Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 126214 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nira Nurkhalifah
"Averrhoa bilimbi L. merupakan tanaman suku Oxalidaceae yang telah dimanfaatkan sebagai obat tradisional karena memiliki aktivitas antioksidan yang tinggi, namun masih jarang dimanfaatkan untuk pengobatan topikal dan perawatan kulit. Ekstrak etanol 70% tanaman ini telah dilaporkan memiliki aktivitas antioksidan, tetapi belum terdapat penelitian terkait enzim yang berperan dalam proses penuaan dini seperti enzim elastase. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hasil rendemen dan kadar air, kandungan senyawa fitokimia, kadar flavonoid total, aktivitas antioksidan metode FRAP, dan uji penghambatan aktivitas enzim elastase dari ekstrak. Metode ekstraksi dilakukan dengan maserasi menggunakan etanol 70%, skrining fitokimia dengan kromatografi lapis tipis, penetapan flavonoid total metode kolorimetri dengan standar rutin, pengujian aktivitas antioksidan metode FRAP dengan standar FeSO4.7H2O dan kontrol positif asam askorbat, serta pengujian antielastase menggunakan porcine pancreatic elastase, substrat N-suksinil-Ala-Ala-Ala-p-nitroanilin, dan kontrol positif epigalokatekin galat (EGCG). Berdasarkan hasil ekstraksi, didapatkan ekstrak kental dengan kadar air 7,5% dan rendemen 21,35% yang positif mengandung senyawa golongan fenol, flavonoid, alkaloid, dan terpenoid, dengan kadar flavonoid total 64,5063±0,44 mg ER/g ekstrak. Pengujian antioksidan FRAP menunjukkan ekstrak memiliki aktivitas antioksidan 20,2295±0,29  g ekuivalen FeSO4/100g ekstrak, sedangkan asam askorbat 308,9458±2,41 g ekuivalen FeSO4/100 g asam askorbat. Pada uji aktivitas penghambatan elastase, ekstrak tidak aktif menghambat aktivitas enzim karena  memiliki aktivitas penghambatan 7,21%  pada konsentrasi 300 ppm, 14,72% pada 400 ppm, dan 29,73% pada 500 ppm, sedangkan EGCG memiliki nilai IC50 39,14 µg/mL. Dengan demikian, disimpulkan ekstrak etanol 70% daun belimbing wuluh memiliki aktivitas antioksidan dengan metode FRAP yang lebih rendah dibandingkan asam askorbat dan tidak aktif menghambat elastase.

Averrhoa bilimbi L. is a plant of the Oxalidaceae tribe that has been used as a traditional medicine because it has high antioxidant activity, but is still rarely used for topical treatment and skin care. The 70% ethanol extract of this plant has been reported to have antioxidant activity, but there is no research related to enzymes that play a role in the process of premature aging such as the elastase enzyme. This study aimed to determine the yield and water content, phytochemical compound content, total flavonoid content, antioxidant activity of FRAP method, and elastase enzyme activity inhibition test of the extract. The extraction method was carried out by maceration using 70% ethanol, phytochemical screening by thin layer chromatography, determination of total flavonoids by colorimetric method with rutin standard, FRAP method antioxidant activity testing with FeSO4.7H2O standard and ascorbic acid positive control, and elastase enzyme inhibition activity testing using porcine pancreatic elastase, N-succinyl-Ala-Ala-Ala-p-nitroaniline substrate, and epigalocatechin gallate (EGCG) positive control. Based on the extraction results, a thick extract with a moisture content of 7.5% and a yield of 21.35% was obtained which positively contained phenol, flavonoid, alkaloid, and terpenoid compounds, with a total flavonoid content of 64.5063 ± 0.44 mg ER/g extract. FRAP antioxidant testing showed the extract had antioxidant activity of 20.2295 ± 0.29 FeSO4 equivalents/100 g extract, while ascorbic acid was 308.9458 ± 2.41 FeSO4 equivalents/100 g ascorbic acid. In the elastase inhibition activity test, the extract was not active in inhibiting enzyme activity because it had an inhibitory activity of 7.21% at a concentration of 300 ppm, 14.72% at 400 ppm, and 29.73% at 500 ppm, while EGCG had an IC50 value of 39.14 µg/mL. Thus, it is concluded that 70% ethanol extract of belimbing wuluh leaves has antioxidant activity with the FRAP method which is lower than ascorbic acid and is not active in inhibiting elastase."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tarissa Shalsabilla
