Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 68460 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Deas Tiansya Buditami
"Hadirnya era globalisasi ditandai dengan semakin majunya perkembangan teknologi dan informasi. Dampak tersebut meluas ke berbagai kelompok, termasuk masyarakat paguyuban Jawa yang tradisional. Dengan adanya pertemuan antara pemikiran tradisional dan modern yang diekspresikan melalui teknologi digital menjadi suatu permasalahan pada penelitian ini. Penelitian ini bertujuan untuk merumuskan hasil sintesis dari adanya perpaduan pemikiran tradisional-modern yang terdapat pada film pendek Nyengkuyung berdasarkan teori dialektika. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan objektif dengan metode kualitatif deskriptif dan metode transkripsi dengar-tulis. Lalu, kerangka teori yang digunakan adalah filsafat dan nilai moral yang merujuk pada prinsip rukun dan hormat. Data yang digunakan berasal dari film pendek Nyengkuyung yang dirilis di saluran YouTube. Hasilnya, masyarakat paguyuban yang direpresentasikan sebagai budaya lokal dan bertindak sebagai tesis mampu memanfaatkan teknologi digital untuk melestarikan budaya tradisional. Hal tersebut dipengaruhi karena adanya proses pemikiran dialektika berupa evolusi, perkembangan, dan kemajuan. Meskipun budaya global yang diwakili oleh teknologi modern telah hadir di tengah-tengah masyarakat paguyuban dan menjadi antitesis bagi nilai-nilai tradisional, mereka tetap teguh memegang kepercayaan leluhur yang mereka yakini mampu menyelesaikan masalah yang ada. Oleh karena itu, hal tersebut menjadi salah satu bukti terjadinya perpaduan pemikiran tradisional-modern yang digambarkan melalui teknologi modern melalui proses dialektika tesis-antitesis-sintesis.

The advent of globalization has been marked by the rapid advancement of technology and information. The impact of this phenomenon has permeated various groups, including the traditional Javanese paguyuban communities. The intersection of traditional and modern thought, expressed through digital technology, forms the crux of this research. This study aims to formulate a synthesis of the traditional-modern thought fusion evident in the short film Nyengkuyung, employing Hegel's dialectical theory. The study adopts an objective approach, utilizing qualitative descriptive and transcription methods. The theoretical framework draws upon philosophy and moral values, adhering to the principles of harmony and respect. Data is derived from the short film Nyengkuyung, released on YouTube. The findings reveal that the paguyuban community, representing local culture and acting as the thesis, effectively harnesses digital technology to preserve traditional practices. This is attributed to the process of dialectical thinking, encompassing evolution, development, and progress. Despite the presence of global culture, represented by modern technology, which serves as the antithesis to traditional values, the paguyuban community remains steadfast in upholding their ancestral beliefs, perceived as capable of resolving prevailing issues. Therefore, this fusion of traditional and modern thought, depicted through modern technology within the thesis-antithesis-synthesis dialectical process, serves as a testament to the adaptability and resilience of traditional cultures in the face of globalization."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Revikasa
"Artikel dengan judul “Aspek kebohongan dalam Film Pendek Pemean” ini menggunakan pendekatan kualitatif dan menggunakan metode analisis semiotika model Ferdinand De Saussaur. Artikel ini menggunakan film pendek Pemean yang disutradarai oleh Thomas Kris dan di produksi oleh Paniradya Kaistimewaan sebagai objek penelitian. Dalam tugas akhir ini terdapat dua pertanyaan penelitian yaitu:1) Apa makna film pendek Pemean dalam analisis semiotika Ferdinand De Saussure? 2) Pandangan budaya Jawa dalam fenomena yang terjadi dalam film pendek Pemean. Untuk dapat menjawab pertanyaan penelitian tersebut, penulis melakukan tahapan penelitian yakni pengumpulan data yang dilakukan dengan mentranskripsi objek penelitian kedalam bentuk naskah dialog dan mengelompokkan data yang mendukung topik penelitian. Selanjutnya dilakukan tahapan analisis data yang sudah dikelompokkan dengan menggunakan teori dan metode penelitian yang digunakan dan mengaitkannya dengan pemikiran budaya Jawa.. Hasil akhir menyimpulkan bahwa dalam film pendek Pemean ditemukan petanda dan penanda sikap Konsumerisme dan Hedonisme, Eksistensi Diri, Kurang Empati, dan Narsistik. Sikap-sikap tersebut merupakan sikap yang tidak sesuai dalam kebudayaan Jawa karena manusia Jawa pada dasarnya sudah diajarkan oleh leluhur untuk selalu memperhatikan moral dan akhlak yang baik, seperti selalu bersikap andhapasor, prasaja, dan tepa salira.

