Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 203492 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fanuel Marudut Lasniroha Lamsaor
"Indonesia terletak pada pertemuan tiga lempeng yang menyebabkan munculnya jajaran busur magmatik. Pada jajaran busur magmatik terjadi pengendapan mineral emas. Endapan emas yang berada di Indonesia didominasi dengan endapan epithermal sulfidasi rendah. Untuk menemukan cadangan dan potensi endapan mineralisasi emas dibutuhkan analisis untuk mengetahui lokasi dan bentuk geometri dari zona endapan mineralisasi emas. Metode geofisika merupakan metode yang dapat menganalisisi zona endapan mineralisasi emas. Metode geofisika yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode resistivity dan induced polarization dengan konfigurasi dipole-dipole. Metode resistivity digunakan untuk mengidentifikasi jenis batuan yang berada diwilayah penelitian. Sedangkan metode induced polarization digunakan untuk mengidentifikasi lokasi dan volume zona pengendapan mineralisasi emas. Jumlah lintasan yang digunakan sebanyak 3 lintasan dengan masing masing lintasan memiliki panjang 405 m dengan 81 elektoda. Hasil data pengukuran metode resistivity dan induced polarization diinversi menggunakan software res2dinv dan dilakukan least square inversion untuk memperoleh penampang 2D. Hasil pengolahan data menunjukan variasi resistivity berkisar 4,5419-2787,6 Ωm dan induced polarization berkisar 36,720-833,92 msec. Berdasarkan korelasi penampang 2D dan peta geologi ditemukan bahwa sebaran jenis batuan wilayah penelitian adalah breksi tuff dengan kisaran nilai resistivity 70,557-1313,7Ωm dan andesit dengan kisaran nilai 595,8-1313,7 Ωm. Zona mineralisasi emas dengan nilai induced polarization ≥200 msec. Berdasarkan korelasi penampang 2D resistivity dan induced polarization ditemukan bahwa pengendapan mineralisasi emas berada pada breksi tuff dan andesit. Dari penampang 2D dilakukan pemodelan 3D untuk mengetahui estimasi volume zona mineralisasi emas software. Ditemukan hasil volume zona mineralisasi emas sebesar 289.452,6103 .

Indonesia is situated at the confluence of three tectonic plates, which gives rise to the emergence of a magmatic arc range. In the magmatic arc sequence, gold mineral deposition occurs. Gold deposits in Indonesia are dominated by low sulphidation epithermal deposits. In order to identify reserves and potential gold mineralization deposits, it is necessary to conduct an analysis to determine the location and geometry of the gold mineralization deposit zone. Geophysical methods are a type of analysis that can be used to analyse gold mineralization deposit zones. The geophysical methods employed in this research include resistivity and induced polarization methods with a dipole-dipole configuration. The resistivity method is utilized to identify the type of rock present in the research area, while the induced polarization method is employed to ascertain the location and volume of gold mineralization deposition zones. The number of tracks utilized was three, with each track measuring 405 m and comprising 81 electrodes. The measurement data obtained from the resistivity and induced polarization methods were inverted using the res2dinv software, and least square inversion was performed to obtain two-dimensional cross sections. The results of data processing indicate that the resistivity variation ranges from 4.5419 to 2787.6 Ωm, while the induced polarization ranges from 36.720 to 833.92 msec. Correlation of the 2D cross sections with geological maps revealed that the rock types present in the study area are tuff breccia and andesite, with resistivity values ranging from 70.557 to 1313.7 Ωm. Gold mineralization zones with induced polarization values ≥200 msec. Based on the correlation of 2D resistivity and induced polarization cross sections, it was determined that gold mineralization deposition occurred in tuff breccia and andesite. From the 2D cross section, 3D modelling was conducted to estimate the volume of the gold mineralization zone. The volume of the gold mineralization zone was determined to be 289,452.6103 m3."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dhimas Aristya Pratama
