Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 165346 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Devi Fitriasari
"Tuberkulosis merupakan salah satu penyakit infeksi pernapasan. Terdapat peningkatan kasus tuberkulosis dari tahun ke tahun, sehingga perlu upaya untuk meningkatkan keberhasilan terapi tuberkulosis, salah satunya manajemen interaksi obat. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis potensi interaksi obat pada pasien tuberkulosis di Rumah Sakit Universitas Indonesia periode 2022 - 2023. Penelitian ini menggunakan desain studi cross-sectional, jenis data restrospektif dari rekam medis pasien TBSO dan TBRO mulai usia anak hingga lansia. Analisis interaksi menggunakan Lexi-Interact®. Pasien tuberkulosis paru di Rumah Sakit Universitas Indonesia mayoritas berjenis kelamin laki-laki (51,8%), berusia dewasa (38,2%), memiliki jenis tuberkulosis sensitif obat (56,4%), dan mayoritas pasien memiliki komorbid (81,8%). Hasil analisis menunjukkan dari 110 pasien tercatat sebanyak 256 jenis interaksi obat, berdasarkan kategori risiko sebanyak 14,8% interaksi tergolong kategori B (No action needed), 66.4% interaksi kategori C (Monitor therapy), 15,6% interaksi kategori D (Consider modification therapy), dan 3,1% interaksi kategori X (Avoid combination). Berdasarkan mekanisme, tercatat 33,2% interaksi memiliki mekanisme farmakokinetik, 50,4% mekanisme farmakodinamik, 1,9% mekanisme farmakokinetik dan farmakodinamik, dan 14,5% mekanisme tidak diketahui. Berdasarkan tingkat keparahan 24,2% termasuk kelompok minor, 62,9% kelompok moderate, dan 12,9% kelompok major. Berdasarkan tingkat reliabilitas hanya 0,8% dari 256 jenis interaksi termasuk poor, selain itu 62,1% termasuk fair, 31,6% termasuk good, dan 5,5% termasuk excellent. Hasil uji korelasi Spearman’s rho menunjukkan adanya korelasi antara jumlah potensi interaksi obat dengan jumlah obat (p<0,05). Selain itu, hasil uji beda rerata menunjukkan adanya perbedaan rerata interaksi obat pada variabel komorbid, kategori tuberkulosis, dan usia (p<0,05). Dapat disimpulkan terdapat berbagai macam interaksi obat yang berpotensi terjadi pada pasien tuberkulosis di Rumah Sakit Universitas Indonesia, sehingga tenaga kesehatan perlu mempertimbangkan adanya modifikasi terapi dan pemantauan lanjutan terhadap efek samping yang mungkin timbul dari adanya interaksi obat.

Tuberculosis is a respiratory infectious diseases. There is an increase in tuberculosis cases, so drug interaction management is needed to improve the therapy. This study aimed to analyze the potential drug interactions in tuberculosis patients at Universitas Indonesia Hospital for the period 2022 - 2023. The design is cross-sectional study, using retrospective data from all of pulmonary TB patients in age children until elderly. Interaction analysis using Lexi-Interact®. The majority of pulmonary tuberculosis patients at Universitas Indonesia Hospital were male (51.8%), aged adults (38.2%), had drug-sensitive tuberculosis (56.4%), and the majority of patients had comorbidities (81.8%). The results showed from 110 patients, 256 types of drug interactions were recorded. Based on the risk category, 14.8% category B (No action needed), 66.4% category C (Monitor therapy), 15.6% category D (Consider modification therapy), and 3.1% category X (Avoid combination). Based on mechanism, 33.2% of interactions had pharmacokinetic mechanism, 50.4% pharmacodynamic mechanism, 1.9% dual mechanism, and 14.5% unknown mechanism. Based on severity, 24.2% in the minor group, 62.9% in the moderate group, and 12.9% in the major group. Based on the level of reliability, only 0.8% from 256 types of interactions were poor, 62.1% were fair, 31.6% were good, and 5.5% were excellent. Spearman's rho correlation test results showed a correlation between the number of potential drug interactions with the number of drugs (p<0.05). Besides that, the mean difference test results showed a difference in the mean of drug interactions between variable comorbidities, tuberculosis categories, and age (p<0.05). The conclusion is there are various types of drug interactions in tuberculosis patients at Universitas Indonesia Hospital, so health workers should consider modifying therapy and monitoring of side effects that may arise from drug interactions."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adelia Suvina Febrila
