Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 170527 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Hanifah Nur Fadilla
"Halusinasi adalah salah satu gejala positif yang dapat muncul pada klien dengan skizofrenia. Nn. K (30 tahun) dengan masalah keperawatan halusinasi dan diagnosis medis skizofrenia mendapatkan intervensi keperawatan generalis berupa menghardik, mengabaikan halusinasi, melakukan distraksi dengan bercakap-cakap dan berkegiatan, serta patuh minum obat dengan prinsip 5 benar obat. Selain intervensi generalis, klien juga diberikan intervensi inovasi berupa expressive writing sebagai bentuk distraksi dari halusinasi. Penilaian tanda dan gejala dilakukan dengan menggunakan 3 instrumen yaitu instrumen tanda dan gejala halusinasi, kemampuan mengontrol halusinasi, dan PSYRATS. Expressive writing telah terbukti dapat menurunkan tanda dan gejala halusinasi setelah dilakukan dalam 4 sesi. Diharapkan expressive writing dapat menjadi salah satu alternatif kegiatan distraksi.

Hallucination is one of the symptoms that may arise from schizophrenia. Ms. K (30 years) with hallucinations and a medical diagnosis of schizophrenia received general intervention for hallucination by shouting, ignoring hallucinations, providing distraction with conversations and activities, and complying with taking medication according to the principles of the 5 correct medications. Apart from generalist intervention, clients are also given innovative interventions with expressive writing as a form of distraction from hallucinations. Evaluating signs and symptoms of hallucinations using 3 instruments, they are instrument for signs and symptoms of hallucinations, the instrument for the ability to control hallucinations, and PSYRATS. Expressive writing has been proven to reduce signs and symptoms of hallucinations after 4 sessions. It is hoped that expressive writing can be an alternative distraction activity.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Cindy Cleodora
"Harga diri rendah merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya halusinasi pada klien skizofrenia yang mempengaruhi pikiran dan perilaku klien. Laporan kasus ini bertujuan melihat manfaat terapi kognitif perilaku dan terapi psikoedukasi keluarga terhadap peningkatan kemampuan klien dan keluarga serta penurunan tanda dan gejala halusinasi dan harga diri rendah pada 4 klien laki-laki berusia dewasa melalui pendekatan case series.
Hasil yang didapatkan menunjukkan seluruhnya mengalami peningkatan dalam mengendalikan halusinasi dan harga diri rendah hingga berdampak pada penurunan tanda dan gejala. Seluruh klien sudah tidak mendengar suara-suara lagi dan berpikir positif terhadap dirinya. Terapi kognitif perilaku yang diberikan juga menunjukkan hasil bahwa seluruh klien mampu mengendalikan pikiran negatif, 3 klien diantaranya berhasil menghilangkan pikiran negatif dan seluruhnya dapat mengubah perilaku negatif. Pada masing-masing keluarga klien mengalami peningkatan kemampuan setelah diberikan Psikoedukasi Keluarga.
Kedua terapi ini direkomendasikan dilakukan bersamaan pada klien halusinasi dan harga diri rendah, karena dukungan caregiver memberikan kontribusi pada kemampuan klien mengatasi masalahnya. Penelitian selanjutnya diperlukan untuk melihat efektivitas terapi kognitif perilaku dan terapi psikoedukasi keluarga pada halusinasi dan harga diri rendah dengan jumlah visit lebih lama dan menggunakan kelompok kontrol.

Low self esteem was one of factors caused Schizophrenia that influence the mind and behavior of clients. This case reports looked at the benefits of cognitive behavior therapy and family psycho education therapy to improved client and family ability and decreased sign and symptoms of hallucinations and low self esteem in 4 adult male clients through a case series approach.
The results showed that all of them have increased in controlling hallucinations and low self esteem to have a decrease in sign and symptoms. The whole client has not heard voices and think positively. The therapy also shows that all clients are able to control negative thoughts and 3 clients of them managed to eliminate negative thoughts and can completely change negative behavior. In each client's family had increased ability after given family psycho education therapy.
Both of these therapies are recommended to perform simultaneously on the hallucination and low self esteem clients, as caregiver support contributes to the client's ability to resolve the problem. Further study is needed to see the effectiveness of cognitive behavior therapy and family psycho education therapy on hallucinations and low self esteem with longer visit and with control group.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2017
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Satria Fajrullah Said Aldam
"Halusinasi merupakan persepsi yang diterima oleh panca indera tanpa adanya stimulus eksternal. Klien dengan halusinasi sering merasakan keadaan/kondisi yang hanya dapat dirasakan olehnya namun tidak dapat dirasakan oleh orang lain.