"Indonesia terletak pada pertemuan tiga lempeng litosfer yang menyebabkan munculnya jajaran busur magmatik. Busur magmatik tersebut membuat Indonesia kaya akan potensi mineral, seperti mineral emas. Salah satu busur magmatik yang melintasi Indonesia berada pada wilayah pulau Jawa adalah busur Sunda-Banda. Busur tersebut mempunyai potensi mineral bijih tipe endapan epitermal. Oleh karena itu, perlu dilakukan survei geofisika agar dapat mengetahui zona mineralisasi emas. Zona mineralisasi emas tersebut diidentifikasi menggunakan metode resistivitas dan induced polarization konfigurasi Dipole-Dipole dengan menggunakan 81 elektroda dan jarak spasi 5m. Proses akuisisi data dilakukan sebanyak 3 lintasan, yaitu lintasan BDG-02, BDG-03, dan BDG-04 dengan orientasi dari arah Utara ke Selatan. Pemodelan 2D dilakukan dengan menggunakan software 2D untuk memperoleh penampang dengan nilai resistivitas dan chargeability yang sebenarnya. Selanjutnya dilakukan pengolahan pemodelan 3D menggunakan software 3D untuk mengidentifikasi kemenerusan zona mineralisasi emas. Pada daerah penelitian nilai resistivitas dan chargeability memiliki rentang nilai berkisar antara 1 – 6787 Ωm dan 0 – 888 msec. Zona mineralisasi emas di daerah penelitian memiliki nilai resistivitas 3 – 1483 Ωm dan nilai chargeability ≥164 msec. Korelasi penampang 2D resistivitas dan induced polarization ditemukan bahwa pengendapan mineralisasi emas berada pada batuan breksti tuf dan andesit. Berdasarkan hasil penampang 3D, kemenerusan zona mineralisasi emas terdapat pada lintasan BDG-03 dan BDG-04 di kedalaman ±25m yang berarah Barat Daya-Timur Laut, sedangkan pada lintasan BDG02 zona mineralisasi emas tidak berkelanjutan melainkan berbentuk spot yang berada di kedalaman ±70m. Zona mineralisasi pada setiap lintasan diperkirakan dikontrol oleh struktur yang berorientasi Barat Daya-Timur Laut.

Indonesia is located at the confluence of three lithospheric plates that cause the emergence of a series of magmatic arcs. These magmatic arcs make Indonesia rich in mineral potential, such as gold minerals. One of the magmatic arcs that crosses Indonesia in the Java island region is the Sunda-Banda arc. The arc has the potential for epithermal deposit-type ore minerals. Therefore, it is necessary to conduct a geophysical survey in order to determine the gold mineralization zone. The gold mineralization zone was identified using the resistivity method and induced polarization Dipole-Dipole configuration using 81 electrodes and 5m spacing. The data acquisition process was carried out as many as 3 passes, namely the BDG-02, BDG-03, and BDG-04 passes with orientation from north to south. 2D modeling was carried out using 2D software to obtain cross sections with actual resistivity and chargeability values. Furthermore, 3D modeling processing was carried out using 3D software to identify the continuity of the gold mineralization zone. In the study area the resistivity and chargeability values have a range of values ranging from 1 - 6787 Ωm and 0 - 888 msec. The gold mineralization zone in the study area has a resistivity value of 3 - 1483 Ωm and a chargeability value of ≥164 msec. The correlation of 2D resistivity and induced polarization cross sections found that the deposition of gold mineralization is in tuff and andesite breccia rocks. Based on the 3D cross-section results, the continuity of the gold mineralization zone is found in the BDG-03 and BDG-04 trajectories at a depth of ±25m in the Southwest-Northeast direction, while in the BDG-02 trajectory the gold mineralization zone is not continuous but in the form of a spot located at a depth of ±70m. The mineralized zones on each traverse are thought to be controlled by a Southwest-Northeast oriented structure."
