnaire.
Result showed that 48% of respondents had higher frequency of fast food consumption. Furthermore, there is a significant difference in proportion of nutrition and fast food knowledge (p=0,001), fast food preference (0,001), peer group effect (p=0,008), fast food restaurant`s distance (p=0,001), daily allowance (p=0,001), fast food advertisement effect (p=0,017), and fast food promotion effect (p=0,000). Based on multiple regression analysis, fast food promotion is a dominant factor in determining the frequency of fast food consumption. Student who had a higher fast food promotion has an opportunity 10,5x higher frequency of fast food consumption than who`s had a lower fast food promotion after controlled by nutrition and fast food knowledge, fast food preference, fast food restaurant`s distance, and fast food advertisement.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2016
S65407
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aphroditha Emawati Nidia Kusumaning Dewi
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan pola makan gizi seimbang pada mahasiswa Program Sarjana Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Tahun 2021. Studi ini menggunakan desain potong lintang menggunakan data primer. Data dikumpulkan melalui kuesioner daring dengan jumlah responden 178 orang. Pola makan gizi seimbang sebagai variabel dependen, jenis kelamin, pengetahuan gizi, sikap, ketersediaan makanan gizi seimbang, keterpaparan informasi, dukungan keluarga, dan dukungan teman sebaya sebagai variabel independen. Analisis data dengan uji chi-square. Hasil studi didapatkan 71,9% mahasiswa dengan pola makan gizi seimbang kurang, 81,5% jenis kelamin perempuan, 65,2% pengetahuan gizi rendah, 51,1% sikap negatif, 66,3% kurang tersedia makanan gizi seimbang, 77,5% terpapar informasi, 64,6% dukungan keluarga kurang, dan 98,9% dukungan teman sebaya kurang. Terdapat hubungan signifikan antara pengetahuan gizi (p=0,001), sikap (p=0,043), ketersediaan makanan gizi seimbang (p=0,019), keterpaparan informasi (p=0,002), dan dukungan keluarga (p=0,006) dengan pola makan gizi seimbang pada mahasiswa. Hasil penelitian menyarankan untuk optimalkan promosi penerapan pola makan gizi seimbang melalui pemasangan poster secara langsung maupun daring.

This study aims to determine the factors associated with balanced nutrition eating pattern in students of Public Health Bachelor Program of the Faculty of Public Health, Universitas Indonesia in 2021. The study used a cross-sectional design using primary data. The data was collected through an online questionnaire with 178 respondents. A balanced nutrition eating pattern as a dependent variable, gender, nutritional knowledge, attitudes, availability of balanced nutritional foods, exposure to information, family support, and peer support are independent variables. Analyzed data with chi-square test. The results of this study found 71.9% of students who had less balanced nutritional diet, 81.5% are the female sex, 65.2% low knowledge of nutrition, 51.1% negative attitudes, 66.3% less available balanced nutritional foods, 77.5% exposed to information, 64.6% less family support, and 98.9% less peer support. There was a significant relationship between nutritional knowledge (p=0.001), attitude (p=0.043), availability of balanced nutritional foods (p=0.019), exposure to information (p=0.002), and family support (p=0.006) with a balanced nutritional diet pattern in college students. The results of the study suggest to optimize the promotion of the implementation of a balanced nutritional diet pattern through the installation of posters offline or online."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>