Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 162054 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Muna Mardhiyah Amini
"Dudu dan ora merupakan penanda negasi dalam bahasa Jawa yang menempati fungsi sintaksis predikat dengan jenis kata tertentu yang mendampinginya contohnya, dudu dengan nomina dan ora dengan verba. Namun, pada data yang ditemukan terdapat dudu dan ora tidak berkedudukan sebagai bagian dari predikat mau pun menegasi predikat. Hal tersebut melatarbelakangi penelitian ini yang bertujuan untuk menjelaskan posisi penanda negasi dudu dan ora di dalam kalimat dan cakupan penanda negasi dudu dan ora. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode penelitian kualitatif dan menggunakan sebuah novel berjudul Dom Sumurup Ing Banyu oleh Suparto Brata pada tahun 2006 sebagai sumber data. Pengumpulan data dilakukan dengan mengumpulkan kalimat dengan penanda negasi dudu dan ora. Data tersebut lalu dikelompokkan berdasarkan data berupa kalimat yang memiliki pola fungsi sintaksis minimal Subjek-Predikat dan data berupa wacana. Pada penelitian ini ditemukan dudu dan ora yang menempati fungsi predikat bersama dengan kata lain yang mendampinginya. Namun, yang dinegasi oleh penanda negasi bukan kata yang mendampinginya melainkan kata pada fungsi sintaksis lainnya. Selain itu, ditemukan dudu dan ora yang tidak menempati fungsi predikat dan tidak didampingi oleh jenis kata apa pun. Dengan demikian cakupan negasi dudu dan ora mampu melewati batas 1 fungsi sintaksis.

Dudu and ora are negation markers in Javanese that occupy the syntactic function of predicates with certain types of words accompanying them, for example, dudu with nouns and ora with verbs. However, in the data found, dudu and ora do not function as part of the predicate or negate the predicate. The background of this study aims to explain the position of dudu and ora negation markers in the sentence and the scope of dudu and ora negation markers. This research was conducted by using qualitative research method and using a novel entitled Dom Sumurup Ing Banyu by Suparto Brata in 2006 as data source. Data collection was done by collecting sentences with negation markers dudu and ora. The data was then categorized based on the data in the form of sentences that have a minimal syntactic function pattern of Subject-Predicate and data in the form of discourse. In this study, dudu and ora were found to occupy the predicate function along with other words that accompany them. However, what is negated by the negation marker is not the word that accompanies it but the word in other syntactic functions. In addition, dudu and ora are found that do not occupy the predicate 2 function and are not accompanied by any type of word. Thus, the scope of dudu and ora negation is able to cross the boundary of 1 syntactic function.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ria Novayani
"Skripsi ini membahas negasi dalam bahasa Jawa Kuno pada teks diparwa Penelitian difokuskan kepada varian perilaku sintaktis makna dan jangkauan penegasian konstituen negatif Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif analitis Hasil penelitian memperlihatkan bahwa terdapat berbagai varian perilaku sintaktis dan makna konstituen negatif sedangkan jangkauan penegasiannya adalah sama.

This thesis explained the negation in Old Javanese language on diparwa text The research pointed out on variant syntactical behavior meanings and scope of the negation To that end this research implemented the analytical descriptive method In conclusion the result of the research revealed that there are several variants syntactical behavior and negative constituent meanings while the concerning scope of the negation is exactly the same. "
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2013
S46195
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sutiman
"Negation as a modality has been interest scholars. At first, negation was described in the logical approach, but this description did not satisfie by linguists. As we know, Jespersen (1917) described it from a linguistic poini of view. I lis approach was developed by Klima (1964), Payne (1985), and Quirk el cri. (1985). In my thesis I try to describe the concept of negation in Javanese by referring to the concept which Payne has developed using a syntactic and semantic approach. The data collected for this thesis belong to the Ngoko variety of Javanese in magazines i.e. Jawa Anyar, Jaya Baya, Jaka Lot/hang, Alekar Seri, and l'wiyehar Semangal, further from the recording of a waywig kalif performance: Dewa Ruci. Being a Javanese native speaker. I have also included intuitive data. Negation in Javanese can De expressed syntactically by placing negative constituent in the sentence. The negative constituent can be a free or bounded form. The placement of the negative constiuent before the predicate, establishes standard negation. The negative constituent preceeding an adverbial forms a constituent- or special-negation. Negative constituents in Javanese can also form idiomatic expressions. Negation can be found in all types of sentence in the language. Syntactically, idiomatic expressions function as adverbials and semantically express modality. The negative marker ora 'not' underlies the derived affixed form, i.e. ngorakake 'say Not' which functions as a predicate and which semantically suggests the concept of denying ngiyakake 'say Yes'. Its derived form by reduplication, i.e. ora-ora functions as an adverbial and expresses the epistemic modality. Double negation causes the negative sentence to an affirmative one. Furthermore, double negative forms result in idiomatic expressions and syntactically function as adverbials. Semantically, it expresses the deontic modality."
Jakarta: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1998
T37253
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Laura Pramacitra
"Penelitian ini menjelaskan mengenai kata pasrah dalam bahasa Jawa. Pada kamus bahasa Jawa (Poerwadarminta, 1939) secara leksikal kata pasrah merupakan sebuah tindakan, sedangkan berdasarkan definisi yang diajukan de Jong (1985) kata pasrah merupakan kata sifat. Terlihat adanya perbedaan kata pasrah. Secara gramatikal pasrah menurut de Jong (1985) berkategori adjektiva, sedangkan menurut Poerwadarminta (1939) berkategori verba. Hal itu menjadi pemicu dalam topik penelitian ini yakni bagaimana makna kata pasrah secara leksikal dan kontekstual? Sumber data yang digunakan berupa novel dengan judul Ronggeng Dhukuh Paruk (2014). Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Data dianalisis menggunakan semantik leksikal dan semantik kontekstual, serta analisis gramatikal. Hasil analisis menunjukkan bahwa kata pasrah dapat diartikan a) menyerahkan dalam hal konteks menitipkan, b) menyerahkan kepercayaan sepenuhnya kepada orang lain, c) berserah diri kepada Tuhan, d) patuh kepada Tuhan, dan e) menerima pada keadaan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kata pasrah merupakan sebuah tindakan yang dapat diberi makna secara leksikal, kata pasrah dapat dimaknai secara kontekstual tergantung pada konteks kalimat, dan secara gramatikal kata pasrah berkategori verba yang mengisi fungsi predikat. Pasrah ditandai oleh pendampingan adverbia arep ‘akan’, kudu ‘harus’, dan verba klakon ‘terjadi’.