Depok: Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pelangi Wiyantika
"Penelitian ini dilakukan di lapangan GB untuk mendeteksi keberadaan mineral emas dengan metode Induced Polarization IP . Berdasarkan geologi, terdapat adanya sistem epitermal sulfidasi tinggi di wilayah ini. Hal ini ditandai dengan munculnya keberadaan mineral-mineral logam seperti Au, Cu, dan konsentrasi yang cenderung asam di permukaannya. Mineral emas sendiri merupakan mineral yang bersifat diamagnetik, lunak, dan berasosiasi dengan mineral sulfida. Emas terbentuk akibat dari adanya proses magmatisme atau pengkonsentrasian di permukaan. Mineral emas terangkut oleh fluida hidrotermal ke permukaan dan terbentuk dalam lingkungan hidrotermal dimana ia terbawa ke permukaan bersama dengan senyawa-senyawa yang berikatan dengannya. Metode IP memanfaatkan beda potensial sebagai parameter dalam melakukan pengukuran untuk mendeteksi keberadaan mineral-mineral konduktif di bawah permukaan tanah. Kelebihan metode IP dibanding metode lain adalah kemampuannya mendeteksi mineral logam yang tersebar. Pada penelitian ini digunakan dari 6 data line IP yang dibentangkan ke arah Barat ndash; Timur serta didukung oleh data magnetik. Data diolah dengan inversi 2D dan dimodelkan secara 3D dengan membentangkan hasil secara paralel. Hasilnya, nilai chargeability tertinggi bernilai > 200 ms pada kedalaman 400 meter. Hal ini didukung dengan nilai resistivity yang mencapai > 1000 ohm-meter. Dari data magnetik, nilai magnetik berkisar antara -199.3 nT sampai 244 nT.

This research was conducted in field GB to identify the presence of gold minerals by Induced Polarization IP method. Based on geology, there is a high sulfidation epithermal system in the region. This can be determined by the presence of metal minerals such as Au, Cu, and acid concentrations on the surface. Gold is a typical of mineral that is diamagnetic, pliable, and associated with sulphide minerals. It is formed as a result of the process of magmatism or metasomatism on the surface. The hydrothermal fluid content transports gold to the surface along with the other elements associated to it and is formed in hydrothermal environment. The IP method utilizes a potential difference as a parameter in performing measurements to detect the presence of underground conductive minerals. The advantage of IP methods compared to other methods is its ability to detect disseminated conductive minerals. This research use 6 line datas of IP which is extended to West ndash East and supported by magnetic data. Data is processed with 2D inversion and modeled in 3D by spreading results in parallel. As a result, the highest value of chargeability is 200 ms at a depth of 400 meters. This is supported by a resistivity value of 1000 ohm meter. From magnetic data, magnetic values range from 199.3 nT to 244 nT."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2017
S67122
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ilma Afrilia Riska
"Di alam, emas berasal dari larutan hidrotermal dan diendapkan dalam bentuk endapan epitermal. Struktur berupa patahan berperan penting dalam proses pengendapan mineral emas karena merupakan jalan mengalirnya larutan hidrotermal menuju permukaan. Salah satu metode eksplorasi emas adalah metode gravitasi. Metode ini mengidentifikasi zona mineralisasi emas dari struktur patahan yang ada di daerah penelitian. Pemodelan inversi 3D merupakan salah satu metode dalam gravitasi yang dapat memberi informasi yang jelas pada target survey. Pemodelan tersebut dianggap lebih realistis karena bentuk model geometri dapat disesuaikan dengan bentuk benda sebenarnya di alam dan perhitungannya pun lebih akurat. Penelitian dilakukan berdasarkan hasil survey gravitasi Pongkor yang telah dilakukan oleh PT Antam Tbk. Endapan hidrotermal Pongkor termasuk ke dalam tipe endapan sulfidasi rendah. Pada tipe endapan epitermal sulfidasi rendah, emas diendapkan dalam urat-urat vein yang berasosiasi dengan patahan. Pengolahan data dilakukan dengan analisis derivative, analisis spektrum, dan pemodelan inversi 3D gravitasi. Berdasarkan hasil survey dan olah data, tampak bahwa zona mineralisasi emas berada pada bagian tengah daerah penelitian yang ditandai dengan anomali gravitasi yang tinggi pada struktur patahan. Patahan yang terdeteksi pada zona potensi mineralisasi emas adalah sebanyak 8 patahan. Dari hasil inversi 3D, zona mineralisasi emas tersebut memiliki densitas sebesar 2,8-3,34 g/cc.

