Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 40559 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Tetto Wisanggeni Galmantro
"Cirebon merupakan sentra kerajinan rotan yang sudah terkenal sejak periode 1930- an dengan pusatnya yang berada di Desa Tegalwangi, Kecamatan Weru. Usaha tersebut dirintis oleh salah satu warganya hingga berkembang menjadi sentra kerajinan rotan sampai mendapat perhatian pemerintah Orde Baru pada tahun 1970 untuk mengembangkan industri rotan sampai ke pasar ekspor. Penelitian ini membahas tentang perkembangan industri rotan Desa Tegalwangi tahun 1970 – 1990-an dengan menggunakan metode Sejarah yang meliputi, heuristik, verifikasi, interpretasi, dan historiografi. Sumber yang digunakan berupa arsip pemerintah, berita surat kabar, buku, dan jurnal artikel sebagai pendukung. Penelitian tentang industri rotan di Indonesia memang sudah ada, tetapi penelitian tentang industri rotan di Desa Tegalwangi, Cirebon masih jarang khususnya pada periode 1970 – 1990-an. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengembangan industri rotan yang dilakukan pemerintah Orde Baru melalui program pilot project di Desa Tegalwangi dengan memberikan bantuan berupa pelatihan serta kredit modal kepada para perajin dan pengusaha. Hal tersebut kemudian berdampak pada pertambahan jumlah perusahaan rotan, penyerapan tenaga kerja yang meningkat, rotan Tegalwangi yang berhasil menembus pasar internasional, meningkatnya kesejahteraan warga desa. Tetapi terdapat juga dampak buruk, yaitu pengusaha yang kekurangan bahan baku dan aksi penjiplakan desain.
Cirebon has been famous since the 1930s as a rattan craft center that with its center in Tegalwangi Village, Weru District. This business was started by one of the residents and developed into a rattan craft center until it received attention from the New Order government in 1970 to develop the rattan industry to the export market. This research discusses the development of the rattan industry in Tegalwangi Village in the 1970s - 1990s using historical methods which include heuristics, verification, interpretation and historiography. The sources used are government archives, newspaper reports, books and journal articles as support. Research on the rattan industry in Indonesia already exists, but research on the rattan industry in Tegalwangi Village, Cirebon is still rare, especially in the 1970 - 1990s period. The research results show that the development of the rattan industry was carried out by the New Order government through a pilot project program in Tegalwangi Village by providing assistance in the form of training and capital credit to craftsmen and entrepreneurs. This then had an impact on increasing the number of rattan companies, increasing employment opportunities, Tegalwangi rattan succeeded in penetrating the international market, improving the welfare of village residents. However, there are also bad impacts, such as rattan entrepreneurs lacking raw materials and plagiarizing designs."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Guritno
Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, 1998
306.095 98 SRI b
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Guritno
Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, 1998/1999
338.642 598 2 SRI b
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Sandi Sifananda
"Karya akhir ini merupakan rencana pengembangan bisnis Agro Prima Empat Sekawan yang bergerak dibidang agribisnis hortikultura khususnya paprika Penjualan yang dihasilkan Empat Sekawan tidak mampu memberikan imbal hasil yang optimal dengan investasi yang telah dikeluarkan sehingga diperlukan penyusunan rencana pengembangan bisnis khususnya dari segi perencanaan pemasaran. Kendala yang dihadapi Empat Sekawan adalah infrastruktur yang tidak mendukung, produksi pertanian kurang maksimal, ketergantungan saluran pemasaran, serta keterbatasan sumber daya manusia dan modal.
Tujuan dari perencanaan pemasaran adalah dengan peningkatan penjualan melalui peningkatan nilai (rupiah) maupun peningkatan kuantitas (kilogram) penjualan melalui penerapan strategi pada segmentasi dan positioning, produk, saluran pemasaran, komunikasi pemasaran, dan merk. Perumusan perencanaan pemasaran ini, sebagai bagian dari sam kesatuan dengan perencanaan operasional serta perencanaan keuangan, akan membentuk suatu business development plan yang akan menjadi panduan dalam operasional Empat Sekawan kedepan.

This thesis is a business development plan of Agro Prima Empat Sekawan, a holticulture agrobusiness company especially in paprika. Business development plan needed because sales generated could not give an optimal return to shareholder investment. Problems that Empat Sekawan faces are lck of innastucture, limited productivity depend on marketing channel, and limited of human resources and capital.