"Tuberkulosis sensitif obat (TB SO) adalah penyakit infeksius yang utamanya disebabkan Mycobacterium tuberculosis tanpa bukti strain resisten terhadap Rifampisin dan Isoniazid. Pada tahun 2022, WHO menerima jumlah kasus baru TB paling banyak yang pernah dilaporkan (7,5 juta kasus) dan Indonesia menyusun kasus TB paling banyak kedua dari total kasus (10% kasus). Faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan minum OAT harus ditelaah untuk meningkatkan keberhasilan pengobatan OAT. Tujuan penelitian adalah menganalisis kepatuhan pengobatan dan faktor-faktor yang memengaruhinya secara signifikan terkait regimen TB SO di Rumah Sakit Universitas Indonesia (RS UI).  Desain studi yang digunakan adalah cross-sectional menggunakan data rekam medis pasien TB SO di RS UI dalam periode 2 tahun (1 Januari 2022–31 Desember 2023). Kepatuhan dihitung dengan proportion of days covered (PDC) dan hubungan antarvariabel dianalisis dengan Fisher’s Exact Test, dilanjutkan dengan analisis regresi logistik multivariat untuk mengontrol pengaruh variabel-variabel penelitian. Hasil penelitian menemukan bahwa dari 103 pasien TB SO rawat jalan di RS UI, 94 pasien tergolong memiliki kepatuhan tinggi (PDC ≥90%), 8 pasien tergolong memiliki kepatuhan moderat (PDC 80–89%), dan hanya 1 pasien tergolong tidak patuh (PDC <80%). Hasil uji Fisher’s Exact Test menggambarkan hubungan signifikan antara jenis kelamin dan kepatuhan (p = 0,044). Analisis regresi logistik multivariat menunjukkan bahwa berdasarkan Charlson Comorbidity Index (CCI), pasien tanpa derajat keparahan komorbiditas 8,3 kali lebih patuh dalam penggunaan obat dibandingkan pasien dengan derajat keparahan komorbiditas berat (aOR = 8,305; 95% CI 1,056—65,286; p = 0,044). Kesimpulan penelitian adalah derajat keparahan komorbiditas pasien berhubungan signifikan secara statistik terhadap kepatuhan pengobatan.

Drug sensitive tuberculosis (DS TB) is an infectious disease mainly caused by Mycobacterium tuberculosis without proof of strain resistance against Rifampicin and Isoniazid. In 2022, WHO received the highest number of TB new cases ever reported (7,5 million cases) and Indonesia comprised the second most out of total cases (10% of cases). Factors associated with anti-tuberculosis drugs adherence should be analyzed to increase TB treatment success rate. The purpose of the study is to analyze medication adherence and the factors significantly associated with DS TB regimen in the University of Indonesia Hospital (RS UI). The study design used is cross-sectional using medical record data of DS TB patients in RS UI within a 2 year period (1 January 2022–31 December 2023). Adherence is measured with proportion of days covered (PDC) and the relationship between variables is analyzed using Fisher’s Exact Test, continued with multivariate logistic regression to control the effect of study variables. This study found that within 103 DS TB outpatients in RS UI, 94 patients had high adherence (PDC ≥90%), 8 patients had moderate adherence (PDC 80–89%), and only 1 patient was classified as non-adherent (PDC <80%). Fisher’s Exact Test showed a significant relationship between gender and adherence (p = 0,044). Multivariate logistic regression analysis found that based on Charlson Comorbidity Index (CCI), group with no degree of comorbidity severity is 8,3 times more likely to adhere in taking medications than group with severe degree of comorbidity (aOR = 8,305; 95% CI 1,056—65,286; p = 0,044). This study concluded that severity of comorbidity has a statistically significant relationship with medication adherence."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Melda Nesta Febrina