In nature, gold are originated from hydrothermal liquid and deposited in epithermal deposit form. Structures such as faults have important role in the process of gold deposition since it is become the hydrothermal flow path to the surface. One of the method that can be used to do gold exploration is gravity method. This method identify the gold mineralization zone from faults on the research region. 3D inversion modeling is one of geophysics method that can give clear information on the target. The modeling can be said more realistic since the geometry model can be fitted with the real condition in nature and the measurement be more accurate. The research is done based on gravity survey result by PT Antam Tbk. Pongkor hydrothermal deposit categorized as epithermal low sulphidation. The processing data is done by do derivative analysis, spectrum analysis, and 3D gravity inversion modeling. Based on the survey result and processing data, gold mineralization zone are at the middle of research region that have high gravity anomaly at the faults. There are eight faults detected at the gold mineralization potential zone. From 3D inversion result, density of the gold mineralization zone is 2,74 3,34 g cc. "
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2017
S67159
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muzzammil Al Macky
"Mineralisasi Emas terjadi karena naiknya cairan hidrotermal di bawah permukaan bumi oleh aktivitas tektonik. Aktivitas tektonik menyebabkan mineralisasi emas di beberapa lingkungan pengendapan, salah satunya adalah endapan epitermal sulfida rendah. Jenis endapan ini ditandai oleh suhu yang rendah dan dikontrol oleh banyak struktur geologi. Penemuan urat-urat vein dalam pemetaan geologi perlu didukung oleh eksplorasi geofisika untuk mengidentifikasi distribusi zona mineralisasi emas. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi zona mineralisasi emas berdasarkan data magnetik. selain itu, dilakukan interpretasikan struktur bawah permukaan berdasarkan analisis derivative dan pemodelan forward 2D serta 3D inversi untuk mendapatkan parameter suseptibilitas bawah permukaan terkait dengan struktur geologi dan zona mineralisasi emas. hasil dari penelitian ini di dapatkan batuan teralterasi yang di indikasikan sebagai pembawa zona mineralisasi emas lapangan MZ berada pada distribusi nilai anomali magnetik rendah-sangat rendah (<-50 nT),dan berada di zona patahan yang memiliki ciri kemenerusan data magnetik yang sempit mengikuti jalur patahan yang ada. Distribusi nilai ini terletak di zona X didaerah tenggara lapangan MZ. Berdasarkan hasil intepretasi gabungan inversi 3D magnetik dengan data gravitasi dan geologi pada zona X, dihasilkan 2 daerah Blok yang diduga sebagai zona persebaran mineralisasi emas yaitu Blok A dan B yang memiliki arah orientasi memanjang dari tenggara hingga barat laut , dimana zona ini memiliki nilai anomali residual graviti(tinggi) sekitar 3-7 mGal dan memiliki nilai suseptibilitas magnetik yang rendah(< -0.065)cgs di sertai dengan keberadaan patahan normal yang kompleks sehingga berkembang urat-urat mineralisasi bukaan (tension) yang memiliki arah sejajar dengan struktur pengontrolnya.