This article with the title "Aspects of lying in the Short Film Pemean" uses a qualitative approach and uses the Ferdinand De Saussaur model of semiotic analysis method. This article uses the short film Pemean, directed by Thomas Kris and produced by Paniradya Kaistimewaan, as a research object. In this final assignment there are two research questions, namely: 1) What is the meaning of the short film Pemean in Ferdinand De Saussure's semiotic analysis? 2) Javanese cultural views in the phenomena that occur in the short film Pemean. To be able to answer these research questions, the author carried out research stages, namely data collection which was carried out by transcribing research objects into dialogue script form and grouping data that supports the research topic. Next, the data analysis stage was carried out which had been grouped using the theories and research methods used and linking them to Javanese cultural thought. The final results concluded that in the short film Pemean, signs and attitudes of consumerism and hedonism, self-existence, lack of empathy and narcissism were found. These attitudes are attitudes that are not appropriate in Javanese culture because Javanese people have basically been taught by their ancestors to always pay attention to good morals and morals, such as always being andhapasor, prasaja, and tepa salira."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Desty Ayu Dewanty
"Kriminalitas merupakan masalah sosial yang signifikan dan terus berkembang seiring dengan peradaban manusia. Salah satu bentuk kriminalitas yang serius adalah kriminalitas akibat penyalahgunaan kekuasaan, di mana individu yang memiliki otoritas atau kekuasaan cenderung melakukan tindak kriminal. Kriminalitas merupakan tema utama yang terdapat pada film Loz Jogjakartoz. Penelitian ini bertujuan untuk memahami bentuk-bentuk kriminalitas dan dinamika psikologis yang mempengaruhi tindakan kriminalitas oleh individu yang berkuasa dalam film Loz Jogjakartoz. Metode yang digunakan adalah deskriptif kualitatif dengan teori psikoanalisis Sigmund Freud. Data yang didapat berupa dialog dan adegan dalam film Loz Jogjakartoz (2021). Hasil analisis menunjukkan bahwa terdapat bentuk kriminalitas berupa kriminalitas fisik seperti penganiayaan ringan, penganiayaan berat, dan penyerangan dengan senjata tajam; kriminalitas terhadap harta benda berupa penipuan transaksi dan perampasan kepemilikan; serta kriminalitas kerah putih seperti pemerasan halus dan penyuapan. Hal ini merupakan bentuk-bentuk penyalahgunaan kekuasaan yang teridentifikasi dalam film. Dinamika psikologis pelaku menunjukkan kompleksitas motivasi dan justifikasi moral yang digunakan untuk melegitimasi tindakan kriminalitas mereka. Penelitian ini memberikan wawasan mengenai fenomena kriminalitas akibat penyalahgunaan kekuasaan serta faktor-faktor psikologis yang mendasarinya.

Crime is a significant social problem that continues to evolve along with human civilization. One serious form of criminality is criminality due to abuse of power, where individuals who have authority or power tend to commit crimes. Criminality is a major theme found in the movie Loz Jogjakartoz. The purpose of this research is to better understand the forms of criminality and the psychological dynamics that impact criminal behavior by individuals in positions of authority in the film Loz Jogjakartoz. The method used is descriptive-qualitative, according to Sigmund Freud's psychoanalysis theory. The data obtained is in the form of dialogues and scenes in the film Loz Jogjakartoz (2021). The results of the analysis show that there are forms of criminality in the form of physical criminality such as light maltreatment, serious maltreatment, and assault with sharp weapons; criminality against property in the form of fraudulent transactions and deprivation of ownership; and white-collar criminality such as subtle extortion and bribery. These are the forms of abuse of power identified in the movie. The psychological dynamics of the perpetrators show the complexity of motivations and moral justifications used to legitimize their criminal acts. This research provides insight into the phenomenon of criminality due to abuse of power and the underlying psychological factors.

 

"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Widya Arafah Abdul Rohim
"Makalah Ilmiah Akhir yang saya buat, secara singkat bercerita melalui sudut pandang ‘saya’ dalam proses membuat karya film pendek ‘Lalu’. Mulai pada tahap pra produksi hingga distribusi dan eksibsi. Ide yang pada mulanya saya ciptakan seorang diri, dalam prosesnya kian bertambah, berkurang bahkan berubah. Seluruh pengalaman yang saya lalui membawa saya pada kesimpulan bahwa pembuatan karya tidak hanya melibatkan saya seorang tetapi juga menyertai material serta kolaborator yang terlibat. Seluruh elemen tersebut pada akhirnya berkorespondensi sehingga menciptakan transformasi pada karya yang berbeda pada ide awal. ‘Saya’ dalam kisah ini diposisikan sebagai seorang Director film ‘Lalu’ namun, pada beberapa bagian menjadi Screenplay Writer dan Editor.