Kasus: Klien wanita berusia 30 tahun masuk rumah sakit dengan alasan klien keluyuran dan pulang diantar oleh warga. Bila keinginan tidak terpenuhi klien marah-marah, tampak sering berbicara sendiri, kurang tidur, aktivitas di rumah hanya tiduran, tidak mau makan dan mandi. Klien mengatakan bahwa dirinya sering mendengar suara-suara. Suara-suara tersebut mengatakan dirinya bodoh, tidak berguna, pelacur, yang membuat dirinya menjadi cemas. Klien mengatakan bahwa halusinasinya datang lebih dari 8x/hari dan tidak menentu waktunya. Situasi yang menyebabkan halusinasi yaitu saat dirinya sedang bengong, melamun, atau sendiri. Klien juga mengatakan bahwa saat halusinasi datang dirinya menjadi cemas, marah-marah, dan bingung. Klien mengatakan bahwa saat dirumah, suara tersebut sering muncul saat ingin tidur yang membuat dirinya menjadi susah untuk tidur. Implementasi keperawatan berfokus pada standar asukan keperawatan jiwa generalis gangguan sensori persepsi halusinasi pendengaran seperti mengenal halusinasi, menghardik, bercakap-cakap, melakukan kegiatan, dan patuh obat. Implementasi yang dilakukan mampu untuk menurunkan gejala halusinasi. Hal ini dapat terlihat dari respon kognitif, afektif, perilaku, dan sosial yang dialami klien setelah dilakukan tindakan keperawatan.

Kesimpulan: standar asuhan keperawatan jiwa generalis dengan gangguan sensori persepsi halusinasi pendengaran dapat menurunkan gejala halusinasi.


Hallucinations are perceptions received by the five senses without an external stimulus. Clients with hallucinations often feel the conditions / conditions that can only be felt by them but cannot be felt by others.

Case: A client of a 30-year-old woman is admitted to the hospital on the grounds that the client wanders and goes home by the residents. If the desire is not fulfilled the client is angry, seems often to speak to himself, lack of sleep, activities at home just lie down, do not want to eat and bathe. The client said that he often heard voices. The voices said he was stupid, useless, a prostitute, which made him anxious. The client said that the hallucinations came more than 8 times a day and were not timed. The situation that causes hallucinations is when he is dazed, daydreaming, or alone. The client also said that when hallucinations came he became anxious, angry, and confused. The client said that at home, the voice often appears when he wants to sleep which makes him difficult to sleep.

Discussion: Nursing implementation focuses on the standard of generalist mental nursing sensory impairment of the perception of auditory hallucinations such as knowing hallucinations, rebuking, conversations, activities, and drug adherence. The implementation carried out is able to reduce the symptoms of hallucinations. This can be seen from the cognitive, affective, behavioral, and social responses experienced by the client after nursing actions.

Conclusion: generalist mental nursing care standards with sensory disorders perception of auditory hallucinations can reduce hallucinatory symptoms."

Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Khamelia
"Latar belakang: Halusinasi auditorik verbal (HAV) dialami 70% dari 23 juta penderita gangguan skizofrenia di seluruh dunia. Data pasien skizofrenia di rawat jalan Departemen Psikiatri RSCM/FKUI periode tahun 2016-2017 kasus HAV resisten pengobatan berkisar 25-30%. Tujuan penelitian ini mengetahui abnormalitas spasiotemporal aktivitas neural otak kondisi istirahat yang berhubungan dengan HAV pada orang dengan skizofrenia (ODS) dan peran rTMS dalam memodulasi abnormalitas tersebut.
Metode: Penelitian ini dilakukan di Departemen Psikiatri dan Departemen Neurologi FKUI/RSCM selama Maret 2017 sampai Maret 2019 dengan desain uji klinis acak plasebo tersamar ganda. Studi  mengikutsertakan 120 orang yaitu 40 ODS dengan halusinasi, 40 ODS tanpa halusinasi, 20 subjek saudara kandung dan 20 subjek sehat. Kriteria kelompok intervensi rTMS pasien skizofrenia HAV resisten pengobatan usia dewasa 18-59 tahun. Pemeriksaan dimensi temporal dan spasial aktivitas otak keadaan istirahat menggunakan perekaman elektroensefelografi (EEG). Pemeriksaan simtom halusinasi menggunakan instrumen PSYRATS dan uji kemampuan pemantauan-sumber. Dilakukan rTMS 1 Hz 90% AM 1000 pulse di titik T3P3 selama 10 hari berturut-turut. Data klinis pasien diperoleh dari wawancara atau catatan medis. Informed consentdiperoleh dari pasien dan orang tua atau pasangan pasien. 
Hasil: Ditemukan perbedaan kekuatan amplitudo gelombang theta di prefrontal kiri dan kanan (skizofrenia = 15.19±4.54 mV, sehat= 7.37±2.49 mV, p 0.004), frontal kiri dan kanan (skizofrenia=18.62±17.55 mV, sehat = 9.90±3.77 mV p 0.007), temporal kiri dan kanan (skizofrenia= 6.97±7.26 mV, sehat= 3.59±1.34 mV , p 0.010). Kelompok skizofrenia ditemukan penurunan gandeng-fase amplitudo theta/gamma di frontal-parietal kiri F3-P3 (sehat=28.06, skizofrenia=24.06), frontal-temporal kiri F3-T3 (sehat=30.89, skizofrenia=22.47) dan frontal sentral kanan FP2-C4 (sehat=25.78, skizofrenia=25.00). Didapatkan peningkatan konektivitas fungsional di jejaring mode-standar yang berkaitan dengan kemampuan ODS memantau sumber stimulus. Antara jejaring mode-standar dengan sentral-eksekutif didapatkan korelasi positif di BA 8L-39L (r = 0.792, p = 0.000), BA 29L-40L (r = 0.522, p = 0.032) dan BA8R-39R (r = 0.480, p = 0.004). Korelasi positif abnormal antara jejaring mode-standar dan eksekutif-pusat berhubungan dengan kesulitan ODS membedakan sumber stimulus. Pemberian rTMS 1 Hz menurunkan konektivitas jejaring mode-standar dan menurunkan gandeng theta-gamma yang menghasilkan perbaikan gejala HAV dan kemampuan pemantauan sumber.
Simpulan: Pada ODS keseimbangan aktivitas otak istirahat bergeser ke kekuatan frekuensi rendah, demikian juga peningkatan koherensi kortikal. Didapatkan hiperkonektivitas jejaring mode standar, korelasi abnormal antara DMN dan CEN, serta gandeng theta-beta DMN yang berhubungan dengan halusinasi auditorik verbal. Pemberian rTMS bisa memodulasi abnormalitas spasiotemporal tersebut mendekati kondisi normal dan berakibat perbaikan gejala halusinasi. EEG concordance alfa prefrontal frontal otak berpotensi menjadi kandidat penanda biologi respon terhadap terapi rTMS. 

