Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 190050 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Amardita Nur Fathia
"Memutuskan untuk memiliki anak dan membesarkan mereka menciptakan sejumlah biaya meskipun diyakini bahwa anak dapat menjadi sumber kegembiraan dan kepuasan dalam jangka pendek dan penyedia keamanan ekonomi keluarga dalam jangka panjang. Selain itu, biaya dan manfaat yang diperoleh seorang anak bersifat tidak pasti karena tidak ada yang mengetahui kemungkinan apakah anak tersebut akan membawa lebih banyak dampak positif atau negatif bagi orang tuanya. Oleh karena itu, ketika seseorang memutuskan untuk menginginkan kelahiran seorang anak, artinya mereka bersedia menghadapi kondisi ketidakpastian. Dalam kondisi ketidakpastian, preferensi risiko dan preferensi waktu seseorang akan mempengaruhi pertimbangan pengambilan keputusan ekonominya. Dengan menggunakan data IFLS-5, penelitian ini mencoba mengungkap hubungan preferensi risiko dan preferensi waktu wanita dalam mempengaruhi niat mereka untuk memiliki anak tambahan. Hasil dari regresi logistik biner yang dilakukan menunjukkan bahwa wanita yang toleran terhadap risiko dan tidak sabaran lebih cenderung menginginkan tambahan anak dibandingkan yang sebaliknya.

Deciding to have a child and raising them incur several costs although it is believed that children can be a source of joy and satisfaction in the short run and family economic security provider in the long run. Furthermore, the costs and benefits of a child is uncertain as no one knows the probability of whether the child will bring more positive outcome or negative outcome to its parents. Hence, when someone is deciding to pursue a child’s birth, it means if they are willing to face uncertainty. Under uncertainty, an individual’s risk preference and time preference will affect their economic decision-making consideration. Using IFLS-5 data, this study tried to unravel the relationship of women’s risk preference and time preference in affecting their intention to have additional children. Result from from binary logistic regression being conducted showed that risk tolerant and impatient women are more likely to intend additional children than the opposite."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Novia Febriyanti Heruputri
"Skripsi ini ingin melihat pengaruh dari preferensi risiko dan preferensi waktu terhadap intensi pensiun pada pekerja sektor formal yang berusia 50 tahun keatas di Indonesia. Penelitian ini menggunakan data cross-section dengan analisis data sekunder menggunakan regresi logistik dari Survei Aspek Kehidupan Rumah Tangga (SAKERTI) gelombang 5 (2014). Hasil dari penelitian ini menemukan bahwa preferensi risiko dan preferensi waktu secara signifikan berkaitan dengan intensi pensiun seseorang. Selain itu, terdapat faktor lain yang juga memengaruhi intensi pensiun seperti faktor kesehatan dan karakteristik individu.

This thesis wants to see the effect of risk preferences and time preferences on retiment intentions of formal sector workers aged 50 years and above in Indonesia. This study uses cross-section data with secondary data analysis using logistic regression of wave 5 (2014) of the Indonesian Family Life Survey (IFLS). The results of this study found that risk preferences and time preferences are significantly associated with retirement intentions. In addition, there are other factors that also affect the intention to retire such as health factors and individual characteristics.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eurica Firdha Ramandita
"Preferensi merupakan variabel yang merupakan input penting dalam banyak model ekonomi. Berbeda dengan teori, preferensi terbukti berubah secara empiris dari waktu ke waktu termasuk karena proses pembelajaran. Penelitian ini dilakukan untuk melihat ada dan seberapa besar penularan dari orang tua ke anak terhadap preferensi risiko, preferensi waktu, dan rasa saling percaya. Dengan menggunakan data Indonesian Family Life Survey (IFLS) gelombang kelima, diperoleh hasil bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara preferensi orang tua dengan preferensi anak, baik dari preferensi ayah maupun preferensi ibu. Dengan kata lain, dapat disimpulkan bahwa orang tua yang kurang menghindari risiko lebih cenderung memiliki anak yang juga menghindari risiko lebih rendah. Begitu pula preferensi waktu dimana orang tua yang lebih sabar cenderung memiliki anak yang juga lebih sabar. Dalam rasa saling percaya ditemukan juga bahwa orang tua yang mempercayai orang lain di sekitarnya cenderung memiliki anak dengan karakteristik yang sama. Hasil yang ditemukan juga menunjukkan bahwa ibu memiliki pengaruh yang lebih besar dibandingkan ayah pada ketiga preferensi tersebut