"Corona virus disease 2019 (COVID 19) merupakan suatu penyakit yang disebabkan oleh Severe Acute Respiratory Syndrome Corona Virus-2 (SARS CoV-2) dan dinyatakan sebagai pandemi global oleh WHO pada 2020. Dalam pemberian terapi pasien ICU COVID-19, polifarmasi dan faktor risiko seperti komorbid menjadi perhatian utama yang dapat meningkatkan potensi interaksi obat dan mempengaruhi keberhasilan terapi. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis potensi interaksi obat serta faktor yang mempengaruhi pada pasien COVID-19 Intensive Care Unit Rumah Sakit Universitas Indonesia periode Januari sampai Desember 2021. Penelitian ini menggunakan desain studi cross-sectional dengan teknik consecutive sampling. Analisis dilakukan menggunakan instrumen Lexi-Interact®. Dari 113 sampel penelitian, didapatkan bahwa antivirus dan antibiotik terbanyak yang digunakan adalah remdesivir (84,7%) dan levofloksasin (75,22%). Hasil identifikasi potensi interaksi menunjukkan terdapat 457 jenis potensi interaksi obat dimana sebanyak 4% kategori X (hindari kombinasi), 14% kategori D (modifikasi terapi), 69% kategori C (pantau terapi), dan 13% kategori B (tidak perlu tindakan apapun). Hasil analisis korelasi Spearman’s rho menunjukkan terdapat korelasi antara jumlah obat dan jumlah komorbid terhadap potensi interaksi obat dengan koefien korelasi sebesar 0,656 dan 0,035. Kesimpulan dari penelitian ini adalah ditemukan berbagai jenis potensi interaksi pada pasien ICU COVID-19 sehingga diperlukan pemantauan lebih dalam dan pertimbangan untuk modifikasi terapi jika diperlukan.

Corona virus disease 2019 (COVID 19) is a disease caused by Severe Acute Respiratory Syndrome CoronaVirus-2 (SARS CoV-2) and was declared as a global pandemic by WHO in 2020. In providing therapy for COVID-19 ICU patients, polypharmacy and risk factor such as comorbidities are a major concern that can increase the potential of drug interactions and affect the success of therapy. This study aims to analyze the potential for drug interactions and the factors that influence COVID-19 Intensive Care Unit patients at the University of Indonesia Hospital from January to December 2021. This study used a cross-sectional study design with consecutive sampling technique. Analyzes were performed using the Lexi-Interact® instrument. Of the 113 patients, the most frequently antivirals and antibiotics used were remdesivir (84.7%) and levofloxacin (75.22%). There were 457 types of potential drug interactions, around 4% category X (avoid combinations), 14% category D (consider therapy modification), 69% category C (monitor therapy), and 13% category B (no action needed). ). The results of the Spearman's rho correlation analysis showed that there were a correlation between the number of drugs and the number of comorbidities on the potential of drug interactions with correlation coefficients values are 0.656 and 0.035. The conclusion of this study is various potential drug interactions in COVID-19 ICU patients were found so patient should be closely monitored and consider modifying therapy if needed."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Putri Wijayanti
"Coronavirus Disease 2019 masih menjadi permasalahan kesehatan global sampai saat ini. Pengobatan COVID-19 belum definitif sehingga penggunaan terapi yang sudah ada dengan profil keamanan yang terbukti menjadi strategi yang menjanjikan. Informasi mengenai keamanan obat sudah diketahui, tetapi data terkait interaksi obat masih terbatas. Polifarmasi, usia, dan jumlah komorbiditas juga menjadi prediktor penting dari interaksi obat yang merugikan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis potensi interaksi obat dan faktor-faktor yang memengaruhi potensi interaksi obat pada pasien COVID-19 rawat inap di Rumah Sakit Universitas Indonesia periode Januari sampai Desember 2021. Penelitian ini merupakan penelitian cross-sectional retrospektif. Pengambilan sampel penelitian dari rekam medis dilakukan dengan metode konsekutif. Potensi interaksi obat diperiksa dengan referensi online Lexi-interact®. Potensi interaksi obat yang terdeteksi pada 206 pasien berjumlah 272 kasus dengan 23,9% kategori B, 61,4% kategori C, 10,7% kategori D, dan 4% kategori X. Potensi interaksi obat dengan kejadian paling tinggi pada kategori B terjadi pada parasetamol dan favipiravir (25 kasus), kategori C pada levofloksasin dan deksametason (27 kasus), kategori D pada ondansetron dan domperidon (13 kasus) dan kategori X pada kalium klorida dan loratadin dan pseudoefedrin (2 kasus). Hasil uji korelasi Spearman’s rho menunjukkan adanya korelasi positif dengan nilai p<0,05 antara usia, jumlah obat, dan komorbiditas dengan potensi interaksi obat. Kesimpulan dari penelitian ini adalah terdapat potensi interaksi obat yang beragam serta adanya hubungan antara usia, jumlah obat, komorbiditas terhadap potensi interaksi obat pada pasien COVID-19 rawat inap di Rumah Sakit Universitas Indonesia periode Januari sampai Desember 2021.