Background: Auditory Verbal Hallucinations (AVH) occur in 70% of 23 million people with schizophrenia worldwide. According to the 2016-2017 data on schizophrenia patients in the Outpatient Clinic of the Department of Psychiatry RSCM / FKUI, AVH treatment-resistant cases reach about 25-30%. The aim of this study was to determine the spatiotemporal properties of resting brain neural activities that cause changes in perceptions and abnormal space-time experience in people with schizophrenia, which then manifest as auditory verbal hallucinations, and also to determine the role of transcranial magnetic repetitive stimulation (rTMS) on modulating spatiotemporal abnormalities. 
Method: This study was a double-blind placebo-controlled clinical trial conducted in the Department of Psychiatry and the Department of Neurology of FMUI/RSCM  from March 2017 to March 2019. The study included 120 subjects consisting of 40 schizophrenia patients with hallucinations, 40 schizophrenia patients without hallucinations, 20 siblings of the patients, and 20 healthy subjects. The criteria for the rTMS intervention group were treatment-resistant schizophrenia with AVH of 18-59 years of age. Electroencephalography (EEG) was used to examine temporal and spatial dimensions of resting brain activities. The PSYRATS instrument and source-monitoring ability test were used to assess symptoms of hallucinations. Patients clinical data were collected from interviews or medical records. Informed consents were obtained from patients and their parents or spouses.
Results: Differences in amplitude strength of theta fequency were found at the left and right prefrontal cortices (schizophrenia = 15.19±4.54 mV, healthy = 7.37±2.49 mV, p 0.004), left and right frontal cortices (schizophrenia=18.62±17.55 mV, healthy = 9.90±3.77 mV p 0.007), left and right temporal cortices (schizophrenia= 6.97±7.26 mV, healthy = 3.59±1.34 mV , p 0.010). Temporal cortical activities were shifted to low frequency fluctuations, and there were also decreasing relationships between various brain frequencies. The increase of functional connectivity in default-mode networks was found, which relates to schizophrenics ability to monitor sources of stimuli. This abnormal positive correlation between the default mode and the central executives network might disturb schizophrenics ability to distinguish internal stimuli from external stimuli. The administration of 1Hz of rTMS decreases connectivity in default-mode networks and theta-gamma coupling resulting in improved symptoms of HAV and source monitoring capabilities.
Conclusion: In people with schizophrenia, the balance of resting activity shift to low frequency power, as well as increase in its cortical coherence. It also found functional hyperconnectivity in default mode network among schizophrenia patients with HAV and abnormal positive correlation between DMN-CEN. The resting state theta-gamma coupling was increased in patient with schizophrenia that might underlie HAV. The administration of rTMS modulate spatiotemporal abnormalities to near-normal conditions, resulting in the improvement in hallucinatory symptoms. The alpha EEG cordances of prefrontal and frontal cortices has the potential to become a biological marker of response to rTMS therapy.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fallon Victoryna
"Skizofrenia merupakan gangguan jiwa yang kompleks. Gejala yang paling sering ditemui
adalah waham. Waham dialami oleh 60% penderita skizofrenia dengan intensitas yang
lebih berat dibandingkan dengan gangguan jiwa yang lain. Pasien waham memiliki
kecenderungan untuk memunculkan reaksi agresif karena adanya upaya konfrontasi dari
lingkungan terkait pemikiran dan keyakinannya yang tidak realistis. Kecenderungan
tersebut merupakan efek dari besarnya intensitas waham yang dialami pasien. Salah satu
cara untuk mengontrol perilaku agresif tersebut adalah melalui latihan deeskalasi.
Penanganan yang komprehensif perlu diberikan berdasarkan standar asuhan keperawatan
(SAK) jiwa dan pemberian latihan deeskalasi secara adekuat pada pasien dengan
gangguan proses pikir waham. Penulisan karya ilmiah akhir ners ini bertujuan untuk
menggambarkan penerapan asuhan keperawatan jiwa ners dan latihan deeskalasi terhadap
agresifitas pasien untuk menurunkan intensitas waham. Metode yang dilakukan adalah
berupa analisis kasus pada pasien yang dirawat di RS Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor,
dengan diagnosis keperawatan gangguan proses pikir waham kebesaran. Hasil dari
pemberian terapi generalis selama 8 hari adalah pasien mengalami penurunan intensitas
waham dari skor 16 dengan kategori berat menjadi skor 11 dengan kategori sedang.
Kesimpulannya terdapat penurunan intensitas waham dengan menerapkan standar asuhan
keperawatan jiwa ners dan latihan deeskalasi terhadap agresifitas pada pasien skizofrenia. Deeskalasi, Skizofrenia, Standar Asuhan Keperawatan, Waham