"Manusia memerlukan antioksidan untuk mencegah terjadinya stres oksidatif yang dapat menyebabkan gangguan fungsi kulit yaitu hiperpigmentasi kulit. Peristiwa tersebut berhubungan dengan aktivitas enzim tirosinase yang berkontribusi dalam pembentukan pigmen melanin kulit sehingga diperlukan penghambatan enzim tirosinase untuk menjaga kulit tetap cerah. Tanaman belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L.) yang berasal dari famili Oxalidaceae, merupakan salah satu tanaman yang digunakan sebagai obat tradisional. Daun belimbing wuluh terbukti sebagai sumber antioksidan dan anti-tirosinase alami. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi fragmen pengenal dan jaringan khas dari simplisia, persentase rendemen, persentase kadar air, aktivitas antioksidan, dan aktivitas anti-tirosinase. Pengujian mikroskopik dilakukan menggunakan mikroskop cahaya. Daun belimbing wuluh diekstraksi secara maserasi dengan pelarut etanol 70%. Pengujian aktivitas antioksidan metode ABTS dengan standar asam askorbat dan penghambatan enzim tirosinase yang berasal dari jamur spesies Agaricus bisporus dengan standar asam kojat dan substrat L-DOPA yang dianalisa menggunakan microplate reader. Hasil pengamatan mikroskopik diperoleh rambut penutup, epidermis atas dengan dinding yang sedikit berkelok, epidermis bawah dengan dinding yang berkelok disertai stomata dan rambut penutup, stomata tipe parasitik, urat daun, dan pembuluh kayu dengan penebalan tangga. Rendemen hasil ekstraksi diperoleh dari metode maserasi sebesar 21,353% dengan kadar air 6,978%. Hasil nilai IC50 uji ABTS sebesar 22,052±0,157 μg/mL tergolong antioksidan sangat kuat. Hasil uji anti-tirosinase menunjukkan aktivitas anti-tirosinase kuat dengan nilai IC50 sebesar 76,598±0,749¼g/mL. Dapat disimpulkan, ekstrak etanol 70% daun belimbing wuluh memiliki aktivitas antioksidan yang sangat kuat dan anti-tirosinase yang kuat.

Humans need antioxidants to prevent oxidative stress which can cause skin function disorders which is hyperpigmentation. This case is related to enzyme tyrosinase activity which contributes in the production of melanin pigment, so tyrosinase enzyme inhibition is needed to maintain skin brightness. Wuluh starfruit (Averrhoa bilimbi L.) which belongs to the Oxalidaceae family, is one of the plants used as traditional medicine. Wuluh starfruit leaves have been proven to be a source of antioxidants and anti-tyrosinase. This research aimed to determine the identification of fragments and specific tissues of simplicia, percentage yield, percentage water content, antioxidant activity, and anti-tyrosinase activity. Microscopic was carried out using a light microscope. Wuluh starfruit was extracted by maceration with 70% ethanol solvent. Antioxidant activity testing using ABTS method with ascorbic acid standard and inhibition of tyrosinase enzyme derived from fungus Agaricus bisporus species with kojic acid standard and L-DOPA substrate, were analyzed using a microplate reader. Microscopic observations showed the presence of cover hair, upper epidermis with slightly curved walls, lower epidermis with curved walls with stomata and cover hair, parasitic type stomata, leaf veins, and ladder-like wood vessels. The yield obtained from the maceration extraction method was 21,353% with a water content 6,978%. The IC50 value of ABTS test was 22,052±0,157 μg/mL, classified as a very strong antioxidant. The anti-tyrosinase test results showed strong anti-tyrosinase activity with an IC50 value of 76,598±0,749¼g/mL. It can be concluded that the 70% ethanol extract of wuluh starfruit leaves has very strong antioxidant and strong anti-tyrosinase."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Khyla Maharani Putri