This study explains the word surrender in Javanese. In the Javanese dictionary (Poerwadarminta, 1939) lexically the word surrender is an action, while based on the definition proposed by de Jong (1985) the word surrender is an adjective. There is a difference in the word surrender. According to de Jong (1985), surrender grammatically is categorized as an adjective, while according to Poerwadarminta (1939) is in the category of verbs. This became the trigger for the topic of this research, namely what is the meaning of the word surrender lexically and contextually? The data source used is a novel with the title Ronggeng Dhukuh Paruk (2014). This study uses a qualitative method. Data were analyzed using lexical semantics and contextual semantics, as well as grammatical analysis. The results of the analysis show that the word surrender can be interpreted as a) surrendering in the context of entrusting, b) surrendering trust completely to others, c) surrendering to God, d) obedience to God, and e) accepting circumstances. The results of this study indicate that the word surrender is an action that can be given lexical meaning, the word surrender can be interpreted contextually depending on the context of the sentence, and grammatically the word surrender category of a verb that fills the function of the predicate. Surrender is indicated by the accompanying adverbs arep 'will', kudu 'must', and the verb klakon 'happens'."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1991
499.222 5 DIA (1)
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Gloria R. Poedjosoedarmo, 1943-
Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1981
499.222 GLO b
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Suharsono
"Berdasarkan kenyataan bahwa buku-buku linguistik Jawa sebagian besar adalah karya-karya pedagogis, serta Pembahasan masalah dalam lingkup yang cukup luas, yang jika ditinjau secara teoritis banyak terdapat kekurangan maka penulis mencoba meneliti masalah tak bahasa Jawa da_lam tulisan ini secara teoritis serta membatasi lingkup masalah yang cukup sempit dengan harapan agar mencapai hasil yang lebih baik dan mendetil. Sebenarnya pembahasan masalah tak ini bukanlah yang pertama. Beberapa ahli telah membahasnya. Namun demikian pembahasan-pembahasan terdahulu yang kurang mendetil ter_sebut menunjukkan perbedaan yang mendasar jika dibandingkan dengan pembahasan yang mendetil. Hal ini dapat terlihat dari hasil penelitian ini. Dalam mengumpulkan data, penulis mengikuti saran La-bov dalam Harimurti Kridalaksana (1988: 25) yaitu agar melakukan; (1) penilaian atas kegramatikalan, (2) peni_laian atas ketaksaan dan (3) penilaian atas parafrasa yang betul terhadap data yang terkumpul. Penulis tidak banyak menemui hambatan dalam mengumpulkan data karena telah banyak kamus maupun buku-buku bahasa Jawa yang di_terbitkan. Walaupun hanya tak yang dibahas dalam tulisan ini, bukan berarti bahwa masalahnya akan mudah dipecahkan. Untuk itu penulis perlu memakai wawasan teoritis dari berbagai ahli linguistik dengan tujuan supaya menekan sekecil mungkin hal-hal yang luput dari tinjauan. Dengan mempergunakan metode induktif atas dasar azas praduga yang ilanjutkan pembahasan masalah untuk menuju kesim_pulan, penulis menenukan perbedaan yang mendasar antara tulisan-tulisan terdahulu dengan hasil penelitian ini. Pada tulisan-tulisan terdahulu tak hanya disebut sebagai prefiks saja. Namur demikian, setelah melalui berbagai pembahasan dalam tulisan ini dapat diketahui bahwa tak bahasa Jawa ternyata terdiri dari dua bentuk yang berbeda. Yang pertama sebagai proklitik dan yang kedua sebagai partikel."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1991
S11492
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sumarlam
"Morphological and syntactical analysis on temporal construction in Javanese language"
Surakarta: Pustaka Cakra, 2004
499.222 5 SUM a
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan R.I., 2004
499.231 5 IND w (1)
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Pala Yuda Seno
"Penelitian ini menyajikan analisis tema lima geguritan karya Diah Hadaning dalam antologi Geguritan Paseksen Anake Ki Suto Kluthuk melalui analisis tema puisi. Teori yang digunakan adalah teori struktural dari Teeuw yang meneliti keterkaitan dan keterjalinan antarunsur dalam sebuah karya sastra. Unsur dalam karya sastra yang diteliti adalah unsur intrinsik. Unsur-unsur intrinsik puisi yang diteliti keterkaitannya dan keterjalinanya adalah diksi dan majas. Analisis diksi dan majas merupakan analisis yang membawa kepada penemuan sebuah tema.

This thesis analized five geguritan from Diah Hadaning in anthologies Geguritan Paseksen anake Ki Suto Kluthuk using analysis of poetry theme. The theory that used is the structural theory of Teeuw that examines the relationship between elements in a literature. Element in a literature in this thesis is an intrinsic element. Intrinsic elements a of poetry is about association and connection between diction and figure of speech. Diction analysis and analysis of the figure of speech that led to the discovery of a theme."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2013
S46079
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>