Coronavirus Disease 2019 is still a global health issue to date. The treatment of COVID-19 is not yet definitive so the use of existing therapies with a proven safety profile is a promising strategy. Information regarding drug safety is well known, but data related to drug interactions are still limited. Polypharmacy, age, and the number of comorbidities are also important predictors of adverse drug interactions. This study aims to analyze the potential drug interactions and the factors that influence drug interactions in COVID-19 inpatients at the University of Indonesia Hospital from January to December 2021. This study is a retrospective cross-sectional study. Research sampling from medical records was performed by consecutive methods. Potential drug interactions are examined with Lexi-interact® online reference. Potential drug interactions detected in 206 patients accounted for 272 cases with 23.9% category B, 61.4% category C, 10.7% category D, and 4% category X. Potential drug interactions with the highest incidence in category B occured in paracetamol and favipiravir (25 cases), category C in levofloxasin and dexamethasone (27 cases), category D in ondansetron and domperidone (13 cases) and category X in potassium chloride and loratadine and pseudoephedrin (2 cases). The results of Spearman's rho correlation test showed a positive correlation with a p value <0.05 between age, the number of drugs, and comorbidity with the potential drug interaction. The conclusion of this study is that there are various potential drug interactions and there are relation between age, number of drugs, comorbidities to the potential drug interactions in COVID-19 inpatients at the University of Indonesia Hospital from January to December 2021."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sakinah
"Pada pengobatan Tuberkulosis Resistan Obat (TB RO), ada kemungkinan pasien mengalami Kejadian Tidak Diinginkan (KTD). KTD serius dapat menyebabkan kematian, keadaan yang mengancam yang jiwa, kecacatan permanen, dan memerlukan perawatan di rumah sakit. Maka dari itu, setiap fasilitas kesehatan TB RO perlu mencatat dan melaporkan KTD Serius. Tujuan dari tugas khusus ini adalah untuk mencatat dan menganalisis KTD Serius pada pasien TB RO di Rumah Sakit Universitas Indonesia pada periode Juli – November 2022. KTD Serius pada pasien TB RO dilihat dari Catatan Perkembangan Pasien Terintegrasi (CPPT) pada sistem AFYA Rumah Sakit Universitas Indonesia. Kemudian KTD serius dicatat ke dalam Formulir Pelaporan KTD Serius dan dianalisis. Hasil menunjukkan bahwa ditemukan 8 pasien TB RO yang mengalami KTD serius dan 3 pasien diantaranya mengalami KTD serius sebanyak 2 kali sehingga total ada 11 laporan KTD serius. KTD serius yang ditemukan pada pasien antara lain sesak napas (72,7%), mual muntah (36,4%), nyeri (36,4%), gangguan pencernaan (18,2%), demam (18,2%), batuk darah (9%), dan ruam gatal (9%). Kesimpulannya adalah terdapat sebanyak 11 laporan KTD serius pada pasien TB RO dan KTD serius yang paling banyak ditemukan pada pasien adalah sesak napas.