"Penuaan dini pada kulit sering terjadi akibat ketidakseimbangan radikal bebas dan agen antioksidan, menyebabkan hilangnya kelembapan kulit. Daun belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L.) berpotensi sebagai agen antioksidan dan antipenuaan, namun belum diteliti sebagai inhibitor enzim hialuronidase. Penelitian ini bertujuan mengukur rendemen, mengidentifikasi metabolit sekunder, menentukan kadar total fenol, mengevaluasi aktivitas antioksidan, dan aktivitas inhibisi enzim hialuronidase dari ekstrak etanol 70% daun belimbing wuluh yang diekstraksi dengan metode maserasi. Skrining fitokimia dilakukan dengan metode uji warna, kadar total fenol dengan reagen Folin-Ciocalteu, aktivitas antioksidan dengan metode DPPH, dan inhibisi enzim hialuronidase dari testis sapi dengan metode turbidimetri. Rendemen ekstraksi maserasi daun belimbing wuluh dengan etanol 70% adalah 21,353%. Ekstrak positif mengandung fenol, flavonoid, alkaloid, tanin, steroid, glikosida, dan saponin. Kadar fenol total adalah 85,929 ± 0,232 mgEAG/g ekstrak. Nilai IC50 antioksidan metode DPPH adalah 46,391 ± 0,104 μg/mL, menunjukkan antioksidan sangat kuat. Nilai IC50 antihialuronidase adalah 170,008 ± 3,086 μg/mL, menunjukkan inhibitor lemah. Ekstrak etanol 70% daun belimbing wuluh memiliki potensi sebagai agen antioksidan kuat, namun kurang berpotensi sebagai inhibitor enzim hialuronidase.

Premature aging of the skin is a common problem today, caused by an imbalance of free radicals and antioxidants in the body, leading to moisture loss in the skin. Wuluh starfruit leaf (Averrhoa bilimbi L.) shows potential as an antioxidant and anti-aging agent for the skin, though it has not been specifically studied for hyaluronidase enzyme inhibition. This study aimed to assess yield, identify secondary metabolites, determine total phenol content, evaluate antioxidant activity, and assess hyaluronidase enzyme inhibition in a 70% ethanol extract of wuluh starfruit leaves using maceration. Phytochemical screening was conducted via color test, total phenol content with Folin-Ciocalteu reagent, antioxidant activity with the DPPH method, and hyaluronidase inhibition using a turbidimetric method on bovine testes. The extraction yield of wuluh starfruit leaves with 70% ethanol was 21.353%. The extract tested positive for phenols, flavonoids, alkaloids, tannins, steroids, glycosides, and saponins. Total phenol content was 85.929 ± 0.232 mgGAE/g extract. The IC50 value from the DPPH antioxidant test was 46.391 ± 0.104 μg/mL, indicating very strong antioxidant activity. The IC50 value from the antihyaluronidase test was 170.008 ± 3.086 μg/mL, indicating weak inhibition. Thus, the 70% ethanol extract of wuluh starfruit leaves is a strong antioxidant but a weak hyaluronidase inhibitor."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Natasha Dwinanda Septiana Raswita
"ABSTRAK
Buah belimbing wuluh Averrhoa bilimbi L. diketahui memiliki potensi sebagai antioksidan karena memiliki kandungan vitamin C yang tinggi, kandungan flavonoid, dan senyawa fenolik. Potensi dari buah belimbing wuluh dapat dimanfaatkan dan diolah menjadi berbagai produk, salah satunya adalah produk kosmetik yang memiliki aktivitas antioksidan. Penelitian ini bertujuan untuk membuat formula gel sabun pembersih wajah yang mengandung ekstrak buah belimbing wuluh dengan konsentrasi ekstrak sebesar 3 , 4 , dan 5 dan menguji aktivitas antioksidan dari setiap formula dengan metode peredaman DPPH 2,2-difenil-1-pikrihidrazil , serta dilakukan uji stabilitas fisik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa aktivitas antioksidan tertinggi dimiliki oleh formula 3 dengan konsentrasi ekstrak sebesar 5 dengan nilai IC50 sebesar 16.022,481 ppm ?g/ml . Selain itu ketiga formula stabil secara fisik dalam tiga suhu, yaitu suhu 28 2 C, 40 2 C, dan 4 2 C selama 12 minggu, serta tidak mengalami sineresis pada cycling test. Gel sabun pembersih wajah yang mengandung ekstrak etanol buah belimbing wuluh Averrhoa bilimbi L. stabil secara fisik selama 12 minggu penyimpanan dan memilki penampilan fisik yang baik.