This final scientific paper simply depicts the process of making a short film titled ‘Lalu’ through the perspective of ‘I’. The process includes pre-production until distribution and exhibition. My initial idea, through the process underwent additions, subtractions, and/or substitutions. My experience brought me to the conclusion that the process of making a film does not only involve myself as a creator but also, the materials and the collaborators. The elements are going to correspond thus make a transformation for the creation itself. Which can be different from the initial idea. ‘I’ in this narration are going to be positioned as the director of the short film ‘Lalu’. However, in several parts, would become Screenplay writer and Editor."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Ainun Sumantri
"Penelitian ini bertujuan untuk melihat perbedaan dari film pendek HANA yang diadaptasi dari cerpen “Hana” karya Akutagawa Ryunosuke dan mengaitkannya dengan kondisi sosial budaya masyarakat Jepang pada saat film pendek HANA diproduksi. Penelitian ini akan menggunakan teori adaptasi dari Linda Hutcheon (2006) dan konsep Beauty Myth dari Naomi Wolf dengan metode analisis teks dari sudut pandang feminisme. Dari hasil analisis tersebut, ditemukan bahwa sekalipun tokoh utama dalam cerpen Hana dan film HANA sama-sama tidak puas dengan bagian tertentu dari tubuhnya, tetapi ada dua perbedaan yang mencolok, yaitu deskripsi tokoh protagonis dan masalah yang menimpanya. Dalam cerpen Hana, protagonis adalah pendeta laki-laki dengan permasalahan hidung panjang, sedangkan dalam film pendek HANA, protagonis adalah gadis SMA dengan permasalahan payudara kecil. Ditemukan juga adanya suatu standar kecantikan ideal yang mengikat tubuh perempuan di Jepang, khususnya payudara, sehingga perempuan tidak memiliki kuasa akan tubuhnya sendiri. Jika dikaitkan dengan berbagai permasalahan mengenai payudara kecil yang terjadi di Jepang, film ini dapat dimaknai sebagai refleksi terhadap standar kecantikan berdasarkan norma patriarki yang masih membebani perempuan di Jepang.
Kata kunci: Cerita pendek; Hana; Payudara kecil; Kecantikan ideal; Adaptasi; Feminisme

This study aims to find differences from the short film HANA which was adapted from the short story “The Nose” by Akutagawa Ryunosuke by linking it to the Japanese socio-culture condition when this short film was produced. This study will use adaptation theory from Linda Hutcheon (2006) and the Beauty Myth concept from Naomi Wolf with textual analysis method from feminism perspective. From the results of the analysis, there were similarity between the protagonists, both of them were dissatisfied with certain parts of their bodies, but there were also two major differences, the description of protagonists and the problems they have. In The Nose, the protagonist is a male monk with a long nose as his problem, meanwhile in short film HANA, the protagonist is a high school girl with small breasts as her problem. There’s also an ideal beauty standard that binds the females’ bodies in Japan, especially breasts, which make females don’t have power over their own bodies. Linked to various problems regarding small breasts that occur in Japan, this film can be interpreted as a reflection of beauty standard based on patriarchal norms which still burdening females in Japan.
Keywords: Short story; The nose; Small breasts; Beauty ideal; Adaptation; Feminism
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Cooper, Pat
New York: Focal Press, 2005
808.2 COO w
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Jasmine Nur Arifah Yaza
"Karya sastra merupakan representasi kenyataan sosial yang di dalamnya mengandung nilai-nilai kehidupan. Salah satu bentuk karya sastra adalah film. Penelitian ini membahas apa nilai-nilai etika Jawa yang terkandung dalam film pendek Tanah Kalurahan karya Paniradya Kaistimewan. Tujuan penelitian adalah untuk memahami etika Jawa melalui analisis struktur logis dan representasi budaya Jawa mendasarkan pada konsep etika Jawa sebagaimana disampaikan oleh Magnis-Suseno (1984), serta bagaimana etika tersebut direpresentasikan melalui bahasa, tanda, dan gambar. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif dengan pendekatan objektif melalui analisis dialog dan tangkapan layar dari adegan film. Data dianalisis menggunakan metode Miles dan Huberman (1992) yang meliputi reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Penelitian ini berfokus pada empat topik etika Jawa yaitu: sikap batin yang tepat, tindakan yang tepat dalam dunia, tempat yang tepat, dan pengertian yang tepat. Hasil penelitian menemukan representasi nilai etika Jawa melalui dua unen-unen bahasa Jawa yaitu sepi ing pamrih rame ing gawe dan andhap asor serta sikap ngapurancang. Penelitian ini memberikan pemahaman tentang bagaimana etika Jawa mempengaruhi interaksi sosial, hubungan antarindividu, dan keselarasan sosial dalam masyarakat.