In the treatment of drug-resistant Tuberculosis (DR TB), there is a possibility that the patient will experience an adverse event. Serious adverse events can cause death, life-threatening conditions, permanent disability, and hospitalization. Therefore, every DR TB health facility needs to record and report serious adverse events. The purpose of this special assignment was to record and analyze serious adverse events in DR TB patients at the Universitas Indonesia Hospital in the period July – November 2022. Serious adverse events in DR TB patients can be seen from the integrated patient progress record in the Universitas Indonesia Hospital AFYA system. Then the serious adverse event was recorded on the serious adverse event reporting form and analyzed. The results showed that there were 8 DR TB patients who had serious adverse events, and 3 of them had two serious adverse events, for a total of 11 serious adverse events reported. Serious adverse events found in patients included shortness of breath (72.7%), nausea, vomiting (36.4%), pain (36.4%), digestive disorders (18.2%), fever (18.2%), coughing up blood (9%), and an itchy rash (9%). In conclusion, there were 11 reports of serious adverse events in DR TB patients, and the most common serious adverse event found in patients was shortness of breath."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Faathimah Adiibah
"Penyakit jantung merupakan salah satu penyakit kronis yang paling umum dan berbahaya di dunia. Penderita penyakit jantung seringkali memerlukan pengobatan jangka panjang yang melibatkan penggunaan beberapa jenis obat secara bersamaan untuk mengendalikan gejala, mengurangi risiko komplikasi, dan meningkatkan kualitas hidup. Terapi obat ini dapat menjadi kompleks, dan penggunaan obat-obatan yang berbeda secara bersamaan meningkatkan risiko terjadinya interaksi obat. Kajian ini bertujuan untuk mengevaluasi dan memahami kemungkinan interaksi antara obat-obatan yang diberikan kepada pasien penyakit jantung di Rumah Sakit Universitas Indonesia. Penelitian ini dilakukan dengan metode analisis deskriptif berdasarkan data resep pasien yang menjalani pengobatan di Rumah Sakit Universitas Indonesia selama periode September - Oktober 2023. Hasil kajian menunjukkan adanya beberapa interaksi obat yang berpotensi menurunkan efektivitas pengobatan atau meningkatkan risiko efek samping. Pemahaman yang lebih baik tentang interaksi obat diharapkan dapat meningkatkan kualitas perawatan pasien penyakit jantung.

Heart disease is one of the most common and dangerous chronic diseases in the world. Patients with heart disease often require long-term treatment that involves the use of multiple types of medications simultaneously to control symptoms, reduce the risk of complications, and improve quality of life. This drug therapy can be complex, and the use of different medications together increases the risk of drug interactions. This study aims to evaluate and understand the potential interactions between medications given to heart disease patients at the University of Indonesia Hospital. The research was conducted using a descriptive analysis method based on patient prescription data undergoing treatment at the University of Indonesia Hospital during the period of September - October 2023. The study results indicate several drug interactions that may reduce treatment effectiveness or increase the risk of side effects. Better understanding of drug interactions is expected to improve the quality of care for heart disease patients.

 

"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Lola Miftahul Fidini
"Apoteker memiliki peranan penting dalam melakukan pekerjaan kefarmasian. Berpartisipasi langsung dalam praktik kerja kefarmasian merupakan salah satu hal penting yang dilakukan untuk menjadi seorang apoteker profesional. Oleh karena itu, sebagai bekal dan pengalaman dalam memahami peran apoteker dalam dunia kerja, para calon apoteker diwajibkan untuk menjalani praktik kerja profesi. Praktik Kerja Profesi Apoteker dilaksanakan di RS UI periode Juli-Agustus 2022.

Pharmacists have an important role in doing pharmaceutical practice. Participating directly in the practice of pharmacy work is one of the important things to do to become a professional pharmacist. Therefore, as a provision and experience in understanding the role of pharmacists in the world of work, prospective pharmacists are required to undergo professional work practices. The Professional Practice of Pharmacist is held Matraman University of Indonesian Hospital periode July - August 2022.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Catur Putri Miftahul Jannah
"Hipertensi merupakan penyakit yang banyak di temukan di Indonesia, biasanya didefinisikan dengan peningkatan kronis tekanan arteri sistemik di atas nilai ambang tertentu dan ditentukan oleh jumlah darah yang dipompa oleh jantung dan resistensi arteri. Akibatnya, jantung bekerja lebih keras dan tekanan darah yang mengalir melalui pembuluh darah meningkat. Penyebab hipertensi dibedakan menjadi dua yaitu yaitu hipertensi primer dan hipertensi sekunder. hipertensi primer atau biasa disebut hipertensi esensial mendapatkan 95% penyebab hipertensi, dan 5% merupakan penyebab hipertensi sekunder yang disebabkan oleh penyakit ginjal atau biasa disebut dengan hipertensi renal. Penderita hipertensi ginjal biasanya mendapatkan jumlah obat yang lebih banyak dari penyakit hipertensi saja. Hal ini menyebabkan adanya lebih banyak interaksi obat yang terjadi, sehingga perlu dilakukan evaluasi pada setiap resep pasien dan juga pasien polifarmasi hipertensi. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis potensi interaksi obat dan memberikan solusi penanganan pada pasien poli hipertensi ginjal yang mendapatkan polifarmasi di Rumah Sakit Universitas Indonesia. Penelitian ini dilaksanakan dengan pengumpulan data variabel untuk mendapatkan gambaran interaksi obat pada pasien polifarmasi. Pengambilan data dilakukan secara retrospektif yaitu dengan melakukan penelusuran dokumen terdahulu pada resep dan web afya di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Universitas Indonesia. Hasil penelitian ini menunjukkan persentasi potensi interaksi obat minor didapatkan sebanyak 65%, moderat 60%, dan mayor 15%.