The purpose of marketing plan is to increase sales whether increase in value (rupiah) and quantity (kilogram) of sales through strategy formulation and implemention in segmentation and positioning, products, marketing channel, marketing communication, and brand. This thesis that concentrates on marketing plan, together with two other thesis that concentrate on operations and tinancial planning will make up a complete business development plan that will serve as a guidance for operating Empat Sekawan in fixture.
"
Jakarta: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2010
T33856
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Evelyn Yuliusman
"Setiap perusahaan, termasuk perusahaan farmasi, membutuhkan unit business development untuk mempertahankan kelangsungan bisnisnya maupun mengembangkan bisnisnya agar menjadi lebih besar. Apoteker memiliki pengetahuan khusus dan unik mengenai ilmu farmasi dan pasar farmasi yang dapat menjadi keunggulan kompetitif dibandingkan dengan profesi lain yang bekerja di business development suatu perusahaan farmasi. Oleh sebab itu, Apoteker membutuhkan suatu pengalaman praktis dalam bekerja di business development. Pengalaman praktis diperoleh melalui praktek kerja profesi Apoteker yang dilaksanakan pada bulan Februari-Maret 2016 di corporate business development PT. Kalbe Farma,Tbk. Ada pun tujuan dari praktek kerja profesi ini adalah memahami tugas dan wewenang Apoteker di korporasi; memahami peran Apoteker dalam pengembangan industri farmasi melalui pembuatan bisnis baru atau perluasan portofolio bisnis yang telah ada; serta memahami tahapan pengembangan bisnis baru atau portofolio bisnis dalam suatu perusahaan farmasi. Tugas dan wewenang Apoteker pada divisi corporate business development secara umum adalah memastikan kelangsungan bisnis, manajemen proyek dan melakukan inovasi. Peran Apoteker pada divisi corporate business development di PT.Kalbe Farma,Tbk. adalah sebagai penganalisa pasar, penganalisa bisnis dan produk baru, peninjau produk dan bisnis baru, pencarian ide bisnis baru dan pengembangan portofolio bisnis, serta presentasi hasil analisa dan ide bisnis baru atau pengembangan portofolio bisnis tersebut kepada pihak yang berkepentingan seperti pemegang saham, pihak marketing, dan pimpinan perusahaan. Tahapan pengembangan bisnis baru ataupun pengembangan portofolio bisnis adalah pencarian ide, pematangan dan penilaian ide, persiapan rencana bisnis, pengambilan keputusan, pengusulan produk baru, eksekusi ide, pemantauan eksekusi, pemantauan paska peluncuran produk, dan marketing."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2016
PR-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Anis Dwiyanti
"Tesis ini membahas tentang business coaching yang dilakukan penulis selaku coach terhadap Syafitri Gallery, sebuah UMKM yang memproduksi pakaian bordir dengan nuansa etnik Indonesia. Tujuan coaching ini adalah untuk mengembangkan model bisnis Syafitri Gallery dengan membuat perumusan standar profit formula dan menambahkan media promosi berupa website guna meningkatkan kinerja penjualannya. Metode yang digunakan dalam penelitian adalah analisis data kualitatif. Pada akhir periode pelaksanaan business coaching, UMKM telah memiliki standar profit formula yang terdiri dari standard costing per unit dan pengunaan cost volume profit analysis untuk mengetahui titik impas dan mencapai target laba. Selain itu, Syafitri Gallery sudah memiliki desain website akan tetapi belum diluncurkan. Keberhasilan strategi pengembangan bisnis terhadap kinerja penjualan belum dapat diukur.

This thesis is a business coaching conducted by the author as a coach to Syafitri Gallery, an SME that produces clothes with Indonesia ethnic embroidered. The purpose of this study is to improve the SME?s businesss model by standard profit formulation and improvement of promotion media in form of website to increase sales performance. Method used in this thesis is qualitative data analysis. At the end of business coaching, SME has sucessfully found standard profit formulation which are consist of standard costing of unit cost and appliance cost volume profit analysis to determine break even point and achieve the target profit. Moreover, Syafitri Gallery already has a web design but has not launched yet. Business development strategy success of sales performance is not able to be measured yet.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Halidi
"Indonesia adalah negara penghasil rotan terbesar di dunia (± 80%) produksi rotan dunia. Ratan (calamus sp.) yang di kelompokkan sebagai produk hasil hutan ikutan non kayu, merupakan penghasil devisa yang cukup besar, yakni sekitar 60% dari total nilai ekspor hasil hutan ikutan non kayu.