ABSTRAK
Averrhoa bilimbi L. fruit has a potential as an antioxidant because it contains high vitamin C, flavonoids, and phenolic compounds. Its potential can be utilized into various products, and one of them is as a cosmetic product that has antioxidant activity. The purpose of present study was formulating facial wash in gel form which contain 3 , 4 , and 5 ethanol fruits extracts of Averrhoa bilimbi L. and evaluating the antioxidant activities from all gels with radical scavenging method using the DPPH 1,1 diphenyl 2 picrylhydrazyl radical and also evaluating the physical stability of gels. The results showed that gel formula 3 which contain 5 of ethanol fruits extracts of Averrhoa bilimbi L. has the highest antioxidant activity with IC50 value of 16.022,481 ppm g ml . Physical stability test showed that all gels were physically stable in three different temperatures, which were in 28 2 C, 40 2 C, and 4 2 C, for 12 weeks and there was not syneresis in cycling test. Therefore, it can be concluded that gels which contain ethanol fruits extracts of Averrhoa bilimbi L. were physically stable during 12 weeks of storage and had good appearance."
2017
S69643
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Made Laksmi Dewi Dhyaksa
"ABSTRAK
Belimbing wuluh Averrhoa bilimbi L. merupakan salah satu tanaman yang berpotensi untuk dijadikan sumber antioksidan. Kandungan antioksidan alaminya seperti vitamin C, karotenoid, flavonoid, tannin, dan senyawa polifenol lain dipercaya dapat mencegah terjadinya peristiwa photoaging. Penelitian ini bertujuan untuk memformulasikan ekstrak etanolik belimbing wuluh Averrhoa bilimbi L. ke dalam bentuk nanoemulsi gel dan menguji stabilitas fisik serta aktivitas antioksidannya menggunakan metode peredaman DPPH 2,2,-difenil-1-pikril hidrazil . Nanoemulsi gel dibuat dengan metode high pressure homogenizer dalam berbagai konsentrasi ekstrak yaitu 1 , 2 , dan 3 . Sediaan nanoemulsi gel yang diformulasikan dengan 5 isopropil miristat sebagai fase minyak, 30 Tween 80-Span 20 sebagai surfaktan, dan 30 propilenglikol sebagai kosurfaktan menunjukkan penampilan fisik yang stabil selama penyimpanan 8 minggu pada suhu ruang 25 2oC dan suhu tinggi 40 2oC , cycling test, serta uji mekanik. Namun, pada uji stabilitas fisik jangka panjang suhu rendah 4 2oC , keempat formula mengalami fenomena Ostwald Ripening. Hasil pengujian aktivitas antioksidan keempat formula secara in vitro menghasilkan nilai IC50 yang kurang baik, yaitu 20520,09 g/mL F0 ; 18392,29 g/mL F1 ; 17868,80 g/mL F2 ; dan 17287,625 g/mL F3. Sehingga, formula tersebut bukan merupakan formula yang optimal untuk menghasilkan nanoemulsi gel dengan kestabilan fisik dan aktivitas antioksidan yang baik.