Hypertension is a disease that is often found in Indonesia, usually defined by a chronic increase in systemic arterial pressure above a certain threshold value, and is determined by the amount of blood pumped by the heart and arterial resistance. As a result, the heart works harder and the blood pressure flowing through the blood vessels increases. The causes of hypertension are divided into two, namely primary hypertension and secondary hypertension. Primary hypertension or what is usually called essential hypertension accounts for 95% of the causes of hypertension, and 5% is the cause of secondary hypertension which is caused by kidney disease or what is usually called renal hypertension. Renal hypertension sufferers usually receive a greater amount of medication than those with hypertension alone. This causes more drug interactions to occur, so it is necessary to evaluate each patient's prescription and also hypertensive polypharmacy patients. This study aims to analyze potential drug interactions and provide treatment solutions for renal poly hypertension patients who receive polypharmacy at the University of Indonesia Hospital. This research was carried out by collecting variable data to obtain an overview of drug interactions in polypharmacy patients. Data collection was carried out retrospectively, namely by searching previous documents on prescriptions and the AFYA website at the Outpatient Installation of the University of Indonesia Hospital. The results of this study showed that the percentage of potential minor drug interactions was 65%, moderate 60%, and major 15%.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ririn Ayudiasari
"Tren angka putus berobat pada pasien TBC RO cenderung fluktuatif. Angka putus berobat TBC RO pada tahun 2020 sebesar 19%, angka ini menurun dibandingkan tahun 2019 sebesar 22% dan 2018 sebesar 27%. Angka putus berobat ini memberikan dampak yang besar bagi indikator program tuberkulosis nasional yang secara tidak langsung memengaruhi keberhasilan pengobatan TBC RO yang belum mencapai target 80%. Penelitian terdahulu menyebutkan kejadian putus berobat ini dipengaruhi oleh faktor karakteristik individu, faktor perilaku, dan faktor lingkungan. Akan tetapi, penyebab pasti dari kejadian putus berobat pasien TBC RO di Indonesia belum banyak diketahui. Penelitian ini bertujuan untuk melihat faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan kejadian putus berobat pada pasien TBC RO di Indonesia Tahun 2022-2023. Sampel penelitian ini adalah semua kasus pasien TBC RO di Indonesia yang memulai pengobatan pada tahun 2022-2023 dan telah memiliki hasil akhir pengobatan dinyatakan sembuh, pengobatan lengkap, dan putus berobat pada Mei 2024. Hasil penelitian menunjukkan terdapat 11,04% paseien TBC RO mengalami putus berobat. Terdapat hubungan antara faktor umur, jenis kelamin, status HIV, status DM, jenis resistansi, kategori panduan OAT, dan jenis fasyankes terhadap kejadian putus berobat pada pasien TBC RO. Sedangkan faktor riwayat pengobatan dan wilayah fasyankes tidak menunjukan adanya hubungan yang signifikan dengan kejadian putus berobat. Perluasan fasyankes pelaksana layanan TBC RO dan kolaborasi antara fasyankes dan komunitas TB dalam melakukan pendampingan dan memberikan dukungan psikososial dapat membantu mencegah terjadinya kejadian putus berobat pada pasien TBC RO di Indonesia.