Produksi rotan selain diambil dari rotan alam, juga merupakan hasil pembudidayaan masyarakat. Potensi produksi rotan alam Indonesia mencapai 664.800 ton per tahun. Sedangkan potensi budidaya tanaman rotan masyarakat besarannya belum diketahui secara pasti. Walaupun potensi produksi rotan Indonesia begitu besar, tetapi pada kenyataannya industri barang jadi rotan di dalam negeri mengalami kekurangan bahan baku, sehingga komoditas barang jadi rotan Indonesia kalah bersaing di pasar dunia dengan produk yang sama dari negara lain yang justru bahan baku rotannya berasal dari Indonesia.
Kebijakan tataniaga rotan adalah salah cara untuk mengatasi permasalahan kekurangan bahan baku rotan untuk industri barang jadi rotan di dalam negeri. Dengan semakin meningkatnya ketersediaan bahan baku rotan untuk industri barang jadi rotan di dalam negeri, keunggulan komparatif komoditas barang jadi rotan Indonesia semakin besar. Dengan keunggulan komparatif komoditas barang jadi rotan Indonesia yang semakin besar, nilai ekspor barang jadi ratan semakin tinggi yang pada akhirnya tenaga kerja yang dapat di serap oleh industri barang jadi ratan semakin banyak.
Dari permasalahn tersebut.di atas, maka tesis yang di beri judul "Analisis Dampak Kebijakan Tataniaga Ratan di indonesia" ini bertujuan: Pertama, mengkaji pengaruh kebijakan tataniaga rotan terhadap peningkatan nilai ekspor barang jadi rotan Indonesia. Kedua, mengidentifikasi keunggulan komparatif Indonesia dan keunggulan komparatif beberapa negara lainnya pada komoditas barang jadi berbahan baku utama rotan di pasar dunia. Ketiga, meberikan gambaran dampak (manfaat) dari kebijakan tataniaga rotan bagi perencanaan pengembangan industri rotan Indonesia ke depan (sektor hulu dan hilir), baik di tingkat regional maupun nasional. Alat analisis yang di gunakan dalam penelitian ini adalah RCA (Revealed Comparative Advantage) dan model regresi linear berganda (multiple regression). Data yang digunakan adalah data sekunder, runtut waktu (Tahun 1976 sampai dengan tahun 2003).
Hasil dari analisis RCA (Revealed Comparative Advantage), menunjukkan bahwa kebijakan tataniaga rotan berpengaruh positif terhadap peningkatan keunggulan komparatif Indonesia pada komoditas barang jadi berbahan baku utama ratan. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan nilai indeks RCA, meningkat dari 0,27 pada tahun 1987 menjadi 1,19 tahun 1989. Pada tahun 1989, Indonesia mulai memiliki keunggulan komparatif pada komoditas barang jadi rotan, dimana pada tahun-tahun sebelumnya belum memiliki. Selanjutnya dari analis model regresi menunjukkan bahwa kebijakan tataniaga rotan berpengaruh positif terhadap nilai ekspor barang jadi rotan Indonesia. Hal ini di buktikan dari hasil uji model persamaan nilai ekspor barang jadi rotan Indonesia yang menunjukkan bahwa nilai ekspor barang jadi rotan Indonesia secara signifikan di pengaruhi oleh nilai ekspor rotan asalan; jumlah tenaga kerja pada industri barang jadi rotan, tingkat keunggulan komparatif komoditas barang jadi berbahan baku utama rotan serta kebijakan tataniaga rotan."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2005
T20566
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jasni
"ABSTRAK
Indonesia memiliki jumlah jenis dan potensi produksi rotan yang tertinggi di dunia. Namun, pemanfaatannya masih sangat terbatas pada sejumlah jenis tertentu saja. Keterbatasan ini disebabkan karena kurangnya informasi mengenai sifat-sifat dasar rotan. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sifat-sifat dasar rotan yang meliputi; struktur anatomi, kandungan kimia, keawetan dan keterawetan tiga jenis rotan. Jenis rotan yang diteliti ialah rotan sampang (Korthalsia junghunii Miq), rotan bubuay (Plectocomia elongala Bl) dan rotan seuti (Calamus ornatus BI) yang diambil dan Taman Nasional Gunung Halimun.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada bagian kulit batang rotan ditemukan lapisan epidermis dan endodermis. Yellow caps hanya ditemukan pada ratan sampang dan rotan bubuay. Diameter ikatan pembuluh ketiga jenis rotan tidak berbeda nyata (P>O.05). Begitu juga dengan diameter metaxylem dan diameter phloemnya. Tetapi diameter protoxylem ketiga jenis rotan berbeda nyata (P
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dapatlah disimpulkan, bahwa rotan sampang, yang saat ini termasuk jenis tidak komersial, merupakan jenis rotan yang memiliki keawetan dan kekuatan yang tinggi, karena dinding sel serabutnya tebal, diameter rongga protoxylem yang kecil, serta mengandung lignin tinggi dan pati yang rendah. Dalam upaya pengawetan dengan permetrin seyogyanya menggunakan konsentrasi minimal 0.09 ppm.