ABSTRACT
Belimbing wuluh Averrhoa bilimbi L. is one of the plants that is potentially used as a source of antioxidants. Natural antioxidant content such as vitamin C, carotenoids, flavonoids, tannins, and other polyphenol compounds are believed to prevent the photoaging process. This study aims to formulate the ethanolic extract of Belimbing wuluh Averrhoa bilimbi L. into nanoemulsion gel dosage form and test its physical stability and antioxidant activity using DPPH damping method 2,2, diphenyl 1 picryl hydrazil . Nanoemuldel was prepared by high pressure homogenizer method in various extract concentrations ie 1 , 2 , and 3 . Nanoemulgel formulated with 5 isopropyl myristate as an oil phase, 30 Tween 80 Span 20 as a surfactant, and 30 propylenglycol as a cosurfactant showing stable physical appearance for 8 weeks at room temperature 25 2oC , high temperature 40 2oC , cycling test, and mechanical test. However, in the low temperature 4 2 C of long term physical stability test, all nanoemulgel undergo the Ostwald Ripening phenomena. The results of in vitro antioxidant activity study showed poor IC50 value, respectively 20520.09 g mL F0 18392.29 g mL F1 17868.80 g mL F2 and 17287.625 g mL F3. Thus, the formula is not an optimal formula to produce a nanoemulgel with good physical stability and antioxidant activity"
2017
S69212
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sarlina Jihan Lusiyanti
"Angiotensin converting enzyme inhibitor (ACEi) merupakan obat yang dapat mengontrol hipertensi. Penelitian secara in vivo melaporkan bahwa stres oksidatif berperan dalam patogenesis hipertensi. Daun jarum tujuh bilah (Pereskia sacharosa Griseb.) secara tradisional telah digunakan sebagai antihipertensi dan antioksidan. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui penghambatan aktivitas ACE dari ekstrak etanol Pereskia sacharosa Griseb., aktivitas antioksidan metode FRAP dari ekstrak dan fraksi, menentukan kadar fenolik total dan flavonoid total fraksi, serta melihat korelasinya dengan aktivitas antioksidan. Ekstraksi dilakukan secara maserasi dengan etanol 80% dan fraksinasi dilakukan dengan metode partisi cair-cair. Uji penghambatan ACE secara in vitro dari ekstrak menggunakan ACE Kit-WST Dojindo dan diperoleh nilai IC50 3,448 μg/mL.
Uji aktivitas antioksidan menggunakan metode FRAP dari fraksi n-heksana, etil asetat, dan n-butanol diperoleh EC50 berturut-turut 91,270; 15,085; dan 36,070 μg/mL. Penapisan fitokimia menunjukkan ekstrak etanol daun Pereskia sacharosa Griseb. mengandung alkaloid, fenol, flavonoid, glikosida, steroid, tanin, dan saponin. Fraksi n-butanol memiliki kadar fenolik total dan flavonoid total tertinggi yaitu 8,456 ± 0,151 mg EAG/g ekstrak dan 3,858 ± 0,285 mg EK/g ekstrak. Terdapat korelasi yang kuat antara kadar fenolik total pada fraksi dan aktivitas antioksidannya dengan metode FRAP.

Angiotensin converting enzyme inhibitors (ACEi) are drugs that can control hypertension. In vivo studies have reported that oxidative stress plays a role in the pathogenesis of hypertension. Jarum tujuh bilah (Pereskia sacharosa Griseb.) leaves have been used traditionally as antihypertensive and antioxidant. The purpose of this study was to determine the inhibition of ACE activity of the ethanolic extract of Pereskia sacharosa Griseb., antioxidant activity of the extract and fractions using FRAP method, determine the total phenolic and total flavonoids content its fractions and its correlation with antioxidant activity. Extraction was done by maceration with 80% ethanol and fractionation performed by liquid-liquid partition. In vitro inhibition of ACE activity assay of the extract using ACE Kit-WST Dojindo had IC50 value of 3.448 μg/mL.