Preference is a variable that is an important input in many economic models. In contrast to the theory, preferences are shown to change empirically over time, including because of the learning process. This research was conducted to see if there is and how much transmission from parent to child on risk preferences, time preferences, and mutual trust. By using the fifth wave of Indonesian Family Life Survey (IFLS) data, it was found that there was a significant relationship between parental preferences and children's preferences, both from father's preference and mother's preference. In other words, it could be concluded that parents who were less risk averse were more likely to have children who were also less risk averse. Likewise, the time preference in which parents who are more patient tend to have children who are also more patient. In mutual trust, it is also found that parents who trust others around them tend to have children with the same characteristics. The results found also show that mothers have a greater influence than fathers on the three preferences."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia , 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Asha Kun Nayla Faizin
"Kain kafan sebagai tekstil yang membungkus dan menemani manusia di kematiannya, tidak sesederhana yang tampak. Kain putih dengan kaidah-kaidah Islam yang diterapkan pada tubuh mayat, mengalami perubahan, modifikasi, dan pemaknaan yang lebih kompleks ketika individu yang terlibat membahasakan konteks dirinya pada kafan. Dalam hal ini, kain kafan pada ritual kematian Islam di Jawa. Fenomena tersebut mengindikasikan multiplisitas makna yang ragam seperti yang digagaskan oleh Mikhail Bakhtin dalam teori heteroglossia. Oleh karena itu, tulisan ini bertujuan untuk mengungkapkan dialog yang terjadi antara agama dan budaya dalam kain kafan. Metodologi yang digunakan mengadopsi pendekatan semiotika pragmatis untuk menafsirkan dan menganalisis simbol-simbol yang timbul dari kontekstualisasi tekstil untuk orang mati dalam ritual-ritualnya. Signifikansi penelitian ini terletak pada kontribusinya terhadap pemahaman kekayaan budaya dan simbolisme yang terkait dengan tekstil untuk kematian dalam Islam Jawa. Dengan demikian, dapat menyoroti kompleksitas pengalaman dan keyakinan manusia seputar kain kafan.

The shroud as a textile that wraps and accompanies humans in their death is not as simple as it may appear. The white cloth with Islamic norms applied to the body of the dead, undergoes changes, modifications, and more complex meanings when the individuals involved interpret the context of themselves on the shroud. In this context, the shroud in Islamic death rituals in Java. This phenomenon indicates a multiplicity of meanings as theorized by Mikhail Bakhtin in the theory of heteroglossia. Therefore, this paper aims to reveal the dialogue that occurs between religion and culture in the shroud. The method used is a pragmatic semiotic approach to interpret and analyze the symbols arising from the contextualization of textiles for the dead in their rituals. The significance of this study lies in its contribution to the understanding of the cultural richness and symbolism associated with textiles for death in Javanese Islam. As such, it can highlight the complexity of human experiences and beliefs surrounding the shroud."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Meylani Agustina Heruputeri
"Skripsi ini ingin melihat pengaruh dari preferensi risiko dan preferensi waktu terhadap keputusan migrasi pada individu usia kerja di Indonesia. Penelitian ini menggunakan data cross-section dengan analisis data sekunder menggunakan regresi logistik dari Survei Aspek Kehidupan Rumah Tangga (SAKERTI) gelombang 5 (2014). Hasil dari penelitian ini menemukan bahwa preferensi risiko dan preferensi waktu secara signifikan berkaitan dengan keputusan migrasi seseorang. Selain itu, terdapat faktor lain yang juga memengaruhi keputusan migrasi seperti faktor pribadi.