ABSTRACT
Despite large number of rattan species found in Indonesia, the number of species used for commercial purposes are very limited. There is no doubt that this is partly due to limited information on basic, both physical and chemical, properties of less-or non commercial species. It is known that the basic properties of rattan species contribute to their physical strength and also to their natural resistance against insect attacks. To provide this basic information, a study of anatomical features and chemical contents of rattan species is, therefore, a necessity. In this research, three species of rattan, i.e. sampang (Korthalsia junghunii Miq.), bubuay (Plectocomia elongata Bl.), and seuti (Calamus ornatus Bl.), collected from Gunung Halimun National Park, West Java, were used for the study. The two former species are non-commercial species and the latter represents a commercial species, as a comparison.
Anatomical features of rattan stems were observed under a light microscope. Microtome and maceration techniques were used in preparing the samples. Chemical contents of the rattan stems were analyzed by SII procedures. The resistance of rattan species and the effectiveness of permethrin solutions (0.01, 0.03, and 0.09 ppm) as preservatives against the powder post beetle (Dinoderus mirzutus Fabr.) were also conducted in the laboratory. Five dried stems of each rattan species (2 cm length) were soaked in each concentration for two hours. The sterns were left in a dry room for 30 days. They were also steamed (ca. 20 minutes) and dipped into 3 % of CaOCI2.4H20 solution as they would be used for making furniture. Ten adult beetles were introduced into individually treated stems which was covered with a glass tube. The same procedure was applied to the control, but without adding the preservative. A fifteen days experiment was carried out to find out the stem weight loss and the degree of beetle attacks. The number of insect death was also counted for each treatment during the experiment.
Anatomical features of rattan stems showed that Yellow caps on epidermis layers were only found in sampang and bubuay. The shapes of vascular bundles in sampang, bubuay, and seuti were rhomboidal, rounded, and oval, respectively. There were no significant differences (P>0.05) in the diameter of vascular bundles among the three species observed. A significantly longer fiber sheath (P<0.05) was found in bubuay. The diameter of lumen of bubuay was also significantly bigger (P<0,05) than two other species. However, sampang had a significantly thicker fiber cell wall (P
The result also revealed that sampang and seuti had one metaxylem, whereas two or sometimes one metaxylem was found in bubuay. The diameter of metaxylem and phloem did not differ significantly (P>0.05) among the three rattan species. A significantly bigger diameter of protoxylem (P<0.05), however, was observed in seuti.
Chemical analyses of the rattan stems showed that the three species contained a nearly similar amount of holocellulose, a-cellolose, tannin, and starch. The higherst lignin content was found in sampang, followed by bubuay and seuti. This difference probably makes sampang stems stronger than bubuay and seuti.
Higher degree of resistance against powder beetles was shown by sampang. Its stems significantly received lower degree of attack (P<0.05) and lower weight loss (P<0.05) than two other species tested A significantly higher percentage mortality of beetle (P<0.05) was also observed in sampang. High lignin content may be responsible for the sampang resistance. The higher mortality of beetles in sampang may be due to its lower content of starch It was clearly shown, from the experiment, that the starch content tended to correlate negatively with the beetle mortality. Low starch contents in the stems resulted in high beetle mortality.
Permethrin was not only toxic to powder post beetle, but it also reduced the beetle attacks. All rattan stems were prevented from further damage by permethrin treatments. Increasing the permethrin concentration significantly reduced the degree of beetle attack and the stem weigth loss, and increased the beetle mortality (P<0.05). Total mortalities of beetles were found on stems treated with 0.09 ppm of permethrin solution.
From the result it can be concluded that sampang, categorired as non-commercial species, anatomically seems to be the strongest among the three rattan species studied, followed in order by seuti and bubuay. Sampang is also naturally more resistant againts the powder post beetle than two other species. It is recommended to treat the rattan stems with at least 0.09 ppm of permethrin solution to give a full protection from powder post beetle attacks.
"
Depok: Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nono Anwar Makarim
Harvard: Harvard Law School, 1978
346.066 NON c
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>