Gold Mineralization occurs due to rising of hydrothermal fluid in subsurface of the earth by tectonic activity. Tectonic activity causes gold mineralization in several depositional environments, one of them is low sulfidation epithermal deposit. This deposit type is characterized by relatively low temperature than high sulfidation epithermal deposit, And it is controlled by many geological structure. The Discovery gold vein in result of surface geological mapping need to be supported by geophysics exploration to identify distribution of gold mineralization zone. This research is aims to identifiy gold mineralization zone based on magnetic data and zoning gold mineralization potential area. in addition, it interpret subsurface structure based on derivative analysis and 2D-3D inversion modelling to obtain subsurface suseptibility parameter related to geological structure and gold mineralization zone. the result of this research is altered rocks has indicated as indication of gold mineralization zone in MZ field that has low to very low anomaly magnetic distribution (<-50nT), and it is found in fault zone, which is available magnetic data continuity along the fault. This Distribution data is located in southeast area of MZ field. Based on the relation of 3D inversion magnetic interpretation,Gravity data, and geology data in zone X, two blocks area are thought to be distribution of gold mineralization, they are block A and B which have orientation directions along southeast to northwest, it has high value residual anomaly gravity (about 3-7mGal) and has low value magnetic suseptibility (<-0.065cgs), it is located in complex normal fault zone, it possible to develop (tension) open vein mineral which are parallel to their structure control."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bahrul Ulum
"Lapangan Wabu merupakan daerah prospek mineralisasi emas yang terletak di Kabupaten Intan Jaya, Papua Tengah. Investigasi lebih lanjut perlu dilakukan untuk memperkuat bukti keterdapatan zona prospek mineralisasi emas di wilayah tersebut sebelum dilakukan penambangan. Metode gravitasi dan resistivity-IP dimanfaatkan untuk mengetahui keberadaan struktur geologi dan pola sebaran mineralisasi emas di lapangan Wabu. Pada Penelitian ini data gravitasi GGMplus diolah hingga didapatkan peta anomali residual yang kemudian dilakukan filter FHD dan SVD.  Berdasarkan analisis FHD dan SVD pada data gravitasi didapatkan beberapa titik yang memiliki kemenerusan nilai FHD maksimum dan SVD nol yang diduga sebagai struktur berupa struktur F1 yang diduga merupakan sesar Derewo yang mengontrol mineralasisasi di Lapangan Wabu dan Struktur F2, F3, F4, dan F5 yang diduga merupakan patahan minor di lokasi penelitian. Berdasarkan intepretasi data resistivity-IP didapatkan empat zona prospek mineralisasi Emas.yang dicirikan dengan nilai respon IP tinggi sebesar 60-80 mrad yang diduga disebabkan oleh keterdapatan mineral sulfida yang konduktif. Korelasi antara data gravitasi dan resistivityIP didapatkan dua zona prospek mineralisasi yang direkomendasikan untuk dilakukan pengeboran untuk pengujian. Zona prospek tersebut adalah zona prospek P2 dan P4 yang memiliki nilai anomali gravitasi tinggi yang berasosiasi dengan garnet magnetite skarn dan respon IP tinggi yang berasosisasi dengan mineral sulfida.

The Wabu Field is a gold mineralization prospect area located in Intan Jaya Regency, Central Papua. Further investigation needs to be carried out to strengthen evidence of the existence of a prospect zone for gold mineralization in the area prior to mining. Gravity and resistivity-IP methods are used to determine the presence of geological structures and distribution patterns of gold mineralization in the Wabu field. In this study, the GGMplus gravity data was processed to obtain a residual anomaly map which was then filtered by FHD and SVD. Based on FHD and SVD analysis on the gravity data obtained at several points that have continuity of maximum FHD and zero SVD values that are identified as structures, namely structure F1 which is suspected to be the Derewo fault which controls mineralization in the