This thesis wants to look at the effect of risk preferences and time preferences on migration decisions among working age individuals in Indonesia. This research uses cross-section data with secondary data analysis using logistic regression from wave 5 (2014) of the Indonesian Family Life Survey (IFLS). The results of this study found that risk preferences and time preferences are significantly related with migration decisions. Apart from that, there are other factors that also affect migration decisions, such as personal factors."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agneta Yavelin
"Merek fesyen mewah memiliki prestise yang signifikan dalam sektor industri premium, menarik konsumen dengan kombinasi eksklusif antara kualitas, keahlian, dan ekspresi artistik. Merek-merek ini tidak hanya menyediakan produk kelas atas yang dibuat dari bahan terbaik, tetapi juga mengabadikan warisan mereka melalui desain sempurna dan daya tarik yang bertahan lama. Sebagai simbol status dan perwujudan dari gaya hidup tertentu, merek fesyen mewah secara konsisten memikat konsumen dengan kreasi visual yang menakjubkan, narasi pemasaran yang memikat, dan identitas merek yang kuat. Selain itu, investasi signifikan dalam praktik berkelanjutan dan inisiatif tanggung jawab sosial perusahaan membentuk kembali masa depan fesyen mewah, membuktikan bahwa merek-merek yang dihargai ini dapat beradaptasi dan berkembang di dunia yang terus berubah sambil tetap mempertahankan esensi kesenangan dan eksklusivitas mereka. Namun demikian, meskipun inflasi tinggi, ketidakpastian lapangan kerja, dan resesi yang membayangi, konsumen kaya masih membeli merek-merek mewah yang mahal ini. Studi ini mengeksplorasi dampak antara kebutuhan psikologis dan konsumsi barang mewah. Menggunakan Teori Kelas Kenyamanan Veblen (1899)-- menggunakan istilah "konsumsi yang mencolok" untuk menggambarkan barang dan jasa yang mahal, di mana Veblen menjelaskan tujuan konsumsi yang mencolok adalah untuk menunjukkan kekayaan dan posisi sosial, juga terintegrasi dengan kertas oleh Han, Nunes and Dreze (2010)--berisi penjelasan tentang The Luxury 4Ps, penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan kebutuhan psikologis induktif dan deduktif dari konsumsi barang mewah dan membuktikan bahwa tujuan dari konsumsi barang mewah adalah untuk menampilkan kekayaan dan status sosial.
Luxury fashion brands hold significant prestige within the premium sector of the industry, appealing to consumers with an exclusive combination of quality, craftsmanship, and artistic expression. These brands not only provide high-end products crafted from the finest materials but also perpetuate their legacy through impeccable design and enduring desirability. As status symbols and embodiments of a particular lifestyle, luxury fashion brands consistently captivate consumers with visually stunning creations, captivating marketing narratives, and powerful brand identities. Moreover, significant investments in sustainable practices and corporate social responsibility initiatives are reshaping the future of luxury fashion, proving that these cherished brands can adapt and thrive in a changing world while retaining their essence of indulgence and exclusivity. Nevertheless, despite high inflation, employment uncertainty, and looming recession, fake affluent consumers are still buying these pricey luxury brands. This study explores the impact between psychological needs and luxury consumption. Using Veblen's Theory of Convenience Classes (1899)-- using the term "conspicuous consumption" to describe expensive goods and services, in which Veblen explained the purpose of conspicuous consumption was to demonstrate wealth and social position, also integrated with the paper by Han, Nunes and Dreze (2010)--contains an explanation of The Luxury 4Ps, this study aims to explain the inductive and deductive psychological needs of luxury consumption and proves that the purpose of luxury consumption was to display wealth and social status."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2024
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Ratih Aulia Anggardiani
"Setelah Perang Dunia II, kesempatan untuk menempuh pendidikan tinggi dan bekerja bagi wanita Jepang semakin besar. Terbukanya kesempatan ini membuat wanita Jepang memiliki pilihan lain dalam hidupnya selain menikah. Dewasa ini, semakin banyak wanita yang memilih untuk berkarir dan tidak menikah. Meski memiliki kesuksesan dalam berkarir, ada pelabelan negatif bagi para wanita lajang tersebut, yakni “makeinu”. Dengan menggunakan metode kualitatif, tulisan ini mendeskripsikan fenomena makeinu, yang berkaitan dengan berubahnya cara pandang wanita Jepang terhadap pernikahan serta pelabelan kalah (make) terhadap wanita yang lebih memilih bekerja dibandingkan menikah dan melahirkan anak-anak.
Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa meski mendapat label negatif sebagai makeinu, sebenarnya para wanita lajang tersebut bukanlah orang-orang yang gagal. Mereka adalah orang yang mandiri secara ekonomi dan menikmati kebebasan yang mereka miliki. Selain itu, karena gambaran makeinu yang sedikit berbeda yang diperlihatkan oleh para selebritis Jepang di berbagai media massa belakangan ini, makeinu tidak lagi dilihat sebagai hal yang memalukan, melainkan dianggap sebagai cara hidup baru.

After World War II, the opportunity to get higher education and to work for Japanese women is rising. The rising of this opportunity has made the Japanese women have another choice in their lives besides marriage. Nowadays, more and more women choose for a career path and decide to live single. Despite having a success in career, there is a negative labeling for those single women, which is “makeinu”. By using qualitative method, this paper describes makeinu phenomenon, which is related to the change in the perspective of Japanese women toward marriage and labeling lose (make) for women who prefer to work than to marry and bear children.
From this study it can be concluded that despite getting a negative label as makeinu, actually these single women are not the ones who failed. In fact, they are economically independent and enjoying their freedom. Furthermore, due to the slighlty different image of makeinu which shown by Japanese women celebrities trough various mass media recently, makeinu is no longer seen as a shameful thing, but as a new way of life.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2013
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Yoseph Dias Abiandro Humeri
"ABSTRACT
This research examined whether two level aspects of teamwork, namely the team level team diversity and individual level preference of homogeneity, impacts the work satisfaction of an individual. Furthermore, the mediation effect of team effectiveness is also investigated in the relationship between team diversity and individual rsquo s satisfaction. The research involving 81 people in university level with various cultural background revealed that there is a negative relationship between the preference of homogeneity and individual satisfaction. Further, the study showed that team diversity leads to lower team effectiveness, but there is no evidence of whether it leads to lower satisfaction nor the mediation effect.