Literary works are representations of social reality which contain life values. One form of literary work is film. This research discusses the Javanese ethical values contained in the short film Tanah Kalurahan by Paniradya Kaistimewan. The aim of the research is to understad Javanese ethics through analysis of the logical structure and representation of Javanese culture based on the concept of Javanese ethics as presented by Magnis-Suseno (1984), along with how these ethics are represented through language, signs, and images. The research method used is dercriptive qualitative with an objective approach through analysis of dialogue and screen captures from film scenes. Data were analyzed using the Miles and Huberman (1992) method which including data reduction, data display, and conclution drawing. This research focuses on four topics of Javanese ethics, namely: the right inner attitude, the right action in the world, the right place, and the right understanding. The results of the research found a representation of Javanese ethical values through two Javanese language adages, namely sepi ing pamrih rame ing gawe and andhap asor as well as the ngapurancang attitude. This research provides an understanding of how Javanese ethics influences social interactions, relationships between individuals, and social harmony in society.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Salsabila Erlindita
"Dinamika masyarakat yang kompleks sangat memungkinkan terjadinya konflik sosial antar individu atau kelompok masyarakat. Konflik sosial tidak terjadi apabila kondisi masyarakatnya harmonis atau memiliki keselarasan sosial (social harmony). Masyarakat Jawa memiliki kaidah sikap-sikap untuk menghindari konflik dan menciptakan keselarasan sosial, salah satunya adalah sikap prasaja. Melalui film pendek berjudul Prasaja karya Paniradya Kaistimewan dapat diketahui realitas kelompok masyarakat di Yogyakarta yang didalamnya terdapat implementasi sikap prasaja. Tujuan penelitian adalah mengungkap adanya implementasi sikap prasaja dalam film pendek Prasaja yang dapat menciptakan keselarasan sosial. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan pendekatan objektif. Menggunakan kerangka teori filsafat nilai moral atau etika untuk membedah sikap prasaja dalam pandangan Jawa, teori keselarasan atau harmoni sosial Hartoyo serta konsepsi keselarasan sosial Franz Magnis Suseno berupa prinsip rukun dan hormat. Hasilnya, sikap prasaja yang diimplementasikan oleh seorang individu dapat memberikan konstruksi positif untuk menciptakan rasa sungkan, hormat, dan rukun yang menciptakan keselarasan sosial, sebaliknya sikap tidak prasaja akan menimbulkan konflik. Maka sikap prasaja ini dapat digunakan sebagai strategi dalam menciptakan keselarasan sosial atau menghindari adanya konflik sosial dalam kehidupan masyarakat.

The complex dynamics of society make it possible for social conflict to occur between individuals or community groups. Social conflict does not occur if the condition of society is harmonious or has social harmony. Javanese society has rules of attitude to avoid conflict and create social harmony, one of which is the prasaja attitude. Through the short film entitled Prasaja by Paniradya Kaistimewan, the reality of community groups in Yogyakarta can be seen in which the prasaja attitude is implemented. The aim of the research is to reveal the implementation of the prasaja attitude in the short film Prasaja which can create social harmony. This research uses a qualitative descriptive method with an objective approach. Using a philosophical theoretical framework of moral or ethical values ​​to dissect prasaja attitudes in the Javanese view, Hartoyo's theory of social harmony or harmony as well as Franz Magnis Suseno's conception of social harmony in the form of the principles of harmony and respect. As a result, a modest attitude implemented by an individual can provide a positive construction to create a sense of respect, respect and harmony which creates social harmony, whereas an inappropriate attitude will lead to conflict. So this prasaja attitude can be used as a strategy in creating social harmony or avoiding social conflict in people's lives."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nurmillah Kamilah
"ABSTRACT
Penelitian ini mengangkat tema tentang unsur mistik dari kumpulan cerita cekak cerkak alaming lelembut yang terdapat dalam Panjebar Semangat tahun 2011. Cerkak tersebut merupakan salah satu bentuk rubrik dalam majalah Panjebar Semangat. Rubrik cerkak tersebut menceritakan tentang berbagai kejadian mistik yang dialami oleh tokoh di dalam masing-masing cerita. Terdapat 5 cerkak yang dipilih sebagai objek penelitian. Unsur struktural cerita sangat mempengaruhi bagaimana mistik tersebut disampaikan. Masalah yang dibahas dalam penelitian ini adalah bagaimanakah unsur mistik Jawa yang terkandung di dalam lima cerkak Panjebar Semangat tersebut? Penelitian ini menggunakan pendekatan objektif dengan metode analisis deskriptif. Manfaat dari penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi penelitian karya sastra Jawa, serta memperoleh gambaran mengenai mistik dalam objek kajian yang digunakan, yaitu lima cerkak dalam kumpulan cerkak Panjebar Semangat Tahun 2011. Ditinjau dari segi mistik, lima cerkak tersebut memberikan banyak cerminan sosial yang kuat, baik langsung maupun tak langsung. Hasil dari penelitian ini menyimpulkan bahwa ternyata unsur-unsur mistik di dalam kelima cerkak Panjebar Semangat tahun 2011 terbukti adanya konsep kepercayaan tentang mistik yang masih melekat di dalam masyarakat Jawa.