Wabu Field and structures F2, F3, F4, and F5 which are identified as minor faults at the study site. Based on the Interpretation of the resistivity-IP data, four gold mineralization prospect zones are identified. These are characterized by a high IP response value of 60-80 mrad which is thought to be caused by the presence of conductive sulphide minerals. Correlation between gravity and resistivity-IP data identified two gold mineralization prospect zones recommended for drilling for testing. These prospect zones are prospect zones P2 and P4 which have high gravity anomaly values associated with magnetite garnets skarn and high IP responses associated with sulfide minerals."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fajar Yudi Prabawa
"Di sektor Pertambangan Emas Skala Kecil umumnya peneliti memandang Penambang Rakyat dan aktifitasnya negative, menimbulkan permasalahan utama yaitu dari penggunaan Merkuri pada pengolahan material metode TM, tiadanya pemasukan bagi negara, pungutan liar dan kerentanan aspek K3. Selama ini terjadi pembiaran/ignorance oleh Pemerintah dan opsi penegakan hukum menghentikan aktifitas penambangan. Padahal fenonema umumnya, setelah penutupan, masyarakat kembali melanjutkan aktifitas penambangan, dan permasalahan kembali berlanjut, membentuk sebuah siklus. Kondisi ini terus terjadi selama beberapa dekade, dan menyebar luas di berbagai daerah, Bagaimana sesungguhnya kondisi sector ini? Layakkah sector ini didukung? Bagaimana opsi penanganan masalahnya? Penelitian bertujuan memetakan kondisi riil sektor ini, mensimulasi scenario pengolahan material tanpa Merkuri, dan merumuskan model ideal pertambangan berkelanjutan menurut Sustainable Mining Practices/SMP. Disusunlah model dasar dan matematis kondisi riil sektor, disimulasi skenario penggunakan teknologi pengolahan material tanpa Merkuri/DB dan status legal/illegal sebagai perbandingan. Dilakukan analisis perhitungan kelayakan ekonomi usaha dan profesi. Disusun kriteria dan indikator dasar penilaian keberlanjutan sektor pertambangan skala kecil, dan analisis kelayakan lain. Kemudian dirumuskan opsi terbaik penanganan masalahnya. Sektor pertambangan emas rakyat di Indonesia, digambarkan di lokasi penelitian: membentuk siklus Lingkaran Setan. Legalisasi dan penggunaan teknologi pengolahan Non Merkuri berperan kunci dalam solusi, dan lokasi penelitian dinyatakan layak untuk didukung
.....In the small-scale gold mining sector, researchers generally view Community Miners and their activities negatively, causing major problems, namely from the use of Mercury in the TM method of material processing, no income for the state, illegal levies and the vulnerability of K3 aspects. So far, ignorance has occurred by the Government and options for law enforcement to stop mining activities. Whereas the general phenonema, after closure, the community resumed mining activities, and the problems continued again, forming a cycle. This condition has continued for decades, and is widespread in various regions. How is the real condition of this sector? Is this sector worth supported? What are the options for dealing with the problem? The research aims to map the real conditions of this sector, simulate a material processing scenario without Mercury, and formulate an ideal model for sustainable mining according to Sustainable Mining Practices / SMP. A basic model and a mathematical model of the real conditions of the sector were compiled, a scenario of using material processing technology without Mercury / DB and legal / illegal status was compiled as a comparison. An analysis of the calculation of the economic feasibility of business and profession is carried out. Formulated basic criteria and indicators for the assessment of the sustainability of the small-scale mining sector and other feasibility analyzes. Then the best option for handling the problem is formulated. The smallholder gold mining sector in Indonesia, is depicted in the study location: forming a vicious circle. Legalization and use of Non-Mercury processing technology plays a key role in the solution, and research sites are deemed worthy of support."