Schizophrenia is a complex mental disorder. The most common symptom is delusions.
Estimated 60% of schizophrenics have more severe intensity compared to other mental
disorders with the same diagnose. Patients with delusions tend to elicit aggressive
reactions because of attempts at confrontation from the environment related to unrealistic
thoughts and beliefs. The tendency is the effect of the amount of delusions experienced by
patients. One way to control aggressive behavior is through de-escalation exercises.
Comprehensive treatment needs to be given based on psychiatric nursing care standards
and the provision of adequate de-escalation exercises to patients with delusional thought
processes. The writing of this final scientific work aims to illustrate the application of
nursing care and de-escalation exercises to the aggressiveness of patients to reduce the
intensity of delusions. The method used is a case analysis in patients treated at Dr. H.
Marzoeki Mahdi Bogor, with a nursing diagnosis of oversized thought processes. The
result of giving generalist therapy for 8 days is that the patient experienced a decrease in
delusions intensity from a score of 16 with a severe category to a score of 11 with a
moderate category. In conclusion, there is a decrease in the intensity of delusions by
applying psychiatric nursing care standards and de-escalation training on
aggressiveness in schizophrenic patients."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Indah Mutiara Artifa
"Gangguan sensori persepsi halusinasi pendengaran adalah jenis halusinasi yang sering terjadi pada pasien skizofrenia. Halusinasi pendengaran merupakan stimulus yang tidak nyata yang dapat membahayakan diri sendiri dan orang lain. Tujuan penulisan karya ilmiah akhir ners mengambarkan efektivitas melakukan aktivitas terjadwal : mendengarkan musik pada Tn. S dalam menurunkan halusinasi. Pelaksanaan asuhan keperawatan menggunakan 4 cara untuk mengontrol halusinasi adalah dengan membantu klien mengenal haslusinasi terkait isi, waktu, frekuensi, pencetus, durasi dan respon klien terhadap halusinasi, mengajarkan cara mengontrol halusinasi dengan menghardik, patuh minum obat : 5 benar obat, mengajak orang lain bercakap-cakap, dan melakukan aktivitas terjadwal. Alternatif pemecahan masalah menggunakan pendekatan strategi modifikasi perilaku. Melakukan aktivitas terjadwal sesuai dengan hal yang disenangi klien yaitu mendengarkan musik. Intervensi tersebut terbukti berhasil dapat digunakan oleh perawat jiwa untuk membantu menurunkan dan mengontrol halusinasi pendengaran yang dialami klien. Strategi modifikasi dengan perilaku melakukan aktivitas terjadwal mendengarkan musik sangat efektif diberikan untuk membantu klien menurunkan gejala halusinasi pendengaran.


Perceptual sensory disorders: auditory hallucinations are a type of hallucinations that often occur in schizophrenic patients. Auditoryhallucinations are not real stimuli that can endanger oneself and others. The purpose of writing scientific papers to describe the effectiveness of scheduled activities: listening to music on Mr. S in reducing hallucinations. The implementation of nursing care uses 4 ways to control hallucinations by helping clients to know about related content, time, frequency, trigger, duration and client response to hallucinations, teaching how to control hallucinations by rebuking, obedient medication: 5 drugs right, inviting others to conversation, andscheduled activities. Problem solving alternatives use a behavior modification strategy approach. Perform scheduled activities in accordance with the things that the client likes to listen to music. The intervention proved to be successful can be used by mental nurses to help reduce and control auditory hallucinations experienced by clients. Behavior modification strategies by conducting scheduled activities: listening to music is very effective to help clients reducing the risk of auditory hallucinations in schizophrenic."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Dinda Noviarmachda
"Skizofrenia adalah gangguan kesehatan mental kronis yang kompleks yang ditandai dengan serangkaian gejala, termasuk delusi, halusinasi, bicara atau perilaku yang tidak teratur, dan gangguan kemampuan kognitif. Gejala skizofrenia dibagi menjadi dua kategori utama yaitu gejala positif atau gejala nyata dan gejala negatif atau gejala samar. Salah satu gejala positif pada skizofrenia ditandai dengan adanya halusinasi. Halusinasi pendengaran merupakan jenis halusinasi yang paling umum terjadi pada pasien skizofrenia. Tujuan Karya Ilmiah ini adalah untuk memberikan analisis mengenai penerapan terapi seni menggambar dalam menurunkan tanda dan gelaja pada pasien halusinasi pendengaran. Penerapan terapi seni menggambar menunjukkan adanya pengaruh dalam menurunkan tanda dan gejala halusinasi. Rekomendasi dari laporan kasus ini adalah perawat perlu mengidentifikasi kemampuan dan motivasi pasien dalam menerapkan suatu intervensi sebagai salah satu faktor internal tercapainya penerapan intervensi ini secara efektif. Perawat juga perlu memfasilitasi faktor eksternal yang mendukung keberhasilan intervensi, yaitu dengan melibatkan keluarga sebagai support system, dan memastikan kepatuhan rejimen pengobatan.