The trend of treatment loss to follow up (LTFU) rates in DR-TB patients tends to fluctuate. The DR-TB treatment LTFU 2020 was 19%, this number decreased compared to 2019 of 22% and 2018 of 27%. LTFU have a major impact on national TB programme indicators, which indirectly affect the success of DR-TB treatment, which has not yet reached the 80% target. Previous studies have found that LTFU is influenced by individual characteristics, behavioural factors, and environmental factors. However, the exact causes of LTFU among DR-TB patients in Indonesia are still unknown. This study aims to find out what factors are associated with the incidence of LTFU in patients with DR-TB in Indonesia in 2022-2023. The sample of this study was all DR-TB patients in Indonesia who started treatment in 2022-2023 and had the final results of treatment declared cured, complete treatment, and LTFU in May 2024. The results showed that 11.04% of patients with DR-TB had loss to follow up of TB treatment. There was an association between age, gender, HIV status, DM status, type of resistance, OAT guideline category, and type of health facility with LTFU in patients with DR-TB. Meanwhile, the treatment history and health facility region did not show a significant association with LTFU. Expansion of health facilities providing DR-TB treatment and collaboration between health facilities and TB communities in assisting and providing psychosocial support can help prevent LTFU among patients with DR-TB in Indonesia."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Adzka Khairiy Nazmi
"Kasus positif Covid-19 yang berkembang pesat di Indonesia harus diimbangi dengan kualitas penanganan yang baik, salah satunya dengan menjanjikan peningkatan jumlah pasien sembuh. Favipiravir merupakan obat antivirus yang efektif menghambat infeksi virus Covid-19. Dalam penggunaan dan peresepan favipiravir sebagai obat antivirus, dapat terjadi kesalahan yang akan menyebabkan pengobatan bagi pasien Covid-19 tidak efektif, salah satunya adalah Masalah Terkait Obat (MTO). Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis MTO pada pasien Covid-19 dengan terapi favipiravir di Rumah Sakit Universitas Indonesia tahun 2021. Desain penelitian yang digunakan merupakan penelitian cross sectional. Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yang diambil secara retrospektif dari rekam medis dan Catatan Perkembangan Pasien Terintegrasi (CPPT) pasien. Klasifikasi masalah terkait obat yang digunakan dalam penelitian ini mengacu pada klasifikasi Hepler dan Strand. Analisis dilakukan terhadap 131 pasien Covid-19 yang memenuhi kriteria inklusi. Hasil dari penelitian menunjukkan adanya masalah terkait obat pada pasien Covid-19 dengan terapi favipiravir di RSUI tahun 2021 sebanyak 92 kejadian dengan persentase interaksi obat sebesar 58,69%, Reaksi Obat Tidak Diinginkan (ROTD) sebesar 22,83%, kegagalan dalam penerimaan obat sebesar 10,87%, dosis subterapi sebesar 6,52%, dosis berlebih sebesar 1,09%, kesalahan pemilihan obat sebesar 0,0%, penggunaan obat tanpa indikasi sebesar 0,0%, dan indikasi yang tidak diobati sebesar 0,0%. Berdasarkan hasil analisis tersebut, dapat disimpulkan pasien Covid-19 dengan terapi favipiravir di Rumah Sakit Universitas Indonesia berpotensi mengalami masalah terkait obat, yang mana MTO yang paling banyak terjadi adalah interaksi obat.

Positive cases of Covid-19 which are increasing rapidly in Indonesia must be improved with good quality of treatment, one of which is by increasing the number of recovered patients. Favipiravir is an antiviral drug that is effective at preventing infection with the Covid-19 virus. In the use and prescribing of favipiravir as an antiviral drug, errors can occur that will cause treatment for Covid-19 patients to be ineffective, one of which is Drug Related Problems (DRP). This study aims to analyze DRP in Covid-19 patients with favipiravir therapy at the University of Indonesia Hospital in 2021. The study design used was a cross-sectional study. The data used in this study are secondary data taken retrospectively from the patient's medical records and Integrated Patient Development Records. The classification of drug-related problems used in this study refers to the Hepler and Strand classification. The analysis was carried out on 131 Covid-19 patients who met the inclusion criteria. The results of the study showed that there were drug-related problems in Covid-19 patients with favipiravir therapy at University of Indonesia Hospital in 2021 as many as 92 incidents with the proportion of events for drug interactions is 58.69%, Adverse Drug Reactions is 22.83%, failure to receive drugs is 10.87%, subtherapeutic dosage is 6.52%, overdosage is 1.09%, improper drug selection is 0,0%, drug use without indication is 0.0%, and untreated indication is 0.0%. Based on the results of this analysis, it is certain that Covid-19 patients with favipiravir therapy at the University of Indonesia Hospital is experiencing drug-related problems, which the most DRP occurs is drug interactions."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>