Antioxidant activity using FRAP method of the n-hexane, ethyl acetate, and n-butanol fractions had EC50 value of 91.270; 15.085; and 36.070 μg/mL respectively. Phytochemical screening showed that ethanolic extract of Pereskia sacharosa Griseb. leaves contained alkaloids, phenols, flavonoids, glycosides, steroids, tannins, dan saponins. n-butanol fraction had the highest total phenolic content and total flavonoids content with 8.456 ± 0.151 mg GAE/g extract and 3.858 ± 0.285 mg QE/g extract. There was a high correlation between total phenolic content of the fraction with their antioxidant activity using FRAP method.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2016
S64307
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Devy Octarina
"Belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi) merupakan buah yang banyak manfaatnya tapi penggunaannya kurang optimal. Oleh karena itu dilakukan penelitian yang bertujuan untuk memperoleh formula granul dan tablet effervescent dengan bahan berkhasiat ekstrak kering buah belimbing wuluh dengan variasi konsentrasi aspartam sebagai pemanis sehingga dapat dikonsumsi sebagai minuman suplemen sehat komersial. Granul dan tablet dibuat dengan metode granulasi kering pada kondisi kelembaban relatif (RH) 40 % dengan suhu 25 0C. Ketiga formula granul dan tablet effervescent yang dibuat memenuhi syarat evaluasi granul dan tablet effervescent. Hasil analisis kesukaan menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan tingkat kesukaan dari ketiga formula granul dan tablet effervescent dari penampilan, rasa dan aroma.

Averrhoa bilimbi is fruit that has many benefits but the usage is not optimal. That is why the aim of the research is to get formulation of effervescent granule and tablet containing dry Averrhoa bilimbi extract with modified concentration of aspartame as sweetening agent for commercial healthy drink. Granules and tablets were produced with dry method granulation with 40 % of relative humidity (RH) and 25 0C of temperature. The three of formulations were qualified as effervescent granules and tablets. Favorite tests showed that no significant differences of appearances, tastes and flavors for three of effervescent granules and tablets."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2010
S33164
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Astrid Mutiara Annisa
"Bunga telang (Clitoria ternatea L.) merupakan salah satu tanaman dari genus Clitoria yang mengandung senyawa golongan flavonoid serta memiliki aktivitas antioksidan sehingga berpotensi dalam menghambat enzim elastase. Namun, penelitian tentang kemampuan ekstrak dalam menghambat enzim elastase masih belum tersedia di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis aktivitas antioksidan metode ABTS dan aktivitas penghambatan enzim elastase dalam ekstrak etanol 70% bunga telang. Sebagai langkah awal, dilakukan pengamatan mikroskopis simplisia bunga telang yang menunjukkan adanya beberapa sel atau jaringan di dalamnya, yakni stomata anomositik pada epidermis, pembuluh annular, butiran serbuk sari, kristal kalsium oksalat prismatik, papila, dan trikoma. Ekstraksi menggunakan metode maserasi dengan pelarut etanol 70% menghasilkan rendemen sebesar 45,521% dengan rata-rata kadar air ekstrak sebesar 5,445 ± 0,08%. Penetapan kadar flavonoid total kemudian dilakukan dengan menggunakan metode kolorimetri AlCl3 menunjukkan hasil sebesar 4,75 ± 0,7 mgEK/g ekstrak. Aktivitas antioksidan melalui pengujian ABTS dalam ekstrak etanol 70% bunga telang dan pembanding asam askorbat memberikan nilai IC50 dengan kategori sangat kuat, masing-masing sebesar 26,40 ± 0,2 dan 3,20 ± 0,07 ppm. Pada pengujian anti-elastase, pembanding epigalokatekin galat (EGCG) mendapatkan nilai IC50 sebesar 39,4 ± 0,07 μg/mL, sedangkan ekstrak memiliki aktivitas penghambatan terhadap enzim elastase yang relatif rendah, yaitu sebesar 10,06 ± 0,2% pada konsentrasi 500 μg/mL dan 19,766 ± 0,4% pada konsentrasi 1000 μg/mL. Dengan demikian, meskipun ekstrak bunga telang berpotensi sebagai antioksidan kuat, kemampuannya dalam menghambat enzim elastase tergolong tidak aktif.