ABSTRAK
Karya tulis ini meneliti apakah dua tingkat dalam kerja sama tim, yaitu tingkat tim keberagaman tim dan tingkat individu preferensi homogenitas , mempengaruhi tingkat kepuasan individual. Selain itu, efek mediasi dari efektivitas tim juga diselidiki dalam hubungan antar keberagaman tim dan kepuasan individu. Penelitian yang melibatkan 81 orang di tingkat universitas dengan berbagai latar belakang budaya ini mengungkapkan bahwa adanya hubungan negative antara preferensi homogenitas dan kepuasan individu. Lebih lanjut, penelitian menunjukkan bahwa keragaman tim mengarah ke fektivitas tim yang lebih rendah, tetapi tidak ada bukti jelas apakah akan mengarah ke tingkat kepuasan dan mediasi yang lebih rendah. "
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Affandi Ismail
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara risk preference dan time preference dengan perangai konsumsi kalori yang terlihat dari parameter obesitas IMT. Studi ini menggunakan data Indonesia Family Life Survey (IFLS) untuk memperoleh informasi preferensi ekonomi, parameter obesitas, dan variabel kontrol lainnya. Selain efek langsung dari risk preference dan time preference terhadap obesitas, studi ini juga menganalisis efek mediasi kedua preferensi tersebut terhadap obesitas melalui aktivitas fisik dan proporsi pengeluaran makanan tinggi kalori/lemak. Hasil estimasi menunjukkan bahwa individu yang bersifat impatient memiliki kecenderungan untuk mengalami obesitas, sedangkan sifat risk tolerant tidak memiliki dampak langsung terhadap obesitas. Individu yang risk tolerant memiliki aktivitas fisik yang lebih banyak dari individu yang risk averse dan ditemukan bahwa aktivitas fisik menurunkan kemungkinan mengalami obesitas.

This study aims to examine the relationship between risk and time preference and the calorie consumption behavior seen from the obesity parameters of BMI. This study uses Indonesia Family Life Survey (IFLS) data to obtain information on economic preferences, obesity parameter, and other control variables. In addition to the direct effects of risk preference and time preference on obesity, this study also analyzes the mediating effect of both preferences on obesity through physical activity and proportion of high-calorie/fat food expenditure. Estimation results show that impatient individuals have a tendency to be obese, whereas risk tolerant trait does not have a direct impact on obesity. Risk tolerant individuals have more physical activity than risk averse individuals and it is found that physical activity decreases the likelihood of being obese."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2020
T55020
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Farah Diza
"Penelitian ini memberikan kontribusi berupa studi empiris risk preference dan time preference di Indonesia kaena merupakan alasan dasar pengambilan keputusan oleh individu. Penelitian ini mengestimasi pengaruh risk preference dan time preference orang tua terhadap keputusan imunisasi anak menggunakan data IFLS 2014. Imunisasi dasar bagi anak adalah keputusan yang dibuat oleh orang tua untuk anaknya. Pembentukan keputusan orang tua mempertimbangkan faktor uncertainty dari adverse events imunisasi dan preventable desease yang hendak dilawan melalui imunisasi. Riset di Amerika Serikat dan Jepang menunjukkan bahwa seseorang yang risk averse cenderung memilih untuk diimunisasi karena preventable desease dianggap beresiko terhadap kesehatan.
Namun penelitian ini menemukan bahwa risk aversion ibu berpengaruh negatif terhadap keputusan imunisasi anak, sedangkan time preference orang tua tidak berpengaruh signifikan terhadap keputusan imunisasi anak. Hal ini mengindikasikan bahwa resiko yang dianggap lebih membahayakan kesehatan anak adalah adverse events imunisasi bukan preventable desease. Kondisi ini dapat dijelaskan dengan model probability weight function dimana resiko adverse events yang kecil di-overvalue akibat perceived risk atas adverse events yang tinggi.

This study contributes to empirical studies of risk preference and time preference in Indonesia. These preferences are the basic reason for individual decision making. This study estimated the effect of parents risk preference and time preference on childrens immunization decisions using 2014 IFLS data. Parents make a decision to Immunize their children or not. In the decision-making process, parents consider the uncertainty about immunization such as the likelihood of preventable diseases and adverse events following immunization. Research in the United States and Japan show that someone who is a riskaverse tends to be immunized because of the risk of preventable disease.
However, this study finds that maternal risk aversion has a negative effect on children's immunization decisions, while parents time preference does not significantly influence childrens immunization decisions. This indicates parents consider that adverse events following immunization is more harmful to childrens health rather than the preventable disease. This condition can be explained by a probability weight function model where the risk of small adverse events is overvalued due to the high perceived risk to adverse events.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2019
T53795
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>