Schizophrenia is a complex, chronic mental health disorder characterized by a range of symptoms, including delusions, hallucinations, disorganized speech or behavior, and impaired cognitive abilities. Symptoms of schizophrenia are divided into two main categories, namely positive symptoms or real symptoms and negative symptoms or vague symptoms. One of the positive symptoms of schizophrenia is characterized by hallucinations. Auditory hallucinations are the most common type of hallucination in schizophrenic patients. The purpose of this scientific work is to provide an analysis of the application of drawing therapy in reducing signs and symptoms in patients with auditory hallucinations. The application of the art of drawing therapy shows an influence in reducing the signs and symptoms of hallucinations. The recommendation from this case report is that nurses need to identify the patient's ability and motivation in implementing an intervention as one of the internal factors for achieving effective implementation of this intervention. Nurses also need to facilitate external factors that support the success of the intervention, namely by involving the family as a support system, and ensuring adherence to treatment regimens."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Tia Sintiawati
"Halusinasi merupakan persepsi sensori palsu yang tidak terkait dengan rangsangan eksternal yang nyata, dapat melibatkan salah satu dari panca indera. Karya ilmiah akhir Ners ini bertujuan untuk memberikan analisis asuhan keperawatan Tn. F dengan halusinasi pendengaran. Proses keperawatan yang dilakukan berdasarkan standar asuhan keperawatan generalis (Ners) yaitu mengidentifikasi halusinasi, melatih mengontrol halusinasi dengan cara menghardik, bercakap-cakap, melakukan aktivitas, dan patuh minum obat. Tindakan keperawatan yang dilakukan dan paling efektif digunakan yaitu menghardik. Menghardik halusinasi adalah upaya yang dilakukan untuk mengendalikan diri terhadap halusinasi dengan cara menolak halusinasi yang muncul. Metode yang digunakan dalam karya ilmiah ini adalah analisa kasus. Hasil karya ilmiah ini menunjukkan bahwa klien mengalami penurunan halusinasi dari skor 10 menjadi 7. Penelitian ini merekomendasikan untuk melibatkan keluarga sebagai faktor yang memengaruhi dan mendukung dalam mengontrol halusinasi dengan menghardik. Selain itu, peneletian ini juga merekomendasikan perawat jiwa untuk membentuk layanan konsultasi secara daring pada masa pandemi ini.

Hallucinations are false sensory perceptions that are not associated with real external stimuli, can involve one of the five senses. The final scientific work of Ners aims to provide a nursing analysis of Mr. F with hallucinations of hearing. The nursing process, based on the generalist nursing care standards are identify hallucinations, train clients to control hallucinations by rebuking, talk to someone, doing activities, and taking medication. The most effective nursing actions used by the client are rebuke. Rebuke hallucinations is an effort made to control oneself against hallucinations by rejecting hallucinations that arise. The method used in this scientific work is case analysis. The results showed that the client experienced a decrease in hallucinations  from a score of  10 to 7.  The recommendations of this research, involving the family as an influencing and supportive factor in controlling hallucinations with rebuke. In addition, this research also recommends mental nurses to establish online consulting services during this pandemic."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2020
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Fitri Maharani Sukma
"Halusinasi pendengaran dapat memberikan dampak negatif, yaitu membuat klien merasa sangat stres terutama jika isi halusinasi merendahkan klien dan memberikan perintah yang buruk. Penulisan karya ilmiah akhir ners ini bertujuan untuk menganalisis penerapan Standar asuhan keperawatan pada Tn. D (30 tahun) dengan halusinasi pendengaran berdasarkan model self management. Intervensi Standar asuhan keperawatan yaitu mengidentifikasi halusinasi, melatih klien mengontrol halusinasi dengan menghardik, bercakap-cakap, melakukan aktivitas, dan patuh minum obat.  Model self management terdiri dari tiga bagian yaitu assessment of voice hearers experience, nursing interventions, dan voice hearers outcomes. Hasil dari karya ilmiah ini menunjukkan klien mengalami penurunan gejala halusinasi dari skor 20 menjadi 3, dan peningkatakan kemampuan mengontrol halusinasi dari skor 1 menjadi 10, serta klien mampu memilih strategi yang terbaik untuk mengurangi gejala halusinasi pendengaran. Model self management dapat diadaptasi untuk mengembangkan standar asuhan keperawatan jiwa yang selama ini telah digunakan dengan tujuan meningkatkan mutu pelayanan asuhan keperawatan kepada klien.