The butterfly pea (Clitoria ternatea L.) is a plant from the genus Clitoria known for its flavonoid content and antioxidant activity, making it potentially capable of inhibiting the enzyme elastase. However, research on its elastase inhibition ability is lacking in Indonesia. This study aims to determine the antioxidant activity using the ABTS method and the elastase inhibitory activity in a 70% ethanol extract of butterfly pea flowers. Microscopic observations of the flower revealed several cellular structures, including anomocytic stomata, annular vessels, pollen grains, calcium oxalate crystals, papillae, and trichomes. The extraction process used maceration with 70% ethanol, yielding a rendement of 45.521% and an average moisture content of 5.445 ± 0.08%. The total flavonoid content was determined using the AlCl3 colorimetric method, resulting in 4.75 ± 0.7 mgQE/g extract. The ABTS testing showed very strong antioxidant activity, with IC50 values of 26.40 ± 0.2 ppm for the extract and 3.20 ± 0.07 ppm for ascorbic acid. In the anti-elastase test, the comparator epigallocatechin gallate (EGCG) had an IC50 value of 39.4 ± 0.07 μg/mL. However, the extract demonstrated relatively low elastase inhibitory activity, with inhibition rates of 10.06 ± 0.2% at 500 μg/mL and 19.766 ± 0.4% at 1000 μg/mL. Thus, while the butterfly pea flower extract exhibits strong antioxidant potential, its ability to inhibit elastase is less effective compared to EGCG. This suggests that the extract might be more useful for applications focused on antioxidant properties rather than as an elastase inhibitor."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kamelia Kasuma Indah
"Bunga telang (Clitoria ternatea L.) telah digunakan secara turun-temurun dan diketahui mengandung senyawa fenolik. Fenolik diketahui berpotensi dalam menghambat sintesis melanin melalui penghambatan enzim tirosinase dan sebagai antioksidan. Dengan demikian, bunga telang dapat dikembangkan sebagai agen pencerah kulit dan antipenuaan. Berdasarkan penelitian sebelumnya pada ekstrak bunga telang asal Thailand, ekstrak etanol 95% konsentrasi 200 μg/mL memiliki persentase inhibisi enzim tirosinase 22,04±2,42% serta pada ekstrak air suling memiliki aktivitas antioksidan 0,38±0,01 mmol ekuivalen FeSO4/mg ekstrak. Namun, belum ada penelitian lebih lanjut terkait aktivitas antitirosinase dan antioksidan dengan metode FRAP pada ekstrak etanol 70% bunga telang dari Semarang, Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis aktivitas antitirosinase dan antioksidan dengan metode FRAP pada ekstrak etanol 70% bunga telang asal Semarang, Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rendemen dan kadar air ekstrak etanol 70% bunga telang berturut-turut sebesar 46,702% dan 5,303±0,072%. Berdasarkan skrining awal, ekstrak bunga telang positif mengandung senyawa fenolik, flavonoid, alkaloid, dan terpenoid. Lebih lanjut, kadar fenolik totalnya adalah 32,877±0,652 mgEAG/g ekstrak. Selain itu, aktivitas penghambatan enzim tirosinasenya memiliki IC50 73,675±0,753 μg/mL (aktivitas kuat), sedangkan pembanding asam kojat memiliki IC50 11,423±0,065 μg/mL (aktivitas sangat kuat). Sementara itu, hasil uji aktivitas antioksidan metode FRAP-nya adalah 11,752±0,091 g ekuivalen FeSO4/100g ekstrak, sedangkan pada pembanding asam askorbat adalah 303,553±2,217 g ekuivalen FeSO4/100g asam askorbat. Dengan demikian, ekstrak etanol 70% bunga telang dari Semarang memiliki aktivitas antitirosinase yang kuat, tetapi aktivitas antioksidan melalui mekanisme transfer elektron yang cenderung lemah.