Jakarta: Sekolah Ilmu Lingkungan Universitas Indonesia, 2020
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nela Indra Sari
"Telah dilakukan identifikasi zona mineralisasi emas pada lapangan ldquo;GB rdquo; dengan menggunakan inversi 3D data magnetik. Lapangan ldquo;GB rdquo; merupakan daerah prospek mineral emas yang terletak di provinsi Jambi, Indonesia. Tipe mineralisasi pada lapangan tersebut berupa Epitermal Sulfidasi Tinggi dan porfiri Cu-Au yang telah terbentuk pada lingkungan hidrotermal. Karakteristik batuan ini adalah batuan intrusi intermediet asam sebagai batuan induknya. Batuan ini mengandung mineral bijih utama berbentuk tembaga dan emas serta mineral pengikut lainnnya yang bersifat magnetik. Oleh karena itu, metode magnetik sangat sensitif untuk mengidentifikasi daerah prospek mineralisasi emas. Pada penelitian ini akuisisi dilakukan dengan jarak 5 m antar titik stasiun yang terdiri dari 51 lintasan dengan jarak antar lintasan 100 m dan total panjang lintasan 16,5 kilometer. Identifikasi posisi, jenis serta kedalaman struktur bawah permukaan yang berhubungan dengan zona pembentukan emas diatas, dilakukan analisis derivatif dari perhitungan first horizontal derivative dan dekonvolusi Euler. Selanjutnya dilakukan pemodelan inversi dalam 3D untuk mengetahui gambaran yang lebih objektif dari tubuh batuan bawah permukaan. Dalam penelitian ini, data IP induced polarization digunakan untuk memverifikasi hasil data magnetik dengan melihat parameter resistivity dan chargeability zona prospek. Begitu juga dengan data geologi yang digunakan untuk mengetahui sebaran batuan yang menjadi lingkungan pengendapan emas. Hasil akhir penelitian ini teridentifikasi zona mineralisasi emas berada berupa lithocap dan body intrusi dengan perkiraan top body berada pada kedalaman 80 m dari permukaan topografi.

Identification of gold mineralization zone in ldquo GB rdquo field had been done using 3D Inversion magnetic data. ldquo GB rdquo field is a gold mineral prospect field, located in Jambi province, Indonesia. Mineralization type of this area are high epithermal sulphidation and porphyry Cu Au that have been formed in hydrothermal environment. The characteristic of this type is intermediate acid igneous rock as the host rock. This rock consist of mineral ores such as copper gold and magnetic gangue minerals. Therefore, magnetic method is very sensitive to identify gold mineral prospect zone. In this research, magnetic data was acquired by 5 m spacing between each station, that are consist of 51 lines with 100 m space between lines and the total length of lines is 16.5 kilometer. Identifying position, types and depth of subsurface structure relating to gold deposition environment, derivative analysis is done with first horizontal derivative and euler deconvolution calculation. Then, we make 3D inversion model, to delineate the subsurface structure objectively. In this research, induced polarization data is used to see resistivity and chargeability parameter of the prospect zone and also geological data to find out distribution of rock that associated with gold deposition environment. The result of this research, gold deposition zone is identified by lithocap and intrusion body with top of instruction rock at depth 80 m from the surface."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2017
S67506
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Azky Ramaniya Sukardi
"Daerah penelitian terletak pada Pulau Seram merupakan salah satu wilayah yang memiliki potensi prospek komoditas emas dikarenakan ditemukannya indikasi mineralisasi emas. Hal ini juga dikorelasikan berdasarkan penelitian sebelumnya bahwa daerah penelitian merupakan endapan emas orogenik. Subjek utama penelitian ini adalah conto sedimen sungai aktif. Penelitian ini dilakukan menggunakan analisis statistik dan geologi. Analisis statistik dilakukan untuk mengetahui sebaran anomali dan juga asosiasi unsur yang terdapat pada daerah penelitian. Sedangkan untuk analisis geologi dilakukan dengan mengintegrasi conto sedimen sungai aktif dan conto konsentrat dulang yang berasal dari PSDMBP dengan melakukan analisis petrografi, morfografi dan morfometri  Hasil penelitian menunjukkan persebaran anomali yaitu Cu, Pb, Zn, Fe, Mn, Li, Co, Na, Bi, Sr dan Ba sebesar 44.255ppm, log 1.900ppm, 148.605ppm, 4.734ppm, log 3.189ppm, 27.302ppm, 41.374%, 7609.713ppm, 53.807ppm, log 1.480ppm, log 1.592ppm, 184.198ppm, log 1.924ppm dan 263.139ppm. Berdasarkan analisis multivariat, didapatkan 4 kelompok asosiasi unsur yaitu : Cu-Zn-Rb-Ba-(Fe), Cu-Co-Fe, Na-Sr dan Fe-Mn. Unsur yang digunakan sebagai pathfinder untuk deposit emas adalah unsur Cu, Pb, Zn, Fe, Mn, Na, Bi, Co, W, Rb, Sr dan Ba sehingga terdapat 4 daerah prospek pada daerah penelitian. Persebaran anomali pada daerah penelitian diinterpretasikan terjadi akibat faktor geologi berupa transportasi, erosi, serta pelapukan dari litologi dan mineral bijih yang terdapat pada daerah penelitian.