Haring hallucinations can cause negative effects, which is to make clients feel very dispressed due to the voices degrading themselves and telling them to do bad things. This scientific writing aims to analyse the implementation of nursing care standards on  Mr. D (30 years old) with hearing hallucination based on self-management model. The interventions of nursing care standards are identify hallucinations, train clients to control hallucinations by rebuking, talk to someone, doing activites, and taking medication. Self-management model comprises of three parts: assessment of voice hearers experience, nursing interventions and voice hearers outcomes. The result of the writing shows that clients experience a decrease in hallucinatory symptoms from a score of 20 to 3, and an increase in the ability to control hallucinations from a score of 1 to 10, and clients are able to decide the strategy they think most effective to overcome hearing hallucinations as well as the reduction of their hallucination symptoms. The self-management model can be adapted to develop mental nursing care standards that have been used so far with the aim of improving the quality of nurisng care for clients."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Syifa Fadiyah
"Masalah keperawatan risiko perilaku kekerasan biasanya muncul karena agresivitas yang sering dikaitkan dengan penderita skizofrenia. Afek dan emosi pada pasien skizofrenia memengaruhi perilaku seperti gerakan tangan dan tubuh, ekspresi wajah, dan nada suara yang dapat terlihat jelas ketika seseorang mengungkapkan dan mengalami perasaan serta emosi, Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis efektivitas penerapan deeskalasi dengan latihan expressive writing dalam menurunkan tanda dan gejala risiko perilaku kekerasan. Klien merupakan seorang wanita berusia 29 tahun dengan skizofrenia. Terapi yang diberikan adalah tindakan keperawatan generalis dan dengan menerapkan expressive writing sebagai bentuk deeskalasi. Expressive writing adalah bagian dari terapi ekspresif yang digunakan untuk membantu pemulihan dan meningkatkan kesehatan mental. Expressive writing didefinisikan sebagai kegiatan menulis yang menggambarkan pikiran dan perasaan yang jujur tentang pengalaman hidup dan dapat digunakan sebagai media untuk mengungkapkan perasaan yang terpendam. Evaluasi dilakukan dengan menggunakan lembar evaluasi tanda dan gejala risiko perilaku kekerasan yang dikembangkan oleh Departemen Keperawatan Jiwa Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan expressive writing efektif menurunkan tanda dan gejala risiko perilaku kekerasan pada klien. Latihan expressive writing direkomendasikan untuk menjadi intervensi alternatif deeskalasi khususnya pada klien dengan risiko perilaku kekerasan.

The risk of violent behavior in nursing diagnosis is usually arise because of aggressiveness which is often associated with people with schizophrenia. Affects and emotions in schizophrenic patients affect behaviors such as hand and body movements, facial expressions, and tone of voice that can be seen clearly when a person expresses and experiences feelings and emotions. This study aims to analyze the effectiveness of applying de-escalation with expressive writing exercises in reducing signs and symptoms of risk of violent behavior. The client is a 29-year-old woman with schizophrenia. The therapy given is generalist nurse intevention and by applying expressive writing as a form of de-escalation. Expressive writing is part of expressive therapy that is used to help recovery and improve mental health. Expressive writing is defined as a writing activity that describes honest thoughts and feelings about life experiences and can be used as a medium to express hidden feelings. The evaluation was carried out using an evaluation sheet for signs and symptoms of risk of violent behavior developed by the Department of Psychiatric Nursing, Faculty of Nursing, University of Indonesia. The results of this study indicate that the application of expressive writing is effective in reducing the signs and symptoms in client with the risk of violent behavior. Expressive writing exercises are recommended to be an alternative de-escalation intervention, especially for clients with the risk of violent behavior."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>