Butterfly pea flowers (Clitoria ternatea L.) has been used for generations and is known to contain phenolic compounds. Phenolics are known to have potential in inhibiting melanin synthesis through inhibition of tyrosinase enzyme and as antioxidants. Thus, butterfly pea flowers can be developed as skin lightening and anti-aging agent. Based on previous research on butterfly pea flowers extract from Thailand, 95% ethanolic extract at 200 μg/mL could inhibited tyrosinase enzyme 22.04±2.42% and distilled water extract had antioxidant activity 0.38±0.01 mmol FeSO4 equivalent/mg extract. However, there was no further research related to antityrosinase and antioxidant activity with FRAP method on 70% ethanolic butterfly pea flowers extract from Semarang, Indonesia. This study aimed to analyze the antityrosinase and antioxidant FRAP method activities on 70% ethanolic butterfly pea flowers extract from Semarang, Indonesia. The results showed that the yield and moisture content were 46.702% and 5.303±0.072%, respectively. Based on preliminary screening, it was positive for phenolics, flavonoids, alkaloids, and terpenoids. Furthermore, the total phenolic content was 32.877±0.652 mgGAE/g extract. In addition, its antityrosinase activity had an IC50 73.675±0.753 μg/mL (strong activity), while kojic acid had an IC50 11.423±0.065 μg/mL (very strong activity). Meanwhile, the results of antioxidant activity test by FRAP method was 11.752±0.091 g FeSO4 equivalent/100g extract, while the ascorbic acid comparator was 303.553±2.217 g FeSO4 equivalent/100g ascorbic acid. Thus, 70% ethanolic butterfly pea flowers extract from Semarang had strong antityrosinase activity, but antioxidant activity through electron transfer mechanism was weak."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Putrie Fiana Azizah
"Radikal bebas dalam tubuh dapat menimbulkan stress oksidatif yang menjadi etiologi beberapa penyakit. Kondisi stress oksidatif ini dapat dihambat dengan adanya senyawa antioksidan. Garcinia merupakan salah satu marga tumbuhan yang telah diketahui manfaatnya sebagai antioksidan.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui aktivitas antioksidan dan mengidentifikasi golongan senyawa kimia pada fraksi dari ekstrak etil asetat daun Garcinia bancana Miq. Fraksinasi ekstrak etil asetat daun Garcinia bancana Miq dilakukan dengan kromatografi kolom. Pengukuran aktivitas antioksidan fraksi dilakukan dengan menggunakan metode peredaman radikal DPPH dan metode FRAP Ferric Reducing Antioxidant Power.
Hasil uji dengan metode DPPH menunjukkan aktivitas antioksidan paling aktif terdapat pada fraksi 4 dengan nilai IC50 sebesar 10,373 g/mL. Pada pengujian FRAP aktivitas antioksidan tertinggi juga terdapat pada fraksi 4 yaitu dengan nilai FeEAC sebesar 470,892 mol/g. Hasil identifikasi golongan senyawa kimia pada fraksi 4 sebagai fraksi teraktif menunjukkan adanya flavonoid dan terpenoid.

Free radicals in the human body can cause oxidative stress that becomes the etiology of some diseases. This oxidative stress condition can be inhibited by the presence of antioxidant compounds. Garcinia is one of the genus which is known to have antioxidant activity.
This study aimed to determine antioxidant activity and identify the chemical compounds of fraction from ethyl acetate extract of Garcinia bancana Miq leaves. Fractionation of ethyl acetate extract of Garcinia bancana Miq leaves was done by column chromatography. The measurement of antioxidant activity was determine by DPPH radical scavenging and FRAP Ferric Reducing Antioxidant Power method.
The results showed that fraction 4 was the most active fraction with IC50 value 10.373 g mL. Meanwhile in FRAP method, the most active fraction was also found in fraction 4 with FeEAC value 470.892 mol g. The result of phytochemical screening in fraction 4 as the most active fraction, showed the existence of flavonoid and terpenoid compound. "
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2017
S68825
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>