ABSTRACT
This research is the theme of the mystical element of a series of Javanese short stories of Alaming Lelembut contained in Panjebar Semangat in 2011. The story is one of the rubric form in Panjebar Semangat magazine. The narrative rubric tells about the mystical events experienced by the characters in each story. There are five Javanese short stories selected as research object. The structural elements of the story greatly affect how the mystique is delivered. The problem discussed in this research is how is the element of Javanese mysticism contained in the five concepts of Panjebar Semangat This research uses an objective approach with descriptive analysis method. The benefits of this research are expected to increase the reference of Javanese literary research, and obtain a description of the mystique in the object of study that is used, that is five Javanese short stories in the compilation Javanese short stories Panjebar Semangat in 2011. In terms of mystique, the five Javanese short stories provide many strong social reflection, Either directly or indirectly. The result of this research concludes that it turns out that the mystical elements in the five concepts Panjebar Semangat in 2011 proved the existence of the concept of belief about mystic that is still inherent in the Java community. "
2017
S66905
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Rayhan Addawa
"Penelitian ini membahas religi Jawa pada representasi sosial masyarakat Jawa dalam film pendek Nyumbang karya dari Montase Production yang disutradarai oleh Rahma Nurlinda Sari (2016). Penelitian ini bertujuan (1) mengidentifikasi pesan yang terdapat pada film Nyumbang, (2) menganalisis nilai religi Jawa dalam film Nyumbang. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif yang bersifat deskriptif dengan pendekatan objektif. Pendekatan objektif merupakan pendekatan yang mengutamakan penyelidikan karya sastra berdasarkan kenyataan teks sastra itu sendiri (Hasanudin dalam Abidin, 2010:75). Data penelitian menggunakan studi kepustakaan serta transkripsi teks dari film Nyumbang. Analisis dalam penelitian ini menggunakan teori analisis isi teks kualitatif dengan teori representasi, serta diperkuat dengan teori prososial dan dikaitkan dengan beberapa proposisi Jawa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa film Nyumbang diciptakan sebagai bentuk pengingat bahwa sejatinya proposisi Jawa yang terdapat di dalam keseharian masyarakat Jawa adalah sebagai pedoman hidup yang harus dipegang dalam hidup sehari-hari. Film pendek Nyumbang turut berperan dalam menjaga serta mengingatkan tradisi atau budaya dari para leluhur kepada masyarakat Jawa khususnya.

This study discusses Javanese religion on the social representation of Javanese society in the short film Nyumbang by Montase Production directed by Rahma Nurlinda Sari (2016). This study aims to (1) identify the message contained in the film Nyumbang, (2) analyze the value of Javanese religion in the film Nyumbang. This study uses a descriptive qualitative method with an objective approach. An objective approach is an approach that prioritizes the investigation of literary works based on the reality of the literary text itself (Hasanudin in Abidin, 2010: 75). The research data use literature study and text transcription from the film Nyumbang. The analysis in this study uses qualitative text content analysis theory with representation theory, and is strengthened by prosocial theory, and is associated with several Javanese propositions. The results showed that the film Nyumbang was created as a form of a reminder that the true Javanese proposition contained in the daily life of the Javanese people is a way of life that must be adhered to in everyday life. The short film Nyumbang plays a role in maintaining and reminding the traditions or culture of the ancestors to the Javanese people in particular."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>