The research area, Seram Island, is one of the areas that has potential prospects for the commodity gold due to the indications of gold mineralization were found. This also correlated with based on previous research, the research area is an orogenic gold deposit. The main subject of this research is sediment stream samples. This research was conducted using statistic and geological analysis. Statistic analysis was carried out to determine the distribution of anomalies and also the elemental associations found in the study area. Meanwhile, geological analysis was carried out by integrating active river sediment samples and pan concentrate samples originating from PSDMBP by conducting petrographic, morphographic and morphometric analysis. The results showed an anomalous distribution of Cu, Pb, Zn, Fe, Mn, Li, Co, Na, Bi , Sr and Ba of 44.255ppm, log 1.900ppm, 148.605ppm, 4.734ppm, log 3.189ppm, 27.302ppm, 41.374%, 7609.713ppm, 53.807ppm, log 1.480ppm, log 1.592ppm, 184.198ppm, log 1.924ppm and 263.139ppm. Based on multivariate analysis, 4 groups of elemental associations were obtained, namely: Cu-Zn-Rb-Ba-(Fe), Cu-Co-Fe, Na-Sr and Fe-Mn. The elements used as pathfinder for gold deposit are the elements Cu, Pb, Zn, Fe, Mn, Na, Bi, Co, W, Rb, Sr and Ba ​​so that there are 4 prospect areas in the study area. The distribution of anomalies in the study area is interpreted to occur due to geological factors in the form of transportation, erosion, and weathering of lithology and ore minerals found in the study area."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nabila Nur Azizah
"Status gizi pekerja merupakan gambaran dari keadaan keseimbangan antara asupan zat gizi dengan penyerapan zat gizi dan penggunaan zat-zat gizi tersebut pada pekerja. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis status gizi pekerja tambang emas PT Cibaliung Sumberdaya, Pandeglang Tahun 2017 berdasarkan hasil pengukuran Indeks Massa Tubuh IMT dan pemenuhan gizi kerja energi dan zat gizi makro. Desain studi penelitian ini adalah cross sectional yang bersifat deskriptif dengan pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Sampel dari penelitian ini berjumlah 88 pekerja.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak sebagian besar pekerja 63,6 memiliki status gizi normal, namun pekerja lainnya 36,4 masih berstatus gizi tidak normal kurus, BB lebih, hingga obesitas. Sementara itu, sebagian besar pekerja 60,23 juga masih mengalami kekurangan energi saat on duty, bahkan lebih banyak pekerja 68,8 yang kekurangan energi saat off duty. Oleh karena itu, diperlukan adanya perhatian terhadap status gizi pekerja sebagai wujud dari tindakan promotif dan preventif terhadap kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja.

Nutritional status is figure of a balance between the intake of nutrients and the expenditure of nutrients, both in the processes of body absorption and physical activities. The purpose of this study is to analyze the nutritional status of PT Cibaliung Sumberdaya employees based on their body mass index and fulfillment of nutrition, including energy and macro nutrients. This study use cross sectional design with quantitative and qualitative approach.
The result shows us that nutritional status of most employees are normal, but the others still have abnormal nutritional status, including underweight, overweight, and even obesity. Meanwhile, most of employees are lack of energy when they are on duty even off duty. Therefore, attention and supervision of employees nutritional status are required as a promotive and preventive act in respect of work accident and work related diseases.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>